MY ICE MAN ✔ [ TERBIT ]

By sandimlna

9.3M 289K 11.3K

SUDAH TERBIT. SILAKAN BELI DI GRAMEDIA ATAU BUKABUKU.COM [ COMPLETED • SEBAGIAN BAB TELAH DIHAPUS ] #1 in Rom... More

Zac Pradipta
Kesha Fatusha
My Ice Man | 1
My Ice Man | 2
My Ice Man | 3
My Ice Man | 4
My Ice Man | 5
My Ice Man | 6
My Ice Man | 7
My Ice Man | 8
My Ice Man | 9
My Ice Man | 10
My Ice Man | 12
My Ice Man | 13
My Ice Man | 14
My Ice Man | 15
My Ice Man | 16
My Ice Man | 17
My Ice Man | 18
Q&A
Jawaban Q&A
INFO PENTING
SEQUEL MY ICE MAN
Q&A 2
Sekilas Info (Penting)
PENGUMUMAN UNPUBLISH
INFO PENTING
SPECIAL PART (IRA & ALDEN)
SPECIAL PART 2 (IRA & ALDEN)
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER
GIVE AWAY NOVEL MY ICE MAN
E-BOOK MY ICE MAN
OPEN PRE-ORDER

My Ice Man | 11

263K 14.1K 415
By sandimlna

READY? VOTE DULU 😘

1000+vote dan komentarnya untuk bab selanjutnya yaaa...

Sanggup nggak? 😏

AYO SEMANGAT!!!

•••••

Playlist
Corrine Bailey Rae - The Scientist

•••••

Kesha sangat beruntung karena ia tidak perlu terlalu lama berada di rumah sakit. Ia hanya sehari dirawat di sana sejak insiden pingsan yang sebelumnya diawali dengan sebuah drama sinetron. Dan ada satu kenyataan yang harus membuat Kesha menggagalkan untuk bercerai dengan Zac. Ia harus menerima bahwa dirinya hamil. Ya, hamil. Darah daging Zac dan sudah berusia empat minggu.

Kesha bukan tidak bahagia dengan kehamilannya ini. Justru ia sangat bahagia, akhirnya pernikahannya dengan Zac membuahkan hasil juga. Ia hanya tidak bahagia karena Zac baru peduli saat dirinya hamil. Maka hal itulah yang membuatnya sedikit ragu dengan kehamilannya. Kesha tahu jika Zac hanya menginginkan anak yang berada di dalam kandungannya, bukan dirinya. Ia masih sebagai figuran di dalam kehidupan Zac. Walaupun pria itu sudah meminta maaf kepadanya, tetapi Kesha masih belum yakin bisa memaafkan sosok Zac yang telah menyakitinya selama lima bulan.

Awalnya Kesha tetap ingin pulang ke rumahnya dan hidup bersama Keira, kakaknya. Tetapi, Zac memaksanya untuk tidak meninggalkan rumah disaat kondisinya sedang hamil. Ya, Kesha menurut saja dengan apa yang suaminya itu katakan. Ia malas jika harus berdebat lagi dengan Zac yang tidak pernah ada hentinya.

Hari ini Kesha pulang bersama Zac menggunakan kursi roda. Entah kenapa Zac bersikap peduli kepadanya dan meminta Kesha untuk memakai kursi roda. Bahkan pria itu juga membeli kursi roda karena tak ingin melihat Kesha kelelahan kala harus berjalan.

"Kamu mau makan?" tawar Zac ketika mereka sudah berada di rumah.

"Nggak." balas Kesha singkat tanpa mempedulikan Zac yang kini berada di hadapannya dengan memasang senyum tipis.

Sialnya, senyum Zac mampu membuat jantung Kesha berdebar sangat kencang. Harus Kesha akui bahwa Zac memiliki senyum termanis, bahkan bisa lebih manis dari gula jawa.

