[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 18

2.7K 212 116
By VennytaShui97

Ada typo?? Maafkan yaa... tyduck mengececk kawan2...

Semoga suka dengan part yg luar biasa pendek ini...

Selamat membaca...

*****

Alenxander dan beberapa anak buahnya yang ia bawa dari Hongkong mendarat dengan selamat di bandara Korea pagi ini. Dengan gaya bak selebritis ia melangkah keluar dari bandara menuju mobil mewah yang menjemputnya.

Malam sebelumnya, Alex sudah mengirimkan beberapa anak buahnya agar ke Korea lebih dulu untuk mencari tempat dimana ia akan tinggal sementara waktu. Tempat tinggal yang akan digunakannya sebagai tempat untuk menyusun rencana dalam pembalasan dendamnya pada Baekhyun.

Setibanya di rumah yang akan ia tinggali selama di Korea, Alex tak langsung istirahat melainkan memanggil anak buahnya yang ditugaskan menculik salah satu siswa Hanyang SHS untuk diambil seragamnya karena semenjak peledakan aula dan pembunuhan seorang siswa kelas 3 waktu itu, tidak semua orang bisa masuk kawasan sekolah kecuali warga sekolah dan lagi seragam sekolah Hanyang hanya bisa di beli melalui pihak sekolah. Tentu saja ini akan sulit bagi Alex untuk mendapat akses masuk ke Hanyang SHS kan?

Remaja lelaki dengan wajah yang bersih dan cukup tampan kini berada di hadapannya. Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian rumah, maka dipastikan kalau seragam milik bocah itu sudah berada di tangan anak buah Alex.

"Maafkan aku, tapi aku harus melenyapkan mu agar misi balas dendam ku terlaksana".

Setelahnya terdengar 'clik' dan sebuah peluru halus menembus dada remaja itu.

Pistol dengan teknologi yang hampir sama dengan milik Baekhyun yang selalu ia bawa kemanapun, rossy, namun sedikit berbeda. Well, itu memang pistol buatan Baekhyun yang dibeli Mr. Wong sebagai hadiah ulang tahun untuk Alex. Jadi jangan heran karena memang seperti itu barang yang diinginkan Mr. Wong waktu itu.

Dan pastinya kalian tahu jika Baekhyun selalu menciptakan sesuatu itu rangkap dua. Padahal meskipun hanya satu, dia akan tetap hafal barang buatannya.

"Selesaikan mayatnya, aku akan membunuh bajingan kecil itu besok dengan penyamaran itu".

"Baik tuan muda".

"Byun Baekhyun, bersiaplah menghadapi kematian mu". Alex mengepalkan kedua tangannya, bibirnya menyeringai lalu bergegas menuju kamarnya untuk istirahat.

Sungguh malang nasip murid bernama Kang Daniel, ia harus mati dengan cara yang demikian kejam hanya demi sebuah misi balas dendam.

Keesokan harinya, Alexander Wong sudah siap dengan seragam milik Kang Daniel. Mematut dirinya di kaca besar yang terdapat kamarnya dan berdecak kagum pada dirinya sendiri. "Aku masih cocok menggunakan seragam SMA, wajah ku tak terlihat tua rupanya. Nhaa.. untuk menyamarkannya aku butuh kaca mata. Beruntung tinggi kami hampir serupa, setidaknya dengan ini penyamaran ku tak akan terbongkar".

Selesai mengagumi diri sendiri dan siap dengan penyamarannya, Alex segera bergegas ke sekolah. Di sepanjang perjalanan otaknya hanya membayangkan keberhasilan misinya hari ini.

'Apapun yang terjadi aku harus berhasil membunuhnya'.

Penyamaran Alex berhasil, sampai bel istirahat berdentang tak ada satu pun yang curiga padanya. Alex melupakan satu hal kalau Kang Daniel adalah salah satu murid pintar yang artinya ia berada di dalam kelas unggulan dimana murid-murid dalam kelasnya yang bersaing untuk mendapat nilai terbaik.

Hanyang SHS terlihat ramai, hampir seluruh siswa berjalan keluar dari kelas mereka menuju kantin sekolah untuk menyantap makan siang. Tapi tidak untuk Alex yang terus mengawasi gerak gerik Baekhyun dari lantai tiga karena dirinya menyamar sebagai senior Baekhyun yang duduk di tingkat akhir.

Begitu ia menangkap siluet si mungil saat keluar dari kelas, ia tahu kalau si mungil tak pergi ke kantin melainkan ke kantor guru. Alex tahu karena dari atas sana ia melihat Baekhyun berjalan bersisihan dengan gurunya, jadi tak mungkin ia melakukan misinya sekarang bukan?

"Sialan!! Guru itu membuat rencana ku terhambat".

Selesai mengumpat, Alex hanya menunggu kemunculan Baekhyun dari atas sana. Di sana ia bisa melihat jelas sekeliling sekolah, setidaknya ia bisa tahu bagaimana suasana sekitar saat ia akan melaksanakan rencananya itu.

Dan tak lama setelah itu Alex menyeringai lebar, targetnya sudah ada di depan matanya.

Baekhyun berjalan santai di koridor sekolah yang sepi, tentu saja ini jam istirahat semua murid Hanyang SHS tengah menikmati makan siangnya di kantin sekolah. Ia baru saja menyelesaikan tugas dari guru Shin dan baru akan ke kantin.

Tapi tiba-tiba .....

"Baekhyun!! Awas!!".

Brak!!....

Sebuah teriakan dibarengi dengan jatuhnya sebuah pot bunga yang terbuat dari tanah liat dari lantai atas menghentikan langkahnya. Bahkan karena kaget ia menjatuhkan tubuh mungilnya ke lantai. Tepat bersebelahan dengan pot yang sepertinya sengaja dijatuhkan untuk mencelakainya.

"Sialan!! Siapa yang berani melakukannya?!".

Baekhyun mendesis marah saat mendapati luka gores dengan darah segar yang mengalir di lengannya, mata sipitnya mengedar dengan tajam mencari siapa yang melakukan hal itu padanya. Namun nihil, ia hanya menemukan Joohyun yang berlari ke arahnya dengan tatapan khawatir.

Sebenarnya tak hanya Alex saja yang mengawasi Baekhyun, tapi juga Joohyun.

Selama ini memang tak ada yang tahu siapa Joohyun sebenarnya. Sosoknya yang sedikit pendiam membuatnya nampak misterius. Persis seperti Baekhyun, bedanya Baekhyun terlihat lebih kekanakan untuk menutupi topengnya.

