HUJAN DI MUSIM PANAS

By irinamizutama

1.9K 85 384

"Mengapa si Sempurna mau bersama dengan si Terbelakang?" Ya, kisah tentang seseorang yang gila secara harfiah... More

C1 Ketidak warasan
C2 Pemberian Nama
C3 Saatnya Sekolah
C4 Mimpi Buruk
C5 Kompetisi
C6 Pendinginan
C7 Tukang Bikin Onar!
C8 Bakat Terpendam
C9 Tugas Sekolah
C10 Kerja Bakti Sana!
C11 Sparing?!
PENGUMUMAN
C12 Akhirnya, Kerja, Kerja, Kerja!
C13 Pernyataan Cinta, eh?
C14 Eh, Gombal?
Extra Chap.
C15 Traktiran
C16 Potong Rambut nih?
C17 Hari Tenang
Sebuah Kabar
C18 Departure : ..., Arrival : JAPAN!
C19 Breaking News
C20 Saksi dan.. Kenalan Lama?!
C22 Petunjuk Tidak Bermutu
C23 (Mungkin) Tidak Berhenti di sini
C24 Tahun Baru Ala Amarai
C25 Kita Hitung dari Sepuluh
C26 Ketika Cinta Mempertemukan
C27 Panggilan Terakhir
C28 Tidak Perlu Tahu
C29 Kenapa Kau Menolongku?
C30 Keadaan Terdesak
C31 Selamat Ulang Tahun
C32 Hujan
Extra Chap 2

C21 Penyiksaan

13 2 5
By irinamizutama

###

Tempat ini, bisa dibilang rame tak rame. Badan penerbangan swasta yang berada di sebuah kota di Indonesia ini merupakan tujuan yang sering digunakan oleh turis-turis baik domestik dan mancanegara untuk menemukan transportasi udara. Tapi, bukan ini yang ku maksud.

Setiap kalian pasti tahu bahwa ada saja sudut 'gelap', bagian rahasia bawah tanah, disetiap kota. Nah, di sinilah aku berdiri. Di sudut 'gelap' bagian penerbangan itulah, aku berkedudukan cukup tinggi. Namaku M. Aresha Bintang, and you can call me STAR! Hmm, tapi karena pekerjaan sudut 'gelap' ini tidak terlalu ramai seperti penerbangan biasa, tidak ada pelaku kriminal, boss mafia, dan segala bentuk rahasia bawah tanah yang sedang menggunakan jasaku, makanya sekarang aku ngegame aja.

Kriiingg kriiingg

Siapa yang berani mengganggu waktu istirahatku anjay?! Em.. ya bukan jam istirahat juga sih, toh disini aku tidak punya jadwal waktu kerja tetap.

"Halo. Siapa yang berani mengganggu waktu ngegameku?"

"Eh, kebetulan yang jawab kamu. Kenapa? Nggak suka ya diganggu?" suara ini, tidak salah lagi, ini pasti makhluk itu. Aku akan segera jadi sibuk.

"Oh men, ditelpon kau, kok aku merasa bakal 'habis manis sepah dibuang' ya?"

"Setan! Betewe, gimana kabarmu? Masihkah laknat seperti biasa?"

"Itukan kau? Lupakan basa-basi, men, kau mau apa kali ini?"

"Penerbangan ke Jepang." nah kan, sudah kuduga.

"Biaya?"

"Ntar nongol sendiri di rekening lu."

"Oke, kapan?"

"Malam ini juga.."

Krik krik

"PALE LO! Kita butuh persiapan minimal setengah hari, kocak!"

"Buat itu jadi 10 menit. Nggak usah jemput, aku yang kesana."

"Terserah elu dah, kutil naga!" aku hanya bisa menghela nafas. Anak itu, mentang-mentang sepantaran denganku, jadi bisa seenaknya memerintahku? Haahh, terlibat dengan manusia itu lagi, mimpi apa aku semalam?

"Eh?! Berani kamu ya?! Betewe, kamu minta berapa?"

