[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 16

2.7K 198 29
By VennytaShui97

Pagi yang cerah setelah liburan panjang semester pertama akhirnya datang. Meski pembelajaran untuk awal semester kedua sudah berjalan selama beberapa hari, sayang sekali si kecil Byun masih berada di atas bangsal ruangan VIP Seoul Int. Hospital.

Pagi ini ia membuka kedua matanya setelah mengalami tidur panjang selama hampir tiga minggu, mata sipitnya mengerjap saat baru pertama kali terbuka untuk menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke dalam netranya.

Setelah merasa cukup, ia membawa matanya untuk mengedar ke sekeliling. Tempatnya berada saat ini tak begitu asing baginya, bahkan ia sudah hafal betul tempat yang sangat di bencinya itu. Dengan mulut yang masih tertutup masker respirator, Baekhyun berdecak kesal. Ia cukup yakin kalau saat ini dirinya sudah tak lagi berada di Kanada, melainkan disuatu tempat yang lain. Artinya, Chanyeol telah menculiknya dan membawanya entah kemana disaat dirinya tak sadarkan diri.

"Selamat pagi, adik manis. Bagaimana perasaan mu pagi ini?".

Saat Baekhyun mengedarkan pandangannya, tiba-tiba dua orang perawat memasuki kamar inap nya menyapanya dengan bahasa Korea yang fasih. Membuatnya yakin jika ia kini berada di salah satu rumah sakit di Korea. Perawat itu senantiasa menyapa Baekhyun bahkan saat mata sipitnya belum terbuka.

Kedua perawat nampak terkesiap dengan mata sipit Baekhyun yang begitu jernih dan indah saat terbuka mengingat selama ini mereka hanya menatap mata itu tertutup. Tak hanya itu, kedua perawat itu bahkan memekik tertahan karena lelaki mungil itu akhirnya sadar dari tidur panjangnya.

"Lihatlah, dia sadar. Aku akan panggil dokter dulu".

Salah satu dari kedua perawat itu akhirnya pergi meninggalkan Baekhyun bersama dengan satu perawat lain yang tersenyum senang ke arahnya.

"I-ini dimana?".

"Kau di rumah sakit adik manis".

Jawaban konyol, Baekhyun lagi-lagi berdecak kesal. Beruntung teredam oleh masker respirator jika tidak mungkin ia akan di cap sebagai anak yang kurang ajar dan tidak tahu sopan santun.

"Aku tahu ini rumah sakit, aku tidak sebodoh itu untuk tidak tahu jika aku tengah berada di rumah sakit sekarang. Maksud ku adalah aku berada di rumah sakit mana?".

Perawat itu terkejut dengan nada dingin yang keluar dari mulut Baekhyun, ia berpikir jika Baekhyun adalah anak yang manis mengingat bagaimana wajahnya yang terlihat begitu menawan sekalipun pucat saat pertama kali melihatnya berada di bangsal dorong waktu itu.

"Seoul Int. Hospital".

"Apa? Bagaimana bisa aku berada di sini?". Tanya Baekhyun, tanpa sadar si kecil itu meninggikan suaranya membuat perawat yang masih dalam mode terkejutnya semakin terkejut. Tapi sebagai seorang yang profesional, ia tak boleh terbawa suasana. Ia harus selalu sabar menghadapi pasien dengan tingkat emosi sejenis Baekhyun.

"Tenangkan diri mu adik manis, yang ku tahu kau dipindahkan dari rumah sakit tempat mu di rawat sebelumnya dan kami bersyukur dua minggu setelah kepindahan mu ke rumah sakit ini kau sadar dari tidur panjang mu".

"Aku? Tidur panjang?".

Perawat itu mengangguk.
"Ne, kau tidur selama dua minggu lebih. Kami sungguh bersyukur pada Tuhan, bahkan kakak mu yang tampan itu sampai menangis selalu menangis karena kau tak kunjung bangun hingga hari ini".

Bertepatan dengan selesainya ucapan perawat itu, pintu kamar rawat Baekhyun terbuka dan menampakkan seorang dengan jas putih kebesarannya serta stetoskop yang menggantung di lehernya.

