MY ICE MAN ✔ [ TERBIT ]

Oleh sandimlna

9.3M 289K 11.3K

SUDAH TERBIT. SILAKAN BELI DI GRAMEDIA ATAU BUKABUKU.COM [ COMPLETED • SEBAGIAN BAB TELAH DIHAPUS ] #1 in Rom... Lebih Banyak

Zac Pradipta
Kesha Fatusha
My Ice Man | 1
My Ice Man | 2
My Ice Man | 3
My Ice Man | 4
My Ice Man | 5
My Ice Man | 6
My Ice Man | 7
My Ice Man | 8
My Ice Man | 9
My Ice Man | 10
My Ice Man | 11
My Ice Man | 12
My Ice Man | 13
My Ice Man | 14
My Ice Man | 16
My Ice Man | 17
My Ice Man | 18
Q&A
Jawaban Q&A
INFO PENTING
SEQUEL MY ICE MAN
Q&A 2
Sekilas Info (Penting)
PENGUMUMAN UNPUBLISH
INFO PENTING
SPECIAL PART (IRA & ALDEN)
SPECIAL PART 2 (IRA & ALDEN)
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER
GIVE AWAY NOVEL MY ICE MAN
E-BOOK MY ICE MAN
OPEN PRE-ORDER

My Ice Man | 15

232K 11.6K 559
Oleh sandimlna

READY? VOTE DULU YA :)

1000+vote dan komentarnya untuk Bab selanjutnya yaaa...

AYO SEMANGAT!!!

Megang tangan siapa tuh, Bang?

•••••

Perjuangan belum selesai!

Itulah kalimat yang selalu berkeliaran di dalam kepala Zac. Apapun yang akan terjadi dengan hubungannya bersama Kesha, ia akan tetap berjuang. Ia akan membuktikan kepada Kesha bahwa ia sudah berubah. Apapun juga akan ia lakukan agar Kesha mengurungkan atau bahkan menghilangkan keinginannya untuk bercerai.

Zac masih ingat jawaban Kesha saat ia bertanya apakah mereka akan cerai atau tidak. Ya, Zac sangat berharap bahwa ia tidak akan pernah cerai atau pisah dengan Kesha. Karena apa? Karena Zac tahu, bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Kesha. Wanita itu sudah menjadi sebagian jiwanya, nyawanya, dan juga sumber kebahagiannya.

"Kita nggak akan cerai, kan?" tanya Zac.

Kesha terdiam sejenak, bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia menatap raut wajah dan tatapan penuh harap dari Zac. Pria itu benar-benar berbeda dibandingkan dahulu, Kesha tahu jika Zac sudah berubah. Hanya aja ada sesuatu di dalam hatinya yang belum sepenuhnya yakin kepada Zac. Masih ada secercah keinginan Kesha untuk bercerai dengan Zac, ia juga tidak tahu mengapa keinginan itu masih betah berdiam diri di dalam hatinya. Mungkin karena Kesha belum bisa melupakan bagaimana kejam dan sadisnya perkataan serta perlakukan Zac kepadanya dahulu.

"Kesha..." suara Zac melembut dan kini tangannya meraih tangan Kesha.

Wanita itu masih saja terdiam, bingung dengan jawaban apa yang harus ia berikan kepada Zac.

"Jangan bilang kamu mau cerai sama aku?" tebak Zac. "Kes, apapun akan aku lakukan supaya kamu nggak mau cerai sama aku."

Kesha tampak ragu dengan ucapan Zac. Tetapi, tiba-tiba saja ia teringat ucapan Ira yang memintanya untuk pelan-pelan memaafkan Zac. Sejauh ini Kesha sudah melakukan itu semua. Anggap saja ia sudah memaafkan Zac, tetapi keinginan untuk bercerai belum juga sirna.

