Sweet Psycho ✔

By Fadilawliet

287K 19.1K 1K

[TAMAT] Judul sebelumnya 'Possessive Sam' Sam, begitu orang memanggilnya. Dia adalah anak dari keluarga Mille... More

Prolog
1.1. Abnormal Girl
1.2. Abnormal Girl
02. Deal!
03. Coffee
04. Penguntit
05. Trip to Bali
06. Mr. Manekin
08. Ex
09. Lexi?
10. I'm Hungry!
11. Lift
12. Peka
13. Apa yang aku harapkan?
14. Pesta
15. Pesta 2
16. He Kissed You
17. William Hood
18. Mom?
19. Racing
20. Racing 2
21. Kidnapped
22. Drunk
23. Planning
24. Resignation
25. High Price
26. Someday
27. Sammie
28. The Beginning Of A Tragedy
29. Let's break up
30. Natalie
31. Never Forget
32. Uninvited guests
33. Choice
34. Back To You
35. Without You
36. Miller's Family
37. Forget you, can I?
38. You really don't miss him?
39. Retrouvailles
40. Au revoir
Epilog
Extra Part | Sweet Psycho

07. Mr. Manekin

9.5K 724 28
By Fadilawliet

Sam tersenyum menyambutnya dan mengambil kertas itu. Dilihatnya satu persatu menu yang disediakan di restaurant.

Ada perilaku Sam yang aneh dimata Nancy yang jarang ditunjukkan atau mungkin tidak pernah dilihatnya selama mengenal Sam dan hal itu justru membuat Nancy terus memakinya dalam hati.

"Pesanlah," ujar Sam membuat semua lamunan Nancy buyar dan tentu Nancy kelabakan karena Sam mengagetkannya, apalagi ekspresi sinis yang ditampilkannya ke arah si pria. Cepat-cepat, Nancy pun langsung menetralkan mimik wajahnya.

"Eh? Samakan saja."

Sam menaikkan alis, namun dikesekian detik lagi ia mengangguk. "Ikan bakar dua porsi dan teh manis," celetuk Sam kepada si pelayan restaurant.

Mengangguk sarat akan mengerti, pelayan itu mencatat pesanan lalu segera melenggang pergi meninggalkan senyum ramahnya.

Nancy berdehem dan disambut tanda tanya oleh Sam dengan mengangkat alisnya.

"Um, sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan. May i?" tanya Nancy, ragu.

Sam menghela napas, meski ia merasa feeling-nya tidak enak, tapi ia tidak mungkin mengabaikan Nancy yang jelas-jelas tengah duduk disampingnya dengan pandangan memelas.

"Tanyakanlah."

"Oke," ujar Nancy dengan bersemangat. "Tunggu sebentar." Nancy berdiri untuk pindah agar dapat menghadap Sam secara eksklusif dan tidak lupa membawa serta merta bantal duduknya.

Kelakuan konyol itu sontak membuat Sam menghela napas dan meredam api kekesalannya.

Setelah membenarkan posisi duduk dan menghadap ke arah Sam, Nancy membuka suara. "Mulai dari pertanyaan pertama. Tapi sebelumnya, boleh 'kan kalau aku memanggilmu tanpa embel-embel 'Sir', 'Mr', atau apapun itu."

Sam memutar bola matanya jengah kemudian kembali menatap si gadis dengan datar. Benar-benar abnormal. "Kau sudah melakukannya."

Nancy nyengir kuda mendengar jawaban itu. Ya, bagaimana bisa Nancy dengan bodohnya menanyakan hal yang jelas-jelas sudah ia lakukan bahkan tanpa seizin Sam.

"Lupakan, kembali ke pertanyaan pertama. Kenapa kau tidak membawa Nate kesini, bukankah dia sekretaris-mu? Sedangkan aku hanya seorang siswi yang hanya magang."

"Nate sedang aku tugaskan untuk hal lain. Dan alasanku membawamu cukup simple. Itu karena kau tidak memiliki pekerjaan yang penting dikantor."

Nancy menatap Sam dengan tatapan interogasi seraya memicingkan matanya. "Kau tidak sedang balas dendam, kan?"

Sam tersenyum menampilkan smirk khasnya. "Kau bercanda? Sungguh tidak ada gunanya jika aku melakukan hal itu."

Setelah mendengar jawaban dari Sam dan sesaat Nancy menatapnya untuk mencari kebohongan disana, Nancy kembali menetralkan wajahnya.

"Kau tidak percaya?" tanya Sam.

Nancy mengangkat bahunya sebagai jawaban. Ya, mau bagaimana lagi. Jika boleh jujur, sebenarnya Nancy berada dalam dilema antara percaya dan tidak percaya. Sebab apa? Sebab meski wajah dan ekspresi Sam terlihat meyakinkan sekalipun, Nancy ragu Sam berkata jujur. Karena biasanya pun, Sam memang selalu menampilkan ekspresi itu-itu saja.

