Just For You

Autorstwa dindathamia

30.4K 5K 15.1K

[Belum Revisi | Slow Updeat] "Lalu biarkan senja pergi tanpa bersuara membawa sejuta kata, untukmu yang tak p... Więcej

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
31. (Special RaPal)
32.
33
34.
35.

Chapter 6

881 207 557
Autorstwa dindathamia

"Introfeksi diri lebih baik dari pada menyalahkan orang lain!"
-A

"Karna dimatamu, aku memang tidak pernah benar."
      -R     

   ****   


"Woi! Ada bu Citra! Balik ke tempat masing-masing!!" titah ketua kelas.

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok bu Citra, guru yang mengajarkan pelajaran Fisika.

Semua murid yang ada si Kelas sebelas Mipa satu, pun berlarian menuju tempat duduk mereka masing-masing.

"Selamat pagi anak anak...," sapa bu Citra dengan ramah.

"Pagi buu...," jawab semua murid serempak.

"Oh iya, ibu minta tolong Rara sama Teri, tolong ambilkan buku paket yang ada di meja ibu, ya," perintah bu Citra.

"Baik bu," jawab Rara dan Teri bersamaan.

"Ayo, Ra." ajak Teri pada Rara.

"Ayo!"

Rara dan Teri pun berjalan keluar kelas, dan segera menuju ruang guru.

Rara dan Teri satu persatu menyusuri lorong-lorong kelas, mereka hendak menuju ruang guru yang berada di pojok bangunan, tepat bersebelahan dengan ruang kelas dua belas.

****

Berbeda dengan di kelas Agi.

Semua murid duduk dengan raut muka gelisah. Saat ini pelajaran pak Tono. Pelajaran yang membosankan bagi mereka.

"Kita absen dulu!" ucap guru itu sambil memakaikan kacamata di matanya.

"Audri?" panggil pak Tono.

"Hadir, pak!"

"Adirga?"

"Saya, pak!"

"Bella?"

"Ada, pak!"

"Tumben berangkat pelajaran saya, biasanya bolos," cibir pak Tono.

"Insaf, pak." jawaban Bella sontak membuat murid-murid terkekeh.

"Bagus, pertahankan ya, Bella. Kita lanjut."

"Charli?"

"Hadir, pak!"

"Chandra?"

Tak ada yang menjawab. "Chandra?"

Agi masih tak bergeming.

"Chandra Argi?" panggil pak Tono sekali lagi.

Pantas saja ia tak menjawab panggilan pak Tono. Kini pak Tono mendapati Agi yang tengah tertidur pulas di mejanya.

Pak Tono hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dan segera berjalan menuju meja Agi.

Pak Tono mulai menepuk-nepuk bahu Agi, berulang-ulang kali.

"Apaan sih, tepuk-tepuk!" ucap Agi dengan mata yang masih tertutup

Sekali lagi pak tono menepuk pundak Agi.

"Bisa diem gak, sih!" Agi yang sudah geram, ia membukakan matanya perlahan. Ketika ia sudah melihat dengan jelas betapa kagetnya dirinya mendapati pak Tono yang kini telah berada di samping mejanya dengan sorot mata yang tajam.

"Eh bapak! Saya kira siapa," cengir Agi tanpa dosa.

"Cuci muka sana!" titah pak Tono tegas.

"Iya, iya!" Agi pun beranjak dari kursinya malas, ia segera berjalan keluar kelas.

****

Setibanya mereka berdua di ruangan guru, Rara dan Teri segera mencari meja bu Citra.

Mereka berdua pun kesusahan mencari mejanya bu Citra. Kemudian, ada guru yang melihat mereka yang sedang kebingungan mencari sesuatu. Lalu, guru itu pun menghampiri mereka berdua.

"Kalian sedang cari apa?" tanya guru tersebut.

"Kita lagi cari mejanya bu Citra pak," jawab Teri mantap.

"Oh, bu Citra. Itu mejanya dari barisan ke tiga, yang ada vas bunga yang berwarna merah."

"Oh, iya itu!" pekik Rara.

"Makasih, pak!" ucap keduanya serempak.

"Ya, sama-sama."

Rara dan Teri melangkahkan kakinya menuju meja yang tadi pak Indra tunjukan, dan segera mengambil buku paket dan langsung keluar dari ruang guru.

Mereka berdua berjalan dengan santai sambil membawakan setumpuk buku paket Fisika. Sepanjang jalan Rara dan Teri tak henti-hentinya mengobrolkan hal yang tidak penting. Seperti membicarakan idolanya dan yang lainnya.