"Ouh Dokter, silahkan diperiksa".

Dokter itu hanya mengangguk, tak lupa memberikan senyum tipis saat perawat itu mundur beberapa langkah dan memulai kegiatannya dalam memeriksa keadaan pasien mungil itu.

'Pasti dia yang membawa ku secara diam-diam ke sini. Sial!!'. Umpat Baekhyun dalam hati.

"Bagaimana perasaan mu? Merasa lebih baik?".

"Hmm, kapan aku akan pulang?".

"Kau akan pulang setelah kondisi mu benar-benar membaik". Jawab dokter itu sambil mengambil suntikan dari meja dorong berisikan obat yang dibawa kedua perawat tadi dalam kemasan plastik bertuliskan nama "박 찬현" lalu menyuntikkan cairan itu ke selang infus Baekhyun.

Baekhyun mendengus, meski ia tahu itu percuma karena sebagian wajahnya tertutup masker respirator dimana apa yang baru saja ia lakukan tak akan terlihat dengan jelas.

"Secara keseluruhan kondisi mu mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan pagi ini penyumbatan pada paru-paru mu sudah berhasil diatasi dengan sangat baik".

Si dokter melihat catatan medisnya untuk pasien kecil di hadapannya setelah selesai menyuntikkan obat dan meminta perawat itu melanjutkan tugasnya tanpa suara. Ia tersenyum puas saat berhasil mengatasi penyumbatan pada paru-paru Baekhyun yang terdeteksi selang sehari setelah si mungil dipindahkan ke sana.

"Penyumbatan paru-paru? Tapi aku hanya menderita asma biasa, bagaimana bisa menjadi penyumbatan paru-paru?". Cerca Baekhyun heran. Tapi bukannya menjawab rentetan pertanyaan Baekhyun, dokter itu malah tersenyum dan mengalihkan pembicaraan.

"Sebaiknya kau banyak istirahat, jangan pikirkan apapun saat ini karena meskipun hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik tubuh mu masih lemah. Kami bersyukur pada Tuhan karena kau hari ini kau sudah sadar dan kondisi mu semakin membaik".

"Tapi - ".

"Jangan khawatirkan apapun, kau pasti akan segera sembuh dan segera pulang ke rumah. Saya permisi dan akan kembali jika sudah tiba waktu pemeriksaan malam".

Dokter itu pergi meninggalkan Baekhyun dengan perasaan marah yang tertahan di dadanya. Ia bahkan kembali mengumpat karena pertanyaannya yang tak terjawab.

"Heol, tak bisa dipercaya. Bagaimana mungkin mereka tak menjawab pertanyaan pasiennya?".

Selesai dengan umpatannya Baekhyun berusaha bangkit dari acara berbaringnya meskipun sulit karena tubuhnya masih terasa lemas. Setelah berhasil mendudukkan diri di tengah ranjangnya, ia melepas masker respirator yang menganggu pandangannya dan hendak mencabut paksa selang infus dari punggung tangannya sebelum pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan seseorang menginterupsi kegiatannya.

Ceklek...

"Eoh, Hyunie!! Apa yang kau lakukan?".

Itu Chanyeol, dengan wajah bahagia yang seketika berubah panik saat melihat adiknya terduduk di tengah ranjang hampir mencabut paksa selang infusnya, jangan lupakan masker yang membantunya bernafas itu sudah jatuh ke lantai lebih dulu.

"Kau belum boleh kemana-mana, kau masih sakit sayang. Ayo kembali berbaring, kau harus banyak istirahat".

"Jangan sentuh aku!!".

Baekhyun menampik tangan Chanyeol yang hendak membantunya berbaring, mata sipitnya berkilat penuh amarah pada yang lebih tua.

"Hyunie, kau - ".

"Kau jahat!! Kenapa kau membawa ku ke Korea hah? Apa kau sungguh-sungguh ingin melihat ku mati sebagai terhukum?".

Nafas Baekhyun tersengal setelah menyelesaikan kalimatnya, ia bahkan tidak sadar jika ia berucap dengan sedikit berteriak.