Sebuah senyum hangat terbit pada bibir Kesha, wanita itu menatap hangat ke arah Zac seraya mengusap punggung tangan suaminya itu. "Kita coba pelan-pelan, ya?"

"Maksud kamu?"

"Aku nggak tau kenapa...tapi jujur, aku belum sepenuhnya yakin sama kamu." Balas Kesha yang membuat Zac menatapnya tidak percaya. "Tapi, aku udah mencobanya pelan-pelan. Dan sejauh ini hasilnya cukup berhasil."

"Jadi, kamu belum maafin aku?"

"Bukan gitu, Zac." Kesha menyela, "Aku cuman mau lihat sampai mana kamu buat aku yakin kalau kamu benar-benar berubah."

Zac terdiam sejenak. Antara menerima atau tidak dengan jawaban yang sama sekali tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Begitulah hidup, kadang tidak sesuai dengan ekspetasi.

"Zac, aku bilang gini bukan berarti aku nggak maafin kamu." Zac kembali menatap mata Kesha saat wanita itu masih melanjutkan ucapannya. "Aku udah maafin kamu. Cuman, aku belum yakin doang."

"Kalau itu mau kamu, aku akan berusaha supaya kamu yakin." Zac tersenyum sebelum kembali melanjutkan kata-katanya. "Tapi, malam ini boleh dong tidurnya sambil meluk kamu?"

Kesha tertawa geli mendengarkan permintaan Zac. "Iya, boleh."

Sesuai dengan jadwal pemeriksaan kehamilan Kesha, hari ini Zac akan mengantar istrinya untuk memeriksakan kandungannya. Dipemeriksaan kehamilan yang pertama ini, Zac sangat bersemangat. Bahkan ia sudah siap dan rapi dengan kemeja kasual dan celana chino berwarna hitam. Ia juga sudah mandi sejak pagi dan membantu pekerjaan rumah Kesha agar cepat selesai. Hari ini juga Zac sangat bawel, tak henti-hentinya pria itu menanyakan kapan Kesha akan diperiksa. Menggemaskan sekali, bukan?

"Kes, kapan sih kita berangkatnya?" Zac menyakan hal yang serupa selama dua jam berturut-turut. Membuat Kesha sedikit jengah, tetapi ia sangat menyukainya.

Kesha memoleskan sedikit lipstick pada bibirnya. "Sebentar lagi, aku udah janjian sama dokternya jam 12.00. Lagian kan ini baru jam 10.00, Zac."

"Kamu make up-nya lama juga, ya." Ucap Zac saat melihat Kesha sedang berdandan. "Mau aku bantuin nggak?"

"Apaan sih, Zac." Keha mengulum senyum geli. "Sabar, Zac."

Setelah menunggu hampir satu jam, dan selama satu jam itu Zac hanya memperhatikan Kesha yang tampak sudah ahli dalam memakai alat make up. Satu hal yang baru Zac tahu adalah, istrinya itu sangat pandai merias diri. Membuat penampilan semakin cantik, Zac akui itu semua.

Ah, selama ini kamu kemana saja, Zac.

"Udah." Kesha memasukkan ponsel dan bedak taburnya ke dalam tas kecil yang akan dibawanya. "Ayo, Zac."

Zac terbangun dari lamunannya dan menyadari bahwa Kesha sudah berada di hadapannya. Ia langsung saja bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Kesha. Lalu, mulai pergi meninggalkan rumah.

FYI, umur kehamilan Kesha sudah memasuki usia delapan minggu atau dua bulan. Selama itu juga, Kesha belum terlalu merasakan apapun. Hanya sedikit mual di pagi hari tetapi tidak terlalu parah, dan kadang juga ia merasakan nyeri pada kedua payudaranya.

Sepanjang perjalanan menuju dokter kadungan, Zac tak pernah berhenti untuk memegang tangan Kesha. Pria itu menggenggamnya sangat erat, sesekali juga menariknya lalu mencium punggung tangan Kesha. Hal sama sekali tidak pernah dilakukan sebelumnya dan membuat Kesha sedikit tertegun melihat sikap Zac yang begitu manis.