"Baiklah, pertanyaan kedua. Kau memiliki orang tua yang tinggal disini?"

"Ya, ibuku asal sini. Sewaktu masih sekolah aku selalu berlibur ke Jakarta."

Nancy mengangguk paham. "Oke, selanjutnya,"

"Wait, apa pertanyaan tadi penting?" potong Sam ketika sadar dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Nancy yang malah mengarah ke urusan pribadinya.

"Tidak juga."

"Kalau begitu jangan tanyakan pertanyaan apapun itu yang mengarah kepada hal pribadi."

"Baiklah, tidak akan aku ulangi. Kau tahu? Tadi itu refleks. Lupakan oke? Lagipula kau juga dengan enteng sudah menjawabnya."

Apa-apaan itu, Sam memutar bola matanya dan menghela napas. Ini seenarnya Nancy yang bodoh dengan bertanya seperti itu apa justru dirinya yang bodoh karena menjawab refleks tanpa berpikir ulang.

"Next... Sebenarnya aku sedikit ragu menanyakan hal ini, tapi... aku harus mengatakannya." Nancy terdiam sesaat melihat ke arah Sam dengan was-was. "Apa kau tidak tahu caranya mengekspresikan wajah sesuai dengan emosi hatimu?"

Si gadis meringis sendiri dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkannya. Menggigit bibir dalamnya, Nancy hanya berharap jika Sam tidak akan mengamuk.

Tapi tanpa diduga, ternyata reaksi Sam jauh dari prediksi. Sam terkekeh mendengar pertanyaan konyol itu. "Itukah alasanmu memanggilku dengan sebutan manekin?"

"Kurang lebih." Nancy ikut terkekeh dengan sedikit paksaan karena tidak tahu bagian mana yang lucu dari pertanyaannya. Atau ternyata tawa Sam hanya tipu belaka? Karena tidak menutup kemungkinan jika pria itu mengamuk secara tiba-tiba.

Sam menghentikan tawanya, menatap Nancy dengan pandangan lurus membuat si gadis salah tingkah dibuatnya.

Oke, ini adalah situasi yang canggung dan tidak mengenakkan bagi Nancy.

"Tidak ada lagi yang ingin kau tanyakan? Kalau ada cepatlah karena mood-ku sepertinya sedang dalam mode bagus. Tapi jika tidak, itu akan lebih baik," ucap Sam datar seraya memajukan wajah dan memelankan nada bicaranya. "Karena sungguh, suaramu membuatku ingin melemparmu ke antariksa."

Nancy tersenyum sebagai balasan membuat Sam sedikit keheranan meski ia tidak menunjukkan lewat ekspresi wajahnya.

"Tapi aku sangat senang mendengar suaramu."

Sam terdiam dengan pandangan masih menatap tepat di manik mata si gadis.

Ya, mungkin itu adalah sebuah kata sederhana dan ringan untuk diucapkan oleh sebagian orang. Tapi, tidak ada yang tahu jika perkataan Nancy barusan memiliki dampak yang cukup kuat untuk menyentuh sisi sentimentil seorang Samuel D. Miller.

Nancy mengangkat alis melihat Sam yang tampak masih terdiam. Tak ayal, hal itu sedikit membuat Nancy sedikit merasa bersalah sekaligus gugup karena tatapan Sam yang masih belum lepas. "A-apa perkataanku ada yang salah?"

Perhatian Sam kembali tersadar, ia lalu membenarkan posisi duduknya seperti semula. "Tidak," singkat Sam.

Nancy membuang napas lega. "Ugh! Syukurlah. Aku kira akan mati disini karena ucapanku."

"Tapi..."

Merasa kaget, Nancy spontan kembali menatap Sam takut-takut jika Sam bereaksi tidak terduga.

"Tapi apa?"

"Tidak jadi."

Nancy berseru kesal karena Sam cukup menyebalkan dalam percakapan yang membuat Nancy sekarang penasaran. Ya, lagipula siapa yang tidak akan kesal jika ada orang yang akan berbicara terlihat begitu serius lalu tidak jadi begitu saja.

***

Samuel menatap dirinya didepan cermin sembari memasang dasi yang tampaknya tidak mau diajak kerjasama agar cepat selesai dengan rapi.

