HUJAN DI MUSIM PANAS

By irinamizutama

1.9K 85 384

"Mengapa si Sempurna mau bersama dengan si Terbelakang?" Ya, kisah tentang seseorang yang gila secara harfiah... More

C1 Ketidak warasan
C2 Pemberian Nama
C3 Saatnya Sekolah
C4 Mimpi Buruk
C5 Kompetisi
C6 Pendinginan
C7 Tukang Bikin Onar!
C8 Bakat Terpendam
C9 Tugas Sekolah
C10 Kerja Bakti Sana!
C11 Sparing?!
PENGUMUMAN
C12 Akhirnya, Kerja, Kerja, Kerja!
C14 Eh, Gombal?
Extra Chap.
C15 Traktiran
C16 Potong Rambut nih?
C17 Hari Tenang
Sebuah Kabar
C18 Departure : ..., Arrival : JAPAN!
C19 Breaking News
C20 Saksi dan.. Kenalan Lama?!
C21 Penyiksaan
C22 Petunjuk Tidak Bermutu
C23 (Mungkin) Tidak Berhenti di sini
C24 Tahun Baru Ala Amarai
C25 Kita Hitung dari Sepuluh
C26 Ketika Cinta Mempertemukan
C27 Panggilan Terakhir
C28 Tidak Perlu Tahu
C29 Kenapa Kau Menolongku?
C30 Keadaan Terdesak
C31 Selamat Ulang Tahun
C32 Hujan
Extra Chap 2

C13 Pernyataan Cinta, eh?

36 2 8
By irinamizutama


Untungnya, sampai saat ini, setelah beberapa jam terlewati, aku tidak mendengar ada berita buruk dari Saka. Bahkan menjatuhkan gelas atau piring saja tidak. Belajar dari mana dia?

Karena menganggur, aku sempat mengamatinya. Hm, dia juga belajar berinteraksi dengan pelanggan, ya? Terlihat dari wajahnya yang ikut bahagia bersama mereka. Pelangganpun juga sepertinya senang dengan perlakuannya. Tidak ada yang tahu dia itu cowok, eh?

"Kakaknya lucu. Bajunya kaya' barbie." aku mendengar salah satu anak pelanggan mendekatinya tanpa rasa takut

"Makasih ya, apa ada yang kurang dari pesanannya?" Saka sedikit berjongkok dan tersenyum padanya

"Nggak, kakaknya baik, deh, makasih." anak kecil itu hanya tertawa dan kembali ke mejanya. Orang tuanya hanya tersenyum dan mengangguk ke Saka. Saka balas mengangguk ke mereka.

Kalau dilihat-lihat, Saka cocok juga jadi kakak.

===

"Belajar dari mana kamu?" aku menanyainya ketika dia berjalan kearahku

"Hm? Apanya?" dia menatapku penuh tanya

"Interaksi begitu, belajar dari mana?"

"Mana, ya? mungkin karena papa dan mama." dia pura-pura serius sambil bertopang dagu.

"Hubungannya apa?"

"Mereka sempat pesen, jangan lupa buat orang lain bahagia. Gitu, sih." dia hanya tersenyum

"Terus hubungannya dimana?"

"Ya kalau kamu punya tekat begitu, pasti kamu akan berusaha memberi yang terbaik, kan?"

"Terus, bahagiamu sendiri gimana?" batinku

"Hei kalian. Malah santai-santai. Kerja sana!" Pak Ahmad tahu-tahu sudah ada di belakang kami

"Eh, iya Pak. Maaf." aku dan Saka membungkuk lalu berjalan ke arah yang berlawanan. Ah, ada pelanggan baru datang.