"Kaya' biasanya, lah. Oh, dan satu lagi.." aku memikirkan sesuatu

"Kenalin aku sama cewek yang alim, ya." aku tertawa, sekali-kali boleh lah nyusahin dia.

Seketika hening menghampiri..

"..Kalo jomblo ya terima nasib aja, nggak usah minta gue makcomblangin elu. Tapi ya gue usahain, deh."

"Makasih Amarai Wardana sayanggg.."

"Jijik, homo mati aja lu!"

Bip bip bip

"Wah, boss mau kemana, nih. Tumben pengen ke Jepang." batinku. setelah mengatur beberapa jadwal, aku memanggil karyawanku dan menjelaskan situasinya.

"Pokoknya, apapun caranya, klien minta penerbangan malam ini juga. Inget, ini klien penting. Sekali dia nggak puas.." aku membayangkan Amarai Wardana yang dulu "Hhhh, kalian nggak mungkin mau tahu, lah." sekali lagi, dosa apa aku dapet kerjaan dari dia? Lain kali, aku gak mau angkat telpon pas ngegame lagi!

"Ayo ayo ayo!" aku mulai menyuruh mereka untuk bergegas..

"Mungkin, kali ini pake heli khusus aja." batinku lagi

"Rai, aku akan buat kejutan untukmu."

###

"Luss! Lusss!" aku berlari mendekati Lussi yang sekarang ada di dapur

"Kenapa Nad?"

"Berita terbaru!" aku panik sambil memeluk Lussi

"Kenapa lagi Nad?"

"Hotel tempat Saka menginap, terbakar!"

"APA?!"

"Itu tadi juga masuk breaking news. Gimana ini, Luss? Kenapa kaya'nya Saka kena malang mulu, sih?"

"Saka di Jepang, bukan di Malang." aku tahu Lussi mencoba menenangkanku dengan memberiku lelucon, tapi yang ada aku malah ingin memukulnya.

Drrrttt! Drrrttt..

"Eh bentar Luss, ada telepon." HP yang kutaruh di saku rok bergetar. Oh, ternyata Rai

"Halo?"

"Halo Nad, apakah besuk kau datang ambil raport?"

"Nggak. Aku malas ambil. Biar orang tuaku saja, ya itu kalo mereka peduli, sih."

"Kalau kau berubah pikiran dan datang, tolong izinkan aku."

"Kenapa Rai? Memang yang ambil raport kamu, ya? Kok minta izin?"

"Ah, kamu belum tahu ya? Aku dan Saka sama-sama sudah tidak punya orang tua. Lebih tepatnya aku masih punya tapi udah nggak pernah berhubungan lagi. Jadi yang ambil raportku dan Saka sekarang ya aku sendiri."

"Heee.. sendiri.. Jomblo ya?"

"Awas kau!"

"Betewe, emang kamu mau kemana?"

"Ke Jepang, mau jemput itu anak."

"Hah? Dia juga kena luka bakar?!"

"Apa maksudmu dengan luka bakar?"

"Lho, bukannya hotel tempat peserta seminarnya itu juga terbakar?"

"APA?! Jangan bohong kamu!"

"Iya kok, barusan ada beritanya."

"Anak ituuuuu!! Dia tidak cerita tentang kebakaran!"

"Hah? lha terus kamu mau kesana ngapain?"

"Saka hilang, Nad."

Bohong..

Bohong..

Ini.. bohong kan?

"Bohong.."

"Beneran, aku tadi sempat dikabari oleh Pak Nani, katanya.." aku sudah tidak bisa mendengar apa yang Rai katakan. Saka? Menghilang? Kenapa? Anak itu bagaikan kapas saja, yang akan beterbangan dan menghilang jika tidak dijaga.

"Nad? Naaadd? Halooo?"

"Eh, iya, ini Nadya."

"Ngelamun, ya?.." tidak ada kata yang dia lanjutkan sebelum..

"Tenang aja, dia pasti balik. Aku yang jamin." sedikit perkataan Rai ini, entah kenapa, membuatku tenang.