Sebelumnya, Kesha dan Zac sudah mencari beberapa dokter kandungan yang bagus dengan pelayanan dan keahlian yang tak diragukan lagi. Keduanya memilih salah satu dokter yang berada di rumah sakit di Jakarta yang bernama dr. Ririn Karlina, Sp. OG. Dokter Ririn sangat terkenal se-Jakarta, kadang juga jasanya sering dipakai di kalangan artis ibu kota. Kadang juga menjadi dokter pribadi salah satu pasien yang berkonsultasi kepadanya.

Awalnya Kesha menolak untuk memilih Dokter Ririn. Bukan apa-apa ia menolaknya, hanya saja tarif konsultasinya saja sangat mahal. Kesha tak mau jika tabungan atau uang Zac terkuras karena berkonsultasi saja. Tetapi, Zac memaksa Kesha untuk menggunakan jasa Dokter Ririn, karena ia ingin yang terbaik untuk istrinya dan juga anaknya. Dan pada akhirnya, Kesha menerimanya walau dengan berat hati karena terlalu takut suaminya itu akan kehabisan banyak uang.

"Aku nggak sabar mau lihat anak kita. Kira-kira mukanya mirip siapa ya?" tanya Zac yang masih mengendarai mobil yang baru saja selesai di servis setelah insiden sebulan yang lalu.

Sontak saja itu membuat tawa Kesha pecah. Suaminya itu antara polos atau tidak tahu apa-apa. Mana mungkin kandungan usia delapan minggu sudah terlihat wajahnya.

"Kamu ini apa-apaan sih, Zac. Mana bisa lihat wajah anak kita di dalam kandungan." Tawa Kesha yang belum juga reda.

"Jadi, kapan aku bisa lihatnya?"

"Ya, nanti kalau udah lahir ke dunia. Baru bisa lihat wajahnya." Balas Kesha yang tawanya sudah mereda. "Anaknya mirip aku deh."

"Nggak ah, harus mirip aku." Sela Zac tak terima dan membuat tawa Kesha kembali pecah. "Kalau laki-laki harus mirip aku, biar ganteng kayak papanya. Kalau perempuan juga harus mirip aku, biar..."

"Biar cantik kayak papanya juga?" tanya Kesha usil.

"Ya nggak lah!" Zac cemberut dan itu membuat tawa Kesha semakin menjadi.

Rasanya menyenangkan bisa saling mengobrol dan berbincang seperti ini. Tidak seperti dahulu yang hanya diam dan diselimuti oleh keheningan saat berada di dalam mobil.

Dua puluh menit kemudian, mobil Zac sudah memasuki halaman rumah sakit. Kesha turun terlebih dahulu dan menunggu Zac yang sedang mengunci mobilnya.

"Lantai berapa dokternya?"

"Lantai tiga."

Selanjutnya, mereka memasuki rumah sakit tersebut dan memberitahu resepsionis bahwa mereka sudah membuat janji dengan Dokter Ririn untuk pemeriksaan serta konsultasi tentang kehamilan. Setelah itu, Zac dan Kesha langsung saja menekan tombol pada salah satu lift. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka dan keduanya langsung saja memasuki lift tersebut. Menekan angka tiga, dan lift pun berjalan ke atas.

Tak sampai dua puluh detik, lift telah sampai di lantai yang dituju. Keduanya pun langsung saja melangkahkan kakinya menuju ruangan Dokter Ririn berada.

"Selamat siang, silakan duduk." Dokter Ririn menyapa lebih dahulu saat Kesha dan Zac memasuki ruangannya.

Kesha bersalaman dengan Dokter Ririn, begitu dengan Zac. Kemudian, keduanya duduk di kursi yang tersedia.