"Dari pagi kamu belum makan apa-apa. Cuman makan roti doang." kata Zac kepada Kesha.

"Aku nggak lapar." sebisa mungkin Kesha bersikap tak acuh. "Aku mau tidur. Aku capek."

Zac mengembuskan napas pasrah melihat tingkah laku istrinya. "Kamarnya pindah ke bawah. Kata dokter kamu nggak boleh naik turun tangga. Aku nggak mau terjadi sesuatu sama anak kita."

"Anak kamu." jawab Kesha cepat. "Kamu cuman mau anak ini, bukan aku."

"Kesha..." panggil Zac dengan nada yang menyerah menyikapi istrinya tersebut. "Aku nggak pernah bilang gitu."

"Emang." kini, mata Kesha menatap tajam ke arah Zac. "Kamu nggak pernah bilang kayak gitu, tapi sikap kamu seolah-olah membuktikan ucapan aku."

Pria itu terdiam.

"Jangan ganggu aku lagi. Aku mau istirahat. Harusnya aku nggak di sini lagi." ucap Kesha seraya bangkit dari kursi rodanya dan berjalan menuju kamar yang berada di lantai bawah.

Bahu mereka sempat saling bertabrakan saat Kesha berjalan melewati Zac. Pria itu hanya terdiam dan berusaha tidak marah kepada Kesha. Sepertinya, Zac harus mulai membiasakan diri dengan suasana hati seorang Kesha.

Sesampainya di kamar, Kesha langsung saja duduk di tepi ranjang. Memegang perutnya yang kini sedang dihuni oleh bayi yang sama sekali tidak diduga olehnya. Apakah dengan ini Kesha akan membatalkan perceraiannya?

Tidak! Kesha akan tetap menggugat cerai Zac. Karena pria itu hanya ingin anaknya, bukan Kesha. Pria itu tidak peduli kepadanya dan hanya peduli kepada anaknya.

"Kesha..."

Kesha mendengar panggilan dari luar kamar. Ia juga sempat pusing karena Zac tiba-tiba saja cerewet kala mengetahui dirinya sedang hamil.

"Ada Ira, Kes." ucap Zac selanjutnya.

"Ira?" gumam Kesha pelan dan bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu dan membukanya secara perlahan.

Benar saja, Ira sudah hadir dengan senyum yang mengembang. Kesha menanggapi senyum sahabatnya itu dengan senyum tipis. Lalu membawa Ira masuk ke dalam kamarnya, tindakan yang seharusnya tak dilakukan Kesha karena itu merupakan kamarnya bersama Zac. Tetapi, ia lakukan ini karena sangat malas dengan pria itu yang berpura-pura peduli kepadanya.

"Eh, Kes, suami lo nggak marah ajak gue ke kamar ini?" tanya Ira saat melihat Kesha yang menutup pintu kamar dan menguncinya.

"Nggak usah peduliin dia. Dia aja nggak pernah peduli sama gue."

Ira tidak membahasnya lagi.

"Katanya lo hamil ya?" tanya Ira saat mereka sudah duduk di sofa yang berada di dalam kamar tersebut.

Kesha memandangi Ira sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. "Tau dari siapa?"

"Zac."

"Kapan dia cerita sama lo?"

"Tadi." balas Ira. "Kayaknya dia mulai peduli deh sama lo."

"Peduli sama anaknya, bukan sama gue."

Ira tak paham dengan apa yang baru saja ia dengar, dahinya mengkerut. "Maksud lo?"

"Coba bayangin sama lo, aneh nggak tiba-tiba aja sikap Zac baik sama gue pas tau bahwa gue hamil? Terus dia minta maaf. Apalagi kalau bukan karena anaknya."

"Kok lo bisa ngomong gitu sih?" tanya Ira sedikit tak percaya dengan penjelasan Kesha. "Nggak boleh nuduh sembarangan sama suami."