Chanyeol menghela nafasnya, ia tak tahu lagi harus bagaimana menjelaskan pada Baekhyun. Bahkan mulai saat ini Tuan Byun sudah lepas tangan karena Chanyeol yang bersikeras membawa Baekhyun pulang ke Korea.

Setidaknya itulah yang dikatakan Tuan Byun padanya saat ia berada di bandara menunggu pesawatnya.

"Tidak Chanhyun, bukan begitu sayang. Dengarkan hyung baik-baik, hyung sama sekali tak ada niat seperti itu. Sama sekali tak ada, yang hyung inginkan hanya kita berdua tinggal di rumah peninggalan appa dan eomma. Hidup bahagia di sana dengan kehidupan baru dan melupakan segala masa lalu kita".

"Kau bohong!! Kau selalu berbohong!!". Teriak Baekhyun dengan mata yang berkaca-kaca lalu menolehkan kepalanya ke arah lain. Baekhyun tak ingin menatap wajah Chanyeol yang membuat emosinya mudah meluap-luap.

Ia pun heran dengan dirinya yang berubah menjadi cengeng dan sangat emosional, padahal sebelum bertemu dengan Chanyeol si mungil itu terkenal dengan sebutan 'si hati dingin yang tak berperasaan'.

Tapi sekarang lihatlah, hanya karena pikiran negatifnya sendiri ia sampai sakit bahkan mengalami tidur panjang dan parahnya lagi ia lebih sering menangis karena hal-hal yang menurutnya konyol untuk dijadikan sebagai alasan mengapa ia menangis.

"Tidak sayang, hyung tidak bohong. Tatap mata hyung".

Chanyeol menangkup kedua pipi Baekhyun, menghadapkannya ke arahnya hingga pandangan keduanya bertemu.

"Chanhyun-ah, adik kesayangan ku. Hyung hanya ingin tinggal bersama mu di rumah peninggalan Eomma dan Appa. Tidak untuk tujuan yang lain karena hyung sudah bersumpah bahwa hyung akan membawa mu ke rumah itu dan tinggal bersama mu di sana sampai kita tua nanti jika hyung berhasil menemukan mu. Dan sekarang hyung telah menemukan mu, hyung ingin menepati sumpah itu".

Baekhyun terdiam, entah apa yang ada dalam pikirannya. Yang pasti saat ini Chanyeol sedang menunggu reaksi adiknya namun sampai hampir semenit berlalu Baekhyun tak menyuarakan reaksinya.

"Kau percaya pada hyung kan?".

Pertanyaan Chanyeol menyadarkan Baekhyun dari lamunan singkatnya.

"Bagaimana caranya aku percaya pada mu, hyung? Kau bahkan membawa ku pergi dari Kanada tanpa ijin ku, aku saat ini bahkan sangat yakin kau membawa ku ke Korea sebagai terhukum untuk dieksekusi mati, iya kan?". Tanya Baekhyun dengan suara lirihnya. Terdengar begitu terluka dan menyayat hati Chanyeol.

Chanyeol tak tahan, ia mengambil duduk di tepian bangsal lalu menarik kepala Baekhyun untuk ia sandarkan di dadanya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

"Chanhyun-ah, bukankah hyung sudah mengatakan pada mu jika hyung telah memaafkan dan melupakan semua kesalahan mu di masa lalu? Bukankah hyung juga sudah mengatakan padamu bahwa hyung ingin kita hidup sebagai saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis? Selama ini hyung tak pernah sekalipun menganggap mu sebagai yang terhukum. Hyung menyayangi mu dengan sangat, mana mungkin hyung akan menyerahkan satu-satunya keluarga hyung sebagai yang terhukum terlebih untuk dieksekusi mati?".

Chanyeol menjeda kalimatnya, ia menghela nafasnya pelan lalu mengurai pelukannya karena adiknya sama sekali tak memberikan reaksi.

Apakah Baekhyun masih belum percaya padanya?

Apakah Baekhyun masih marah padanya?

Chanyeol mengerang dalam hatinya, tak tahu lagi harus bagaimana untuk meyakinkan Baekhyun jika dirinya sudah benar-benar memaafkan kesalahan Baekhyun meskipun sebenarnya kesalahan itu tak termaafkan.

