[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 21 - END
Book II

Part 20

3.2K 228 91
By VennytaShui97

Pagi ini Chanyeol sangat bahagia, entah dari mana ia merasa mendapat energi super. Dia hari ini bangun lebih awal dari biasanya, tak lupa membersihkan diri lalu memasak makanan kesukaan adiknya.

Ya, adiknya, yang lebih suka disebut sebagai Baekhyun dari pada nama aslinya, Chanhyun .

Kira-kira sudah hampir tiga mingguan Chanyeol menjalani rutinitas ini. Dirinya sungguh berterimakasih pada Paman Byun yang membantunya untuk membujuk Baekhyun agar mau kembali ke rumah besar keluarga Park.

Padahal, ia hanya tak tahu jika ada proses tawar menawar bak orang jual-beli di pasar di balik kembalinya Baekhyun ke rumah besar itu.

Saat ini Chanyeol telah selesai memasak, hanya masakan rumahan biasa yang ia pastikan Baekhyun menyukainya.

Chanyeol tersenyum puas menatap menu sarapannya telah terpampang di meja, ia bergegas menuju kamar Baekhyun di lantai dua untuk membangunkan si mungil agar segera bersiap sekolah.

Chanyeol memasuki kamar Baekhyun tanpa mengetuk pintu lebih dulu, kamar itu tidak pernah terkunci sejak penghuninya kembali dari mansion Byun. Itulah yang menyebabkan dirinya bisa keluar dan masuk kamar Baekhyun dengan bebas.

Bibirnya mengembang, menarik sebuah kurva senyum yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan setelah memasuki kamar adiknya dan mendapati sang adik masih bergelung dalam selimut tebalnya dengan mata sipitnya yang terpejam dan bibir tipis yang mengantarkan dengkuran halus.

Chanyeol melangkahkan kakinya mendekat ke kasur Baekhyun, masih dengan senyum lebarnya. Lalu tangannya mengusap kepala Baekhyun dengan lembut setelah duduk di pinggiran kasur Baekhyun.

"Chanhyunie~ banguun~ sudah pagi. Saatnya bersiap untuk sekolah".

Tak ada pergerakan apapun dari manusia bermata puppy itu, ia masih tertidur dengan begitu nyenyak.

Merasa hal itu tak akan berhasil, Chanyeol menggunakan cara kedua. Mengguncang kecil tubuh Baekhyun lalu menyerukan namanya, "Chanhyun, ayo bangun. Bersiap dan sekolah, eoh?".

Baekhyun hanya bergumam sambil menggerakkan kecil tubuhnya karena merasa tidur nyenyaknya terusik.

Tapi sayang, Baekhyun belum membuka matanya. Artinya bocah itu belum bangun.

Chanyeol memejamkan kedua matanya, ia menghembuskan nafasnya kasar. Sebenarnya ia sedikit lelah dan bosan membangunkan Baekhyun setiap hari untuk ke sekolah. Entah disengaja atau tidak, Baekhyun terkesan menyusahkan Chanyeol setiap paginya.

Tapi Chanyeol harus bisa menguasai dirinya, atau pertengkaran yang menyebabkan renggangnya hubungan keduanya terjadi lagi.

Seperti malam dimana ia bertengkar dengan Baekhyun hingga asmanya kambuh.

Meskipun Baekhyun sudah pulang ke rumah besar keluarga Park, Baekhyun hanya meletakkan raganya disana, tidak dengan hati dan jiwanya.

Terlihat sangat jelas, karena Baekhyun hanya akan menjawab pertanyaan yang Chanyeol ajukan seadanya tanpa ada niatan untuk memperpanjang obrolan mereka.

Setelah merasa berhasil menguasai diri, Chanyeol bangkit dari duduknya. Melangkahkan tungkainya menuju jendela kaca besar dan membuka tirai kamar Baekhyun.

Kebetulan sekali, bocah itu tidur menghadap cendela besar. Harapan Chanyeol, tidur Baekhyun akan terusik dengan masuknya cahaya dari luar.

Srak.....

Srak...

"Chanhyunie~ cepat bangun dan bersiap sekolah. Nanti terlambat".

Dan benar, Baekhyun menggeram sambil mengulet beberapa kali.

Pikir Chanyeol ia telah berhasil membangunkan sang adik, seperti yang sudah-sudah setelah membuka tirai dan menyuarakan nama adiknya agar bangun. Namun ternyata ia salah besar, setelah mengulet dan menggeram beberapa kali Baekhyun kembali tertidur.

Akhirnya Chanyeol menggunakan metode terakhir untuk membangunkan Baekhyun, tanpa ijin pemiliknya Chanyeol melompat ke kasur Baekhyun dan menekan gemas pipi Baekhyun yang sudah dalam posisi terlentang.

"Park Chanhyun~ Bangun sayang~ sudah pagi, saatnya sekolah. Ayo bersiap!!".

"Ne". Jawan Baekhyun pelan dengan suara seraknya, tapi mata sipitnya masih tertutup. Kemungkinannya sangat besar untuk kembali tidur.

Untuk mengantisipasi hal itu, Chanyeol menyibak selimut Baekhyun lalu menarik kedua tangan adiknya hingga Baekhyun terduduk. "Chanhyun-ah, bangun sayang. Nanti terlambat ke sekolah, ayo buka mata mu".

"Chanhyun, Park Chanhyun. Bangun dan bersiap sekolah".

Baekhyun berdecak, lalu mengusak rambutnya hingga berantakan. Bibirnya mengerucut sebal. "Bisakah kau diam? Aku baru tertidur setelah pukul 4.00 pagi Chan hyung yang cerewet!! Aku mengantuk".

Saat hendak menjatuhkan tubuhnya lagi ke kasur, Chanyeol mencegahnya. Ia menahan lengan Baekhyun hingga akhirnya mata sipit Baekhyun terbuka sedikit namun mata sipit itu nampak mendelik tak suka.
"Sebentar, kau baru tidur pukul 04.00?". Dengan polosnya Baekhyun mengangguk padahal dalam hatinya ia mengumpat.

'Kalau tidak karena syarat yang diberikan Baba aku tak akan pernah mau kembali ke rumah ini'.

Baekhyun sangat ingat, selang sehari setelah pertengkaran hebatnya dengan Chanyeol ia harus beradu mulut dengan Babanya tentang Baekhyun yang harus tinggal bersama Chanyeol sementara waktu. Dan pastinya sudah jelas diketahui siapa pemenang dari debat itu bukan?

Ya, Tuan Byun pemenangnya.

Bagaimana tidak, Tuan Byun mengatakan jika Baekhyun menginginkan batu uranium terbaiknya maka ia harus tinggal bersama Chanyeol.

Jadi mau tidak mau Baekhyun harus tinggal bersama Chanyeol bukan?

Masih ada aturan-aturan tambahan dari Tuan Byun sebenarnya, tak hanya harus tinggal bersama Chanyeol untuk mendapatkan uranium terbaik itu tetapi juga dalam waktu pembuatan bom di mansion Byun yang berbatas waktu.

Memang Tuan Byun memberikan ijin bagi Baekhyun membuat bom di ruang bawah tanah tempatnya biasa membuat bom dan merakit senjata api, tapi waktu Baekhyun berada di sana terbatas, hanya dua jam. Itulah mengapa Baekhyun selalu berada di mansion Byun selama ia pulang sekolah hingga memasuki waktu makan malam.

Tuan Byun hanya memikirkan kesehatan Baekhyun, ia tak ingin anak kesayangannya terlalu memforsir tenaganya untuk menciptakan nuklir pesanan Park Bogum yang gila itu.

Setidaknya, dengan adanya pembatasan waktu. Waktu Baekhyun untuk istirahat lebih lama. Ditambah, Tuan Byun tak memberikan uranium itu dalam satu waktu. Setiap Baekhyun selesai membuat 1 bom, maka tuan Byun akan memberikan uranium yang kedua, dan begitu seterusnya hingga sekarang sudah empat batu uranium yang diberikannya pada Baekhyun.

Yang artinya, Baekhyun telah menyelesaikan 4 bom berkekuatan nuklir dalam waktu kurang dari 3 minggu. Hebat kan?

Tuan Byun saja tak menyangka jika anak kesayangannya bisa menyelesaikan bom itu dalam waktu singkat.

Begitulah Baekhyun, si jenius yang sayangnya masih tersesat.

Chanyeol menghela nafasnya, barulah ia sadar jika terdapat lingkar hitam di bawah mata sabit adiknya. Lelaki tinggi itu menangkup kedua pipi Baekhyun yang mulai gemuk, sedikit membuat adiknya mendongak untuk mengamati wajah manisnya yang terlihat begitu lelah.
"Apa saja kau kerjakan hingga mengorbankan waktu tidur mu Chanhyun sayang? Lihatlah, kantung mata mu. Atau ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu hingga kau tak bisa tidur?".

"Aku... eng... aku.... aku hanya terlalu asik bermain game sampai lupa waktu. Ya begitu". Jawab Baekhyun sedikit ragu, bukan sedikit lagi. Tapi memang ia meragukan jawabannya sendiri mengingat semalam ia bukannya bermain game tetapi mengatur rencana pembunuhan Park Bogum agar tidak sampai gagal.

Dan Baekhyun telah menyiapkan setidaknya 3 sampai 4 rencananya dan membicarakannya dengan Tuan Byun sampai pukul 04.00 pagi tadi.

Perlu diketahui, anak dan ayah itu kalau sudah membicarakan tentang sesuatu yang penting akan berjam-jam lamanya. Apalagi ini menyangkut nyawa, kalau Park Bogum berbuat curang maka dipastikan Baekhyun, Tuan Byun beserta anak buahnya dan seluruh warga Korea akan binasa namun jika Baekhyun lebih cerdik maka Park Bogum lah yang akan binasa. Sedangkan masalah bom waktu, bisa diselesaikan nanti. Terpenting Park Bogum harus dipastikan mati lebih dulu.

Chanyeol tersenyum, lalu mengusak rambut Baekhyun gemas. "Kau harus mengurangi kebiasaan bermain game sampai larut malam Hyunie, kondisi mu masih belum dikatakan pulih 100%. Hyung mohon jangan menyakiti diri mu sendiri dengan memangkas waktu istirahat mu".

Baekhyun menggembungkan pipinya, ia kesal karena pagi-pagi mendapat omelan dari kakaknya. "Aku hanya terlalu asik memainkannya, itu saja Chan hyung".

"Kau ini, lalu sekarang bagaimana?". Chanyeol melirik jam dinding di kamar Baekhyun, waktu Baekhyun untuk bersiap semakin menipis. Jadi ia harus segera meminta adiknya bersiap. "Waktu mu masih ada 45 menit untuk bersiap, sarapan dan berangkat sekolah. Jadi, bangun dan mandi sekarang".

"Tidak usah sekolah saja bagaimana? Sesekali kan tidak apa, ayolah hyung aku sangat mengantuk". Rengek Baekhyun disela aktivitasnya mengucek kedua matanya menggunakan punggung tangan. Ditambah bibirnya yang melengkung ke bawah setelah menyelesaikan kalimatnya.