"Mas!" aku merasa terpanggil oleh seseorang. Ternyata tidak jauh dari posisiku semula, ada seorang bapak yang memanggilku

"Mas, tambah es lemon tea satu." kini giliran wanita diseberangnya yang berbicara

"Baik. Silakan tunggu sembentar." aku langsung menuju jendela dapur untuk memberitahukan pesanan

"Es lemon tea satu!" "Siap, es lemon tea datang." tak sampai 2 menit, es Lemon tea itu sudah siap kuantarkan ke mereka. Tapi karena aku tidak melihat anak kecil yang lewat di depanku..

"Ehhh. Awas!"

Aku hampir saja menjatuhkan minuman yang kubawa. Anak kecil tadi tidak apa-apa, sih. Tapi..

Eh, Saka?

"Kalau jalan pelan-pelan, bego." dia sudah dalam posisi memegang minuman yang kubawa. Aku yang tadi memejamkan mata, membukanya pelan-pelan. Hm? Tidak ada yang terjadi untungnya. Hanya beberapa pelanggan saja yang melihat kejadian itu.

"Maaf deh, makasih." aku hanya tersenyum kepadanya. Dia kemudian menaruh minuman itu kembali ke nampanku. Hebatnya, tidak ada setetespun yang keluar. Sejak kapan dia ada di dekatku?

"Ini minumannya. Ada tambahan lain?" aku meletakkan es Lemon tea tadi di meja pelanggan yang memesan tersebut

"Terimakasih. Mas, itu tadi yang nolongin.."

"Iya? Kenapa Pak?" hm? Ada apa dengan Saka?

"Itu tadi, pacarnya, ya, mas?"

Kaya'nya dijawab usil enak, nih. Sekalian ngerasain gimana dibully punya pacar yang hobi crossdressing.

"Iya, Pak, kenapa ya? Ada yang salah dengan pacar saya?"

"Nggak papa, mas. Mau ngasih tahu aja kalau sama cewek jangan digantungin." wohh, apa bapaknya bener nggak sadar kalau Saka itu cowok? Waduh, bahaya nih.

"Kenapa memangnya, Pak?"

"Jangan kaya' anak saya. Kemarin ditinggal sama cowoknya waktu janji mau dilamar." wanita diseberangnya memegang tangan bapak itu dengan wajah sedih. Bapak itu mengelus jidatnya sedih. Kok malah jadi sesi curhat? Ini bukan talkshow, Pak.

"Baik Pak, akan saya jaga pacar saya sebaik-baiknya." aku tersenyum teduh

"Siap Pak!"

*woy Rai, kenapa jadi melenceng begini? Ini tandanya kamu mendeklarasikan ke pembaca kalau kamu suka pada Saka, lho?!*

Tunggu, kenapa setelah mendengarkan kata-kata penulis, aku merasakan wajahku menjadi panas dan jantungku berdegup kencang? Jangan-jangan..

"Hoi Rai, kok malah ngelamun, sih? Kenapa?" Saka tahu-tahu sudah berada di belakangku.

Aku menatapnya sebentar, kemudia membuang muka sambil berkata, "Nggak papa, kok." menutupi mukaku.

*udah, udah, udah, stop! Ini penulis satunya bergembira karena dia fujo. Berenti sampe sini aja!*

***

Wah, kerja begini, ningkatin mood juga, ya. Aku berhasil menahan semua keinginanku untuk menghitung kemungkinan yang terjadi. Kalau nggak dikontrol, bisa-bisa aku diomeli Rai plus boss.

Aku suka memakai seragam ini. Bukan karena aku ingin jadi perempuan, tapi karena aku ingin melihat wajah gembira para pelanggan yang terhibur dengan diriku, seperti anak kecil yang menanyaiku tadi. Itu rasanya damai sekali. Seperti aku sedang melakukan jasa yang besar bagi mereka, dan aku ingin melakukan itu terus.

