KAIROS

By inariwritingproject

216K 24.7K 3.4K

Update setiap hari Senin pukul 08.00 WIB. Marco dan Floriska bersahabat sejak lama. Marco si tukang berantem... More

Inari Writing Project
INTRO KAIROS
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
Imajinasi Tokoh
Present
BAB 17
BAB 18
BAB 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Random 0.1
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Between Two Stars
Cuap 0.1
Vote
Kairos Terbit
PO Kairos dibuka

BAB 8

5.5K 727 149
By inariwritingproject

“Cinta itu memang lebih mudah dirasakan ketimbang dikatakan secara terang-terangan.

^*^


“Flo, nggak ke kantin dulu?” tanya Marco ketika melihat Floriska memeluk setumpuk buku tepat ketika bel istirahat pertama berbunyi.

“Nggak, nanti aja pas jam istirahat kedua,” jawab Floriska ringan.

“Terus kamu mau ke mana?”

“Ke perpustakaan. Tuh, udah ditunggu Arga,” Floriska menunjuk ke ambang pintu, tempat cowok berlesung pipi itu tengah tersenyum sambil berdiri bersandar. Beberapa teman kelas Floriska melirik ingin tahu.

Menyadari sedang disinggung cowok itu melambaikan tangannya. Marco mencibir.

“Arga?” seru Vanesa. “Olimpiadenya bareng dia Flo?”

Floriska mengangguk.

“Rekan olimpiade atau gebetan baru, Flo?” sahut Ibram diikuti cengiran di wajahnya. “Atau fans baru?” kekehnya.

Floriska hanya memandang cowok sebangku Marco itu dengan pandangan, no comment.

“Oh ya,” celetuk Floriska, dia baru mengingat sesuatu. Dia pun kembali merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak bekal makanannya. “Nih bekal buat makan siang. Lauknya cumi asam manis kemarin malam. Masih ada sisa banyak.” Kemudian cewek itu memandang Vanesa dan Ibram yang masih cengengesan mengenai kehadiran Arga. “Kalau kalian mau, gabung aja makan sama Marco. Aku pergi dulu,”

“Tunggu, Flo.” Marco menyambar lengan seragam Floriska ketika cewek itu hendak pergi. “Terus kamu nggak ikut makan bekalnya?”

“Nggak, aku masih kenyang. Entar aja pas jam istirahat kedua. Pengin beli roti Maryam.”

“Ya udah, aku juga nggak mau makan kalau gitu,” tolak Marco sambil melipat tangannya ke dada. Membuat Floriska mengerutkan dahinya. Marco menolak cumi asam manis itu kejadian yang luar biasa. “Maksudku aku mau makan, tapi nanti aja nunggu kamu,” koreksinya lagi.

“Nggak bisa, Ko, itu keburu basi lauknya kalau nggak dimakan sekarang. Kalau nggak mau, biar dimakan Vanesa sama Ibram.”

“Beres, Flo. Buru pergi deh!” Sahut Ibram sambil menunjukkan kedua jempolnya. Membuat Marco meliriknya galak. Pengkhianat.

“Ya udah aku berangkat dulu,” pamit Floriska sekali lagi.
Baru beberapa langkah Marco kembali memanggilnya.

“Flo, tunggu sebentar!”
Cewek itu berbalik, mulai kesal. “Apa lagi?”

“Aku ikut ke perpus ya?”

Sunyi sesaat. Lalu Floriska menyahut dengan gemas. “Ko, makan aja deh tuh bekalnya. Nggak usah ribet!” Dan dia pun melanjutkan langkahnya.

“Ketus banget.” Bibirnya Marco mengerucut. Ditatapnya punggung Floriska yang menjauh. Rambut panjangnya berkibar-kibar saat dia melangkah menghampiri Arga yang tersenyum manis memamerkan lesung pipinya.

“Pipi bolong sialan!” umpat Marco pelan. Membuat Ibram terkekeh.

“Nggak ada istilah bahasa Latin buat pipi bolong, Ko? Lo keliatannya nggak cocok ngumpat pakai bahasa pribumi,” goda Ibram iseng.

“Kampret lo, Bram,” Marco menimpali.