Seketika Rara pun berhenti melangkahkan kakinya. Teri yang melihat itu, mengerutkan dahinya heran.

"Kenapa?" tanya Teri.

"Emm, Ter, gue mau ke toilet bentar ya. Lo duluan aja kekelas, kalo bu Citra nanyain gue, gue lagi ke toilet dulu," ucap Rara sambil memberikan buku paketnya pada Teri.

"Oh ya udah kalo gitu, gue duluan ya."

"Iya, hati-hati lo!"

Teri hanya menganganggukan kepalanya dan melanjutkan jalannya.

Rara hanya melihat punggung Teri yang semakin lama semakin jauh.

Tak di sangka dari jarak jauh, ada yang memerhatikan gerak-gerik mereka berdua sejak tadi.

"Dia orangnya?" tanya seorang gadis pada temannya.

"Iya," jawab keduanya dengan mantap.

"Ini akan seru!" ucap gadis itu dan tersenyum sinis.

Rara pun bergegas menuju toilet yang tidak jauh dari tempat ia berdiri tadi.

Rara merasa ada yang mengikuti jalannya, ia pun segera mempercepat langkahnya. Ketika ia sampai di toilet, Rara buru-buru masuk ke dalam toilet. Di dalam toilet hanya ada dirinya sendiri yang berada di sana, tak ada siswi lainnya lagi.

Ketika Rara hendak akan keluar dari toilet, tiba-tiba pintu toilet terbuka dan menapilkan beberapa seorang siswi dengan wajah sangar. MakeUp yang ketebalan, serta seragam yang kekecilan dan rok yang di atas lutut. Sungguh sangat melanggar peraturan di sekolah ini!

Rara melihat ke arah mereka dari atas sampai bawah ia hanya melongo di buatnya.

Gadis itu pun ikut memerhatikan Rara dari atas sampai bawah, bedanya gadis itu melihat dengan tatapan meremehkan.

"Lo orang yang selama ini gantiin posisi gue?" tanyanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mak-sud lo apa?" tanya Rara gugup.

"Lo pacarnya Agi, kan?"

Rara pun mengangguk.

"Cih! Ga ada cantik-cantiknya!" ucap gadis itu sambil berdecih dan memandang Rara remeh.

"Sikat aja, Fitt. Gue udah ga tahan liat sikap dia yang sok banget sama dia dari dulu," ucap Sherli.

Yap, benar. Mereka adalah geng Fitta.

"Iya, Fitt bener. So kecantikan banget sih, lo!" Kinan mendorong bahu Rara.

Kemudian Fitta pun mendekatkan diri ke arah Rara, dan gadis itu mendorong Rara sampai-sampai Rara terjatuh ke lantai.

Rara pun yang tak tau apa-apa di buat kaget atas perlakuan Fitta dan dua kurcaci itu.

Shitt! umpat Rara dalam hati.

"Ka-kalian siapa, sih?"

"Gue?" tujuk Fitta pada dirinya sendiri.

"Gue bakal perkenalkan diri sama lo."

"Gue pacarnya Agi," ucap Fitta dengan sombongnya.

Rara yang mendengarkan ucapan Fitta pun hanya melongo, dan sesekali ia mengerjapkan matanya.

"Pa-pacar?"

"Iya, kenapa? Kaget?"

"Jangan pernah deket-deket Agi lagi! Dari dulu sampe sekarang dia itu pacar gue!" ucap Fitta sangar.

"N-nggak! Nggak mungkin. Gue pacarnya!" tukas Rara.

"Ngelawan ya, lo!" Fitta mendorong bahu Rara kasar.

Sehingga tubuh Rara terbentur ke arah dinding, dan sikutnya terkena benda tajam yang ada di westafel.

"Aw---" ringis Rara.

Fitta berjalan mendekati Rara yang tengah meringis kesakitan.

"Gue peringatkan lo sekali lagi. Jauhin Agi! Kalo engga...," ucap Fitta menggantung .

"Kalo engga apa? Gue gak takut ya sama lo." Rara berusaha kuat di hadapan Fitta.

Fitta pun geram melihat Rara yang terus menimpal ucapannya. Akhirnya Fitta pun menampar wajah mulus Rara dengan keras. Sehingga, suaranya pun menggema di dalam toilet.

PLAKK!

"Aww---" ringis Rara kembali sambil memegangi pipinya.