Diam-diam, aku mengamati Rai. Bukan Rainya, sih, tapi 'fans-fans dadakannya'. Seperti biasa, dimanapun Rai berada, pasti akan ada orang yang terpikat atau terkagum dengan ketampanannya. Yang aku heran, kenapa dia bisa tahan nggak punya pacar sampe sekarang umur kepala 1. Padahal banyak lho sebenarnya anak cewek yang sudah menembaknya sejak SMP. Cerita sedikit ya, dulu di SMP setiap hari pasti ada aja 1 surat yang nongol di mejanya. Yang pastinya, itu surat cinta. Karena kejadian ini juga Rai sempat dijauhi oleh semua cowok di kelas dulu. Tapi setelah meninggalnya orang tuaku, kunjungan sekelas ke rumahku membuat mereka saling memahami dan akhirnya berteman lagi. Soal detail ceritanya lain kali aja, ya?

Kembali ke fans dadakan, banyak cewek yang datang kesini yang langsung terkesima dengan Rai. Bahkan tadi sempat ada yang menanyaiku namanya dan nomor teleponnya. Aku hanya bisa menjawab namanya saja, karena aku lupa dia punya HP atau tidak. Bahkan, ibu-ibu dan perempuan yang datang bersama suami dan pacarnya, juga berani menanyakan hal seperti itu. Rai, kamu inni, diam-diam PHO ternyata.

Yah, aku hanya bisa berdoa, semoga kejombloannya itu bukan karena aku dekat dengannya. Tapi kalau memang karena aku dekat dengannya, aku siap untuk pergi. Ehe.

Doaku menyertaimu, Rai.

===

Haaciu!!

Aku mengelu-elus hidungku. Sepertinya ada yang membicarakan tentangku. Siapa, ya?

Sudah, lah. Setelah ini, aku dan Saka akan pulang. Sebelum pulang, kami menerima evaluasi dulu dengan boss. Ah, dengan kata-katanya yang bikin eneg seperti biasa. Aku yakin penulis malas menulisnya *ya itu benar, ini curahan hati penulis.* sesuai janji, aku dan Saka sudah mendapatkan setengah dari gaji kami sebagai jaminan. Singkat cerita, akhirnya kami pulang ke rumah.

Sekarang

Yah, kalau kalian tanya apakah Saka masih memakai seragam itu, jawabannya pasti masih. Makanya, agaknya aku sedikit lega ketika kemarin kami harus libur kurang lebih satu bulan. Meskipun aku sudah terbiasa dengan pemakaian tersebut, dan sudah ada beberapa pelanggan yang membuka kedoknya, Saka tetap bersikeras untuk tidak mengganti seragamnya. Kalau pendapat boss, mah, "Nggak usah ganti, cocok begitchu kok."

Aku dan Saka langsung bergegas untuk berangkat menuju rumah makan tersebut, melakukan rutinitas yang sama. Membantu rumah makan itu untuk buka lagi.

###

Yah, sekarang waktunya kami mempresentasikan tugas Bahasa Indonesia. Untung saja tidak jadi menggunakan idenya Rai dan Saka. Dan entah kenapa, presentasinya dilakukan oleh Rai dengan sangat sempurna. Kami seperti dibuat masuk kedalam cerita tersebut olehnya. Padahal, kan, yang buat cerita aku dan Lussi?!

Saat sedang enak-enaknya dibuat masuk kedalam cerita oleh penjelasan tersebut, terdengar suara ketukan pintu

"Silakan masuk!" seluruh kelas menyerukan hampir bersamaan, dan disitu, dipintu itu.. muncul Pak Kepsek.

"Maaf Bu Siska, mengganggu sebentar, mau memanggil Saka Arjasa." Pak Kepsek hanya menyembulkan kepalanya dari pintu. Tapi, Bu Siska yang peka langsung mengangguk dan menengok kearah Saka. Saka hanya balas mengangguk dan berjalan kearah beliau untuk pamit

"Bu, saya izin dulu." katanya sambil mencium tangan Bu Siska

"Iya."