Sangat menggemaskan.

Namun kalian harus tahu, jika hal ini adalah pertama kalinya setelah hampir 3 minggu tinggal bersama Chanyeol, lelaki mungil itu merengek.

Jadi, Chanyeol sedikit terkejut dengan perubahan Baekhyun.

Walaupun Baekhyun suka berubah sikap seperti apa yang diinginkannya. Tetap saja Chanyeol masih terkejut, sedikit.

Bukannya tidak suka, Chanyeol sangat menyukai Baekhyun yang sedang dalam mode manja seperti ini dibandingkan Baekhyun yang berada dalam mode sangar dan dingin.

"Tidak Chanhyun, kalau hyung mengijinkan mu absen karena alasan ini maka kau akan menggunakan alasan yang sama untuk ke depannya". Chanyeol dengan terpaksa mengangkat tubuh Baekhyun ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar mandi.

Untuk yang pertama kalinya juga, Baekhyun tak melawan. Ia hanya diam dalam gendongan Chanyeol.

"Sekarang mandi kilat, bersiap dengan cepat lalu turunlah untuk sarapan". Ujar Chanyeol setelah keduanya berada di depan pintu kamar mandi. Setelah Chanyeol menurunkan Baekhyun lebih dulu tentunya.

Baekhyun yang masih merasa kesal itu menanggapi ucapan Chanyeol dengan decakan sebal, lalu masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras.

Chanyeol berjengit.

Terkejut? Tentu saja, memangnya siapa yang tak akan terkejut jika pintu yang tepat berada di hadapan mu ditutup dengan begitu keras?

Chanyeol mengusap dadanya, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Dia anak-anak Park Chanyeol, sabar. Jangan emosi, sabar.... sabar...".

Setelahnya Chanyeol bergegas mengemas kamar Baekhyun, beruntung bocah itu tidur dengan rapi. Maksudnya adalah Baekhyun tidur tanpa banyak pergerakan yang menyebabkan kasurnya super berantakan seperti anak-anak seumurannya pada umumnya.

Sementara di dalam kamar mandi sana, Baekhyun segera menjalankan ritual mandi kilatnya sambil mengumpat kesal.

Selesai Baekhyun mandi, Chanyeol sudah tak ada di sana, yang artinya kasur Baekhyun sudah kembali rapi seperti sebelum digunakan tidur oleh pemiliknya.

Selesai berseragam, Baekhyun mengumpat lagi saat mendapati note kecil di cermin besar tempat Baekhyun mematut diri sekarang.

Mungkin kalau Chanyeol bukanlah anggota keluarganya, sudah dipastikan Chanyeol akan menjadi sasaran rossy karena sikapnya yang menurut Baekhyun menjengkelkan.

Masih ingat rossy kan?

Pistol canggih buatan Baekhyun yang membunuh lawan dengan cepat tanpa menimbulkan kebisingan?

"Haish, dasar hyung tidak pengertian. Kapan lulus dari sekolah itu ya Tuhan, kenapa sekolah begitu menyiksa. Haish!!". Ujar Baekhyun sambil membaca pesan dalam note yang ditulis Chanyeol.

Hanya pesan sederhana dari seorang kakak pada adiknya.

'Belajar yang rajin Chanhyun sayang, hyung selalu mendoakan yang terbaik untuk mu. Jangan lupa turun segera untuk sarapan bersama. Saranghae...'

Kiranya itulah pesan dari note yang dituliskan Chanyeol tadi sebelum ia meninggalkan kamar Baekhyun.

Baru hendak mengambil tasnya, Kity yang Baekhyun letakkan di meja nakas bergetar. Mood Baekhyun yang dasarnya sedang buruk itu semakin buruk setelah tahu siapa yang mengiriminya pesan.

'Pesanan ku sudah siap?'.

Baekhyun menyumpahi si pengirim pesan sebelum mengetikkan pesan balasan di account chat khusus miliknya. Tentu saja khusus, karena kity bukan sembarang ponsel. Meski anti lacak, tetap saja Baekhyun tidak ceroboh untuk memakai account yang sama ketika bertransaksi kan? Kurang lebih sekitar 4 account yang ada di dalam kity.

"Dasar pak tua cerewet. Dia pikir membuat bom seperti memasak yang siap dalam beberapa menit? Orang gila macam apa dia sebenarnya?". Gerutu Baekhyun.

'Tinggal 1 yang terakhir, dan kau bersiaplah untuk mati di tangan ku pak tua'.

Chat dari Baekhyun hanya di baca, Baekhyun sampai tak melakukan apapun karena menunggu balasan dari Park Bogum, accountnya masih online tapi tak ada balasan apapun setelah hampir satu menit menunggu. Akhirnya Baekhyun, mendengus lalu mengambil tasnya dan bergegas turun ke bawah untuk mengambil sarapannya.

"Aku harus segera menyelesaikannya. Tangan ku sudah gatal ingin menghabisi tua bangka itu". Gumam Baekhyun seraya menuruni anak tangga di rumah besar keluarga Park.

"Selamat pagi tuan muda".

Sapaan dari orang yang Baekhyun kenal terdengar.

Tapi bukannya membalas sapaan itu, Baekhyun justru melemparkan tatapan sinis.

Nampaknya si penyapa melupakan sesuatu. Hal yang paling Baekhyun adalah disaat dirinya bertemu dengan Luhan, Joon ataupun pelayan yang lain mendapat sapaan dengan sebutan 'tuan muda'. Rasanya Baekhyun ingin menjejalkan sepatunya sekarang juga ke mulut orang itu.

"Panggil aku begitu lagi, bersiaplah di ruang latihan menembak sepulang aku sekolah Luhan".

"Maafkan aku". Luhan lansung menunduk dan meminta maaf atas kelancangan mulutnya yang salah menyebut nama Baekhyun.

Sementara Baekhyun hanya bergumam lalu mengambil duduknya. Saat ia membuka penutup makanan, mata sipitnya membola lalu bibir bawahnya ia cebikkan. Kesal saja karena ia tak mendapati apapun disana alias kosong.

Apa maksudnya?

Apa Chanyeol bercanda padanya?

Memintanya cepat bangun, mandi super kilat, berseragam dengan tak kalah kilat lalu memintanya agar segera turun untuk sarapan bersama tetapi di sana hanya ada piring kosong dengan sendok dan garbu yang tengkurap rapi.

Apa maksudnya Chanyeol mengajak Baekhyun sarapan dengan memakan piring kosong di depannya itu?

Hey, Baekhyun masih cukup waras untuk memakan hal yang bisa ia kunyah dan dicerna lambungnya.

Hampir Baekhyun melempar piring-piring itu, namun niatnya musnah saat mendapati Chanyeol datang dari arah dapur membawa semangkuk besar nasi goreng.

"Pagi Chanhyun-ah". Sapa Chanyeol sambil meletakkan semangkuk besar nasi goreng di hadapan Baekhyun.

Ternyata pikiran Baekhyun salah, bukannya Chanyeol bercanda dengannya agar memakan piring dan sendok beserta garpunya, melainkan Chanyeol masih menghangatkan makanan yang tadi ia masak, rupanya makanan itu cepat sekali dingin hanya karena ditinggal membangunkan Baekhyun hingga dirinya siap menyantap sarapannya.

Bukan makanan yang banyak, hanya nasi goreng dengan irisan ham dan daging kesukaan Baekhyun.

"Ne, selamat pagi Chan hyung".

Chanyeol tersenyum, lalu mengambil piring Baekhyun dan meletakkan tiga sendok nasi goreng itu ke piring Baekhyun dan meletakkannya di hadapan Baekhyun yang langsung disantapnya. "Habiskan sarapan mu dan hyung akan mengantar mu sekolah setelahnya".

Chanyeol mengambil sarapannya, tak lupa ia meminta Luhan untuk ikut sarapan di sana. Mengingat nasi goreng itu tak akan habis jika hanya Chanyeol dan Baekhyun yang memakannya.

"Ada Luhan hyung, kau pergi bekerja saja".

Chanyeol menghela nafasnya, ia merasa jika adiknya masih membatasi dirinya untuk tidak terlalu dekat dengan Chanyeol. Tapi apa mau dikata, memang begitulah kenyataannya.

Baekhyun merasa kurang nyaman akan keberadaan Chanyeol di sekelilingnya setelah ia mengetahui konspirasi yang dilakukan hyungnya dengan Joohyun.

Padahal, Joohyun sudah seperti kakak baginya sedangkan Chanyeol, dia justru kakak biologis Baekhyun. Tapi mereka bekerjasama untuk membohongi Baekhyun. Meski tujuan keduanya untuk menjaga dan melindungi Baekhyun, tetap saja bagi Baekhyun yang tak suka ada kebohongan merasa kecewa.

Baekhyun pantas untuk kecewa bukan?

Ditambah dia mengetahui semua ini setelah ia sadar dari tidur panjangnya. Dan ternyata kerjasama antara Chanyeol dan Joohyun, sudah berlangsung sejak lama, yaitu sejak mereka kembali dari Kanada.

Tepatnya sejak Baekhyun kembali bersekolah di Hanyang SHS.

"Apa kau keberatan dan masih menganggap hyung mu ini mengekang mu jika hyung yang mengantar mu sekolah?".

Baekhyun seketika menghentikan aktivitas mengunyahnya, pun dengan Luhan setelah mendengar ucapan Chanyeol.

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya - ".

Chanyeol tersenyum, ia mencoba mengerti keadaan adiknya. Ia sudah pernah merasakan hal semacam ini. Bahkan jauh lebih parah.

Ingat saat pertama kalinya Baekhyun mengetahui siapa Chanyeol di Kanada? Tepatnya saat ingatan Baekhyun kembali? Jika ditilik kembali kondisi saat ini jauh lebih baik daripada saat itu.

Saat di Kanada, awal-awal ingatan Baekhyun kembali, bocah itu bersikap sangat dingin pada Chanyeol. Aura dinginnya begitu terasa sampai membuat tulang-tulang Chanyeol serasa beku. Namun saat ini, meskipun sedikit dingin Chanyeol bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang dibalik mata sipit Baekhyun.

Dulu Baekhyun sangat sering menghindarinya, apalagi untuk bertatap mata. Sungguh, atmosfer dinginnya sangat terasa.

Sekarang, Baekhyun sudah sedikit berubah. Meski terkadang terkesan menghindari Chanyeol, bocah itu masih mau bicara padanya dan tak terlalu bersikap dingin.

Dari mana Chanyeol tahu?

Dari tatapan mata Baekhyun. Tatapan mata sipit itu tidak sedingin dan sesinis sebelumnya ketika Baekhyun menyerukan kebencian padanya.

"Baiklah kalau kau tak ingin hyung mengantar mu. Kau harus ingat kalau mulai hari ini kau sudah resmi ikut kelas akselerasi. Jadi kau akan berada di kelas yang berbeda dengan Jongdae dan Joohyun".