Chanyeol memegang kedua pundak Baekhyun, mencoba memberikan pengertian sekali lagi pada adiknya.

"Chanhyun-ah, jika hyung menginginkan mu dieksekusi mati maka akan hyung lakukan sejak hyung mengetahui yang sebenarnya dari Paman Byun. Tapi tidakkah kau lihat apa hyung lakukan Chanhyun sayang? Hyung mu ini tak melakukan apapun pada mu bahkan hyung juga tak mengatakan apapun pada rekan-rekan hyung di NIS saat mereka bertanya tentang apa saja yang hyung lakukan di Kanada selama ini. Hyung hanya menjawab bahwa aku tengah berlibur bersama satu-satunya adik kesayangan ku".

Baekhyun menatap mata bulat Chanyeol pada akhirnya, ia mencari kebohongan dari sorot mata itu tapi ia sama sekali tak menemukan kebohongan disana. Hanya ketulusan dan kasih sayang yang begitu besar yang Baekhyun dapati.

"Baiklah, aku percaya. Tapi aku punya syarat".

"Syarat?".

"Hmm... aku ingin hyung tak mencampuri urusan ku selama kita tinggal di Korea selagi aku selalu pulang ke rumah".

Kening Chanyeol mengernyit, ia tak mengerti dengan alur pembicaraan ini. Apa maksudnya dengan tak boleh ikut campur urusan Baekhyun?
Memangnya Baekhyun akan melakukan apa?

"Maksud mu?".

"Apapun yang akan ku lakukan nanti jangan pernah bertanya mengapa aku melakukannya dan jangan mempermasalahkannya seperti apa yang kau katakan tadi. Selama hyung melakukannya, aku akan selalu pulang ke rumah dan akan tetap menganggap mu sebagai hyung ku yang baik".

Oke, Chanyeol sudah mulai mengerti. Tetapi jika begitu apa artinya Baekhyun akan kembali pada aktivitasnya di dunia gelap seperti dulu?

Chanyeol harus menanyakan hal ini.

"Apa itu artinya kau akan kembali pada dunia gelap mu Baek?".

"Mungkin iya, mungkin tidak. Aku sendiri belum memutuskan hal itu".

Chanyeol menghela nafasnya pelan seraya melepas tangannya yang bertengger di kedua pundak Baekhyun lalu menyimpannya di kedua sisi tubuhnya sedang mata bulatnya masih menatap lurus netra sipit Baekhyun.

Sebenarnya, Chanyeol merasakan kebimbangan dan dilema yang luar biasa. Apapun yang terjadi ia tak ingin kehilangan Baekhyun lagi, ia sangat amat menyayangi adik kecilnya itu. Ia sangat berharap adiknya tak akan pernah kembali pada dunia gelap yang membahayakan dirinya sendiri itu.

Kapan pun itu, tanpa diketahui Baekhyun pikiran Chanyeol selalu dihantui hal-hal buruk jika suatu saat nanti Baekhyun tertangkap basah oleh rekan-rekannya tengah melakukan aktivitasnya di dunia gelap.

Ia tak akan pernah bisa membayangkannya. Dan Chanyeol harus berusaha agar adiknya itu tak akan pernah kembali ke dunia gelapnya.

Bagaimanapun dan apapun caranya akan ia usahakan asalkan Baekhyun tetap berada di sisinya dan tak kembali ke dunia gelapnya.

Termasuk berpura-pura menyetujui persyaratan yang diajukan Baekhyun padanya.

"Baiklah, hyung tak akan mencampuri dan mempermasalahkan apapun yang kau lakukan nanti. Selama kau tak membuat kekacauan dan membuat keresahan warga dunia".

'Aku memiliki firasat buruk, aku akan tetap mengawasi mu secara diam-diam Chanhyun-ah. Aku tak ingin kau berada dalam bahaya jika kembali ke dunia gelap mu itu'. Batin Chanyeol.

"Jika yang ku lakukan nanti meresahkan warga dunia bagaimana? Apa kau akan membunuh ku?".

"Park Chanhyun!!".

"Jangan membentak ku!!". Balas Baekhyun dengan nada meninggi pula.

