MY ICE MAN ✔ [ TERBIT ]

By sandimlna

9.3M 289K 11.3K

SUDAH TERBIT. SILAKAN BELI DI GRAMEDIA ATAU BUKABUKU.COM [ COMPLETED • SEBAGIAN BAB TELAH DIHAPUS ] #1 in Rom... More

Zac Pradipta
Kesha Fatusha
My Ice Man | 1
My Ice Man | 2
My Ice Man | 3
My Ice Man | 4
My Ice Man | 5
My Ice Man | 6
My Ice Man | 7
My Ice Man | 8
My Ice Man | 10
My Ice Man | 11
My Ice Man | 12
My Ice Man | 13
My Ice Man | 14
My Ice Man | 15
My Ice Man | 16
My Ice Man | 17
My Ice Man | 18
Q&A
Jawaban Q&A
INFO PENTING
SEQUEL MY ICE MAN
Q&A 2
Sekilas Info (Penting)
PENGUMUMAN UNPUBLISH
INFO PENTING
SPECIAL PART (IRA & ALDEN)
SPECIAL PART 2 (IRA & ALDEN)
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER
GIVE AWAY NOVEL MY ICE MAN
E-BOOK MY ICE MAN
OPEN PRE-ORDER

My Ice Man | 9

242K 14.2K 738
By sandimlna

READY? VOTE DULU YA 😘

500+vote dan komemtarnya untuk bab sslanjutnya ya...

AYO SEMANGAT!!!

•••••

Playlist
Sia - Helium

•••••

Setiap akhir pekan, Kesha selalu membereskan seluruh rumahnya agar telihat bersih dan nyaman. Ia sengaja bangun pukul 06.00 dan membiarkan Zac yang masih terlelap di sampingnya. Sejenak, Kesha memandangi raut dan garis wajah Zac pagi ini. Ia sama sekali tidak pernah memandang wajah Zac sedekat ini. Tiba-tiba saja Kesha tersenyum hangat. Ternyata Zac mempunyai wajah yang tampan, bahkan sangat tampan dengan mata yang agak sipit. Kulit wajahnya putih dan bibirnya yang sedikit tebal. Rahangnya juga Kesha sangat suka. Apalagi rambutnya yang rapi dan kadang juga berantakan, membuat Kesha tak sadar menggigit bibir bawahnya karena kagum dengan suaminya itu.

Saat melihat Zac yang sedikit bergerak, Kesha langsung saja menyudahi acara memperhatikan wajah Zac. Ia turun dari ranjang lalu memunguti pakaian kotor yang selalu Zac gantungkan di balik pintu. Membawanya bersama pakaian Kesha menuju ruang cuci. Seperti biasa, Kesha mencuci pakaian selama tiga puluh menit.

Setelah selesai, ia melihat Zac yang sudah bangun dan duduk di ruang santai. Sedang menonton televisi yang menayangkan acara pagi. Selalu seperti ini kala akhir pekan tiba, mereka tidak pernah mengobrol atau saling bertegur sapa. Untung saja Kesha masih mempunyai stok sabar yang lumayan banyak.

"Zac..." panggil Kesha menghampiri suaminya. "Mau sarapan apa?"

Zac tak menanggapinya. Matanya hanya fokus pada layar televisi tanpa melihat ke arah Kesha yang sudah berdiri di sampingnya.

"Mau kopi? Teh? Atau apa? Biar aku yang buatin."

"Nggak usah." si dingin itu akhirnya berbicara. "Aku mau sarapan di luar."

"Kamu nggak pernah makan masakan aku, Zac." gumam Kesha pelan yang nyaris tak terdengar oleh kedua telinga pria itu.

Zac bangkit dari duduknya, meraih remote televisi dan mematikannya. Kemudian berjalan kembali menuju kamarnya dan saat keluar, pria itu sudah mengenakan jaket hoodie berwarna putih. Ditambah lagi sebuah dompet dan kunci mobil yang ada di genggamannya.