Baekhyun mengangguk tanpa memandang Chanyeol karena mendadak mood nya yang sudah buruk itu semakin buruk setelah mendengar nama Joohyun disebut oleh hyungnya. "Aku tahu".

Baekhyun mempercepat waktu makannya, mengingat ia harus sampai di sekolah dalam waktu 10 menit. Well, Baekhyun hanya tak ingin terlambat berada di kelas barunya.

Keinginannya untuk lulus lebih cepat terkabul. Tuan Byun memang mengurusnya, dan hari inilah Baekhyun baru memasuki kelas pertamanya mengingat proses pindah kelas itu memakan waktu selama hampir tiga minggu ini.

Bukannya apa-apa, pindah dari kelas reguler ke kelas akselerasi memerlukan proses ditambah pindahnya Baekhyun di tengah semester genap begini.

Tapi, meskipun pihak sekolah mengatakan jika itu akan sedikit sulit Baekhyun akhirnya bisa pindah kelas.

"Aku selesai, aku akan berangkat". Baekhyun bangkit dari duduknya, menyampirkan tas punggungnya dengan segera lalu mengajak Luhan yang kebetulan juga telah menghabiskan sarapannya untuk berangkat. "Luhan!! Kita berangkat!!".

Chanyeol menatap punggung Baekhyun yang semakin menjauh hingga menghilang dibalik pintu utama.

"Kapan hubungan kita kembali hangat seperti dulu Chanhyun-ah, maafkan hyung jika ada salah. Jujur, hyung merindukan saat-saat dimana kau bersikap manis dan manja pada hyung". Gumam Chanyeol sebelum pergi meninggalkan meja makan dengan sisa sarapannya yang tinggal beberapa suap. Selera makannya menguap setelah mendengar penolakan Baekhyun.

Padahal selama Baekhyun tinggal lagi bersama Chanyeol setelah pertengkaran hari itu, baru kali ini Baekhyun menolak diantar Chanyeol. Memang hari ini adalah hari pertamanya sekolah setelah kondisinya benar-benar pulih, namun selama ini Baekhyun tak pernah menolak jika Chanyeol mengantarnya pergi kemanapun. Baik itu ke dokter untuk pemeriksaan ataupun ke supermarket untuk membeli apa yang Baekhyun inginkan.

Intinya, Baekhyun memiliki kepribadian yang sulit ditebak.

********


Luhan dan Baekhyun sudah sampai di depan gerbang tinggi Hanyang SHS, namun si mungil masih belum ingin beranjak dari tenpat duduknya di jok belakang.

"Aku sungguhan akan gila sebentar lagi". Gerutu Baekhyun setelah menghela nafasnya.

"Ada apa? Terjadi sesuatu? Apa Chanyeol mencurigai mu lagi?".

"Tidak, bukan itu, Bogum sialan itu terus menerus menagih bom pesanannya, kurang 1 lagi demi Tuhan. Kenapa pak tua itu sangat cerewet, haish!!". Geram Baekhyun, ia marah. Seperti ia memiliki hutang jutaan dolar dan dikejar-kejar si penagih.

Mata rusa Luhan membola, heran dengan ketangkasan sang tuan muda dalam menciptakan bom. "Kau sungguhan kurang 1 bom lagi? Dalam waktu secepat itu kau menyelesaikan pembuatan 4 bom nuklir?".

"Memangnya kenapa? Ada yang salah? Lagi pula aku belum mengaktifkannya dan lagi aku meletakkan bom itu di mansion Byun bersama teman-temannya".

Baekhyun menyebut teman-teman karena bom yang diciptakannya tak hanya satu. Tapi lumayan banyak, dan rata-rata pengaktifan bom itu dikontrol oleh kity, ponsel anti lacak miliknya. Tak hanya bom saja, tetapi senjata api juga ada di sana.

"Apa bom itu akan berubah ukuran seiring dengan berubahnya waktu?".

Baekhyun bergumam sambil mengangguk, "Tak hanya ukuran, tapi juga kekuatannya". Baekhyun tersadar saat satpam hendak menutup pintu gerbang sekolahnya. Segera ia membuka pintu mobilnya "Baiklah, aku pergi dulu. Ingat, jangan katakan apapun pada Chan hyung apa yang ku lakukan semalam".

Setelahnya Baekhyun meninggalkan Luhan yang memandang punggungnya dengan sendu. Luhan tahu semua apa yang dilakukan tuan mudanya semalam, karena dirinya ada di dalam kamar Baekhyun waktu itu.

Seperti biasa, menemani tuan mudanya tidur. Ketika Baekhyun terjaga maka dirinya juga terjaga hingga Baekhyun tertidur tepat pukul 04.00 pagi. Semalam Luhan tidak tidur, setelah memastikan tuan muda kesayangannya mengarungi alam mimpi, Luhan keluar dari kamar Baekhyun. Ia mendapat panggilan dari Tuan Byun agar memberitahu kepada seluruh anggota kelompok Byun tentang apa yang terjadi untuk meningkatkan kewaspadaan. Sesuai perintah tuan Byun setelah menyelesaikan perdebatan kecil dengan anaknya mengenai strategi pembunuhan Park Bogum.

"Baekhyun-ah, kapan kau berhenti jadi keras kepala?". Gumam Luhan sebelum ponsel dalam saku jasnya bergetar tanda panggilan masuk.

Tanpa menunggu lama Luhan langsung menjawab panggilan itu setelah tahu user name yang tertera di ponsel pintarnya.

"Ya Tuan?".

'Bagaimana Baekhyun, dia baik-baik saja? Semalam dia pasti tidak mendapat waktu istirahat yang cukup'.

"Ne Tuan, keadaan tuan muda baik-baik saja. Sejauh ini, kondisi kesehatannya semakin membaik setelah mendapat uranium yang diinginkannya".

'Katakan padanya untuk jangan terlalu bersemangat hingga melupakan makan dan istirahatnya'.

"Saya selalu mengingatkannya tuan, hanya saja beberapa hari ini ada masalah. Chanyeol mulai curiga dan sedikit membatasi ruang gerak Baekhyun, itu membuatnya uring-uringan karena tenggang waktu yang diberikan Bogum padanya semakin menipis".

'Tak apa, setidaknya itu bisa membuat Baekhyun mengistirahatkan tubuhnya. Itulah mengapa aku mengatakan padanya jika uranium terbaik dari ku harus didapatnya dengan tetap tinggal bersama Chanyeol'.

"Ah, iya. Anda benar tuan, semenjak Anda memberikan syarat itu waktu istirahat tuan muda jauh lebih banyak dari sebelumnya ketika ia menyelesaikan pemesanan dalam pembuatan bom atau perakitan senjata api".

Tuan Byun tersenyum di seberang sana, setidaknya aturan darinya benar-benar ditaati oleh anaknya. Meskipun ia tahu Baekhyun sangat suka memberontak, tapi patut diacungi jempol juga ketaatan Baekhyun pada peraturan yang dibuatnya.

'Aku tak bisa ke Korea dalam waktu dekat, ada masalah di kantor. Kau urus Baekhyun jangan sampai ada yang melukainya'.

"Mengerti tuan".

'Kau sudah memberitahu anggota Byun untuk meningkatkan penjagaan kan?'

"Sudah tuan".

'Jangan lupa bahas rencana yang ku bicarakan pada mu dengan pimpinan penjaga batas wilayah kita. Kali ini kita akan lakukan penyerangan besar-besaran demi Baekhyun. Apapun bisa terjadi mengingat Park Bogum sangatlah licik'.

"Ne tuan, hari ini kami akan berkumpul untuk membahas hal itu".

'Bagus'.

Setelahnya panggilan itu terputus, Luhan segera memutar mobilnya untuk menjemput Joon di mansion Byun, mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk pertemuan nanti. Luhan memerintahkan L dan kawan-kawannya yang berjaga di perbatasan wilayah untuk berkumpul guna membahas sesuatu yang penting, berkaitan dengan pengetatan penjagaan dan rencana penyerangan terhadap Park Bogum jika dihari Baekhyun membunuh paman biologisnya gagal.

Baekhyun memasuki kelas barunya dengan santai. Ia bahkan tak perduli bisik-bisik dari teman barunya yang hanya berjumlah kisaran 7 orang itu.

Well, bagaimana mungkin seorang kelas reguler memasuki kelas percepatan di pertengahan semester akhir begini? Meskipun ia berasal dari kelas unggulan, pindah ke kelas akselerasi tidaklah mudah.

Itulah yang menyebabkan siswa kelas akselerasi lebih sedikit dibandingkan kelas reguler, bahkan kelas unggulan sekalipun. Kuota kelas akselerasi dibatasi, maksimal 10 siswa dengan jalur masuk ekstra sulit.

Katakanlah Baekhyun beruntung karena memiliki otak super cerdas. Walaupun terlihat tak mungkin karena pelajaran yang diajarkan sangat dipadatkan dan pastinya Baekhyun banyak tertinggal materi, tapi hal itu akan menjadi mungkin jika untuk Baekhyun, peraih peringkat terbaik di Aston International Academi.

Dengan acuh Baekhyun mengambil duduk di bangku paling belakang, ia bersyukur dalam hatinya karena guru sudah datang lebih dulu sebelum teman-teman barunya yang kebanyakan seniornya itu menanyainya macam-macam bak wartawan yang haus berita.

"Selamat pagi".

"Pagi seonsaengnim".

"Kita kedatangan siswa baru, pindahan dari kelas unggulan 1-1. Silahkan berdiri dan lakukan perkenalkan dengan singkat".

"Annyeonghaseyo, Byun Baekhyun imnida".

"Baiklah, langsung kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian halamam 177 tentang unsur senyawa dan campuran".

Guru Kimia itu mulai menerangkan tentang unsur-unsur senyawa dan campurannya. Lalu memberikan soal-soal latihan yang membuat otak para siswa serasa meledak.

Termasuk Baekhyun.

Jika anak secerdas Baekhyun saja merasa kepalanya meledak, bagaimana yang lain? Mengingat secara prestasi akademik, teman sekelas Baekhyun yang baru tidaklah sebanding dengannya. Bukannya sombong, tapi memang begitu kenyataannya. Mereka masih jauh di bawah standart seorang Byun Baekhyun omong-omong.

Memang semua anak akselerasi memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Namun tetap, jika dibandingkan dengan Baekhyun mereka masih berada di bawah standart.

Begitu bel pergantian pelajaran berdentang, semua murid mengeluh sambil memegangi kepalanya. Kelas percepatan memang demikian, dalam sehari mereka mendapat materi pelajaran jauh lebih banyak untuk diselesaikan. Pastinya dengan waktu yang sama seperti di kelas reguler.

"Woah, kepala ku rasanya ingin meledak". Keluh Baekhyun sambil memegangi kepalanya seperti temannya yang lain.

Baekhyun duduk sendirian omong-omong, mengingat jumlah siswa yang hanya sedikit. Membuat bangku kelas di model letter U, sama seperti model kelas unggulan. Bedanya, jumlah siswanya lebih sedikit.