Agi yang berniat ke toilet, seketika berhenti di depan toilet perempuan. Ia mendengar bentakan dari seorang perempuan. Dan yang terakhir adalah suara tamparan yang sangat keras sehingga terdengar sampai luar.

"Kalo lo berani-berani deketin Agi lagi, gue gak segan-segan beri pelajar sama lo, lebih dari ini! Kali ini cuma peringatan aja Meyra Rivera," tekannya.

"Cuih! Gue ngga takut sama lo," ucap Rara santai.

"Berani ya, lo!" sentak Fitta.

Ketika Fitta ingin menjambak Rara, dengan sigap, Rara mendorong tubuh Fitta keras, sehingga membuat Fitta terjatuh ke lantai akibat dorongan Rara.

"Awwwww!"

Agi pun mendobrak pintu kamar mandi dan betapa kagetnya ia ketika melihat bahwa kekasihnya ini telah mendorong mantan kekasihnya.

Agi langsung menerobos masuk ke dalam toilet, Agi menatap mata sendu Rara.

Seketika raut wajah Agi berubah menjadi raut wajah yang menahan amarah.

Fitta yang kaget melihat Agi yang sudah berada di sini, ia pun segera memainkan aktingnya.

"Aww,,, kenapa lo lakuin ini ke gue, sih? Gue salah apa sama lo?" tanya Fitta pada Rara dengan nada yang di buat-buat.

"LO APA-APAAN SIH, RA!" bentak Agi pada Rara.

Rara pun tersentak kaget mendengarnya, seketika sekujur tubuhnya lemas.

Agi langsung membantu Fitta berdiri.

Rara melihat Agi yang tengah membantu Fitta pun, ia merasakan sesak di dadanya. Bukannya membela dirinya, Agi malah membela gadis yang ada di hadapannya ini.

"Bukan gue yang duluan, Gi. Gue bisa jelasin sama lo," ucap Rara sambil menatap penuh harap pada Agi.

"Bukan kita yang duluan!" cecar Serli.

"Iya, Gi. Dia yang duluan dorong Fitta," bela Kinan.

"Bukan gue, Gi! Mereka bohong!" tukas Rara.

"Lo harus percaya sama gue, Gi," lirih Rara.

"Cukup, Ra!" ucap Agi sedikit membentak.

"Gi, sumpah bukan gue yang duluan!" Rara terus membela diri tapi tak pernah di dengar oleh Agi.

"Gue ga bakal ngelakuin itu kedia, Gi. Percaya sama gue," ucap Fitta dengan suara yang di buat sedih.

"Mereka bohong, Gi! Gue ng---" ucap Rara terpotong.

"UDAH CUKUP, RA! GUE BILANG CUKUP, YA CUKUP!" sentak Agi dengan nafas yang memburu.

Agi menatap Rara dengan kecewa.

"Lo obatin kaki lo di uks, nanti gue susul. Dan lo berdua jagain dia!" titah Agi.

"Dan, lo." Agi mencengkram tangam Rara kasar.

"Ikut gue!" perintah Agi tegas dan menusuk.

"Gi, sakit!" ringis Rara.

Rara pun meronta-ronta ingin di lepaskan dari cengkaraman tangan Agi, yang sangat keras sehingga membuat tangannya kesakitan.

Agi membawa Rara ke luar toilet.

Rara pun menepis tangan Agi kasar.

"Lo, apa-apaan sih, Gi!"

"SEHARUSNYA GUE YANG TANYA SAMA LO, LO YANG APA-APAAN!" bentak Agi terus menerus.

Rara pun meneguk salivanya dengan susah payah, ia menatap Agi yang tengah terbalut emosi. Kakinya bergetar, tangannya dingin. Baru kali ini Rara melihat Agi semarah ini, hanya karena gadis yang mengaku-ngaku jadi pacarnya Agi.

"Emang separah itu sampe lo buat gue kaya gini," ucap Rara dalam hati.

Rara pun menundukkan kepalanya. Ia tak tau harus berkata apa.

"Lo berubah!" ucap Agi dan langsung meninggalkan Rara yang masih mencerna perkataannya.

"Lo yang berubah, Gi," lirih Rara sambil menatap punggung Agi yang berjalan menjauhinya.

Akhirnya Rara pun memutuskan untuk segera menuju kelasnya dengan pipi yang masih ada bekas jiplakan tangan.

🌿🌿🌿


Ekspresi Agi saat liat Rara, yang dia sangka udah buat macem-macem sama Fitta.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.3M 122K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
480K 51.1K 21
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
857K 64.7K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
790K 11K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+