“Floriska happy  banget deh kelihatannya.” Vanesa mengompori.
Marco memandang muram kedua temannya itu.

“Kalau takut kutu buku kesayangan lo diembat orang, tembak dia dong. Lo nungguin dia melulu kayak nunggu durian jatuh dari pohon,” cibir Ibram.

“Sebenarnya lo tuh suka nggak sih sama Floriska, Ko?” sambung Vanesa sembari membuka kotak bekal makanan Floriska.

Mendengar kalimat kedua temannya, Marco mengerutkan dahi. Heran. “Gue jelas suka dia lah. Dia kan sahabat gue.”

Vanesa menggeram. “Lo tuh sama Floriska cocok, Ko. Yang satu nggak peka, yang satu bodohnya ampun banget. Masak, sama perasaan sendiri aja nggak paham.”

“Udahlah nggak usah dibahas. Ngomong-ngomong, kalau gue nyusul dia ke perpustakaan sekarang, kira-kira dia bakal marah nggak? Kepikiran gue, kalau dia sama Arga,” lanjutnya bodoh.

“Kalau lo udah bosen hidup, susul dia sekarang juga,” tantang Ibram.
Marco mempertimbangkan. Dia masih belum bosan hidup.

Sudah rahasia umum bahwa Marco selalu over proctective terhadap sahabatnya itu. Banyak yang mengira sebenarnya memang ada sesuatu di antara mereka.

“Ko, kalau mereka dekat terus tiba-tiba pacaran gimana?” goda Vanesa. Ibram manggut-manggut.

“Nggak akan aku setujuin, lah. Enak aja!” Marco terdiam sesaat lalu melanjutkan dengan bodoh. “Eh, menurut kalian, mereka berdua bakal dekat terus pacaran gara-gara olimpiade sialan ini?”

Ibram dan Vanesa bertukar pandang lalu menggelengkan kepala bersamaan. Heran. Mungkin kapasitas otak Marco tentang cinta, hanya sekecil otak kumbang yang seringkali dia bawa ke sekolah dalam stoples kaca.

“Dengar ya, Bang Markojun, kalau cowok udah ketemu cewek, nggak ada yang nggak mungkin,” sambar Ibram tegas. “Siapa tahu Floriska suka cowok yang ramah, kalem, dan cerdas kayak Arga daripada sama lo yang tingkahnya muter melulu kayak gasing. Dan dilihat dari mata kepala cowok yang punya banyak pacar kayak gue, Arga tuh kayaknya tertarik sama Floriska. Mana ada cowok yang baru kenal sebentar sama cewek, pas ketemu udah cengar-cengir di depan kelas kayak Arga barusan?”

Marco melongo. Vanesa terkekeh.

“Pokoknya, nggak bakal aku setujuin lah kalau Floriska sama Arga,” sergah Marco kemudian. “Apalagi, gue yakin Arga pasti mau ngapa-ngapain dia!”

Vanesa mendesis bersamaan dengan diacungkan sendok milik Floriska tepat di hidung Marco. Betapa dangkal pikiran teman dekatnya itu.

“Nggak bisa kayak gitu lah, bego,” tukasnya gemas. “Kalau Floriska emang suka Arga, terus lo mau apa? Kalau dia mau diapa-apain sama Arga, terus lo juga mau apa? Lo itu cuma sahabatnya. SA-HA-BAT!!” sergah Vanesa dengan penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. “Dan sahabat nggak punya hak-segala-bangsa buat ngelarang sahabatnya bersama cowok yang dia suka!”

Mendengar kalimat barusan, membuat Marco akhirnya terdiam. Merenung. Memandangi pintu kelas yang baru saja menjadi tempat pertemuan sahabatnya dengan seorang cowok.

Sahabat, ulangnya pelan-pelan dalam hati.

-------
-------

Haloo ketemu lagi dengan KAIROS ^^

Gimana nih ilustrasinya? Keren nggak?

Selamat membaca dan terima kasih sudah mendukung KAIROS

Sampai jumpa minggu depan ^^

Continue Reading

You'll Also Like

503K 54.5K 22
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
282K 16.8K 35
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
2.6M 139K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...