Saka langsung keluar kelas. Sungguh, suasana masih hening saja sampai sekarang. Rai yang penjelasannya sempat terpotong tadi tidak merasa terganggu, malah sepertinya dia menganggap tidak ada apa-apa dan tetap melanjutkan. Aku dan Lussi menjadi operator dan pemandu saja.

"Sekian dari kelompok kami, kurang lebihnya kami mohon maaf." aku menutup presentasi kami. Wow, padahal cerita kami menurutku termasuk biasa. Tapi karena dijelaskan oleh Rai, tepukan riuh rendah terdengar di seluruh penjuru kelas. Terutama dari fans ceweknya. Payahnya, ada beberapa yang memberiku dan Lussi tatapan yang berkata, "Enak banget bisa sekelompok, gue juga mau." sempat ku balas juga dengan tatapan, "Bodo!"

"Yak, terimakasih untuk kelompoknya Amarai. Dilanjutkan dengan..." aku hanya mendengarkan semuanya sambil lalu. Yang sekarang aku pikirkan adalah, kenapa Saka dipanggil oleh Kepsek?

***

"Ada apa, ya, Pak?"

"Tidak, bapak hanya ingin memanggilmu untuk memberitahu, bahwa acara dua bulan lagi yang di Jepang itu, kamu akan didampingi oleh saya, Pak Nani, dan Bu Age."

"Oh, baik Pa- tunggu, BU AGE?!" tumben sekali ibuku satu itu mau bersama denganku. Apa karena aku anak favoritnya? Eee, sepertinya bukan karena aku anak favoritnya, sih.

"Iya, memang kenapa?"

"Nggak papa, Pak, nggak papa." aku langsung menggerakkan tanganku tanda baik-baik saja

"Ya sudah, balik lagi sana!"

"Siap, Pak. Makasih Pak." aku langsung menyalimi tangannya dan masuk ke kelas. Di kelas, kelompok presentasi sudah berganti. Aku langsung berterimakasih kepada Bu Siska dan duduk kembali ke tempatku.

===

Bahasa Indonesia udah, selanjutnya istirahat.

Haaahhh, presentasi benar-benar melelahkan.

"Rai, kantin yuk!" buagh! Eh goblok, kalau mukul kira-kira!

"Sakit woy! Itu tangan apa gebug kasur?!"

"Kalian mau ke kantin? Ikut dongggg." jiah, habis gelap terbitlah kejedot ya begini.

"Luss, ga sekalian tambah beban?" sadis? Biarin.

"Nggak dulu deh." Lussi sepertinya sedang sibuk dengan urusannya. Dari tadi kaya'nya nulis mulu

"Oke." aku berjalan mendahului Saka dan Nadya. Mereka berdua memanggilku dan menyusulku sambil berlari

"Ninggalin mulu, bad mood Pak?" Saka disebelahku sudah menyandarkan tangan pada bahuku sambil berjalan. Aku hanya memberinya tatapan sinis, kemudian kembali menatap kedepan. Dia hanya tertawa.

"Anuuu!" tahu-tahu, di depan kami berdiri seorang cewek. Kelas lain? Adik kelas? dilihat dari penampilannya, sih, kaya' adik kelas.

***

iyaaaahh, akhirnya ketemu lagi dengan kami, para pejuang cinta, eh, pejuang tropi. hahaha, nggak nggak. pejuang cerita.. yeay!


benernya kemarin mau tunda up dulu. Tapi karena permintaan, akhirnya kami UP!

makasih sudah membaca HDMP sampai sini. kami pada pembaca deh, hehe.

seperti biasa, panduan membaca :

*** > POV Saka

=== > POV Rai

_***_ > POV penulis

#### > POV Nadya/Lussi/orang lain

ditunggu vote dan commentnya :D

Kesha Mutia

Lyris SbN

Continue Reading

You'll Also Like

746K 12.5K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
459K 41.8K 94
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
1.7M 68.2K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
963K 65.8K 52
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang sedikit terlibat dalam scene novel tersebut. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia novel...