LEAD TO YOU (Sudah Terbit-Rep...

dreamon31 द्वारा

220K 11.7K 466

REPOST YA... Cerita ini pernah diterbitkan cetak oleh Penerbit Indie, Novelindo. Cerita ini sudah direvisi d... अधिक

Assalamualaikum
Lead To You | 1
Lead To You | 2
Lead To You | 3
Lead To You | 4
Lead To You | 5
Lead To You | 6
Lead To You | 7
Lead To You | 8
Lead To You | 9
Lead To You | 10
Lead To You | 11
Lead To You | 12
Lead To You | 13
Lead To You | 14
Lead To You | 15
Lead To You | 16
Lead To You | 17
Lead To You | 18
Lead To You | 19
Lead To You | 20
Lead To You | 21
Lead To You | 22
Lead To You | 23
Lead To You | 24
Lead To You | 25
Lead To You | 26
Lead To you | 28
Lead To You | 29 - END
Lead To You | 30
Lead To You | 31
Lead To You | 32
Lead To You |

Lead To You | 27

4.9K 334 14
dreamon31 द्वारा

Update : Wed, #186 IN GENERAL FICTION  (14/2/18) - 7.13 PM

Edited 13/3/18 #49

Repost 22/3/19

******

Bantu aku dengan VOTE DAN KOMEN kamu yaa....komen kritik atau saran atau apapun, komenlah sebanyak-banyaknya😀

THANKS ALL!!

LEAD TO YOU – PART 27

*****

Aku menggunakan lagi hijabku setelah mengikat dan merapikan rambutku yang berantakan. Mataku mengedar melihat dan mengamati sekeliling. Aku tidak boleh putus asa dan harus segera keluar dari sini. Mataku melihat ke arah jendela kecil di atas tempat tidur. Tanpa ragu aku melepas sepatuku dan naik ke atas tempat tidur. Jendela itu berada di atas kepalaku, jadi aku harus berjinjit untuk melihat keadaan di luar kamar. Hanya terlihat seperti sebuah kebun pisang atau semacamnya.

Ukuran jendelanya sangat kecil, kira-kira selebar tubuhku saja. Sepertinya ini bukan jalan keluar yang memungkinkan untukku. Apa lagi letaknya yang tinggi, bagaimana caraku menggapainya tanpa bantuan kursi atau tangga? Ditambah jendela kaca ini harus dipecahkan lebih dulu kalau mau dilewati. Kacanya bertumpuk dan ada rongga di tengahnya, rongga itulah tempat keluar masuknya udara ke dalam kamar. Sangat minim sirkulasi sebenarnya.

Aku menghela napas dan terduduk di tepi tempat tidur dengan lunglai. Tidak mungkin juga melewati pintu itu, karena anak buah Max pasti banyak menunggu di luar sana.

.

.

.

Alghaz POV

"Aku yakin sekali ini perbuatan Max, Omar!"

"Tenanglah, kita harus pecaya pada Baldi yang sedang mengusahakan surat panggilan untuk Max. Dari sana nanti kita bisa mengorek keterangan tentang keberadaan Gadis" ujar Omar.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal merasa frustrasi. Aku sangat gelisah membayangkan apa yang dilakukan Max pada Gadisku. Tanganku mengepal kuat, menahan amarah yang memuncak membayangkan hal buruk menimpa Gadis. Omar menghampiriku dan meremas bahuku, ia berusaha menenangkanku.

Ponselku berbunyi, Detektif Baldi, aku menjawabnya pada dering kedua.

"Mr. Devran, saya berhasil mendapatkan surat panggilan untuk Max dan sekarang saya sedang menuju tempat tinggalnya. Saya akan kirimkan alamatnya pada Anda sekarang" ujarnya di seberang sana.

"Thanks Baldi, saya akan ke sana sekarang" jawabku sambil menyambar jaket dan kunci mobil bersamaan dan memberi kode pada Omar untuk mengikutiku.

..

Kami berkumpul di depan sebuah rumah megah, Baldi bersama seorang Polisi berseragam sedang berbicara dengan satpam rumah, ia tidak membiarkan kami masuk awalnya. Tapi Baldi mengancam ala-ala Polisi dan membuat satpam itu ciut dan akhirnya membiarkan mobil kami beriringan masuk ke pekarangan rumah Max tersebut.