"Gue bukan istrinya. Gue cuman partner sex resminya dia." sahut Kesha.

Jika hari ini ia akan menceritakan semuanya kepada Ira, maka hari ini juga Kesha tidak akan pernah menangis lagi untuk pria tolol yang sedang berpura-pura baik kepadanya.

"Kes..." Ira memegang tangan Kesha. "Gue yakin Zac gini bukan karena lo hamil."

"Terus karena apa? Karena dia dapat pencerahan supaya nggak dapat karma?" Kesha mendengus sinis.

"Dia mulai cinta sama lo." balas Ira yang membuat Kesha terdiam. "Gue yakin dia udah mulai cinta sama lo. Tadi aja pas cerita lo lagi hamil, antusiasnya luar biasa. Gue nggak pernah lihat Zac yang kayak gitu."

Kesha terdiam dan membiarkan Ira terus berbicara.

"Gue nggak mau lo salah sangka karena Zac bersikap baik sama lo. Gue yakin dia udah jatuh cinta sama lo, dan ini waktunya buat lo untuk maafin semua kesalahan dia sama lo."

Wanita itu mendengus kesal. "Lima bulan nyakitin gue dan gue harus nerima maaf dia yang sama sekali nggak berasal dari hatinya?"

"Tau darimana lo dia minta maaf nggak dari hati?" tanya Ira yang terkesan menginterogasi.

Kesha kembali terdiam.

"Kalau pun lo belum bisa, lo bisa mencobanya pelan-pelan. Lo bisa lihat perjuangan dia buat ngebuktiin kalau Zac beneran udah berubah."

"Tetep aja gue mau minta cerai sama dia kalaupun dia berubah."

Ira menghela napas pasrah. Sahabatnya ini memang terkenal keras kepala. "Lo egois tau nggak."

Kesha tersentak dengan pernyataan Ira. "Gue? Egois? Nggak salah?"

"Kalau lo cerai sama Zac, apa lo tega lihat anak lo tumbuh tanpa keluarga yang nggak lengkap? Lo tega bikin anak lo nantinya stress karena broken home?"

Kesha tak berani menjawab.

"Pikirin ke situ Kes, lo nggak bisa mikirin tentang perasaan lo aja. Lo juga harus mikirin perasaan anak lo kalau lo cerai sana Zac."

"Terus gue harus gimana?"

"Coba terima Zac secara pelan-pelan." ucap Ira yang membuatnya Kesha tak yakin akan melakukan itu semua.

•••••

Kadang ada dua hal yang sangat sulit dilakukan oleh manusia. Pertama, meminta maaf. Meminta maaf kadang terasa sulit jika kita mementingkan ego dan gengsi semata, tidak peduli dengan kesalahan dan menganggap dirinya yang paling benar. Kedua, memaafkan. Kadang juga kita merasa sulit untuk menerima permintaan maaf dari seseorang yang sudah melakukan kesalahan kepada kita. Bukan apa-apa, karena kesalahan orang itulah yang membuat kita enggan untuk memaafkannya.

Seperti halnya Kesha yang masih sulit untuk menerima permintaan maaf dari suaminya itu. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya yang membuatnya sulit untuk menerima permintaan maaf dari Zac. Meskipun pria itu sudah berusaha semaksimal mungkin.

Seperginya Ira dari rumahnya, Kesha langsung saja tidur dan kini terbangun tepat pukul 19.00. Ia terpaksa bangun karena perutnya terasa lapar, anaknya minta untuk diisi. Membuatnya terpaksa harus keluar kamar dan mencari makanan. Kesha berniat akan membuat roti bakar atau apapun sebagai ganjal perutnya malam ini. Ia akan mulai menghentikan konsumsi mie instan karena itu kurang baik bagi ibu hamil.

Kesha membuka pintu kamarnya dan melangkah malas keluar. Telinganya mendengar sebuah suara dari arah ruang santai yang berasal dari acara televisi. Mungkin Zac sedang menonton, pikirnya begitu.