"Oke, aku percaya."

"Tolong ya Nad, yang kusampaikan barusan."

"Iya, betewe, kau ke Jepang naik apa?"

"Ada deh."

Bip bip

"Ah elah kutil kuda, diputus gitu aja!" bodo amat dah, dia mau ke Jepang ngesot juga terserah! Kesel juga gue lama-lama sama Rai, dasar kacamata gak jelas!

===

10 menit kemudian, waktu telah menunjukkan pukul 18.40, dan aku telah sampai.

"Areeshhh!!" aku memanggilnya tepat dikerumunan orang-orang, yang aku yakin sedang bertugas memeriksa banyak hal karena sebenarnya tempat ini bisa dibilang legal-ilegal

"Oh men, lu dateng juga akhirnya?" seseorang dengan wajah mirip dengan bintang film kesukaanku dan Saka, keluar dari sebuah pesawat kecil yang terparkir apik ditengah-tengah

"Oh oke, kembaliin duit gue kalo gitu." aku hanya mengangkat bahu, menaikkan kacamata, lalu berbalik, sebelum anak itu berlari untuk memelukku dari belakang. Jangan sampai dia berhasil peluk-peluk! Jijik! Nggak sudi! Kadang aku khawatir, ni anak jangan-jangan jadi miring efek kelamaan jones, tambah lagi dia terdampar di tempat yang lebih banyak laki-lakinya. Madesu juga lu.

"Hih hih, najis, apaan sih lu peluk-peluk." aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya

"Gue tadi bercanda doang. Nah Rai, selamat datang di tempat kerja gue!" katanya sambil merentangkan tangan dan melihat sekitar. Aku hanya memberikan tatapan datar, kemudian menunjuk pergelangan tanganku tanda durasi. Nggak perlu banget aku dapat penjelasan soal tempat kerjanya, apalagi penjelasannya dari orang jenis begitu.

"Oke, nggak usah lama-lama, itu kendaraan lu udah di luar." Aresh menunjuk Heli hitam yang sudah terparkir di luar, siap untuk diterbangkan

"Gitu dong." aku lalu berjalan kearah heli itu dan duduk dibagian samping pilot. Jadi copilot? Hah, kecil itu mah. Udah pernah belajar juga. Barang-barang yang kubawa kutaruh dibagian penumpang.

"Tunggu, yang jadi pilotnya siap–WHAT?!" tepat ketika aku sedang bertanya-tanya tentang pilot dan menengok ke tempat duduk pilot, Aresh masuk

"Hoi! Kok elu yang jadi pilotnya?! Nilai ujianlu berapa woy!" seorang Aresh duduk disampingku sebagai pilotnya, jujur aku sama sekali tidak mengharapkannya. Karena aku tau satu hal soal dia dan praktek penerbangannya.

"Ya elu sih, mintanya mendadak banget! Jadi yang ada cuma gue. Nilai? Hahahaha, bagus kok. 'C-' laah." sudah kuduga! Nilai praktek penerbangannya memang kasihan. Dan lagi, mendadak? Masih untung aku gak minta berangkat saat itu juga.

"APA?! Beraninya elu jadi pilot gue?! Gimana gue bisa mercayain nyawa gue ke elu?!" jelas saja, aku melakukan ini bukan untuk mati gara-gara bocah narsis ini. Bahkan dia sempat-sempatnya melakukan selfie tadi! Dia bilang untuk di unggah di sosial medianya, Aresha Bintang.. aku tidak menangkap suatu manfaat dari kelakuanmu. Dan yah, dia sempat mengajakku selfie bersamanya, jawabanku untuknya tentu saja: ogah!

"Udahlah, terima aja. Lu juga udah bayar. Barusan gue check lumayan juga lu bayarnya." bukan soal uang yang kupermasalahkan 'manusia narsis'! Nyawa, bocah! Keselamatanku yang kupertanyakan disini!