Chanyeol tak sengaja membentak Baekhyun, ia tak tahu mengapa ia menjadi sangat sensitif mendengar kata 'mati dan bunuh' keluar dari bibir tipis adiknya. Sungguh, ia tak ada maksud apapun selain ingin menghentikan kata itu keluar dari bibir adiknya.

Langsung saja ia menarik tubuh Baekhyun ke dalam dekapannya saat Chanyeol tersadar jika Baekhyun bukan orang yang bisa dibentak dengan suara tinggi.

"Maafkan hyung, sama sekali tak ada maksud untuk membentak mu. Hyung hanya tak ingin kau mengeluarkan kata-kata tentang kematian dan pembunuhan terjadap mu. Hyung tak ingin hubungan kita kembali buruk, hyung ingin hubungan kita semakin baik Baek".

"Kau yang menyebabkan hubungan kita memburuk hyung, kau dan segala kebohongan mu". Desis Baekhyun dalam dekapan Chanyeol.

Lelaki jangkung itu sadar jika perbuatannya itu sulit dimaafkan oleh Baekhyun, itu sama halnya dengan memaksakan kehendaknya pada Baekhyun. Harusnya ia meminta Baekhyun secara baik-baik dan menjelaskan padanya secara perlahan.

"Baiklah, hyung minta maaf karena membawa mu kembali ke Korea saat kau tak sadarkan diri. Percayalah, hyung hanya menginginkan yang terbaik untuk kita Chanhyun-ah".

"Baekhyun, aku Baekhyun".

Chanyeol menghela nafas, ia sebenarnya tak menyukai nama Baekhyun karena itu akan mengingatkannya pada Tuan Byun yang seenaknya mengganti identitas serta karakter adiknya setelah melakukan operasi penghapusan ingatan padanya.

Chanyeol melepas dekapannya, tangannya ia bawa untuk menangkup kedua pipi bulat Baekhyun.

"Baiklah, Baekhyun-ah. Hyung minta maaf jika kau merasa terbohongi tapi hyung harap kau mengerti mengapa hyung membawa mu kembali ke Korea. Hyung bersungguh-sungguh saat mengatakan hyung menyayangi mu, hyung juga bersungguh-sungguh saat mengatakan bahwa hyung telah memaafkan mu atas semua kesalahan mu di masa lalu. Satu hal yang hyung harap, kau tak akan mengulangi apa yang kau lakukan di masa lalu".

Baekhyun bungkam, telinganya hanya mendengarkan apa yang dikatakan yang lebih tua seolah tak berniat menimpali, yang dilakukannya hanya mengedipkan kedua mata sipitnya yang perlahan memberat.

Sepertinya obat dalam suntikan yang diberikan sang dokter tadi sudah bereaksi.

"Baekhyun-ah, hyung hanya tak ingin kau berada dalam bahaya jika kau kembali pada apa yang kau lakukan sebelum kita bertemu. Bisakah kau berjanji untuk tak akan kembali melakukannya?".

"Bukankah sudah ku katakan jika aku belum memutuskan hal itu?". Jawab Baekhyun pelan, matanya sungguh semakin terasa berat sekarang.

Chanyeol mengangguk, ia memilih untuk mengalah karena jika salah satu tidak ada yang mengalah maka perdebatan itu tak akan pernah berhenti sedang mata Baekhyun sudah bersiap untuk terpejam.

"Ayo hyung bantu berbaring, sepertinya kau mulai mengantuk".

Baekhyun dibantu Chanyeol kembali berbaring tanpa protes, tak berselang lama mata sipit Baekhyun terpejam erat dan nafasnya berhembus teratur.

"Aku harus melakukan segala cara agar Chanhyun tak kembali melakukan apa yang pernah ia lakukan dulu. Sepertinya hanya mengawasinya dari jauh tidak akan cukup". Gumam Chanyeol lirih sambil membenarkan letak selimut yang menutup tubuh Baekhyun hingga dadanya agar tetap terasa hangat.

Chanyeol menatap wajah manis Baekhyun yang pucat sebelum mengambil masker respirator yang tergeletak di lantai dan memasangkannya kembali pada adiknya. Ia cukup yakin jika alat itu akan mempermudah adiknya bernafas dengan benar sekalipun kata dokter hasil pemeriksaannya menunjukkan hasil yang sangat baik.