"Kau baik-baik saja? Ya Tuhan, lengan mu berdarah. Ayo ke UKS, ini harus segera diobati".

Joohyun membantu Baekhyun berdiri dan memapah sahabat yang sudah seperti adiknya itu ke UKS. Ia tahu bahwa Baekhyun pasti sangat terkejut dengan kejadian ini.

Tanpa diketahui Alex, Joohyun menyeringai. Ia telah berhasil menyelamatkan target yang diinginkan Alex. Beruntung dirinya segera meneriaki Baekhyun begitu melihat gerak gerik yang mencurigakan dari seseorang di lantai tiga sana. Jika tidak, maka tamatlah riwayatnya di tangan Chanyeol karena adik kesayangannya pergi untuk selamanya akibat kecerobohannya dalam menjaga Baekhyun di sekolah.

Setibanya di UKS, Joohyun langsung membawa Baekhyun duduk di atas dipan dan mulai sibuk mencari cairan antiseptik untuk membersihkan luka Baekhyun dan perban untuk membalut luka itu.

"Aku tak tahu apa kesalahan mu hingga orang itu ingin menyakiti mu dengan menjatuhkan pot dari atas sana. Baruntung luka mu tak banyak dan tak terlalu dalam, kau harus berhati-hati mulai Baekhyun-ah". Ujar Joohyun disela aktivitas tangan lembutnya yang sibuk membersihkan luka Baekhyun.

"Noona, apa kau melihat seseorang yang menjatuhkan pot itu?".

Joohyun menghela nafasnya, ia telah selesai dengan pekerjaannya membersihkan luka itu, kini tinggal membalutnya.

"Aku tidak tahu pasti siapa dia, wajahnya tak begitu jelas karena aku melihatnya dari jauh tapi aku yakin dia siswa Hanyang, dia memakai seragam yang sama dengan kita. Dan tentu saja aku lebih mementingkan keselamatan mu dengan segera meneriaki mu tadi, jadi aku tak fokus pada wajahnya".

'Pasti ada hubungannya dengan meledaknya Mr. Wong bersama beberapa anak buahnya di Busan waktu itu. Aku tak menyangka jika akan secepat ini mereka datang. Aku harus bersiap-siap dan waspada, mereka bisa saja menyerang ku sewaktu-waktu. Alexander Wong, kau benar-benar pengecut kalau masih bermain di belakang ku'. Batin Baekhyun sambil menyeringai tipis.

Well, meskipun belum lama bergelut di dunia penuh kegelapan Baekhyun cukup tahu siapa lawannya kali ini. Ia mengenal siapa Mr. Wong dan anak semata wayangnya itu karena beberapa kali Mr. Wong membawa anaknya dalam pelelangan senjata.

"Terimakasih noona, kau telah menyelamatkan ku".

Joohyun tersenyum lembut, tangannya terangkat untuk mengusak rambut Baekhyun. "Bukan masalah, sekarang luka mu sudah ku bersihkan dan juga sudah ku balut. Berhati-hatilah Baekhyun-ah, sepertinya siswa itu sengaja menjatuhkan benda itu pada mu dan noona yakin akan ada hal semacam ini lagi lagi suatu saat nanti".

Baekhyun mengangguk, ia tersenyum tipis lalu beranjak dari sana mengikuti jejak Joohyun yang sudah meninggalkannya lebih dulu.

Tapi Joohyun tak benar-benar meninggalkan Baekhyun, ia berjalan sangat pelan sambil memainkan ponselnya. Padahal ia sedang mengirim pesan pada seseorang di kejauhan sana.

'Ada yang ingin membunuh Baekhyun, hari ini dia dijatuhi pot bunga dari lantai tiga'.

Setelah mendapat balasan barulah Joohyun menghentikan langkahnya, tersenyum lebar lantas kembali ke arah Baekhyun yang masih berjalan santai tak jauh darinya.

"Kau ingin ke kantin?". Tawaran yang bagus dan Baekhyun mengangguk dengan antusias. Dirinya sampai lupa kalau dia belum makan siang karena insiden tadi.

Dan dalam hati Baekhyun bersumpah, ia akan membunuh putra dari Mr. Wong kalau ia berjumpa dengannya.

Sedangkan di atas sana, Alexander Wong menggeram marah dari persembunyiannya karena Joohyun sempat melihat ke atas saat ia akan menjatuhkan pot itu. Rencananya gagal total karena teriakan dari Joohyun, harusnya ia memastikan disana benar-benar sepi sebelum menjatuhkan pot bunga itu.

Benar-benar, rencana yang ia persiapkan dengan matang bersama anak buahnya semalam sia-sia.

"Sial!! Aku gagal!! Lihat saja apa yang akan ku lakukan selanjutnya Byun!! Kau harus mati hari ini juga!!". Tangannya mengepal, memukul lantai karena marah. Lalu mengambil ponselnya dari kantung celananya dan menelfon anak buahnya.

"Lakukan rencana selanjutnya!!".

Hanya titah yang diberikannya, setelah itu ia bangkit dari duduknya dan menyeringai lebar. "Kita lihat. Apa kau masih bisa bernafas setelah ini Byun muda?". Kemudian ia pergi meninggalkan balkon deretan kelas tingkat akhir.

Baekhyun dan Joohyun masuk dalam kelas bersamaan, tak ada yang berubah karena kelas itu hanya berisi orang-orang dengan kompetisi akademik tinggi. Kecuali satu, si bebek Kim yang selalu berteriak heboh jika bertemu dengan Baekhyun.

"Baekhyuuunn!!!". Teriak Jongdae dengan suara cemprengnya sambil melambaikan tangannya pada Baekhyun yang memutar bola matanya malas dan tetap berjalan santai menuju bangkunya. Bangku yang sama dengan bangku Jongdae sebenarnya karena mereka adalah teman sebangku.

"Astaga!! Lengan mu kenapa Baek? Kau terluka? Bagaimana bisa?".

Baekhyun baru mengambil duduknya dan sudah disuguhi mulut cerewet Jongdae yang membuat kepalanya pening.

'Kim Jongdae mulutnya. Ingin ku ledakkan saja rasanya'.

Baekhyun menolehkan kepalanya lalu tersenyum tipis, ia tak boleh marah. Ia harus tetap kelihatan kalem. "Hanya kecelakaan kecil, jangan khawatir".