Saat sedang menikmati indahnya ledakkan di kepalanya karena pelajaran Kimia, seorang senior mendatanginya. Menggebrak kecil meja Baekhyun hingga membuatnya sedikit berjengit.

"Hei, bukan kah kau Byun Baekhyun yang dari kelas unggulan, 1-1?"

"Seingat ku seonsaengnim telah menyebutkannya dan aku pun sudah memperkenalkan diri ku tadi".

"Sopanlah bocah, kami lebih tua dari mu!!". Bentak senior Baekhyun itu. Matanya terlihat mengintimidasi si mungil, ditambah lagi tubuhnya yang bongsor itu begitu menjulang di hadapan Baekhyun. Padahal dia sudah sedikit menundukkan tubuhnya.

Jika dilihat memanglah dia senior Baekhyun, saat ini sedang duduk di bangku kelas 3 yang artinya jika di kelas reguler dia kelas 2.

'Waow, Baba memasukkan ku ke kelas 3? Padahal jika aku ikut akselerasi dan berada di kelas 2 tak masalah'. Batin Baekhyun setelah sadar jika teman-teman barunya adalah siswa kelas 3.

Artinya Baekhyun sungguhan akan lulus sebentar lagi, tinggal menghitung bulan saja.

Baekhyun tak menanggapi, ia menatap sekelilingnya lalu melirik badge nama yang tertempel di dada kiri orang yang membentaknya.

'Park Jungshin. Ingin bermain-main dengan ku?'

"Kita berada dalam kelas yang sama". Jawab Baekhyun santai.

"Ya!!". Siswa bernama Park Jungshin tadi berteriak, membuat perhatian seluruh murid di kelas tertuju padanya.

Sedikit informasi, Park Jungshin adalah putra dari Park Bogum. Dia lumayan ditakuti karena tatapan matanya yang selalu tampak mengintimidasi. Tak hanya itu, rumor jika ayahnya seorang kelompok mafia besar sudah tersebar. Sayangnya dia tak tahu jika Baekhyun adalah adik sepupunya. Well, mana mungkin Park Bogum mengenalkan anggota keluarga yang menjadi incarannya untuk dimusnahkan? Sekalipun itu adalah anggota keluarga biologisnya.

Yang ada dia meminta tolong anaknya untuk melaksanakan misi pemusnahan itu.

Sayangnya hal itu tidak akan terjadi.

Mengapa? Karena Park Bogum masih menganggap Jungshin anak-anak yang tak berhak ikut campur urusan orang tua.

"Aku tak mengerti kenapa bocah sombong ini berada di kelas kita, bukankah harusnya dia berada di kelas 2 jika ikut kelas percepatan?".

Baekhyun memutar bola matanya malas, membuat Jungshin menggeram marah karena merasa tidak dihormati sebagai senior.
"Kalau nyatanya aku berada disini, artinya aku memang berada di kelas ini. Apa telinga mu tuli hingga tak bisa mendengar seonsaengnim meminta ku memperkenalkan diri tadi?".

"Bocah sialan ini!!".

Jungshin mengangkat tangannya hendak memukul Baekhyun, namun si mungil lebih sigap. Ia menampik tangan Jungshin dan menatapnya datar.

"Jangan gunakan tangan mu untuk menyentuh ku jika masih ingin menghirup oksigen besok hari". Ujar Baekhyun seraya bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari kelas.

Saat hendak melayangkan pukulan lagi ke arah Baekhyun, teman dekat Junshin yang bernama Jonghyun melarangnya. Ia hanya tak ingin sahabatnya itu terlibat oleh si mungil yang dirumorkan merupakan pembunuh berdarah dingin itu.

"Jangan!! Sebaiknya jangan membuat masalah dengannya".

Jungshin menatap penuh tanya ke arah Jonghyun, dengan segera Jonghyun membawa Jungshin duduk di bangkunyan. Bangku mereka memang berdekatan, jadi sangat mudah untuk Jonghyun memberitahu Jungshin mengapa ia melarang anak itu untuk mencari masalah dengan magnae di kelas mereka.

"Kau tahu, aku mendapat rumor bahwa yang membunuh Lee Dongho adalah Byun Baekhyun, dia juga yang meledakkan gudang belakang semester lalu. Oh satu lagi, ku dengar dia absen selama lebih dari 2 bulan dari sekolah karena terlibat perkelahian dengan pimpinan anak dari mafia Hongkong dan kau tahu? Dia pemenang dari perkelahian itu meski harus meregang nyawa di rumah sakit selama 2 bulan itu".

Jungshin mengernyitkan keningnya, ia tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya tersebut. "Heii, Mana mungkin bocah ingusan itu melakukannya? Kau pikir aku percaya? Badannya saja sangat kecil dan pendek, wajahnya cenderung imut dan manis. Kau tahu? Dibandingkan menjadi seorang pembunuh, dia lebih cocok bermain masak-masakan dan boneka di kamar yang penuh warna pink".

Seandainya perkataan Jingshin terdengar oleh Baekhyun, bisa dipastikan sekolah akan gempar dengan pemberitaan siswa meninggal karena menenggak bom kecil yang kemudian meledak.

Sayangnya tidak, Baekhyun sedang di toilet sekarang.

"Mana ku tahu? Yang ku dengar rumornya begitu, jadi sebaiknya kita tak usah mencari masalah dengannya. Aku hanya tak ingin terjadi sesuatu pada mu kawan".

"Dasar payah, kau tahu, rumor mu itu membuat ku semakin tertarik untuk menantangnya".

"Terserah pada mu. Aku sudah memperingatkan".

Pembicaraan Jungshin dan Jonghyun berakhir, mereka kembali dihadapkan guru sejarah super killer yang baru saja memasuki kelas. Beruntung Baekhyun masuk lebih dulu, jadi ia tak akan disangka membolos.

Waktu terus berjalan hingga bel istirahat pertama dibunyikan, semua murid bergegas menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Saat sedang menikmati makan siangnya, si cerewet yang biasa Baekhyun sebut bebek Kim menghampirinya. Pastinya dengan mulutnya yang mengoceh setelah meletakkan makanannya di meja yang sama dengan Baekhyun.

"Yaa, Baekhyun-ah, kenapa kau tega meninggalkan ku? Kau membenci ku karena aku cerewet? Jika iya, aku janji tidak akan cerewet lagi pada mu mulai sekarang, maukah kau kembali ke kelas kita? Aku merindukan mu asal kau tahu. Kau sudah lama tidak masuk sekolah, dan tiba-tiba saja kau menghilang dari kelas. Aku khawatir Baek".

Baekhyun memutar bola matanya malas, tanpa kata ia meminta Jongdae duduk lebih dulu agar tak menarik perhatian. Karena Jongdae mengomel sambil berdiri di hadapan Baekhyun, jujur saja, Baekhyun tak nyaman dengan keadaan begini.

"Aku hanya ingin cepat lulus Jongdae-ya, disini membosankan. Jadi aku mengambil kelas percepatan, lihatlah, aku sudah kelas 3 sekarang". Ujar Baekhyun sambil menampakkan garis di lengan blazernya yang terdapat tiga garis pita warna putih sebagai penanda jika ia sudah kelas tiga.

Tadi pagi saat mematut dirinya, Baekhyun tak menyadari kalau Babanya mengurus kepindahannya ke kelas percepatan dengan melompat satu kelas.

"Bukankah kau mengatakan pada ku jika sekolah disini menyenangkan, kenapa sekarang jadi begini? Ayolah Baek, aku kesepian tanpa mu". Rengek Jongdae.

Untuk informasi saja, si bebek Kim itu selain cerewet ia juga sangat sering merengek.

"Jangan berlebihan, kau menggelikan Jong. Lagipula aku ada alasan lain kenapa aku ingin mengambil kelas percepatan".

"Kenapa?".

Akhirnya mereka berdua mengobrol sambil memakan jatah makan siangnya. Mengingat obrolan mereka tak akan selesai dalam waktu cepat jika mereka tak sambil makan.

"Aku merasa tak nyaman dengan seseorang". Ujar Baekhyun dengan sengaja mengeraskan suaranya. Lalu melirik murid perempuan yang tak jauh darinya. Hanya berjarak 3 siswa berhadapan dengannya.

Itu Joohyun, yang langsung menghentikan kunyahannya.

Chanyeol telah memberitahunya jika Baekhyun sudah mengetahui semuanya dan marah besar.

Tentu saja Joohyun merasa bersalah, namun Chanyeol tak mengijinkannya untuk menemui Baekhyun di kediaman keluarga Park karena bisa jadi emosi Baekhyun akan naik dan Chanyeol tak ingin hal itu membuat kondisi adiknya memburuk.

Jadi Joohyun menunggu Baekhyun masuk sekolah, namun sayang sekali Chanyeol tak memberitahunya jika Baekhyun pindah ke kelas percepatan.

"Siapa yang membuat mu tak nyaman? Setahuku di kelas kita tak ada yang perduli pada mu kecuali .... ". Jongdae menjeda kalimatnya, ia serta merta menelan makanan yang belum lembut dikunyahnya itu. Matanya membola lalu menunjuk hidungnya sendiri, "Apa orang itu aku? Kau tak nyaman aku ada di dekat mu, begitu? Woah, Byun Baekhyun, kau benar-benar. Kau tahu kan aku tak hanya menganggap mu sahabat? Kau sudah seperti adik ku sen - ".

"Stop!! Jongdae stop!! Kau membuat kepala dan telinga ku sakit!!". Potong Baekhyun segera, omelan Jongdae berpadu dengan peningnya kepala Baekhyun akibat pelajaran Kimia dan Sejarah bukanlah perpaduan yang baik. Kepala Baekhyun serasa akan dipecah menjadi 20 sekarang.

Sangat amat pusing.

"Baekhyun kau ini sebenarnya kenapa? Kau mengatakan kalau kau - ".

"Bukan kau Jongdae, bukan kau yang membuat ku tak nyaman. Bisakah kau diam? Aigoo, aku merasa akan muntah karena ocehan mu". Baekhyun memegang kepalanya dengan kedua tangannya, ia sungguhan pusing setengah mual sekarang.

Sungguhan, ia bahkan sudah tak bernafsu menghabiskan jatah makan siangnya yang sudah tertinggal beberapa suap itu.

"Benarkah? Bukan aku?". Tanya Jongdae dengan wajah berbinar.

Baekhyun lagi-lagi melirik Joohyun, satu persatu orang yang duduk di sana mulai beranjak. Untuk Baekhyun meminta Jongdae segera menghabiskan makanannya. Meski sudah tak lagi sekelas, Baekhyun sebenarnya menyayangi sahabat cerewetnya itu.

"Ya, bukan kau. Sekarang lanjutkan makan mu karena bel akan segera berbunyi".

Joohyun memakan makanannya dengan pelan, ia sesekali melirik Baekhyun yang sudah sibuk memainkan game dalam ponselnya.