Tanpa mempedulikan sosok Zac yang mungkin berada di ruang tengah, Kesha melanjutkan langkahnya menuju dapur. Alangkah terkejutnya ia saat melihat Zac sedang tertidur di tepi meja makan dengan menggunakan tangannya sebagai bantalnya. Ia juga melihat ada beberapa makanan yang sudah tersaji di atas meja makan itu. Tentu saja hal itu membuat hati Kesha sedikit terenyuh, bagaimana bisa Zac tertidur di sana. Bahkan Kesha dapat menjamin bahwa itu adalah posisi tidur yang sangat tidak nyaman.

Kesha hampir saja menangis saat melihat pemandangan itu, tetapi ia bisa menahannya. Pada detik selanjutnya, saat Kesha mendekati meja makan, tubuh Zac bergerak dan kini sudah terbangun dengan wajah bantalnya. Menatap hangat ke arah Kesha yang mampu membuatnya ingin menangis. Terlihat sekali raut wajah lelah dari Zac, namun pria itu memaksakan dirinya untuk tersenyum kepada Kesha. Hal yang sama sekali tak pernah pria itu lakukan sebelumnya.

"Kamu lapar?" tanya pria itu. Dan Kesha hanya mengangguk.

"Aku udah masakin kamu makan ini." tunjuk Zac pada hidangan yang tersaji di atas meja. Ada ayam goreng, tumisan, rendang, dan lain-lain.

Bahkan, Kesha tercengang saat tahu bahwa makanan itu merupakan masakan Zac. Ia juga tidak percaya jika suaminya itu pintar masak.

"Aku nggak yakin rasanya enak." ucapnya merendah. "Mau makan di sini?"

"Mau di ruang tv." jawab Kesha yang tak dibalas oleh Zac.

Kesha mengambil piring yang tersedia di sana, menuangkan satu centong nasi berserta lauk pauknya. Tak lupa segelas air putih lalu membawanya menuju ruang tengah. Ia juga dapat merasakan bahwa Zac berjalan di belakangnya, Kesha biarkan itu.

"Kes, aku mah ngomong sama kamu."

"Aku lagi nggak mau bahas apa-apa." balas Kesha cepat.

Keduanya pun mulai menikmati makan malamnya masing-masing. Tanpa obrolan dan suasana yang terbilang sangat canggung. Hanya suara televisi yang menemani mereka berdua.

"Biar aku aja." tawar Zac yang langsung mengambil piring dari Kesha saat istrinya telah selesai.

Zac membawa piring kotor itu ke dapur, mencucinya, lalu kembali ke ruang tengah.

"Kamu nggak ngantuk?" tanya Zac saat kembali ke ruang tengah dan mendapati Kesha sedang fokus pada film yang sedang ditayangkan di televsisi. "Bukannya kamu udah tidur?"

Kesha melirik ke arah Zac sekilas. "Iya udah tidur, cuman lapar."

"Anak kita yang minta ya?"

Kesha hanya membalasnya dengan senyum tipis. Kali ini ia tidak akan membahas tentang 'anak aku, anak kamu, atau anak kita'.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 20.00, dan rasa kantuk mulai menghamipiri Kesha. Ia pun menguap karena rasa kantuknya yang luar biasa, tetapi ia juga ingin menonton film itu hingga akhir.

"Kalau ngantuk tidur aja." kata Zac tiba-tiba. "Kamu harus istirahat yang banyak."

Perlahan, Kesha mengangguk dan bangkit dari duduknya. Berjalan meninggalkan ruang tengah menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Zac yang tampak masih asyik menonton televisi.

"Ka-kamu belum ngantuk?" tanya Kesha sebelum pergi dari ruang tengah.

"Kamu duluan aja." balas Zac singkat.