"Apanya yang kecil, seseorang menjatuhkan pot bunga dari lantai tiga yang sepertinya memang ditujukan pada Baekhyun". Sahut Joohyun dari bangku belakang. Sejak bangku itu tak lagi digunakan Chanyeol, si cantik Joohyun pindah ke bangku itu. Dimana artinya tempat duduk Joohyun yang sekarang tepat berada di belakang si mungil Baekhyun.

"Benarkah? Tapi kau tak apa-apa kan?". Jongdae langsung mengecek seluruh tubuh Baekhyun, beruntung hanya lengannya saja yang tergores.

"Jangan berlebihan, aku tidak apa-apa".

"Tidak apa-apa bagaimana Baek? Apa kau pikir luka mu itu tadi main-main?". Joohyun mendadak tak terima saat Baekhyun mengatakan kalau dirinya baik-baik saja. Well, dia cukup tahu kalau luka gores di lengan Baekhyun tadi cukup dalam. Meski saat membersihkan dan membalut luka itu Joohyun mengatakan kalau luka Baekhyun tak dalam.

"Ya Tuhan, Joohyun noona yang cantik percayalah kalau aku baik-baik saja".

"Baiklah, aku harap tak akan ada luka lain di tubuh mu".

'Karena aku tak akan pernah membiarkan itu terjadi Baekhyun-ah'.

"Kenapa kau jadi over protective seperti hyung ku?". Protes Baekhyun, tanpa sadar dirinya menggembungkan pipinya kesal.

"A-ah tidak, aku hanya terlalu menyayangi mu Baek. Kau sudah seperti adik ku sendiri, tentu saja aku tak suka melihat mu terluka seperti tadi".

Mereka mengakhiri perdebatan itu karena guru sudah datang dan memulai pelajarannya.

Waktu terus berjalan hingga bel pulang berdentang, dan seperti biasa Jongdae selalu pulang lebih dulu karena supirnya selalu menunggunya sebelum bel pulang berbunyi. Lagi, Jongdae adalah anak yang sangat penurut dibalik sikapnya yang sedikit urakan itu. Dia tak akan pernah berani pulang terlambat kecuali memberi tahu pada ibunya lebih dulu.

Saat hendak bangkit dari duduknya, ponsel Baekhyun bergetar tanda pesan masuk. Ia membukanya dan isi pesan itu membuat moodnya hancur. Baekhyun mendengus sebal lalu mengerucutkan bibirnya, dirinya ingin segera pulang ke rumah dan berkencan dengan kasur empuknya. Demi Tuhan, luka di lengannya membuat tubuhnya panas dingin. Sebagaimana sistem tubuh orang normal lainnya, tubuh Baekhyun akan memberikan reaksi seperti itu jika salah satu bagian tubuhnya terdapat luka.

"Ada apa?". Tanya Joohyun yang hendak pulang juga. Namun mendapati muka masam Baekhyun, dan itu membuatnya ingin tahu apa yang kiranya membuat si mungil berwajah masam.

"Hyung ku berkata dia akan sedikit terlambat menjemput dan meminta ku menunggunya di kafe seberang sekolah".

Joohyun tersenyum, lalu mengusak rambut yang lebih muda. Baekhyun tetaplah Baekhyun. Bocah umur 15 tahun yang belum saatnya berada di kelas 1 SMA.

Dan lagi baik kepada Joohyun maupun Jongdae, Baekhyun masih belum ingin mengakui jika orang yang selama ini ia sebut 'hyung' adalah Chanyeol. Ia selalu mengaku jika Chanyeol adalah teman dari hyungnya yang sangat menyukainya dan ingin menjadikannya adik angkat.

"Ingin pulang bersama ku? Aku akan mengantar mu sampai di rumah, rumah mu masih sama kan?".

Mata sipit Baekhyun membola, seingatnya Joohyun tak tahu kalau dia tinggal bersama Chanyeol, dia hanya tahu Baekhyun yang tinggal di guest house mansion keluarga Byun.

"Eh? Itu tidak perlu, hyung meminta ku untuk menunggu di kafe seberang sekolah".

"Baiklah, kalau begitu. Ayo kita berjalan bersama sampai gerbang".

Mereka berdua berjalan beriringan sampai gerbang sekolah diselingi obrolan ringan yang membuat mood Baekhyun sedikit membaik.

Tanpa curiga sedikitpun akan gerak-gerik Joohyun yang waspada pada sekelilingnya.

Sekolah sudah benar-benar sepi, itulah mengapa Joohyun meningkatkan kewaspadaannya dalam menjaga Baekhyun. Ia tentu tak ingin kejadian saat jam iatirahat tadi terulang.

Tapi saat keduanya baru hendak mencapai pintu gerbang, segerombolan orang mencegat.

"Permisi tuan-tuan aku dan adik ku mau lewat". Ujar Joohyun sopan, padahal dalam hatinya ia menggeram. Sedangkan Baekhyun hanya menatap datar segerombolan orang itu.

"Serahkan bocah itu pada kami lebih dulu, maka kau boleh pergi nona".

"Apa kau bercanda? Dia adik ku, mana mungkin aku akan membiarkannya ikut bersama kalian?". Joohyun menarik tubuh Baekhyun agar bersembunyi di belakangnya karena yang ia tahu Baekhyun adalah anak kecil yang tak mengerti apapun tentang ilmu bela diri dan butuh dilindungi.

Padahal?

Anggapan itu sama sekali tidak benar.

"Hey, nona. Kau pikir kami bisa kau bohongi!! Kalau kau tak ingin menyerahkan bocah itu pada kami, maka kami akan mengambilnya dengan paksa".

Semua gerombolan orang tadi maju dan menyerang. Tapi bagi Baekhyun dan Joohyun yang nampaknya sudah siap dengan hal ini berusaha bertahan dari setiap serangan orang-orang itu dengan kemampuan bela diri yang mereka miliki.

Mereka saling memukul dan menjatuhkan lawannya, segerombolan orang tadi tak heran jika Baekhyun begitu menguasai ilmu bela diri namun tidak untuk Joohyun.

Mereka semua memang berbadan lebih besar dari Baekhyun maupun Joohyun namun akhirnya mereka berdua berhasil mengalahkan mereka semua. Nafas keduanya terengah namun ada senyum kepuasan yang tergambar di wajah mereka.

"Hah..hah... aku tak menyangka kau pandai bela diri noona. Bahkan kau mengalahkan mereka semua". Ujar Baekhyun disela-sela aktivitas menetralkan nafasnya.