'Begitukah? Jadi, memang benar. Sikap Baekhyun akan berubah jika ia mendapati dirinya di bohongi. Aku harus minta maaf padanya nanti'.

Saat sedang konsentrasi memainkan gamenya, tiba-tiba meja panjang tempat Baekhyun makan di gebrak seseorang.

Brak....

"Ouh Shit!!". Baekhyun refleks mengumpat, karena kity jatuh ke meja dan keluar tulisan 'game over' disana. Setan dalam dirinya seketika bangkit, mata sipitnya menatap tajam seseorang yang ternyata senior sombong yang membentaknya di kelas tadi pagi, Park Jungshin.

"Kau mengumpat? Pada ku? Berani sekali, punya nyawa berapa kau hah?". Teriak Jungshin dengan mata yang berapi-api.

Sekali lagi, ia merasa tak dihargai sebagai senior oleh juniornya. Ditambah lagi usianya yang 2 tahun di atas Baekhyun, seharusnya Baekhyun lebih menghormatinya kan? Ia lebih tua dari Baekhyun.

'Tak bisakah kau membiarkan ku makan dengan tenang? Demi Tuhan, aku rasanya ingin meledakkan orang di depan ku ini'. Sumpah serapah Baekhyun ucapkan di dalam hatinya. Walau faktanya ia sudah tak menjejalkan makanan apapun, tetap saja hal itu mengganggu suasana makan teman-temannya yang lain.

Dan Baekhyun, paling benci jika ketenangannya terusik.

"Duduk dan makanlah jika kau ingin bergabung, jangan mengganggu ketentraman di ruang makan. Tidak sopan". Ujar Baekhyun santai sambil mengambil ponselnya dan mulai memainkannya lagi.

"Kau, bocah tengik!!".

Jungshin mencengkeram lengan Baekhyun, menariknya agar berdiri. Hal itu membuat suasana kantin menjadi tegang. Bahkan Jongdae dan Joohyun langsung menghentikan aktivitas makannya, pun dengan teman-teman yang lain yang seketika meninggalkan kantin.

Baekhyun melirik lengannya yang dicengkeram erat, matanya semakin tajam menatap Jungshin yang juga melayangkan tatapan tajam padanya.

"Bisa kau lepas?". Desis Baekhyun marah karena ia merasa lengannya itu akan memerah jika tak segera di lepas.

Jika Jungshin orang yang mengenal Baekhyun dengan baik, ia akan melepas cengkeraman itu dan pergi dari sana. Tapi sayangnya Jungshin bukanlah orang yang cukup mengenal siapa Byun Baekhyun selain sebuah rumor sekolahnya mendapat seorang murid berumur 15 tahun di kelas unggulan 1-1.

"Tidak akan, kau harus menerima akibatnya karena tidak hormat pada senior mu!!".

"Kau merasa senior? Heol, kita bahkan berada dalam kelas yang sama sekarang, tuan Park". Ujar Baekhyun seraya melepas cengkeraman pada lengannya dalam sekali hentak.

Baekhyun memang kecil, tapi tenaganya tidak pernah main-main. Masih ingat Baekhyun yang membantai Alexander Wong beserta anak buahnya kan? Sebenarnya hari itu Baekhyun tak hanya memakai senjatanya, namun juga kekuatan dan ilmu bela diri yang diajarkan Baba nya.

Hal itu membuat Jungshin marah, ketika hendak melayangkan pukulan ke arah Baekhyun. Jeritan seorang murid perempuan membuatnya mengurungkan niatnya.

"Hentikan!! Baekhyun-ah, kita harus bicara".

Itu Joohyun, yang langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Baekhyun. Ia menggenggam pergelangan tangan Baekhyun, hendak membawanya pergi dari sana.

Setelah mengetahui siapa Baekhyun yang sebenarnya 2 bulan yang lalu, Joohyun sebenarnya agak takut berada di dekat bocah itu. Menurut informasi yang di dapatnya dari Chanyeol, bocah itu sering mengamuk jika ada yang tidak sesuai dengan hatinya. Ia juga bisa membenci seseorang hingga ke tulang dan membunuh seseorang itu sebagai obat dari rasa bencinya.

Joohyun tak pernah menyangka jika Baekhyun seperti itu, dibalik wajahnya yang manis dan imut tersimpan jiwa psikopat yang menakutkan.

"Tidak ada yang harus ku bicarakan dengan mu noona. Jongdae-ya, aku selesai. Aku akan ke kelas lebih dulu". Baekhyun pergi begitu saja setelah melepas genggaman Joohyun di pergelangan tangannya.

Tentu saja Joohyun tak tinggal diam, ia harus bicara dengan Baekhyun. Jadi ia mengejar Baekhyun yang mengambil langkah lebar dan sudah dekat dengan pintu keluar kantin.

"Baekhyun!! Tunggu!!".

Sementara Jongdae dan Jungshin hanya melongo dengan kejadian tadi. Kelihatan seperti Baekhyun dan Joohyun adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar karena Joohyun ketahuan selingkuh mengingat sikap Baekhyun yang begitu dingin.

"Mereka kenapa?". Tanya Jongdae entah pada siapa.

Tentu saja membuat Jungshin yang berada di tempat paling dekat dengan Jongdae mengernyit, ia menatap Jongdae dengan pandangan remeh. "Kau pikir aku peduli?".

Jungshin berdecak kesal lalu pergi dari kantin. Jongdae hanya mengangguk, mencoba menganalisa apa yang terjadi tapi sayangnya, otak pintarnya tak bisa membaca situasi apa yang sebenarnya terjadi pada dua sahabatnya itu.

"Dasar orang-orang aneh". Gumam Jongdae sebelum meninggalkan kantin dan kembali ke kelasnya.

Sementara di lorong sekolah, nampak Joohyun masih mengejar Baekhyun yang berada tak jauh di depannya. Memang tak jauh, namun kaki-kaki Baekhyun melangkah dengan cepat dan lebar. Itulah yang menyebabkannya harus setengah berlari ke arah Baekhyun.

"Baekhyun!! Tunggu!!".

Akhirnya Joohyun berhasil meraih pergelangan tangan Baaekhyun lagi. Nafasnya terengah, namun tak diindahkan oleh si mungil yang justru memutar bola matanya malas.

"Apa lagi?". Tanya Baekhyun tanpa menolehkan kepalanya, bahkan posisi tubuhnya masih membelakangi Joohyun.

"Baek, aku... aku minta maaf".

"Untuk?".

Tak perduli jika semua orang akan melihat drama gratis yang mereka pertontonkan, Joohyun harus segera meminta maaf. Bukan karena ia takut membangunkan jiwa psikopat Baekhyun, ia hanya tak suka jika hubungan persahabatan keduanya merenggang.

"Membohongi mu selama ini".

"Lupakan". Baekhyun hendak melepas genggaman Joohyun lagi, namun wanita itu lebih sigap menggenggamnya kembali.

"Tunggu dulu Baekhyun-ah".

"Apalagi noona? Aku harus segera kembali ke kelas ku".

Joohyun membalikkan tubuh Baekhyun, tangannya ia letakkan di kedua tahu Baekhyun. Jujur saja untuk ukuran anak laki-laki tubuh Baekhyun tergolong ringan seperti perempuan. Ditambah dia yang baru pulih dari sakitnya.

"Bisakah kau menganggap ku teman seperti sebelumnya? Jujur, aku tak nyaman dengan sikap mu. Seolah kita tak pernah saling mengenal. Meskipun kita sudah lagi berada dalam kelas yang sama, bisakah? Aku akan menjelaskan semuanya pada mu. Kau pasti salah paham Baekhyun-ah".

Baekhyun hanya menatap datar Joohyun di depannya, sungguh mereka seperti sepasang kekasih yang bertengkar.

"Tidak, bagi ku sekarang kau adalah orang lain. Bisa kau lepas tangan mu? Aku mau kembali ke kelas".

Karena Joohyun hanya diam tak melakukan gerakan apapun, Baekhyun berdecih lalu menghentak tangan Joohyun di kedua pundaknya. Ia harus segera kembali ke kelas karena bel masuk sudah dibunyikan, ia hanya tak ingin terlambat memasuki kelas di hari pertamanya menginjakkan kaki di kelas akselerasi.

"Baekhyun, oh Tuhan. Kenapa dia jadi begitu dingin?". Gumam Joohyun sambil memandang punggung Baekhyun yang semakin menjauh dan menghilang di belokan koridor. Ia menghela nafasnya lalu meninggalkan koridor itu, kembali ke kelas untuk memikirkan bagaimana caranya mencairkan hati Baekhyun yang sangat cepat beku itu. Mungkin berkonsaltasi dengan Chanyeol tak ada salahnya, dia adalah kakak kandung Baekhyun. Setidaknya ia bisa memberitahu bagaimana cara meminta maaf pada Baekhyun dan mengembalikan keadaan.

Sekolah tetap berjalan seperti biasa, masuk dalam kelas belajar, istirahat untuk mengisi perut di kantin lalu masuk kelas lagi untuk belajar dan pulang. Seperti saat ini, sudah waktunya untuk para siswa Hanyang SHS untuk pulang mengingat waktu telah menunjuk angka 03.30 sore.

Semua orang berhamburan keluar dari kelas termasuk Baekhyun yang tangannya sudah gatal untuk menyentuh batu uranium terakhirnya yang sudah diberikan tuan Byun lewat perantara Joon semalam.

Mengapa Baekhyun bisa menyelesaikannya dengan cepat? Karena dalam keterbatasan waktu yang diberikan tuan Byun, ia mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya, jadi Baekhyun 100% berkonsentrasi dalam membuat bom itu. Itulah mengapa ia mampu membuatnya dalam waktu yang sangat cepat.

Saat sudah hendak mencapai lobby sekolah, tiba-tiba ada yang menarik lengannya. Hampir saja Baekhyun terjungkal karena tarikan itu begitu kuat.

Begitu tahu siapa pelakunya, Baekhyun mengumpat dalam hati.

'Park Jungshin gila!! Bisakah dia tak mengganggu ku dulu? Demi apapun aku sangat sibuk, aku harus segera pulang untuk menyelesaikan bom ku'.

"Hei bocah, aku akan membuat perhitungan dengan mu. Ikut aku!!".

Baekhyun memberontak, ia melepaskan cengkeraman Jungshin di lengannya. Ia harus segera pulang ke mansion Byun untuk menyambut batu uranium terakhirnya. "Aku tak ada waktu untuk meladeni mu. Aku harus segera pulang".

Baekhyun sudah berbalik hendak melanjutkan langkahnya, namun lengannya kembali dicengkeram."Eits, kau mau kemana?".

Setelahnya tubuh mungilnya ditarik menuju suatu tempat yang terlihat familiar baginya, itu adalah gudang tempatnya menghabisi nyawa Lee Dongho.

'Sialan!! Bermain-main dengan ku eh?'. Batin Baekhyun setelah mengamati sekitar. Disana kira-kira sudah ada lima orang berbadan besar yang diyakininya adalah orang suruhan Park Jungshin.