Kesha tak bersuara lagi, ia langsung saja melangkahkan kakinya kembali menuju kamar. Menaiki ranjangnya yang besar dan memeluk guling. Selang beberapa menit, pintu kamarnya terbuka. Kesha yakin itu adalah Zac. Ranjangnya melesak saat Zac naik ke atas dan barbaring di samping Kesha. Menatap punggung Kesha karena wanita itu selalu tidur dengan posisi memunggungi Zac.

"Kesha..."

Baru saja Kesha akan memejamkan matanya, ia sudah membukanya lagi mendengar panggilan itu. Kesha tak menjawab atau membalikkan tubuhnya, hanya siap untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Zac.

"Aku minta maaf." lirihnya pelan.

Bahkan, sekarang kedua mata Kesha sudah mulai memanas.

"Aku tau, aku salah. Salah banget malahan. Nggak seharusnya aku nyakitin kamu dengan cara yang sadis."

Kesha mulai mengigit ujung guling untuk menahannya agar tidak menangis.

"Lima bulan aku nyakitin kamu dan seharusnya aku rasa nggak pantas buat minta maaf sama kamu. Aku terlalu tolol nyakitin wanita sebaik kamu." ucap Zac dengan nadanya yang pelan dan bergetar. Tetapi masih bisa didengar oleh Kesha.

Wanita itu semakin keras menggigit ujung gulingnya.

"Aku cuman takut sama pernikahan kita. Aku takut kalau nantinya aku nggak akan bisa jadi suami yang baik buat kamu. Dan udah terbukti kan sekarang? Aku bukan suami kamu yang baik.

"Aku tahu, kamu menderita selama ini. Nggak seharusnya aku begini sama kamu."

Kesha tak tahan lagi dengan penjelasan Zac yang membuat air matanya langsung saja turun.

"Kalau kamu tetap mau minta cerai sama aku, oke aku akan terima. Karena aku pantas untuk kamu tinggalkan. Tapi..." Zac menghela napas panjang sebagai jeda. "Tapi, kalau kamu beranggapan bahwa aku cuman mau anak yang ada di perut kamu, maka kamu salah. Aku mau anak itu, dan juga kamu. Aku mau kita punya keluarga yang bahagia."

Dan Kesha yakin, gulingnya sudah robek karena ia menggigitnya terlalu keras.

"Aku sadar kalau aku nggak bisa hidup tanpa kamu, sejak kejadian kamu pergi dari rumah tanpa pamit, aku ngerasa ada sesuatu di dalam diri aku yang hilang begitu saja. Aku nggak tau apa itu, sampai aku tau kalau saat itu..." Zac kembali mengembuskan napas panjang. "Aku merindukan kamu."

Tangis Kesha pun pecah, tetapi tidak bersuara karena ia tak mau jika Zac tahu dirinya sedang menangis.

"Aku ini bilang apa?" Zac tertawa hambar. "Aku nggak pantas buat ngomong itu, karena aku nggak mungkin dapat maaf dari kamu. Tapi, apa kamu nggak mau ngasih aku kesempatan kedua biar aku bisa memperbaiki semuanya?"

Kesha tidak tahu harus bagaimana selain menangis mendengar kata-kata itu. Kata-kata yang berasal dari hati Zac paling dalam.

"Kesha..." panggil Zac lembut. "Aku mulai mencintai kamu."

Lalu, Kesha menangis dalam diam sepanjang malam tersebut. Sebuah ungkapan yang mampu membuat pertahanannya runtuh. Ira benar, mungkin Kesha harus mencobanya secara pelan-pelan.

•••••

Bawaannya gimana yaaa? Aku bingung sendiri, soalnya tiap nulis ini pasti galau sendiri wkwkwk

Btw, Zac-nya udah pasrah:(

Jangan lupa follow instagram di bawah ini ya...

@zacpradipta

@sandimaulanna

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 69.7K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
436K 17.7K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
212K 30.8K 39
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2.6M 279K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...