"Kau pikir aku tidak seperti mu?". Baekhyun menampakkan wajah penuh tanya sambil memiringkan kepalanya pada Joohyun. Itu membuat Joohyun gemas bukan main dan segera mencubit kedua pipi bulat Baekhyun. "Kau juga pandai bela diri Baek, sangat pandai malah dari yang ku lihat. Kau seperti menguasai banyak jurus dan lagi kau lah yang paling banyak menjatuhkan mereka bukan aku".

Baekhyun sedikit berjengit, ia melupakan fakta kalau ini adalah kali pertama ia menunjukkan siapa dirinya pada orang lain. Selama ini, yang seluruh warga sekolah tahu adalah dirinya yang innocent.

"Jangan takut, aku tak akan membocorkan rahasia ini. Kau juga harus menjaga rahasia ku Baek. Aku berlatih bela diri sejak kecil dari ayah ku, dan ayah ku hanya mengijinkan aku memakai ilmu ini sebagai perlindungan di saat yang tak terduga seperti tadi".

"Aku juga belajar dari ayah ku. Baiklah mari saling menjaga rahasia".

"Tentu, ayo pulang, supir ku sudah menunggu. Aku akan mengantar mu pulang, aku tak ingin kau terluka lagi".

Baekhyun hanya pasrah saat dirinya ditarik Joohyun menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu gerbang sekolah.

Beruntung dari perkelahian melawan para segerombolan orang berbadan besar tadi keduanya tak mendapat luka, karena mereka berdua mampu menangkis serangan dalam bentuk apapun dengan sangat baik.

Saat sudah berjalan beberapa langkah dari segerombolan orang tadi sudah berhasil dibuat tergeletak, salah seorang yang sangat licik melihat adanya kesempatan untuk menyerang Baekhyun, ia menyeringai lalu mengambil pistol yang dipinjamkan boss padanya.

Pistol tanpa suara.

Seperti rossy. Hanya berbeda komponen peluru.

Cklik...

Ketika pelatuk itu ditarik, sebuah peluru yang ditujukan pada langsung mengenai bahu kanannya.

"Argh...". Geram Baekhyun sambil menunduk saat merasakan sakit di bahunya dan merasa ada sesuatu yang kental dan basah mengenai seragamnya.

"Astaga, kau berdarah!! Kau tertembak!!". Joohyun panik tetapi ia sangat terkejut saat mendapati salah seorang dari segerombolan orang tadi bangkit lalu tertawa memegang pistolnya.

"Ahahaha~ kau lihat itu anak-anak? Jangan pernah main-main dengan anak buah Mr. Wong. Kami akan menuntut balas atas kematian tuan besar kami bocah tengik!!".

'Mr. Wong!! Sudah mati pun masih membuat masalah dengan ku!!'. Geram Baekhyun dalam hati sambil meringis menahan sakit.

"Noona, sebaiknya kau pulang. Terlalu bahaya bagi mu di sini".

"Tapi Baek, kau kena luka tembak. Harus segera diobati".

"Aku tak apa, jangan khawatirkan aku. Cepat pergi sebelum dia menembakkan pelurunya pada mu!!".

"Tapi Baek - ".

"Cepat pergi kata ku!!". Ujar Baekhyun dingin, sisi dirinya yang lain kini benar-benar terlihat membuat Joohyun terkejut dan sedikit takut.

"Baiklah aku pergi, tapi aku akan meminta bantuan. Aku akan memanggil anak buah ayah ku".

Joohyun segera berlari selagi orang itu masih tertawa puas, sedangkan Baekhyun segera mengambil senjatanya dari saku blazernya. Senjata yang pernah ia gunakan untuk membunuh Lee Dongho di gudang sekolah beberapa bulan yang lalu.

Rossy.

Cklik...

Cukup sekali menarik pelatuk dari benda kecil berukuran pistol mainan itu dan peluru yang dari pelatuk Baekhyun yang lebih mematikan diarahkan tepat di jantung lelaki berbadan besar yang tertawa puas itu.

Dan tentunya kalian tahu bukan? Lelaki itu langsung mati karena dalam peluru Baekhyun terdapat racun yang mematikan seseorang dalam hitungan detik.

Kini Baekhyun dapat tersenyum puas, ia kembali meringis saat mengingat luka yang ia dapatkan hari ini. Bagaimana caranya menjelaskan pada Chanyeol nanti?

"Sialan!! Kalian menyusahkan ku saja!!". Gerutu Baekhyun dengan wajah datar andalannya.

Saat hendak berbalik untuk pergi dari sana, sebuah tepukan dan suara seseorang menghentikan langkahnya.

Plok...plok...plok...

"Hebat!! Aku tak menyangka bocah seperti mu mampu mengalahkan anak buah ku".

Baekhyun memutar tubuhnya, dan ia mendapati Alexander Wong bersama beberapa anak buahnya lagi.

"Alexander Wong". Gumam Baekhyun lirih namun ia masih mempertahankan wajah datarnya.

"Kita bertemu lagi Byun Baekhyun, bagaimana kabar mu?".

"Tidak usah basa basi!! Aku tak punya banyak waktu untuk meladeni orang gila seperti mu".

"Waow, aku sangat terkesan. Ku pikir dengan luka di lengan mu yang ku buat tadi kau akan sedikit lemah tapi nyatanya kau memang luar biasa. Dan lagi, kau sudah tertembak dengan pistol buatan mu sendiri yang kau jual pada ayah ku tapi kau juga masih hidup. Haruskah ku tembakkan peluru-peluru ku yang lain ditubuh kecil mu itu agar kau cepat mati?".

"Ouh, rupanya kau yang melakukannya? Seperti yang sudah ku duga sebelumnya, kau memang pengecut Alexander". Baekhyun dengan kasar meludah, tidak sopan memang. Tapi untuk orang seperti Alexander Wong baginya sama seperti sampah. Tidak pantas untuk mendapat rasa sopan darinya sekalipun Alexander lebih tua darinya.

"Kau sungguh tidak sopan bocah!!".

Door...

Baekhyun berhasil menghindar, ia menjatuhkan dirinya dan berguling. Ia tahu tubuhnya sudah sangat lelah dan sakit namun ia harus berhasil selamat dari Alexander wong kalau bisa membunuhnya sekalian.

"Tangkap dia!! Aku tak ingin kehilangan kesempatan ini!! Hari ini juga dia harus mati!!".