"Itu karena lu harus nunggu di sana sampe gue selesai!" aku memilih berhenti mempermasalahkan dia yang jadi pilotku, kita lihat saja bagaimana dia akan melakukan penerbangan ini. Tapi tetap saja, akan kubuat dia mendapat ganjaran atas kenekadannya menjadi pilotku dengan kemampuannya yang sekarang.

"Oke boss. Siap berangkat! Betewe entar transit di Singapura dulu, ya? Ganti heli." terserah elu! gue udah nggak mood ngomong sama elu.

Kami berangkat. Tumben sekali dia di perjalanan sangat fokus sampe nggak ngajak ngobrol? Untung lah, setidaknya nggak nabrak kalo dia nggak ngajak ngomong. Tibalah kami di tempat transit.

"Gimana, udah ada yang bisa lu kenalin ke gue?" setelah heli parkir dengan apik, kami menuju heli yang satunya.

"Alim ya.." satu-satunya yang bisa kupikirkan tentang cewek alim ya cuma dia

"Lussiana Sakti."

"Eh?" Aresh seperti menyadari sesuatu, kemudian diam

"Kenapa?" tanyaku

"Nggak, nggak papa. Ntar kasih nomornya, ya."

"Yeee.. cewek baik-baik nggak ada yang mau kenalan lewat chat. Kenalan langsung dong. Cemen banget astaga." kataku sambil memberinya tatapan mengejek

"Oh, jadi yang model begitu ya, oke aja." apa?! Ni anak serius mau ngejar Lussi? Aku menatapnya dengan bingung, tapi kemudian masa bodoh dan masuk ke dalam heli

***

"Aww." aku mencoba untuk bergerak, tapi kenapa susah banget? Aku melihat sekeliling. Oh, ternyata diraintai..

"Adededede." oh iya, bagian lutut dan lenganku masih terluka, ya? Aku lupa

"S.. Saka?" di seberangku, aku mendengar suara.. suara Bu Age!

"Bu Age? Bu Age apakah baik-baik saja?"

"Tidak bisa dibilang baik, Nak. Tapi lumayan, lah."

Aku mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di sini. Bu Age yang terikat di kursi, sedangkan aku yang dibelenggu. Kira-kira kenapa, ya? Rasanya gak adil, serius. Harusnya aku dan bu Age tidak usah diikat, biar adil.

Aku menengok sekeliling. Yang bisa kucerna hanyalah, aku sekarang berada di sebuah gedung tak terpakai, sepertinya bekas pabrik karena banyak alat-alat besar yang telah ditutup plastik.. dan berdebu..

Krieettt..

Aku yang dari tadi asyik melihat sekeliling, dikejutkan dengan suara sesuatu yang dibuka. Dari arah kiriku, sekitar 50 meter, ternyata terdapat pintu yang cukup besar. Dari pintu itu, masuk beberapa orang, yang pastinya jelas tidak bisa kulihat mukanya.

"Halo Saka.." ini.. bahasa Indonesia?

"Apa yang anda mau dari saya?"

"Sudah jelas, kan? Sebagai anak dari detektif swasta ternama seAsia dan Hakim hebat pada masanya, kau pasti memiliki itu."

Tunggu, tunggu tunggu tunggu. Dari mana dia–

Argh! Rambutkuuuuuu.. jangan di jambak anjay, rontok semua

"Katakan! Dimana berkas-berkas itu!"

"Berkas apa, sih?!" dia ini, mau bikin paspor juga? Kenapa tanya berkas?

"Berkas tentang fakta-fakta dari kasus mafia White Lily. Kau pasti tahu, lah, Sak. Sebagai pewaris mutlak dari harta benda orang tuamu."

Mereka ini, jauh-jauh menculikku di sini, hanya untuk menanyakan file orang tuaku yang bahkan aku tidak tahu kasus yang mana itu? Wasting time wasting energy banget.

***

kali ini kami UP 3 chap! silakan menikmati

Lyris SbN

Kesha Mutia

Continue Reading

You'll Also Like

841K 45.1K 48
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
508K 8.1K 19
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
2.1M 104K 44
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
129K 2.4K 14
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...