Setelah makan dengan Nancy tadi malam, banyak hal-hal yang mereka ceritakan tentang apapun itu. Ya, meski agak terdengar aneh jika Sam banyak bicara atau bahkan bercerita, tapi itulah kenyataannya. Itupun karena ia mendapat desakan dari si gadis yang terus mengoceh melontarkan berbagai pertanyaan tidak bermutu sampai tidak terasa mereka pulang ke hotel pada jam yang sudah tepat menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Dan akhirnya, inilah yang terjadi. Bangun terlambat dan sialnya hari ini ada rapat dengan para kolega perusahan dinegara ini. Sam sendiri bingung mengenai alasan apa yang akan ia lontarkan. Padahal pertemuan rapat kali ini cukup berpengaruh pada masa depan Millerian Tech miliknya.

Menyebalkan, pikir Sam.

Sekarang sudah hampir satu menit Sam memasang dasinya yang tak kunjung berbentuk. Jika rapat kali ini bukan pertemuan penting, Sam mungkin sudah membatalkannya dan akan membakar dasi yang saat ini ia pakai dan susah diatur.

"Biar aku pakaikan."

Sam terhenti dari aktivitasnya, ia melirik seorang gadis dari balik cermin yang tengah berdiri disampingnya.

Tidak kunjung mendapat jawaban, si gadis mengangkat alisnya. "May i?"

Sam menghela napas, kemudian ia berbalik menatap Nancy yang sekarang menunjukkan senyum manisnya. Tidak lupa pakaian formal yang berbalut rapi sudah melekat ditubuh mungil si gadis.

Setelah tersenyum sekilas ke arah Sam, Nancy mulai memasangkan dasi pada leher Sam dengan begitu serius.

Sam diam-diam memerhatikannya disertai senyuman tipis menawan.

Cantik, pikirnya.

Melihat Nancy memasang ekspresi serius dan juga sangat tekun membenarkan dasinya membuat si gadis tampak lebih cantik dua kali lipat dari biasanya yang selalu menampilkan ekspresi menjengkelkan bagi Sam.

"Selesai," ucap si gadis seraya tersenyum manis dan hampir meruntuhkan keteguhan hati Sam.

Tidak ada yang tahu jika sebuah senyum sederhana nan manis dilakukan oleh Nancy memiliki sedikit dampak kecil dihati Sam. Ya, meskipun Sam tidak memperlihatkan kekagumannya itu. Karena jelas ia sangat pandai menyembunyikan suasana hatinya.

Kembali berbalik menatap cermin dan melihat hasil pekerjaan Nancy, Sam dengan tidak acuhnya berjalan ke arah kasur dimana jasnya sudah disiapkan.

"Kau bisa saja membakar dasi itu jika aku tidak memakaikannya," celetuk Nancy.

Sam membelakangi si gadis dan tersenyum miring. Apa itu? Sebuah kode agar Sam berterima kasih?

Sam hanya mendengus menanggapinya.

Nancy berdecak. "Disini orang baik tidak dihargai. Sebagai pengganti sekretarismu, Nate, aku akan membacakan jadwalmu hari ini. Jadi, dimohon kepada Mr. Sam untuk kerjasamanya. Sekarang sudah pukul 7.35 dan anda sudah telat lebih dari 15 menit."

"Aku tahu." Sam mengambil ponselnya kemudian berjalan mendahului Nancy yang masih berdiri anggun.

Melihat kelakuan Sam yang berubah drastis saat makan malam kemarin membuat ia tidak habis pikir bagaimana jalan pikiran pria yang satu ini. Selalu saja labil dengan sikap dan segala perilakunya.

Tapi jujur, sikap dan perilaku Sam yang sulit ditebak adalah tantangan tersendiri bagi Nancy. Dan Nancy, ia sangat suka dengan yang namanya tantangan.

Karena bagi Nancy, bertahan hidup dalam zona nyaman adalah sebuah kesalahan besar dimana ia tidak akan memiliki kemajuan dalam kehidupan yang singkat ini.

Mengelus dada untuk mengumpulkan sisa kesabarannya, Nancy membentuk sebuah senyum manis kemudian berjalan mengikuti langkah Sam.

Continue Reading

You'll Also Like

456K 24.9K 40
Bermula dari pertemuan Kamilla Maharani siswi SMA Harapan Bangsa, dengan cowok sangar bernama Adrian Adinata Pratama si murid baru. Pertemuan mereka...
101K 4.2K 35
SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY STORE dalam bentuk E-BOOK Link ada di bio aku for (full story) AKU AKAN PUBLISH ULANG SETIAP CHAPTER YANG SEBELUMNYA AKU...
122K 5.6K 38
Clarissa's World versi terbaru. [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] *** Clarissa Aquella, sebelum kejadian di malam itu, ia masih menjadi seorang gadis ya...
3.3M 108K 73
#Alexander Series "Tolong kak lepaskan, ini menyakitkan" -Anna Alexander Ketika seseorang sangat mempercayai kalau takdir tuhan adalah yang terbaik...