Ketika kami turun dari mobil dan menuju ke pintu, ada sebuah mobil masuk dan keluarlah Dinar. Ia menatapku heran, "Tuan Alghaz? Kenapa Anda ada di sini?" tanyanya, kemudian matanya mengarah pada Baldi dan Polisi berseragam di belakangku, "dan kenapa Anda bersama Polisi?" tanyanya lagi.

Aku menghela napas dan memutuskan sudah saatnya Dinar tahu, seperti apa ayahnya sebenarnya. "Kami mau bertemu ayahmu" jawabku.

Dahinya berkerut makin bingung, "Kenapa?" tanyanya lagi.

"Kamu tahu kalau Gadis diculik kan?" tanyaku dan ia mengangguk.

"Ya, saya tahu dan saya benar-benar turut prihatin atas kejadian itu, semoga Gadis segera ditemukan..." ujarnya, "tapi kenapa Anda ada di rumah saya dan mau bertemu ayah saya?"

"Kami berpikir, ayahmu ada hubungannya dengan penculikkan istriku" sahutku langsung pada intinya.

Raut wajahnya berubah syok dan cemas, "Apa? Tidak mungkin! Saya sedang bersama ayah saya saat Gadis menghilang diculik! Jadi tidak mungkin ayah saya ada hubungannya dengan penculikan istri Anda!" belanya.

Tentu saja ia akan membela ayahnya. Karena ia tidak tahu apa yang ayahnya lakukan selama ini. Kemudian Dinar masuk dengan tergesa dan mempersilakan kami duduk di ruang tamu sementara ia memanggil ayahnya. Tapi kami semua tetap berdiri, terlebih aku. Begitu aku melihatnya berjalan menuju ke arah kami, rasanya aku ingin menerjangnya dengan pukulan di wajahnya dan membuat mata satunya buta juga!

"Mr. Devran! Saya tidak menyangka akan kedatangan Anda di rumah saya, sungguh suatu kehormatan" ujarnya berbasa-basi.

"Ayah kenal dengan Tuan Alghaz? Suami Gadis?" suara Dinar berbisik.

"Ya Nak, Ayah mengenalnya, kami sempat menjadi partner bisnis beberapa waktu lalu" jawabnya berbohong. Aku menendangnya keluar dari proyekku! Mana mungkin aku mau bekerja sama dengannya. Max menyodorkan tangannya ingin bersalaman denganku, alih-alih menyambut tangannya bersalaman. Tanganku melayang ke rahangnya dan mendaratkan pukulanku sekuat tenaga, berusaha membuat rahangnya patah saat itu juga. Max terhuyung dan hampir terjatuh ke lantai kalau saja Dinar tidak menahannya. Dinar menjerit melihatku memukul ayahnya.

Pukulanku yang kedua hampir mengenai matanya, kalau saja Omar tidak menahanku, mata itu pasti buta juga sekarang. Dinar memaki marah padaku, "Apa-apaan ini? Anda tidak berhak memukul Ayah saya!" teriak Dinar, dan Max menatapku dengan memicingkan matanya.

"Mr. Devran, biarkan saya bicara" ujar Baldi berdiri di depanku, berusaha menengahi.

"Mr. Andromax Jodys, kami datang bermaksud memberikan surat ini pada Anda" Ia menyerahkan sebuah amplop pada Max.

Max membuka dan membacanya, "Saya tidak tahu kenapa saya mendapatkan kekerasan seperti ini di rumah saya sendiri" ia menggerakan bola matanya membaca surat panggilan Polisi tersebut, "saya juga tidak mengerti kenapa saya disangkut pautkan dengan semua ini. Tapi sebagai warga negara yang baik, saya akan datang" katanya, "di surat ini disebutkan saya bisa datang dalam waktu maximal 2x24 jam. Jadi saya tidak harus ikut Anda sekarang bukan?" ujarnya.

Baldi mengangguk, "Anda benar, Anda punya waktu 2x24jam untuk memenuhi panggilan itu" ujarnya, kemudian ia melihatku dan kembali berpaling pada Max, "kalau begitu kami permisi, Mr. Andro" ujar Baldi sambil memutar tubuhnya dan mendorongku keluar pintu.