Begitu titah diucapkan, anak buah Alexander lansung menyerbu Baekhyun. Beruntung dirinya sudah bangkit dari bergulingnya tadi dan dengan sisa tenaganya kembali mempertahankan dirinya dari serangan anak buah Alex.

Di sisi lain, Joohyun diserang panik karena mendengar suara tembakan yang ia yakini dari anak buah Mr. Wong padahal tembakan itu berasal dari putra Mr. Wong yang tak ia kenal.

Sebenarnya, Joohyun tak benar-benar pergi dari area sekolah. Dirinya masih berada di sana untuk menghubungi anak buah ayahnya agar segera datang ke sekolahnya karena Baekhyun dalam bahaya.

"Kita selamatkan Baekhyun lebih dulu, dia dalam bahaya!!". Perintah Joohyun pada supirnya yang merangkap sebagai bodyguard bagi dirinya.

Tapi sayangnya Joohyun dan supirnya terlambat. Tak ada satu pun yang bangun dari semua orang di sana, semuanya tergeletak.

Termasuk Baekhyun dan Alexander Wong.

Joohyun bahkan tak mengira jika tubuh sekecil Baekhyun mampu mengalahkan semua orang berbadan besar itu sendirian. Padahal seingatnya, saat bersama dengannya mereka berdua hanya mengalahkan sekitar 10 orang dan sekarang mungkin bertambah sekitar 20 orang.

Joohyun sampai bingung menemukan Baekhyun diantara hamparan orang-orang yang tergeletak itu.

"Cari Baekhyun cepat!! Kita harus pastikan dia masih hidup".

Supir Joohyun langsung mencari keberadaan sahabat nona-nya. Sementara Joohyun menatap ngeri hamparan orang-orang yang tergeletak itu. Sebagian bisa dipastikan mereka mati karena terdapat luka tusuk di bagian tubuh yang vital dan juga bekas tembakan di bagian yang sama vitalnya, yakni jantung dan beberapa bagian yang lain.

Perlu kalian ketahui jika Baekhyun adalah seorang penembak yang handal, dalam kantung blazernya terdapat berbagai macam senjata yang selalu ia gunakan untuk melindungi diri. Diantaranya adalah pisau lipat, pistol yang dirancangnya seperti pistol mainan lengkap dengan cadangan pelurunya.

Jadi bisa dipastikan memang sebagian besar yang tergeletak disana sudah tak bernyawa.

"Baekhyun-ah, siapa diri mu sebenarnya? Kau sungguh tak terduga". Gumam Joohyun lirih.

"Nona, dia ada di sini!!". Supir Joohyun berteriak, menyadarkan Joohyun yang sedikit melamun. Hanya membayangkan bagaimana tubuh kecil Baekhyun mampu mengalahkan semua orang-orang itu.

Joohyun segera berlari ke arah Baekhyun, bertepatan dengan itu anak buah ayahnya datang dan tanpa kata supir sekaligus bodyguard Joohyun memerintahkan mereka semua agar membawa seluruh orang yang tergeletak di sana.

Mereka semua mengangguk faham dan segera mengangkat satu persatu tubuh besar tergeletak itu.

Joohyun mendapati Baekhyun yang tergeletak dengan tubuh bersimbah darah. Luka di lengannya yang sudah dibalutnya terbuka dan bahu depannya juga terkena luka tembak yang sepertinya meleset. Sungguh, hal itu membuatnya merasa bersalah karena telah gagal menjaga orang kesayangan Chanyeol.

"Baekhyun!! Kau baik-baik saja? Ya!! Buka mata mu!!". Teriak Joohyun yang sudah memangku Baekhyun sambil menepuk pipi bulat sahabat yang sudah seperti adik baginya itu.

Wajah Baekhyun memang bersih, tak ada luka atau lebam apapun di sana namun yang terparah adalah tubuhnya. Terkena luka tembak di dua tempat yang berbeda. Bahu kanan belakang dan bahu kiri depan.

"Cepat bantu aku bawa Baekhyun, kita harus ke rumah sakit!!".

"Baik nona".

Supir Joohyun segera mengangkat tubuh Baekhyun dan dengan langkah besar ia membawa tubuh lemah Baekhyun ke dalam mobil.

Setibanya di dalam mobil, Joohyun tak bisa lagi menyembunyikan rasa cemas yang melanda dirinya. Wajah manis itu terlihat pucat seiring dengan aliran darah yang tak ada hentinya mengalir dari balik baju seragamnya.

"Sial!! Aku terlambat, haish!! Bertahanlah Baek, ku mohon!!". Umpat Joohyun.

'Rumah sakit Seoul!! Baekhyun terluka parah!!'.

Joohyun mengirim pesan pada Chanyeol yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah Baekhyun untuk menjemput adiknya. Lumayan lama memang keterlambatan Chanyeol kali ini, hampir setengah jam.

Dan kalian tentu tahu apa penyebab Chanyeol terlambat menjemput Baekhyun bukan?

Yah, Seulgi. Tunangannya itu memintanya untuk ditemani membeli barang keperluan di rumah yang sudah habis. Katanya eomma Kang sedang sibuk jadi meminta tolong pada anak perempuannya untuk belanja, karena jam kerja juga sudah habis Seulgi meminta Chanyeol menemaninya belanja.

Saat mobil yang akan mengantar Joohyun dan Baekhyun ke rumah sakit hendak dijalankan, seorang anak buah ayah Joohyun mengetuk pintu mobilnya.

"Ada apa?". Tanya supir Joohyun karena nona mudanya sedang duduk di belakang memangku kepala Baekhyun.

"Mereka akan kita apakan nona?". Tanya salah satu anak buah ayah Joohyun.

"Yang mati kuburkan, yang masih hidup bawa ke rumah sakit. Nanti biar ayah yang mengurus hal ini selanjutnya".

"Baik nona".

Joohyun menjawab dengan gumaman dan mobil itu pun melaju dengan cepat menuju rumah sakit Seoul.

Dan perlu kalian ketahui, Chanyeol pun diserang panik luar biasa setelah membaca pesan dari Joohyun. Ia pun melajukan mobilnya dengan sangat cepat menuju rumah sakit meskipun harus memutar arah lebih dulu.

Dan satu hal yang Chanyeol lupakan, Seulgi masih bersamanya karena wanita itu mengatakan kalau dirinya merindukan Baekhyun dan ingin mengenal si mungil lebih jauh.

Setibanya di rumah sakit, Chanyeol dan Seulgi langsung berlari menuju ruangan yang ia yakini adiknya berada disana, emergency room.