"Mau sarapan di mana?" tanya Kesha ingin tahu.

Zac tak menjawab dan mengabaikan pertanyaan Kesha. Pria itu terus saja melangkahkan kakinya keluar rumah lalu masuk ke dalam mobil hitamnya.

Dengan perasaan yang sangat hancur, Kesha memandangi suaminya itu meninggalkan dirinya. Tanpa sadar, ia sudah menggigit bibir bawahnya sangat keras karena menahan air mata yang kemungkinan akan jatuh.

"Aw..." Kesha meringis saat ia terlalu keras menggigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah.

Tetapi, Kesha tidak merasakan sakit pada area bibirnya. Sakit pada bibirnya telah terganti oleh rasa sakit hatinya kepada Zac. Kesha lelah, ia akan menyerah. Perlahan namun pasti, Kesha ambruk dan terduduk di atas ubin dingin rumahnya. Mengeluarkan segala rasa amarah dan kecewanya melalui tangisan. Tangisan kelelahan yang tak akan pernah membuat Zac menganggapnya ada. Meskipun Kesha sudah berusaha dengan segala cara.

Inikah balasan dari seorang Zac Pradipda saat Kesha menyerahkan seluruh hatinya kepada pria itu? Balasan yang sama sekali tak terbanding dengan apa yang sudah Kesha berikan.

Kesha mengusap air matanya dengan kasar. Untuk yang kesekian kalinya ia menangis dan sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Ia mulai bangkit berdiri, bejalan menuju kamarnya, lalu mengambil ponselnya. Kesha butuh seseorang yang bisa menjadi sandaran saat ini, ia sudah terlalu berat menampung semua masalah rumah tangganya yang tak ada perubahan sama sekali.

Maka dari itu, Kesha pergi meninggalkan rumah menuju rumah Ira. Ia sengaja tak mengunci pintu rumah, bodo amat dengan semuanya. Kesha akan mulai tak peduli dengan apa-apa lagi. Ia lelah, ia butuh pelampiasan dan seseorang yang akan menemani. Dan Ira-lah yang paling tepat.

"Ra..." panggil Kesha kala sudah berada di depan rumah Ira seraya mengetuk pintu.

Suara membuka kunci pun terdengar diikuti dengan suara decitan pintu yang terbuka. Ira sedikit terkejut dengan kedatangan Kesha yang bisa dibilang pagi-pagi sekali. Ini baru pukul 10.00, dan entah ada apa Ira merasakan hal yang aneh dengan kehadiran Kesha.

"Kesha?"

Sepersekian detik selanjutnya, wanita itu langsung saja meraih tubuh Ira. Memeluknya erat dan menumpahkannya di sana. Kesha menangis dalam pelukan Ira, membuat sahabatnya itu mengernyit karena tak mengerti dengan semua ini.

"Lo kenapa?" tanya Ira yang justru membuat tangis Kesha semakin menjadi.

Tetap saja Kesha tak langsung menjawab pertanyaan Ira. Membuat wanita itu mengembuskan napas panjang, lalu membawa Kesha masuk ke dalam rumahnya.

"Lo tenangin diri lo dulu, baru cerita sama gue."

Kesha terisak, lalu melepaskan pelukannya. Menatap Ira dengan penuh harap agar sahabatnya itu bisa menjadi sandaran baginya.

"Gue boleh tinggal di rumah lo nggak?"

"Hah?!" Ira terkejut dengan pertanyaan Kesha. "Maksud lo?"

"Gue udah capek, Ra." Kesha kembali menangis. "Capek sama semuanya. Gue nggak tau mau bilangnya dari mana. Tapi, sekarang gue udah capek."

Ira terdiam dan lebih mendengarkan Kesha bercerita.

"Lima bulan lebih gue ngejalin rumah tangga sama Zac, tapi nggak pernah ada perubahan." Kesha menyeka kedua matanya. "Dia nggak pernah peduli sama gue. Dia selalu..."