Memang benar, itu adalah orang suruhan Jungshin. Tepatnya, setelah membuat keributan di kantin sekolah dengan Baekhyun, ia meminta beberapa anak buah ayahnya agar datang ke sekolah diam-diam dan menunggu instruksinya di gudang belakang sekolah.

Jungshin mundur beberapa langkah setelah melepas cengkeramannya pada lengan Baekhyun kemudian memberi perintah tanpa suara pada kelima orang anak buah ayahnya agar menyerang Baekhyun. Untung saja Baekhyun menguasai beberapa jenis ilmu bela diri, jika tidak bisa dipastikan ia akan terluka karena semua orang itu membawa senjata tajam, pisau lipat dan kawan-kawannya.

"Mari kita buktikan ucapan Jonghyun tadi pagi". Gumam Jungshin sambil melihat bagaimana Baekhyun yang bertubuh dua kali lebih kecil itu menghadapi orang suruhannya.

Baekhyun meletakkan tasnya di lantai dan maju beberapa langkah lalu mulai menendang dan memukul satu persatu lawannya, saat mereka mengeluarkan senjatanya untuk menusuk bagian tubuh Baekhyun, si mungil lebih sigap. Ia memelintir tangan orang itu dan mengarahkan mata pisau itu ke perut samping orang itu sendiri.

Pertumpahan darah tak dapat dihindari, karena memang mereka semua menggunakan senjata sedangkan Baekhyun hanya tangan kosong. Ia yang biasanya membawa senjata untuk berjaga-jaga entah mengapa hari ini tak membawa.

Baekhyun terus menerus berusaha menangkis dan menyerang orang-orang itu hingga akhirnya Baekhyun berhasil menumbangkan 3 dari kelima orang berbadan besar itu.

Nafasnya terengah, beruntung asma Baekhyun tidak kambuh. Baekhyun berdecih sebelum menghadapi dua orang yang tersisa, pastinya tiga orang yang sudah terkapar dengan darah yang mengalir akibat tusukan dari Baekhyun arahkan ke titik-titik mematikan.

"Ternyata, Byun Baekhyun memang benar-benar si kecil yang ganas". Gumam Jungshin, sejak Baekhyun menumbangkan orang suruhannya pertama sebenarnya Jungshin sudah sedikit gemetar.

Antara takut dan heran, tubuh sekecil Baekhyun mampu mengalahkan orang-orang suruhannya yang berbadan dua kali lebih besar darinya.

Tak butuh waktu lama bagi Baekhyun untuk melumpuhkan kelima orang itu. Baju yang dikenakannya sudah basah karena keringat, wajahnya juga memerah karena gerah ditambah nafasnya yang terengah setelah berhasil membantai orang terakhir. Tak lupa cipratan darah mengenai seragamnya. Ouh, tak hanya itu darah orang-orang itu juga ikut membasahi jemari lentik Baekhyun.

Baekhyun terlihat seperti seorang psikopat yang berbahaya saat ini.

Mata sipitnya menatap tajam ke arah Jungshin yang melongo di tempatnya seperti orang bodoh.

"Kau mau jadi seperti mereka juga?".

Jungshin langsung menggeleng cepat, Baekhyun berdecih lalu mengambil tasnya dan melangkah keluar dari gudang itu. Sebelum ia benar-benar pergi, Baekhyun memberi peringatan Jungshin. "Jangan katakan pada siapapun kejadian ini karena kau yang memulai perkaranya. Dan lagi, aku minta bersihkan tempat ini. Aku tak ingin siapapun curiga, mengerti?!".

Jungshin mengangguk, dirinya masih dalam mode terkejut omong-omong.

"Dasar manusia aneh". Gumam Baekhyun sebelum pergi meninggalkan gudang dan mencark toilet terdekat untuk mencuci tangannya.

Biarpun Baekhyun suka membunuh orang yang mencari masalah dengannya, ia tak suka jika darah orang itu membuat dirinya kotor.

Selesai mencuci tangannya Baekhyun berdecih, waktu pembuatan bomnya sudah terbuang 1 jam. Ia juga sangat lelah hari ini, karena pelajaran di kelas ditambah Jungshin yang mencari gara-gara dengannya. Lima orang berbadan besar itu juga bukanlah orang yang mudah ditakhlukkan, jadi tenaga Baekhyun sudah habis. Ia tak akan bisa konsentrasi untuk membuat bom hari ini.

"Lelaaah~ ingin tiduuur~". Rengeknya entah pada siapa sambil mengerucutkan bibirnya sebelum meninggalkan toilet dengan langkah menghentak kesal.

Lihat kan?

Biarpun Baekhyun baru saja membantai lima orang berbadan besar, dirinya tetaplah anak-anak yang merengek dan mudah kesal jika kelelahan.

Dari kejauhan Luhan melihat dari kaca spion tuan mudanya memasang wajah cemberut sempurna. Itu sangat imut, tapi Luhan menyadari ada yang salah disini. Langkah kaki Baekhyun menghentak paving.

Nampaknya bocah umur 15 tahun itu benar-benar kesal. Bahkan Baekhyun masuk ke dalam mobil tanpa kata dengan wajah yang masih cemberut dan bibir mengerucut.

"Ke mansion Byun?". Tanya Luhan setelah memastikan Baekhyun masuk ke dalam mobil.

"Tidak, pulang saja. Aku lelaah~ aku ingin tiduuur~". Rengek Baekhyun seraya menjatuhkan tubuhnya ke jok. Mengubah posisinya yang semula duduk menjadi setengah tidur.

"Hari pertama mengikuti kelas percepatan apa begitu melelahkan?".

Baekhyun memejamkan kedua matanya, menggunakan lengannya untuk menutup mata sipitnya yang sudah terasa berat itu. "Hmm, seonsaengnim-deul mengajar seperti orang gila. Padahal di dalam kelas itu hanya ada 7 orang murid. Ditambah Jungshin sialan itu membuat masalah dengan ku. Jadi aku harus membereskannya lebih dulu".

"Kau membunuh Jung... Jung siapa?".

"Jungshin". Jawab Baekhyun dengan kesal meskipun suaranya sudah melemah karena demi apapun matanya itu sudah lengket.

"Iya, Jungshin. Kau membunuhnya?".

"Tidak, aku hanya membunuh orang-orang suruhannya. Mereka berbadan sangat besar, aku jadi semakin lelah".

Luhan menghela nafasnya lega, setidaknya tuan mudanya tak segila dulu ketika berhadapan dengan Lee Dongho. "Tidurlah kalau begitu, aku akan meminta penjaga mengangkat mu ke kamar jika sudah tiba nanti".

Baekhyun mengangguk, sebelum benar-benar tertidur ia mengatakan sebuah permintaan pada Luhan. "Belikan aku perlengkapan sekolah yang baru. Semuanya kotor terciprat darah tadi. Jangan lupa musnahkan sebelum kau membelikan yang baru untuk ku".

"Akan ku lakukan, tidurlah selagi kita dalam perjalanan pulang".

Luhan dan Baekhyun tiba di rumah besar keluarga Park 10 menit kemudian, Luhan mencari jalan pintas agar ia cepat sampai. Di jok belakang ia melihat tuan mudanya sungguhan tidur, dengan cepat Luhan turun dari mobil lalu memanggil salah satu penjaga untuk mengangkat Baekhyun ke kamarnya.

Setibanya di kamar, Luhan meminta penjaga itu keluar karena Luhan harus menggantikan pakaian Baekhyun dengan pakaian yang lebih nyaman untuk kulit sensitifnya.

Selesai menggantikan Baekhyun pakaian, Luhan memandangi sendu wajah manis Baekhyun. Lalu tangannya terayun mengusap kepala Baekhyun yang ditumbuhi helaian rambut super halus itu. "Kau terlihat lelah Baek. Jangan terlalu memaksakan diri mu, aku tak ingin kau yang baru pulih kembali sakit". Luhan memajukan tubuhnya, mengecup kening tuan muda yang sudah ia anggap adik itu. "Selamat tidur tuan muda ku tersayang. Mimpilah yang indah".

Kemudian Luhan meninggalkan kamar Baekhyun dengan membawa semua perlengkapan sekolahnya. Termasuk seragam, sepatu dan tas sekolah. Namun Luhan mengeluarkan semua isi tas Baekhyun lebih dulu sebelum membawa semuanya ke mansion Byun untuk dimusnahkan seperti perintah sang tuan muda.

Kantor pusat NIS...

Chanyeol dan Seulgi nampak bersantai, mereka telah menyelesaikan kasus pembantaian di halaman sekolah Hanyang beberapa waktu lalu. Tentunya sebagai orang yang mengetahui duduk perkaranya, mereka tak akan memberitahu siapa pelaku dari pembantaian itu. Karena saksi mata pun tak ada, dan Joohyun juga telah memastikan anak buah ayahnya tak akan buka mulut tentang hal ini.

Saat ini mereka sedang fokus menjaga keamanan warga Korea Selatan. Bagaimanapun selagi para mafia itu masih hidup, keamanan warga dapat terancam kapan saja.

Bisa saja kan Park Bogum yang merupakan pembunuh berdarah dingin sekaligus pelaku aksi teror bom sepuluh tahun yang lalu kembali beraksi? Mengingat setelah peledakan yang membunuh kedua orang tua Chanyeol, ada ledakan-ledakan lain di lokasi yang berbeda.

Chanyeol juga masih mengkhawatirkan adiknya kalau-kalau ia melakukan hal aneh-aneh tanpa sepengetahuannya. Seperti membuat bom atau senjata api lagi misalnya, apalagi sejak Baekhyun pulang ke rumahnya ketika hari mulai sore bocah itu selalu meminta Luhan mengantarnya ke mansion Byun dan berada di sana sampai waktu makan malam tiba.

"Bagaimana Chanhyun? Dia baik-baik saja kan?". Tanya Seulgi sambil menyeruput teh dari cangkirnya. Mereka sedang berada di atap kantor, tempat biasa para anggota NIS menikmati waktu senggangnya.

"Ya, dia memang baik-baik saja. Kondisinya bahkan semakin membaik. Tapi ia masih sering pulang ke mansion Byun setiap sore. Entah apa yang dilakukannya di sana. Setidaknya ia berada di sana sampai sekitar pukul 08.00 malam". Chanyeol memejamkan kedua mata bulatnya, memikirkan sikap adiknya membuatnya cukup pusing.

Seulgi tersenyum tipis, ia mengusap lengan Chanyeol untuk menyalurkan ketenangan. "Aku tak bisa berkomentar apapun Chan, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian. Tapi, hubungan kalian baik-baik saja kan?".

"Ya, hubungan kami baik-baik saja. Sedikit demi sedikit sikapnya sudah kembali seperti dulu".

"Syukurlah, aku ikut senang mendengarnya. Berpikirlah positif Chan, mungkin saja Chanhyun masih merasa lebih nyaman berada disana".

"Mungkin saja".

Sejenak keheningan menyapa kedua orang berbeda jenis kelamin itu. Seulgi, melirik jam tangannya, sudah hampir pukul 04.30 petang.