Chanyeol membungkukkan tubuhnya, mengecup kening Baekhyun lalu berbisik di telinga si mungil. "Hyung menyayangi mu Chanhyun-ah, sangat. Tidurlah dengan nyaman. Cepat sembuh adik kesayangan ku".

Setelahnya Chanyeol keluar meninggalkan ruang rawat Baekhyun, membiarkan adiknya istirahat dengan damai.

***********

Seminggu berlalu, malam ini Baekhyun sudah diijinkan pulang ke rumah karena kondisinya sudah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter yang menanganinya. Mata sipitnya mengedar, rumah itu terbilang sangat besar jika hanya ditinggali berdua saja dengan Chanyeol. Bahkan besarnya hampir sama dengan mansion Byun tempatnya tinggal sebelum bertemu Chanyeol.

Semua barang-barang disana tertata dengan rapi dan juga meskipun sangat besar dan tak pernah dihuni - kata Chanyeol- rumah besar itu terlihat tetap bersih dan terawat.

Baekhyun hanya tak tahu jika meskipun rumah itu tak pernah dihuni,selalu ada setidaknya 5 pelayan yang bertugas membersihkannya setiap hari.

Chanyeol mengajak Baekhyun menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamarnya, kamar adiknya serta kamar kedua orangtua nya berada.

Chanyeol membuka pintu kamar yang berada di posisi paling tengah, pintu kamar dengan ukiran "박 찬현" warna baby blue kesukaan Baekhyun kecil lalu mengajak Baekhyun masuk ke dalamnya.

"Ini kamar mu Baek, semuanya tak ada yang berubah sejak kau pergi selain perabotannya. Pakaian mu sudah hyung pindahkan ke almari dan tepat di sebelah kamar mu adalah kamar hyung. Jika kau butuh sesuatu ketuk saja pintunya. Di jam segini pelayan sudah istirahat di paviliun belakang".

Baekhyun hanya mengangguk sedang matanya kembali mengedar, ia menatap sekeliling kamar itu yang memang masih sama bahkan wall paper dan cat dindingnya tak berubah.

"Baekhyun-ah, mulai besok kau akan kembali bersekolah di Hanyang SHS, hyung harap kau tak akan membuat kekacauan lagi seperti yang sebelumnya pernah terjadi".

"Jika kau berkata begitu terus menerus aku akan semakin berkeinginan untuk membuat kekacauan di sana". Timpal Baekhyun tanpa memandang Chanyeol karena mata sipitnya sibuk mengedar seolah mengingat apa saja yang pernah ia alami selama tinggal di kamar itu.

"Tapi hyung percaya jika kau tak akan melakukannya".

Baekhyun memutar tubuhnya, mata sipitnya menatap Chanyeol yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Kenapa begitu yakin?".

"Karena hyung yakin jauh di lubuk hati mu sebenarnya kau tak akan tega menyakiti orang-orang di sekitar mu. Kau memiliki hati yang baik dan lembut seperti kapas".

Chanyeol telah berkonsultasi dengan Seulgi tentang cara-cara meluluhkan hati yang keras seperti Baekhyun. Salah satunya adalah dengan bertutur lembut dengan nada rendah dan selalu memasang senyum di wajah.

Jangan khawatir, Chanyeol tak akan mengatakan jika Baekhyun adalah bocah jenius yang telah meresahkan masyarakat beberapa waktu lalu. Ia hanya mengatakan pada Seulgi jika sampai sekarang Baekhyun terkadang masih menunjukkan sikap dingin dan keras hati padanya.

"Apa hyung sedang menggombal pada ku, sayangnya itu tidak berhasil karena aku bukan seorang gadis".

Chanyeol terkekeh, ia mendekat ke arah Baekhyun lalu menarik kedua pipi Baekhyun dengan gemas hingga empunya meringis.

"Hyung tidak menggombal, hyung hanya berkata jujur karena semua itu terlihat begitu jelas dari sorot mata mu Baek. Kau terlihat begitu polos dan dari sorot mu juga memperlihatkan bahwa hati mu sebenarnya sangat baik".