"Kes,"

"Dia selalu ngacuhin gue selama lima bulan ini. Gue nggak pernah dianggap apa-apa sama dia. Kecuali kalau hasrat seksual dia muncul."

Jujur saja, Ira merasa iba dengan cerita Kesha. Ia juga sangat terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya, pernikahan sahabatnya itu tidak semulus dengan apa yang dibayangkan oleh Ira.

"Kenapa lo baru cerita sama gue sekarang, Kes?"

"Gue cuman mikir kalau gue bisa ngadepin semuanya sendiri. Tapi nyatanya, gue udah capek."

"Kes, kalau kata gue, lo jangan nyerah dulu. Lo harus yakin bahwa Zac pasti berubah."

"Gue mau cerai sama dia."

"Kesha..." nada bicara Ira sedikit naik. "Lo nggak boleh main-main sama pernikahan lo."

"Tapi Zac yang udah mainin hati gue."

Ira mengembuskan napas. "Kes, lo nggak boleh nyerah gitu aja. Gue yakin pasti Zac akan berubah."

"Gue bukan nyerah, Ra. Tapi capek." kata Kesha kepada Ira.

"Sekeras-kerasnya sifat orang pasti akan berubah kalau kita bertahan dan terus mencoba ngasih yang terbaik." ucap Ira. "Zac pasti sayang sama lo, dia bakalan cinta juga sama lo."

"Gue nggak yakin."

"Pokoknya lo nggak boleh nyerah, oke?" Ira meraih tubuh Kesha dan memeluknya erat, memberikannya kehangatan yang ia bisa.

•••••

Zac pulang ke rumah tepat pukul 10.00, tentunya dengan perut yang sudah terisi. Saat memasuki rumah, ia tidak lagi melihat Kesha yang biasanya selalu bersih-bersih di akhir pekan ini. Keadaan rumahnya masih berantakan. Tetapi, Zac tidak mempermasalahkan itu.

Namun, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya. Pikirannya mulai bertanya-tanya dengan keberadaan sosok Kesha yang sudah sepuluh menit sejak kepulangannya belum juga terlihat.

Kesha di mana?

Itulah pertanyaan yang langsung saja terlintas di kepala Zac. Ah, mungkin saja wanita itu sedang belanja dan Zac tidak peduli.

Di akhir pekan, Zac sangat malas untuk mandi pagi. Jadi, ia memilih duduk di ruang santai dan kembali menonton acara televisi seraya mengemil camilan yang dibelinya saat pulang ke rumah tadi. Acara televisi di akhir pekan memang tak ada yang menarik perhatian. Zac menyalakannya hanya untuk membuat rumahnya tidak terlalu sepi.

Sudah dua jam dan Kesha belum juga pulang. Jujur, itu membuat Zac sedikit...khawatir. Apalagi langit sudah mendung karena memang bulan ini sedang musim hujan. Perasannya mulai gelisah dan pikirannya berkecamuk memikirkan keberadaan Kesha.

"Halo, Ra." sapa Zac yang menelepon Ira karena pikirannya terus mengkhawatirkan Kesha.

"Iya, ada apa, Zac?" tanya Ira di seberang sana.

Za menggigit bibir bawahnya sejenak. "Kesha ada di rumah kamu nggak?"

"Tadi sih dia main ke sini, tapi sekarang udah pulang."

"Belum ada di rumah." balas Zac.

"Masa? Udah satu jam yang lalu dia pulang."

"Oh gitu ya, Ra. Thanks ya."

Zac menyudahi sambungan teleponnya dengan Ira. Ia kembali gelisah karena di luar sana hujan sudah turun dan Kesha belum juga pulang. Membuatnya semakin khawatir karena hujan turun begitu deras.

Tanpa pikir panjang lagi, Zac langsung saja menyambar kunci mobil yang berada di atas meja dan meninggalkan rumah. Ia memasuki mobilnya untuk mencari keberadaan Kesha. Mata Zac mencari Kesha dengan teliti di sepanjang jalanan.