"Bagaimana keadaannya?". Tanya Chanyeol pada Joohyun dengan nafas terengah setibanya di depan ruang emergency.

"Dia masih ditangani dokter".

"Bagaimana bisa Baekhyun di serang, Irine?".

Chanyeol sampai tak menyebut nama Joohyun dengan nama aslinya. Itu membuat Joohyun sedikit mencibir dalam hati.

"Aku juga tak tahu, tapi dari yang ku dengar tadi salah seorang dari mereka mengatakan bahwa mereka ingin menuntut balas pada Baekhyun. Seperti Baekhyun telah membunuh seseorang hingga mereka menuntut balas atas kematian orang itu padanya". Terang Joohyun dengan mimik muka serius.

Menurutnya itu adalah hasil analisa yang paling logis, apalagi setelah melihat banyaknya pertumpahan darah di halaman sekolahnya tadi.

"Asal kau tahu saja oppa, aku tak pernah mengira kalau dibalik tubuhnya yang sangat kecil itu ia bisa membuat hampir 30 orang berbadan 2x lebih besar darinya mati ditangannya dalam waktu singkat. Aku bahkan berpikir jika itu tak mungkin benar-benar terjadi, rasanya seperti tidak nyata". Lanjut Joohyun, ia teringat pesan dari anak buah ayahnya kalau semua korban dari kejadian tadi tak ada satu pun yang hidup.

Tanpa diketahui Joohyun, rupanya orang-orang yang tergeletak karena pingsan Baekhyun gunakan tubuhnya sebagai tameng agar tak terkena tembakan dari Alexander. Jadi karena itulah, semua anak buah Alexander Wong mati di halaman sekolah Hanyang.

Sepertinya, Hanyang harus segera berganti lebel menjadi 'Sekolah Berdarah' setelah kejadian ini.

"Akan menjadi mungkin dan nyata jika itu Chanhyun". Chanyeol tersenyum tipis menatap wajah Joohyun dan Seulgi yang menatapnya penuh tanda tanya. "Chanhyun adalah anak yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga mafia yang berada di jalur gelap. Dia menguasai sekitar 3 jenis ilmu bela diri, juga menguasai teknik menembak dan memanah dengan sangat baik, dia juga seorang yang jenius dalam merakit bom dan senjata api lalu menjualnya di jalur gelap".

"Apa?".

"Ya, inilah fakta yang sebenarnya Seulgi-ya. Chanhyun memang melakukannya, bahkan sejak awal kepindahannya ke Korea dia sudah melakukannya".

"Apa itu artinya .... ".

"Ya, semua ini adalah ulahnya, Seul. Peledakan gudang di Hanyang SHS, pembunuhan Lee Dongho yang merupakan salah satu siswa berprestasi di Hanyang SHS, peledakan di pos jaga markas kita lalu yang terakhir peledakan di gudang tua dekat perumahan sederhana di Busan. Semua itu adalah ulahnya".

Chanyeol menghela nafasnya, ia lalu terduduk di bangku panjang yang tersedia di sana dengan kepala menunduk. Ia merasa bersalah atas apa yang menimpa adiknya. Semuanya, apapun yang terjadi pada Baekhyun selama ini Chanyeol merasa bahwa itu semua adalah kesalahannya.

"Ini semua salah ku, dari awal memang ini semua adalah kesalahan ku. Seandainya aku tak meninggalkannya dulu, dia tak akan diasuh oleh Paman Byun. Dia tak akan menjadi pribadi dengan sikap dan perangai yang buruk seperti sekarang. Ini salah ku, salah ku!!".

Melihat itu Seulgi langsung duduk di sebelah Chanyeol, memeluk Chanyeol dan mengusap punggungnya lembut. Ia sendiri juga takut Chanyeol kembali seperti saat 10 tahun lalu. Depresi karena terus menerus menyalahkan dirinya.

"Chan, jangan menyalahkan dirimu. Aku mengerti perasaan mu, tapi kita tak bisa mengubah masa lalu yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki masa sekarang untuk masa depan yang lebih baik. Sekarang tenangkan diri mu, okay. Kita harus berdoa untuk kesembuhan Baekhyun".

Tak berselang lama pintu ruangan tempat Baekhyun berada terbuka, menampakkan dokter dengan jubah putih kebesarannya.

Chanyeol langsung mengurai pelukan Seulgi dan bangkit dari duduknya. "Dokter, bagaimana keadaan adik saya? Dia baik-baik saja kan?".

Dokter itu membuka masker hijau yang menutupi setengah wajahnya. Lalu menjelaskan kondisi Baekhyun pada semua orang yang ada disana.

"Keadaan pasien belum stabil, bisa dikatakan sedang dalam fase kritis karena luka-luka yang didapatnya cukup serius dan sedikit terlambat mendapat penanganan medis. Kami sudah berusaha semampu kami, jadi mohon doakan yang terbaik untuk kesembuhan pasien".

Mendengar itu air mata Chanyeol langsung menetes melewati garis tulang pipinya yang tegas. Rasanya sungguh pedih saat mendengar kabar orang yang paling disayanginya sedang sekarat, hampir sama seperti saat dirinya mendapat kabar kematian kedua orangtuanya waktu itu.

"Dia akan tetap hidup kan dok? Dia masih akan menemani saya di dunia ini kan dokter?". Tanya Chanyeol lemah.

"Maaf tuan, tapi kami hanya tim medis bukan Tuhan yang menentukan hidup dan mati seseorang. Tapi jangan khawatir, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat adik Anda hidup lebih lama".

"Maafkan saya dokter, dan terimakasih banyak. Tolong lakukan yang terbaik untuk adik saya".

"Tentu tuan, saya permisi".

Seperginya dokter yang menangani Baekhyun, Chanyeol kembali jatuh terduduk. Rasanya sangat lemas mendapat kabar tentang adiknya yang berada dalam masa kritis.

"Chanyeol-ah". Gumam Seulgi, sementara Joohyun tak ingin memperkeruh suasana jadi ia hanya diam.

Sekarang dirinya juga sudah tahu semua rahasia Baekhyun. Meskipun awal mulanya ia hanya tahu kalau Baekhyun memiliki nama asli Park Chanhyun dan merupakan adik biologis dari Park Chanyeol, si anggota NIS yang terkenal cerdik dan pandai.

Chanyeol memintanya untuk menjaga Baekhyun di sekolah karena yang Chanyeol katakan pada Joohyun adalah dirinya memiliki banyak musuh yang kapan pun bisa membahayakan adik kesayangannya.