"Ada keluhan apa sejauh ini?" tanya Dokter Ririn yang telah siap dengan selembar kertas dan bolpoin yang berada di tangannya.

Walaupun ini baru pertama kalinya Kesha bertemu dengan Dokter Ririn, tetapi dokter itu sangat memperlakukannya dengan baik. Murah senyum dan ramah terhadap siapa pun.

"Nggak ada sih, dok. Paling mual sedikit sama payudara suka terasa sakit aja sih." Jelas Kesha mengenai gejala yang ia rasakan selama ini.

Dokter Ririn tersenyum hangat. "Itu adalah hal biasa dirasakan saat hamil, yang terpenting si ibu dan janinnya dalam kondisi yang baik dan sehat."

Kesha dan Zac menganggukkan kepalanya secara bersamaan.

"Mari kita periksa menggunakan alat USG." Kata Dokter Ririn yang langsung saja membawa Kesha menuju ranjang yang berada di ruangannya.

Kesha berbaring di atas ranjang tersebut, dan sang dokter langsung saja menaikkan sedikit pakaian yang dikenakan oleh Kesha. Mengoleskan sesuatu berupa gel, dan mulai memeriksa perut Kesha dengan alat USG yang terhubung ke layar monitor yang berada di sampingnya.

Zac memperhatikan setiap gambar yang ditampilkan pada layar monitor dengan jeli.

"Sudah bisa dilihat jika jaringan kulitnya sudah mulai terbentuk." Dokter Ririn terus saja menjelajahi perut Kesha dengan alatnya. "Pembuluh vena juga sudah dapat terlihat dengan jelas."

Baik Zac atau Kesha merasa terenyuh melihat si jabang bayi yang berukuran sangat kecil. Kesha juga hampir saja menangis melihat itu, begitupun dengan Zac. Keduanya tidak menyangka bahwa sebentar lagi rumah tangganya akan dirasa lengkap dengan kehadiran sosok anak.

"Ukurannya pun sekitar 14 sampai 20 mm dan beratnya kira-kira sekitar 2 gram. Cukup baik perkembangan janinnya saat ini." Jelas Dokter Ririn lebih lanjut.

Sang dokter menyudahi pemeriksaan kandungan Kesha, tangannya mulai mengelap gel yang sebelumnya dioleskan dan menurunkan kembali pakaian Kesha.

"Janinnya berkembang sangat baik." Ucap sang dokter kala kembali duduk pada kursinya. "Ada pertanyaan?"

"Kira-kira dok, apa saja makanan yang harus saya makan?" tanya Kesha.

"Tidak ada larangan dalam makanan, apapun yang Ibu Kesha sukai, makanlah. Karena itu juga untuk nutrisi janinnya."

Kesha dan Zac mengangguk mengerti.

"Dok..." panggil Zac.

"Iya?"

Zac melihat ke arah Kesha yang sedang menatapnya, ia tampak ragu dan juga malu jika harus menanyakan hal ini kepada sang dokter. Untung saja Dokter Ririn langsung peka dengan apa yang akan ditanyakan oleh Zac.

"Tidak ada salahnya jika melakukan hubungan intin ketika sedang hamil muda." Ucap sang dokter tiba-tiba yang membuat pipi Kesha memerah dan Zac tersenyum malu.

"Apa Ibu Kesha mengamalami kenaikan hormon seksual?"

"Eh?" Kesha sedikit tersentak dan juga sangat malu dengan pertanyaan dari Dokter Ririn. "Sejauh ini nggak, dok."

Dokter Ririn tersenyum kembali. "Selama janin yang berada di kandungan Ibu Kesha baik-baik saja, hubungan intim sangat aman. Dan untungnya janin Ibu Kesha dalam keadaan baik.