Hujan semakin deras dan pandangan Zac terganggu sehingga sangat sulit mencari keberadaan Kesha. Hingga tiga puluh menit kemudian, matanya menangkap sosok wanita yang tak asing lagi sedang duduk di sebuah halte bus. Rambutnya sangat basah dan kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Tubuhnya juga menggigil karena kedinginan. Bibirnya juga bergetar.

"Kesha." panggil Zac saat memberhentikan mobilnya tepat di depan halte.

Pria itu keluar dari mobil dan menghampiri Kesha yang sedang menatap ke depan.

"Kita pulang." perintah Zac.

Tubuh Kesha terus saja menggigil kedinginan. Menatap ke arah Zac yang memasang raut wajah khawatir.

"Kamu dari mana?" tanya Zac yang sama sekali tak dijawab oleh Kesha.

Tangan Zac mengusap wajahnya dengan gusar. Entah apa yang sedang Kesha lakukan saat ini. Seluruh tubuhnya nyaris basah semua. Kemungkinan besar, wanita itu kehujanan.

Karena kesal dengan sikap Kesha yang tak menjawab pertanyaan dari Zac, membuatnya meraih tangan wanita itu dan menariknya untuk memasuki mobil.

"Kita cerai, ya?" ucap Kesha tiba-tiba saat Zac meraih tangannya.

Mata Zac membulat sempurna, terkejut.

"Kita nggak akan pernah bisa bahagia." Kesha mulai menangis. "Aku capek, Zac. Kamu nggak pernah nganggap aku sebagai istri kamu."

Zac melepaskan tangan Kesha dengan perlahan. Menatap Kesha yang terlihat sangat buruk. Kemudian duduk di samping Kesha dan menghela napas panjang.

"Kamu nggak bahagia sama aku." kata Kesha kepada pria itu.

Mata Zac menatap hangat ke arah Kesha. Melihat wanita itu yang kedinginan, membuatnya membuka jaket yang dikenakannya dan memakaikannya pada tubuh Kesha.

"Sampai kapan kamu kayak gini ke aku? Apa aku nggak ada harganya sama sekali di mata kamu?"

Pria itu terdiam.

"Aku capek, Zac. Lima bulan lebih kita menikah dan kamu nggak pernah berubah." isak Kesha yang tangisnya belum reda. "Saat aku udah nyerahin hati aku buat kamu, tapi kamu malah balas aku seperti ini."

Detik selanjutnya mata mereka berdua saling bertemu. Zac yang menatap hangat ke arah Kesha sedangkan wanita itu menatap suaminya dengan mata yang menandakan bahwa ia sudah lelah.

"Salah aku apa, Zac?" tangis Kesha semakin menjadi, lalu tangan kanannya memukul pelan dada bidang Zac.

Zac sama sekali tidak bersuara. Ia hanya memperhatikan Kesha yang terlihat sangat buruk. Apakah ini semua salah Zac?

"Kita..." Kesha mulai menyeka kedua matanya dengan kasar. "Kita cer--"

Ucapan Kesha terhenti saat Zac meraih tubuhya dan memeluk erat Kesha. Wanita itu sama sekali tak menolak karena ia sudah kehabisan tenaga untuk berontak. Justru, tangis Kesha kembali terdengar dan jujur saja itu membuat Zac merasa bersalah.

Perlahan, tangan Zac mengusap kepela Kesha dengan lembut.

"Aku nggak mau dengar permintaan itu lagi." ucap Zac seraya terus memeluk Kesha dengan erat.

Kesha tak menyahutnya, wanita itu lebih membenamkam wajahnya di dalam pelukan Zac dengan tangis yang masih berlangsung.

•••••

Capek aku bikin si Kesha nangis terus:(

Follow ig kita yaaa...

@zacpradipta

@sandimaulanna

Continue Reading

You'll Also Like

348K 14.1K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
346K 31K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
1.6M 130K 28
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.4M 266K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...