Mataku melebar menatapnya tidak percaya. Mana mungkin menunggunya datang untuk mencari keterangan di mana istriku berada? Aku membutuhkan itu sekarang! Aku berbalik menatapnya garang dan akan menerjang lagi kalau saja Omar dan Baldi tidak berhasil menahanku, "KATAKAN DI MANA GADIS, KEPARAT!!" tukasku penuh amarah.

"Aku akan memberitahumu kalau aku bertemu dengannya nanti" ujar Max dengan seringaian menantangku. Aku tahu, aku yakin dia tahu di mana istriku, Gadis!

Omar dan Baldi menyeretku keluar dari rumah itu. "Kita tidak bisa membiarkan dia lolos begitu saja kan?" tukasku.

"Kita sudah melakukan prosedurnya Mr. Devran. Dan dia berjanji akan datang memberi keterangan---"

"Dan kau percaya begitu saja?! BULSHIT! Dia itu pembohong Bal!"

"Alghaz, tenanglah. Max bisa melaporkanmu balik kalau kau seperti ini" ujarnya.

"Persetan!" ujarku sambil melengos dan tergesa berjalan menuju ke mobil dengan Omar di belakangku.

..

Aku memutar balik mobilku dan berhenti tidak jauh dari rumah Max. Aku berniat mengamati gerak-gerik Max dari jauh, mulai sekarang. Omar menatapku dan mengangguk mengerti, "Aku akan mendukungmu, dia pasti akan keluar kan? Dan kau berniat membuntutinya?"

Aku mengangguk, sambil menghela napas.

"Oke, kita akan bertindak sendiri kalau begitu..." gumamnya.

"Tentu saja! Gadis bisa jadi membutuhkanku sekarang, bagaimana mungkin aku menunggu Baldi dan Polisi itu bertindak?"

"Ya ya kau benar, Al"

"Terlalu lama, dan bisa terlambat Omar" gumamku sambil membuka laci di bawah dashboard mobilku dan mengeluarkan sebuah senjata api. Mata Omar melebar menatapku. "What the hell---"

"Kau pikir kita akan menyerang Max dengan tangan kosong?" tukasku sambil memberikan pistol itu pada Omar.

"Ya tentu saja kita membutuhkan ini, tapi aku tidak menyangka kau punya senjata semacam ini, Al" katanya sambil memutar-mutar senjata yang kuberikan.

"Itu Glock 20, senjata itu punya 15 peluru berukuran10mm dengan kecepatan 1600 kaki per detiknya. Senjata yang ringan tapi sangat mematikan" ujarku sambil memberitahu cara menggunakan senjata tersebut.

Kemudian aku merogoh lebih dalam lagi dan mengeluarkan senjata lainnya. Mata Omar makin mendelik melihat senjataku. "Ini 500 Magnum, favoritku. Hanya punya 7 peluru besar-besar dan akurasi kecepatan pelurunya bisa mencapai 2075 kaki per detiknya. Tidak ada yang bisa selamat dari senjata ini" ujarku.

"Wow! Aku baru tahu kau begitu paham tentang senjata, Al"

"Kau pikir selama ini hobi menembakku hanya main-main?" ujarku sambil mengutak-atik pistol yang kupegang. "Aku berniat membalaskan dendam orang tuaku sebelum aku bertemu Gadis, Omar. Tentu saja aku perlu persiapan untuk itu..."

Omar menganggukkan kepalanya mengerti.

*****




Alhamdulillah....

Makasih ya Voment nya all mailaf!

See you next!










पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

907K 51.7K 38
"Karena hati tidak akan pernah lupa" Warning 21+ Highest rank #3 in Romance (29 dec'18-2 Jan'19), #1 in chicklit (6&13 May'19), #1 in novel (14 May'1...
2.3M 183K 47
Maia Herra, Food blogger terkenal, terpaksa harus mengikuti keinginan Papinya untuk bekerja di Restoran terkenal milik teman ayahnya, Head Chef yang...
79.8K 5.1K 17
Dunia Shera seakan jungkir balik tatkala pernikahan yang dirancangnya bersama Wahyu, kekasihnya, kandas. Wahyu tak datang di hari pernikahannya. Hari...
1.1M 151K 21
Mal pikir, dia punya Dewi Keberuntungan yang berpihak padanya setiap waktu. Hidupnya lancar dan jackpotnya, dia selalu mendapatkan apa yang dikehenda...