"Bukan kah ini sudah saatnya Chanhyun pulang sekolah, kau tidak menjemputnya?".

Seulgi menyadari jika Chanyeol sudah sangat terlambat seandainya ia pergi menjemput Baekhyun sekolah. Ia hanya tak ingin keterlambatan Chanyeol berbuah pahit seperti dua bulan yang lalu.

"Dia pun lebih suka pergi bersama Luhan sekarang, tadi pagi dia juga menolah ku ajak berangkat bersama. Sudah pasti Luhan lah yang menjemputnya pulang sekolah".

"Jangan sedih, Chanhyun pasti punya alasan. Mungkin saja dia masih belum begitu nyaman bersama mu. Kau sendiri yang mengatakan pada ku kalau Chanhyun memiliki kepribadian yang sangat sulit ditebak kan?".

"Ya, kau benar".

Ponsel dalam saku celana bahan Chanyeol bergetar, ada panggilan masuk dan ternyata itu dari Luhan. Segera saja Chanyeol mengangkat panggilan itu.

"Ya, ada apa?".

'Kau selesai kerja jam berapa?'.

Tanya Luhan to the point di seberang sana, karena ia harus segera pergi untuk membeli keperluan sekolah Baekhyun.

"Jam 5, kenapa?".

'Tidak ada, hanya bisakah kau pulang lebih cepat? Baekhyun akan sendirian di rumah karena aku dan Joon ada sedikit urusan. Walau dia sekarang sedang tidur, tetap saja dia tak suka sendirian'.

Memang benar, walaupun Baekhyun sedang tidur ia tak suka sendirian. Baekhyun mudah terbangun, dan jika ia mendapati dirinya sendirian di kamar ia akan marah besar. Kalau pun harus sendirian di kamar, setidaknya ia akan menemui orang selain pelayan dan penjaga jika ia memastikan ia tak sendirian.

Intinya, pastikan ada anggota keluarga atau orang terdekat di sekitar Baekhyun. Dengan begitu, si mungil akan merasa aman berada di rumah.

Beda lagi kalau di luar rumah, Baekhyun sangat tak suka di pantau atau diawasi. Dia lebih suka bebas berkeliaran.

"Baiklah, akan ku usahakan pulang lebih cepat".

Setelah panggilan itu berakhir, Chanyeol menghela nafasnya.

Seulgi yang berada di sebelahnya mengernyit, "Ada apa?".

"Bisakah aku pulang lebih cepat? Chanhyun sendirian di rumah karena Luhan ada urusan".

"Para pelayan dan penjaga?".

"Aku tak bisa mengandalkan mereka untuk menjaganya Seul. Lagipula Baekhyun tak suka jika ia sendirian di rumah sekalipun ada banyak pelayan dan penjaga di sekitarnya. Jika ada sesuatu yang penting segera hubungi aku, aku akan pulang sekarang".

Chanyeol meninggalkan Seulgi yang menghela nafasnya, ia harus bersabar menghadapi Chanyeol yang terlihat berbeda setelah bertemu dengan Chanhyun. Terkesan lebih mengutamakan Chanhyun di atas segalanya.

"Sabar Seulgi, semua akan indah pada waktunya. Tak akan selamanya Chanyeol mengutamakan adiknya yang super luar biasa itu". Ujar Seulgi pada angin yang membelai wajah cantiknya sebelum pergi dari sana, kembali ke ruangannya bekerja.

*******

Chanyeol tiba di rumah keluarga Park 20 menit kemudian. Terlihat Luhan berjalan mondar mandir di depan pintu utama. Gerakan Luhan itu berhenti begitu mendengar suara mobil Chanyeol.

"Kau belum pergi?". Tanya Chanyeol saat ia sudah sampai di depan pintu utama.

"Aku menunggu mu pulang lebih dulu. Aku tak akan lama, hanya menemui seseorang. Temani Baekhyun sebentar". Setelah menyelesaikan kalimatnya Luhan langsung melangkahkan kakinya menuju mobil yang tadi ia gunakan untuk mengantar dan menjemput Baekhyun. Ia juga sudah berpesan untuk tidak mengatakan apapun pada Chanyeol tentang seragam sekolah Baekhyun yang terdapat noda darah.

Jadi bisa dikatakan, Baekhyun akan tetap aman.

Karena Luhan mengancam akan membunuh siapapun yang ketahuan memberitahu Chanyeol.

Tanpa kata Chanyeol bergegas ke kamar Baekhyun, setibanya disana ia melihat adiknya yang tertidur dengan pulas. Wajah manisnya terlihat sangat polos dan damai saat Chanyeol sudah berada di dekat Baekhyun.

Chanyeol membungkukkan badannya, tangan besarnya mengusap kepala Baekhyun dengan lembut. Ia sangat merindukan adiknya."Hyung merindukan mu Hyunie, apa kau tahu itu?".

Chanyeol tahu jika adiknya tak akan merespon, melihat betapa lelapnya tidur si mungil. "Kapan kau menyadari jika hyung sangat menyayangi mu Chanhyun-ah? Hyung hanya tak ingin kau terluka seperti sebelumnya, bukannya hyung mengekang mu atau melarang mu melakukan hal-hal yang kau sukai. Hanya saja, hyung ingin kau hidup lebih lama disisi hyung Chanhyun-ah. Mengertilah".

Baekhyun masih tetap terlelap, tubuhnya sangat lelah. Meski ia merasakan ada seseorang berada di dekatnya, ia tak bisa membuka matanya. Jangankan membuka mata, menggerakkan tubuhnya barang sedikit pun ia tak mampu. Seolah terdapat lem di kasurnya hingga tubuhnya tak bisa ia gerakkan.

"Sepertinya, memeluknya saat ini tidak apa-apa". Gumam Chanyeol sebelum merangsek naik ke kasur Baekhyun, membaringkan tubuh tingginya menghadap Baekhyun terlelap dengan posisi miring menghadapnya.

Chanyeol mengangkat tangannya untuk menyingkirkan poni Baekhyun yang menjuntai menutupi keningnya. "Ya Tuhan, adik kesayangan ku. Kenapa dia harus jadi seperti ini? Bagaimana caranya aku merubah perangainya?".

Mata bulat Chanyeol mengamati betapa manis dan polosnya Baekhyun ketika tertidur. Sedangkan otaknya berpikir bagaimana caranya mengubah perangai sang adik, ia tak ingin menyesali hal yang sudah berlalu. Sekarang ia hanya ingin fokus untuk menjadikan Baekhyun anak yang baik, berguna bagi bangsa dan negara.

"Chanhyun-ah, ijinkan hyung merubah mu menjadi adik yang selalu bersikap manis. Meskipun itu sulit, setidaknya ijinkan hyung melakukannya. Demi diri mu sendiri dan demi eomma dan appa di surga. Hyung ingin kau menjadi manusia yang berguna kelak, bukan orang yang akan menjadi incaran kejahatan ataupun pihak berwenang".

Tanpa diketahuinya mata Baekhyun bergerak sedikit, meski kelopak matanya masih terpejam bisa dipastikan Baekhyun mendengar semua ucapan Chanyeol.

"Selamat tidur sayang, mimpilah yang indah". Chanyeol mengecup kening Baekhyun lalu ikut tertidur dengan lengan yang memeluk pinggang Baekhyun.

Setelah cukup lama, akhirnya Baekhyun membuka mata sipitnya. Memandang wajah tampan hyung nya yang sudah terlelap di sebelahnya.

'Apa yang sebenarnya ada di pikiran Chan hyung tentang ku? Aku melakukan semua ini juga demi eomma dan appa di surga, dan juga untuk melindungi keluarga ku yang tersisa termasuk diri mu Chan hyung. Bisakah kau mengerti itu? Karena sebenarnya Park Bogum sudah lama tahu keberadaan kita dan hendak membunuh kita semua'. Batin Baekhyun sebelum kembali memejamkan matanya dan menyamankan dirinya dalam pelukan hangat hyungnya.

Ia masih mengantuk omong-omong.

Sekitar dua jam kemudian salah satu dari mereka terbangun, dan orang itu adalah Baekhyun. Namun ternyata Chanyeol terbangun lebih dulu dan menikmati polosnya wajah tidur Baekhyun hingga si mungil terbangun dan terkejut mendapati Chanyeol di kamarnya, tidur bersamanya di kasur yang sama lebih tepatnya.

Tapi kalian tentu tahu bukan jika Baekhyun hanya pura-pura terkejut? Baekhyun sedikit menjauhkan tubuhnya lalu bertanya, "Chan hyung? Apa yang hyung lakukan di kamar ku?".

"Kau sudah bangun?".

"Kenapa.... hyung ada di kamar ku?".

Begitulah Baekhyun, ia tak akan menjawab pertanyaan yang diajukan sebelum pertanyaannya dijawab lebih dulu.

"Tidak ada, hanya menemani mu tidur. Kau tahu, hyung sangat merindukan mu Hyunie".

"Aku tahu, tapi bisakah hyung lepas pelukan mu?".

Kening Chanyeol berkerut dalam, "Kenapa? Kau tak menyukainya?".

"Bukan begitu, aku hanya ingin ke toilet".

Dalam hati Chanyeol mengucap kata syukur, ia pikir adiknya tak suka ia berada di sana dan memeluknya.

Chanyeol tersenyum, ia melepas pelukannya lalu mengusak rambut Baekhyun. "Baiklah, pergilah kalau begitu. Dan jangan lupa untuk selalu berhati-hati, jangan sampai kau terpeleset atau semacamnya".

Baekhyun bergumam sambil mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi karena hajatnya sudah tak bisa ia tahan lagi.

Belum lama Baekhyun pergi ke kamar mandi, kity bergetar. Ada pesan masuk, dan Chanyeol yang penasaran langsung bangkit dari kasur untuk melihat pesan itu. Sayangnya ponsel Baekhyun terkunci dan butuh pola untuk membukanya. Chanyeol mengumpat pelan namun ia bersyukur di layar Baekhyun ia bisa melihat potongan pesan itu.

Bahkan Baekhyun menamai si pengirim pesan 'Anjing Gila' dalam kontaknya.

'Ku peringatkan, waktu mu tinggal dua minggu untuk menyelesaikannya'.

Begitulah kiranya isi pesan itu.

Kalian tentu bisa menebak siapa si pengirim pesan itu bukan?

Ya, dia adalah Park Bogum.

Paman dari ayah si Park bersaudara.

Chanyeol bertanya-tanya, apa maksud dari pesan dari chatroom adiknya. Bahkan kity masih ia pegang. "Waktu tinggal dua minggu? Menyelesaikan.... menyelesaikan apa? Apa maksudnya pesan ini?".

Chanyeol masih tenggelam dalam pikirannya hingga tak sadar jika si pemilik kamar sudah keluat dari kamar mandi dan langsung merebut kity dari genggamannya."Jangan sentuh barang orang lain tanpa ijin. Tidak sopan hyung". Omel Baekhyun seraya melihat apa yang ada di layarnya, rupanya ada pesan dari si Park gila.