Tapi sekarang semua sudah terbongkar. Chanyeol sudah lelah menjaga rahasia adiknya sendirian.

"Kalian pulang lah, aku yakin kalian pasti lelah. Dan ku harap kalian akan menjaga rahasia Chanhyun". Chanyeol menatap Joohyun yang hanya diam sejak tadi ditemani bodyguard-nya yang berada tak jauh dari mereka bertiga.

"Irine-ah, terimakasih sudah menjaga Chanhyun selama aku tak ada di sampingnya. Aku tak akan pernah bisa membalas jasa mu".

Joohyun tersenyum tipis, "Jangan sungkan oppa, aku akan selalu membantu. Apalagi menjaga adik ku yang imut itu, bahkan setelah aku tahu semuanya sekarang. Aku akan tetap menjaganya seperti yang kau minta".

"Terimakasih, Irine. Sekarang pulanglah, kau pasti lelah".

"Aku pulang dulu dan akan kembali besok". Pamit Joohyun yang mendapat anggukan dari Chanyeol dan Seulgi.

"Pulanglah dan istirahatlah Seul. Kau bawa saja mobil ku, aku akan menjaga Baekhyun di sini". Ucap Chanyeol seperginya Joohyun.

"Aku akan pulang setelah melihat kondisi adik mu, boleh kan?".

"Tentu saja".

Keduanya memasuki ruang emergency tempat Baekhyun berada, memang hanya kerabat saja yang diijinkan masuk tapi Chanyeol menjelaskan pada suster yang masih berjaga di ruang emergency kalau Seulgi adalah kakak Baekhyun juga. Sehingga kini Chanyeol dan Seulgi bisa berada di sebelah ranjang tempat Baekhyun berbaring dengan berbagai alat bantu hidup yang menempel di tubuhnya.

Chanyeol menatap sedih pada adiknya, Chanyeol tak mengira kalau dirinya akan melihat adiknya di rumah sakit lagi dengan kondisi yang jauh lebih parah dari yang terakhir kali.

Wajah manisnya hampir tak terlihat karena tertutup masker respirator yang terhubung dengan selang besar yang langsung masuk ke dalam mulutnya. Belum lagi di punggung tangan kanan dan kirinya yang masing-masing tertancap jarum untuk mengalirkan cairan merah kental yang kita kenal dengan sebutan darah dan cairan infus. Di sebelah kepalanya terdapat elektrokardiogram untuk melihat detak jantung Baekhyun yang berbunyi 'pip' pelan namun konstan.

Miris.

Rasanya hati Chanyeol seperti dikoyak dan dicabik-cabik.

Sakit, sangat sakit.

"Annyeong Chanhyun-ah, bagaimana keadaan mu, hmm?".

Seperti orang gila, Chanyeol mengajak Baekhyun bicara disaat si mungil tak bisa memberi reaksi apapun.

"Seul, kau akan menjaga rahasia ini kan? Kau tak akan membawa Chanhyun ke hadapan ketua kan?". Ujar Chanyeol tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Seolah takut kalau dirinya mengalihkan pandangan maka adiknya akan menghilang dari hadapannya.

"Kenapa kau bertanya begitu, hmm? Memangnya aku tega membuat tunangan ku sedih karena harus kembali terpisah dengan adinya? Tentu jawabannya tidak Chan". Jawab Seulgi dengan lembut.

"Jadi kau akan tetap merahasiakan hal ini?".

Seulgi tersenyum, ia harus menjadi pihak yang mampu membuat hati dan pikiran Chanyeol tetap dingin. Sehingga Chanyeol tetap bisa berpikir dengan jernih meskipun hatinya sedang kalut.

"Aku yakin kau sendiri tahu ini salah, tapi kau melakukannya dengan sangat baik. Dia memang bersalah, menghilangkan nyawa seseorang harusnya dihukum mati, tapi sekali lagi, kau juga harus ingat dia masih anak-anak di bawah umur. Umurnya secara legal baru saja menginjak 15 tahun. Memang tak normal jika anak seumurannya bermain bom dan senjata api, bahkan menggunakannya untuk tindakan kriminal seperti membunuh, tapi perlu diketahui jika itu semua bukan 100% kesalahannya Chan. Semua itu juga tak jauh dari kesalahan orangtua dalam mendidik dan mengasuhnya serta lingkungan tempatnya tinggal. Kalaupun dia menyerahkan dirinya pada hukum, Chanhyun tak akan dihukum mati. Anak-anak dibawah umur sepertinya akan mendapat rehabilitasi dan pendidikan moral dari komisi perlindungan anak-anak".

Seulgi menepuk pundak Chanyeol, lalu mengatakan sesuatu yang menekankan sekaligus memberikan sebuah pencerahan bahwa sekalipun Baekhyun adalah orang yang bersalah karena menghilangkan nyawa orang, dia tetaplah anak-anak dibawah umur yang harus mendapat bimbingan. Bukan hukuman mati seperti hukuman yang diperoleh oleh orang dewasa.

"Percaya pada ku kalau Chanhyun tak akan pernah dihukum mati atas tindakannya selama ini karena dirinya masih anak dibawah umur". Chanyeol mengangguk pelan, sedang matanya masih fokus pada wajah Baekhyun yang tertutup masker respirator.

"Mengenai hukuman untuk Chanhyun, itu semua terserah pada mu Chan, kau ingin memberinya rehabilitasi dan pendidikan moral padanya dengan tangan mu sendiri atau kau serahkan pada pihak yang berkewajiban melakukannya. Aku tak akan menghalangi yang mana pilihan mu".

Setelah Seulgi menyelesaikan kalimatnya, barulah Chanyeol menolehkan kepalanya. Memberikan penjelasan tentang seperti apa Baekhyun sekali lagi pada Seulgi.

"Tentu saja aku akan melakukannya sendiri Seul, kau pikir aku akan tega melihatnya direhabilitasi di tempat seperti itu. Dia bukan anak yang bisa dibentak atau mendengar ucapan kasar dari orang lain, yang ada bukannya semakin baik tetapi semakin buruk karena didalam jiwanya yang lembut terdapat sisi pemberontak yang akan muncul disaat yang tak bisa kita duga. Dia juga anak yang sangat sulit ditebak, aku berani jamin dia akan membenci ku seumur hidup jika aku memasukkannya ke sana setelah ia keluar dari tempat itu".