"Hanya saja jika memang ingin melakukan hubungan intim, sebaiknya carilah posisi yang nyaman bagi si ibu agar perutnya tidak tertekan. Seperti posisi woman on top, atau posisi menyamping." Jelas Dokter Ririn lebih lanjut

Setelah mendengarkan penjelasan akhir dari Dokter Ririn, Kesha dan Zac pun berpamitan kepada sang dokter , lalu meninggalkan ruangan sang dokter.

Sepanjang perjalan menuju rumah, Zac tak henti-hentinya tersenyum puas dan bersyukur karena tak ada larangan untuk berhubungan intim selama janin Kesha dalam keadaan baik.ia juga beruntung karena Dokter Ririn sangat peka dengan apa yang akan ditanyakannya barusan.

"Kok kamu nanya masalah itu sih, Zac?" tanya Kesha yang sedari tadi merasa malu.

"Siapa yang tanya begituan?"

"Kamu."

"Nggak." Balas Zac tidak mau mengakuinya. "Dokter Ririn yang jelasin sendiri."

"Aku malu tau, Zac."

Pria itu justru tertawa dan membuat Kesha sebal dengan otak mesum suaminya itu.

"Kesha..." panggil Zac saat tawanya sudah mulai mereda.

"Apa!?" bentak Kesha.

"Malem ini mau kamu, ya? Boleh?" Tanya Zac dengan nada yang nakal dan sarat akan gairah. "Aku mau nyoba pas posisi kamu di atas."

Kesha tak menjawabnya langsung, ia justru tak mau mendengarkan apa-apa dari suaminya yang berotak mesum itu. Lihat saja, Kesha akan membuat si jantan milik Zac meringis kesakitan di dalam sana karena hasrat yang tak terlampiaskan.

"Tetangga baru ya?" tanya Kesha saat mobil mereka sudah berada di depan rumah dan melihat ada orang yang sedang pindahan di seberang rumahnya.

"Mungkin." Jawab Zac acuh tak acuh.

Wanita itu segera membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Berjalan menghampiri rumah yang berada di seberangnya. Di sana sudah ada tiga orang kuli angkut barang yang sedang memindahkan furniture rumah tangga ke dalam rumah. Karena rasa penasaran yang luar biasa, Kesha bertanya kepada salah satu kuli yang yang sedang mengangkat sebuah meja kecil.

"Baru pindahan ya, Mas?" tanya Kesha kepada kuli tersebut.

"Iya, Mbak." Jawab si kuli itu dengan sopan.

Kesha hanya ber-oh ria dan matanya mulai menjelajahi ke dalam rumah dari kejauhan. Tiba-tiba saja ia melihat sosok wanita yang berjalan menghampirinya dengan senyum yang sangat ramah.

"Baru pindahan ya, Mbak?" tanya Kesha basa-basi saat wanita itu sudah berada di hadapannya.

Wanita itu mengangguk sopan. "Iya, Mbak."

"Wah...berarti kita tetanggaan ya, Mbak? Rumah saya diseberang sana." Kesha menunjuk rumahnya. "Kapan-kapan mampir, ya?"

"Kesha..." panggil Zac dari kejauhan.

Kesha menoleh ke arah Zac yang diam seraya menatap tajam ke arahnya. Ralat, bukan ke arah Kesha. Tetapi menatap ke arah wanita yang sedang berbincang dengan istrinya. Antara terkejut atau tidak percaya melihat sosok itu. Sosok yang sudah tak asing lagi baginya.

Bagaimana bisa...Aura ada di rumah itu?

•••••

Aura everywhere gengsss wkwkwk.

Maaf kalau ada yang salah tentang masalah kehamilan, maklum aku kan cowok wkwkwk.

Ditunggu komentar terhebohnya yaaaa.

Jangan lupa follow instagram

@zacpradipta
@sandimaulanna

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

298K 24.9K 48
DON'T REPOST MY STORY!!! -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadiny...
384K 4.9K 10
"Because man and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...
370K 26.1K 33
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
6.7M 336K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...