"Chanhyun-ah, apa maksud pesan disana? Apa maksud dari waktu penyelesaian tinggal dua minggu? Kau diharuskan menyelesaikan apa? Dan kenapa kau memberi nama 'Anjing gila' pada kontak itu?".

Baekhyun meletakkan kity kembali di meja nakas, ia berdeham, berusaha setenang mungkin dalam menjawab pertanyaan Chanyeol.
"Aah.... itu.... proyek untuk sekolah... ya proyek untuk tugas sekolah dan mengenai nama... itu karena rekan yang satu kelompok dengan ku tak melakukan apapun dan hanya memerintahkan pada ku ini dan itu, jadi begitulah. Dia sangat menyebalkan".

Chanyeol tersenyum, ia mulai mendengar ocehan Baekhyun setelah cukup lama tak terdengar. "Proyek membuat apa?".

"Rangkaian lampu pijar dengan energi alternatif. Aku bahkan masih bingung akan menggunakan bahan apa, hari ini aku tak sempat ke mansion Byun untuk mengecek bahan apa yang bisa ku gunakan untuk membuat proyek itu. Aku terlalu lelah karena pelajaran sekolah hari ini terasa sangat berat".

Baekhyun menggembungkan pipinya kesal, meski sedang membuat drama ia harus mendalami perannya kan?

Jadi Baekhyun sedang membuat dirinya terlihat kesal.

'Semoga semua yang kau katakan benar Chanhyun-ah. Aku hanya tak ingin ada seseorang yang melukai mu lagi karena perbuatan mu sendiri'.

Chanyeol tersenyum lebar, tangannya terayun mengusap kepala Baekhyun dengan lembut.
"Semangatlah, hyung yakin kau bisa menyelesaikan proyek itu".

"Terimakasih hyung".

"Ingin memakan sesuatu?".

Baekhyun mengangguk cepat, bagaimanapun juga lambungnya kosong sejak ia menyelesaikan makan siangnya di kantin sekolah tadi. Ditambah energinya cukup terkuras akibat pelajaran yang super padat dan melumpuhkan lima orang suruhan Park Jungshin.

Baekhyun sangat lapar.

"Ayo turun, akan hyung buatkan sesuatu yang spesial untuk adik kesayangan Chan hyung".

Chanyeol menggandeng tangan Baekhyun sampai di meja makan. Ia meminta adiknya menunggu sebentar di sana selagi ia memasak.

Tiga puluh menit kemudian Chanyeol siap dengan masakannya. Tak banyak, hanya sepiring nasi untuk masing-masingnya, capcai dengan irisan daging ayam dan ikan goreng yang ia berikan saus sweet & sour. Terlihat menggoda lidah apalagi disaat lapar seperti ini.

"Hanya ini yang tersisa di lemari pendingin. Kita makan malam dengan ini dulu, tak apa kan?".

Baekhyun mengangguk kemudian langsung menyantap makanannya. Chanyeol tersenyum melihat lahapnya Baekhyun memakan masakannya. Memang enak di lidah, namun lebih dari itu, Baekhyun sedang sangat lapar kawan-kawan.

Chanyeol yang lapar pun segera mengambil duduk di hadapan Baekhyun, ikut makan karena cara makan Baekhyun memperlihatkan lezatnya masakannya.

"Nanti temani hyung belanja, yaa. Bisa kan?".

"Kenapa tidak minta pelayan saja? Mereka dibayar untuk apa?". Timpal Baekhyun santai sambil lalu memasukkan sesendok penuh nasi ke dalam mulut kecilnya hingga menggembung.

"Hyung ingin pergi berdua bersama mu Hyunie, apa kau tak mau?".

"Baiklah, tapi aku harus mandi dulu".

"Tak apa, hyung juga akan mandi setelah makan malam kita selesai".

Makan malam itu berjalan dengan khidmat. Baik Chanyeol maupun Baekhyun memakan habis masakan yang tersedia di depannya. Setelahnya, mereka berdua pergi mandi di kamar masing-masing dan bersiap menuju supermarket terdekat.

Chanyeol dan Baekhyun segera mengambil trolly belanja begitu sampai di supermarket. Walaupun trolly itu berada di dalam kendali sang hyung.

"Kita akan membeli apa?". Tanya Baekhyun dengan pandangan mengedar.

"Apapun yang ingin kau beli, ambil saja. Hyung akan ke bagian buah, sayur dan daging. Cari hyung disana kalau kau sudah mengambil apa yang kau inginkan".

"Baiklah".

Mereka hendak berpisah, namun baru selangkah menuju tempat yang ingin mereka tuju sapaan dari seseorang membuat Park bersaudara itu menghentikan langkah.

"Hey, Byun Baekhyun. Aku tak menyangka kita bertemu di sini, kau bersama siapa?". Keduanya menoleh, mendapati seseorang seumuran Tuan Byun dengan dua orang penjaga di belakangnya.

Lelaki tua itu mengalihkan pandangannya Chanyeol lalu tersenyum miring. "Aah~ aku ingat. Kau pasti Park Chanyeol kan? Putra sulung Park Yoochun. Kau tak mengingat ku?".

Setelahnya si tua yang Baekhyun beri nama 'Anjing Gila' dalam kontak ponselnya itu kembali memandang Baekhyun. "Haruskah aku memanggil mu.... Park Chanhyun? Mengingat nama aslimu adalah.... Park Chanhyun".

"Bogum Samchon". Gumam Chanyeol. Sedangkan Baekhyun sudah mengeratkan kepalan tangannya mendengar ucapan paman biologisnya itu, ia begitu emosi.

Setan dalam dirinya bergejolak ingin meledakkan Park Bogum sekarang juga.

"Woah, memori mu sangat bagus. Tapi bagaimana kalian bisa pergi bersama? Ouh, aku lupa. Byun Baekhyun - ah bukan Park Chanhyun adalah adik mu, right?". Telunjuk jari Park Bogum menunjuk Baekhyun yang sedang berusaha menahan emosinya itu. "Dia adalah Park Chanhyun yang dibawa lari Byun Yunho malam itu, aku benar kan?".

"Hey, jaga bicara mu pak tua!!". Teriak Baekhyun dengan intonasi tinggi setelah dirinya sudah benar-benar tak bisa menahan emosinya. Baekhyun pun tak perduli dengan orang-orang yang mulai menatapnya aneh. Mungkin ia dianggap anak yang tidak sopan karena bicara dengan nada tinggi pada orang yang lebih tua darinya.

Tapi Park Bogum tetaplah si tua bangka yang menyebalkan, ia berbisik dengan nada menghina ke arah Chanyeol dan Baekhyun.

"Asal kalian berdua tahu, harusnya kalian berdua mati bersama kedua orang tua kalian yang sudah di neraka sekarang. Sayang sekali, kalian selamat malam itu. Dan kebetulan yang tak terduga aku bertemu kalian di sini, padahal selama ini aku sudah mencari keberadaan anak-anak Yoochun hyung".

Chanyeol yang faham situasi itu segera menarik Baekhyun, ia menggenggam jemari Baekhyun dengan lembut agar si mungil lebih tenang dan mengontrol emosinya. Tapi usaha Chanyeol tak membuahkan hasil, adiknya sudah terlanjur emosi mendengar ucapan pamannya itu.

Sebenarnya Chanyeol pun emosi, tapi ia ingat jika ini di tempat umum jadi ia berusaha menahannya. Menurutnya, ia harus mengatur strategi untuk melumpuhkan Park Bogum tidak dengan meladeni ucapannya yang membuat telinga panas itu.

"Jangan sebut nama appa ku dengan mulut busuk mu itu, sialan!! Atau aku akan meletakkan bom di mulut mu dan meledakkannnya!!".

Baekhyun yang sudah berapi-api itu segera Chanyeol tarik ke dalam dekapannya. Ia tak ingin adiknya semakin menjadi-jadi di supermarket dan menjadi bahan tontonan orang.

"Ouh, aku sangat takut. Tapi kau hanya anak kecil, apa hebatnya kau hah?".

"Kau - ".

"Chanhyun-ah, ayo kita pergi. Tak ada gunanya meladeni orang gila sepertinya".

Chanyeol segera menarik Baekhyun ke arah pintu keluar supermarket, tak perduli dengan rencana belanja karena emosi Baekhyun harus segera diredam saat ini. Ia bisa meminta pelayan di rumahnya agar belanja ke pasar segar besok pagi-pagi sekali. Saat ini yang terpenting adalah menjauhkan Baekhyun dari Park Bogum.

"Menarik, sayang sekali anak-anak Yoochun hyung hanya satu yang mengikuti jejaknya". Bogum tersenyum miring, lalu mengajak anak buahnya untuk pergi dari sana. "Ayo pergi".

Well, Bogum memang sengaja mengikuti Chanyeol dan Baekhyun. Dia melihat sepasang Park bersaudara saat berada di persimpangan jalan dan memutuskan untuk menemui kedua Park bersaudara di dalam supermarket.

Hanya untuk mengetahui seperti apa perangai kedua putra kakaknya yang meninggal 10 tahun yang lalu.

Dari situlah ia dapat mengambil kesimpulan jika Baekhyun adalah anak yang emosional, sedangkan Chanyeol lebih tenang.

Jadi, ia bisa menyusun rencana untuk mengakali Baekhyun agar setelah bom itu berhasil di tanam, Baekhyun dan keluarganya lah yang binasa sedangkan Park Bogum berjaya serta menguasai dunia karena bom waktu itu pun tidak akan ia buat serta merta meledak dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Ia akan mengatur sistem kontrol jarak jauhnya.

Katakan ia hanya mengambil tenaga dan otak jenius Baekhyun untuk menciptakan bom waktu berkekuatan nuklir. Selanjutnya, ia akan memusnahkan Baekhyun beserta semua orang yang pernah berhubungan dengannya.

Licik bukan?

Tapi satu hal yang tidak Park Bogum ketahui, Byun Baekhyun selalu lebih licik dan gesit dari siapapun. Byun muda itu bahkan sudah mengatur setidaknya 4 rencana untuk menghadapi Park Bogum.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

Jika ada typo maafkan yaaa... sperti biasa aku gak ngecek sama sekali...

Ini sangat panjang menurut ku.... 10.000 kata lebih looh...👏👏👏👏👏

Cuman mau ngasih tahu....
Mungkin 1 atau 2 part lagi bakalan tamat ini ff...

Udah gitu aja...

See youu next part...
😚😚😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

9.6K 723 5
Pertemuan tanpa disengaja yang telah digariskan olehnya membuat dua insan manusia mengikat janji sumpah setia untuk selamanya. Cast : Choi Siwon, Cho...
330K 35.6K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
209K 22.6K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
17.9K 2.5K 22
"ehh Lou, Azan Magrib kapan?," "15 menit 25 detik lagi Zayn!." Cuma cerita tentang puasa Gue sama Louis doang kok. Kali aja gitu, lo pada mau baca. H...