"Baiklah kalau itu keputusan mu, aku akan selalu mendukung mu bahkan jika itu perlu aku akan membantu mu. Ingat, aku adalah seorang psikolog yang pernah membantu mu untuk sembuh".

Memang benar, selain ayahnya, Seulgi juga memiliki peran besar dalam sembuhnya Park Chanyeol. Setelah Seulgi resmi lulus dan menjadi seorang psikolog muda, ia lah yang menjadi psikolog pribadi bagi Chanyeol yang saat itu mengidap rasa bersalah berlebihan yang terkadang masih sering kambuh.

"Terimakasih Seul".

"Sama-sama, aku pulang dulu. Kau boleh menjaga Chanhyun di sini tapi kau juga harus menjaga kesehatan mu". Chanyeol mengangguk sedangkan Seulgi mendekatkan wajahnya pada telinga Baekhyun dan berbisik di sana. "Chanhyun-ah, noona pulang dulu okay. Cepatlah sembuh". Lalu mengecup pelipis Baekhyun yang terbebas dari masker respirator.

Setelah kepergian Seulgi, suasana di ruang emergency menjadi sangat sunyi, kecuali bunyi detak jantung Baekhyun yang nampak pada elektrokardiogram.

Chanyeol mengambil jemari Baekhyun, meletakkannya di atas telapak tangannya yang besar. Menggenggamnya erat tanpa berniat menyakiti.

"Chanhyun-ah, kau tahu kan hyung sangat menyayangi mu? Hyung akan selalu bersamamu dan menggenggam erat tangan mu. Jangan pernah merasa sendiri dan jangan pernah tinggalkan hyung. Hyung mohon sayang, berjuanglah untuk melawan segala sakit mu. Berjuanglah untuk sembuh dan tetap hidup".

Tanpa sadar air mata Chanyeol jatuh dan menetes mengenai tangan Baekhyun. Air mata itu disusul dengan air mata yang lain yang semakin lama semakin banyak hingga dirinya terisak pilu sambil menunduk dengan tangan yang masih menggenggam jemari Baekhyun.

Tak ada salahnya ia menangis bukan?

Apa salahnya dengan menangis?

Dirinya sangat sedih sekarang.

Sudah dikatakan jika hatinya akan sangat sakit melihat orang tersayangnya hanya bisa terbaring dengan alat-alat yang membuatnya terlihat aneh itu bukan?

'Kenapa Chanhyun selalu begini? Kenapa anak ku yang satu itu sangat suka pergi meninggalkan raganya seperti itu?'. Nyonya Park muncul secara tiba-tiba bersama Tuan Park. Keduanya menatap sedih raga yang ditinggal pergi oleh jiwanya untuk yang kesekian kalinya.

'Dia pasti kembali, akan selalu kembali ke raganya karena banyak orang yang akan berdoa untuknya agar dia tetap hidup. Kecuali Tuhan sudah mentakdirkannya untuk pergi menemani kita di surga'. Ujar Tuan Park menenangkan istrinya yang tanpa sadar sudah ikut menitikkan air matanya melihat Chanyeol menangis.

'Semuanya akan baik-baik saja kan?'. Ujar Nyonya Park sekalipun kedua matanya masih menatap sedih kedua putranya.

'Percayakan pada Tuhan, ayo kita kembali'.

Setelah itu bayangan Tuan dan Nyonya Park menghilang bagaikan angin. Entah apa yang membuat kedua arwah itu kembali muncul, sepertinya ikatan batin antara orangtua dan anak adalah alasan terkuatnya. Sekalipun sudah tiada, percayalah kalau yang namanya ikatan batin tak akan pernah bisa diputus.

Disaat Chanyeol hampir terlelap karena lelah menangis, jemari Baekhyun yang digenggamnya tiba-tiba mengerat. Chanyeol terkejut dan mata bulatnya yang hampir menutup menatap adiknya. Disana ia mendapati Baekhyun yang menghembuskan nafas pendek-pendek dengan bunyi detak jantung yang bisa ia dengar lewat alat pendeteksi detak jantung semakin cepat dan tak beraturan.

"Chanhyun!!! Ya Tuhan, Chanhyun, kau kenapa lagi sayang?". Dengan sigap Chanyeol menekan tombol merah di atas kepala Baekhyun. Berulang kali ia menekan tombol itu agar tim medis segera datang.

Chanyeol semakin panik saat bunyi detak hantung Baekhyun semakin lemah setelah berbunyi terlalu cepat tadi. Dengan segera Chanyeol memeluk Baekhyun dan kembali menangis.

"Chanhyun-ah bertahanlah sayang, bertahan. Hyung mohon, dokter akan segera datang eoh? Bertahanlah Park Chanhyun, kau harus tetap hidup. Ya Tuhan, tolong jangan ambil adik ku dari sisi ku. Tolong biarkan aku memperbaiki segalanya".

Hingga bertepatan dengan datangnya para tim medis, irama detak jantung menjadi satu garis lurus dengan bunyi 'pip' yang panjang.

Mata Chanyeol membola, dengan sisa tenaga yang dimilikinya ia berteriak sekuat tenaga untuk memanggil adiknya agar kembali.

"PARK CHANHYUUN!!!".

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Nyahahaaa~ akhirnya... sampai TBC juga...

Maafin kalo alurnya ngebosenin yaa... tp tenang akan segera tamat kok...

Ada yg penasaran gak kira2 sama si Joohyun aka Irine? 😂😂😂 kalo ada bakal aku jelasin di next part yaa...

Dah itu aja...

Mungkin akan ada upacara pemakaman di next part... siapkan tissue...😥😥

See you next part...
🙌🙌🙌🙌

Continue Reading

You'll Also Like

17.9K 2.5K 22
"ehh Lou, Azan Magrib kapan?," "15 menit 25 detik lagi Zayn!." Cuma cerita tentang puasa Gue sama Louis doang kok. Kali aja gitu, lo pada mau baca. H...
48.1K 6.1K 14
cuma sepenggal cerita, kakak beradik yang saling menyayangi satu sama lain. meskipun perbedaan diantara keduanya terlihat begitu mencolok. hwang hyun...
3.4K 259 7
#3 KIHO @ 2019 JULY (n) sebuah penyakit dimana penderitanya akan memuntahkan mahkota bunga saat mereka mengalami cinta yang tidak terbalas. Penderit...
29.2K 4.3K 15
Aku tidak bisa memaafkan tapi aku tidak menyesal telah dilahirkan walau akhirnya aku di buang. Orang tua angkatku begitu sangat menyayangiku terlebih...