"Ya!! Sakit hyung!!".

"Baiklah, maafkan hyung".

"Kenapa?". Tanya Baekhyun tiba-tiba membuat Chanyeol yang sedang blank mengernyitkan keningnya.

"Huh?".

"Kenapa kau berkata begitu hyung? Bukankah kau sendiri tahu seperti apa aku? Kenapa kau begitu yakin kalau aku adalah orang yang baik dan berhati lembut".

Chanyeol tersenyum, ia mengusap rambut Baekhyun dengan lembut menggunakan tangan besarnya.
"Hyung tahu, bahkan sangat tahu bagaimana kau Baek. Tapi tetap saja, hyung yakin hati mu sebenarnya sangat lembut seperti...... milik eomma".

Baekhyun diam, ia menjadi sedih jika teringat mendiang kedua orangtua nya yang terbunuh itu.

"Sekarang istirahatlah, kau akan mulai bersekolah besok".

"Apa aku masih berada di kelas yang sama dengan Jongdae dan Joohyun noona?".

"Ne, kau akan tetap satu kelas dengan mereka".

"Gomawo Channie hyung".

Chanyeol mengangguk, sedikit menunduk untuk mengecup kening si mungil. "Selamat malam, adik ku sayang".

Setelahnya Chanyeol meninggalkan Baekhyun yang mematung di tempatnya dengan tangan yang memegang kening yang tadi dikecup Chanyeol.

"Aku heran kenapa otak ku masih saja memerintahkan ku untuk membencinya disaat semua sikap dan perilaku yang dia berikan pada ku begitu manis". Gumam Baekhyun lirih sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk itu dan memejamkan kedua matanya.

'Semoga semuanya baik-baik saja. Sekarang saatnya membuat rencana agar Chanhyun tak kembali melakukan tindakan yang membuatnya kembali dalam bahaya'. Batin Chanyeol seraya menatap pintu kamar Baekhyun yang baru saja ia tutup.

Keesokan paginya Baekhyun dikejutkan oleh hyung nya yang membangunkannya dan menyiapkan segala keperluan sekolahnya. Bahkan membuatkannya sarapan pagi seperti saat keduanya berada di Kanada sekalipun ada pelayan di sana.

Tak hanya itu, Chanyeol juga mengantarnya ke sekolah dengan senyum lebar mengembang. Meski terlihat aneh, Baekhyun berusaha untuk bersikap biasa saja.

Baekhyun segera turun dari mobil Chanyeol begitu mereka sampai di depan pintu gerbang, tanpa pamit tanpa bicara sepatah kata. Chanyeol menggeleng dengan sikap adiknya tapi ia tak akan mempermasalahkannya selama Baekhyun tak melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri.

Baekhyun berjalan santai di koridor menuju kelasnya. Namun saat hendak mencapai daun pintu, suara cempreng dari belakang membuat langkahnya terhenti.

"Baekhyuuun!!!".

Setelah teriakan yang memekakkan telinganya sekarang tubuh kurusnya dipeluk erat oleh pemilik suara cempreng tadi.

"Ya!! Ya!! Ya!! Sesak!!".

Mengabaikan pekikan Baekhyun, si pemilik suara cempreng aka Kim Jongdae malah semakin mengeratkan pelukannya. "Ya ampun, aku merindukan mu kawan. Aku benar-benar merindukan mu".

Dengan sekuat tenaga Baekhyun melepaskan pelukan Jongdae, saat ia berhasil nafasnya terengah seperti habis berlari maraton.

"Ya!! Kau ingin membuat ku gepeng!! Kau memeluk ku begitu erat bebek Kim!!". Ucap Baekhyun di sela-sela menetralkan nafasnya membuat Jongdae terkekeh karena wajah Baekhyun yang memerah begitu lucu belum lagi omelan panjang dengan bahasa Korea yang masih terdengar sedikit aneh karena lidahnya yang masih kental dengan logat bahasa Mandarin itu.

"Kekeke~ maafkan aku Baek. Aku hanya terlalu merindukan mu sahabat terimut ku".

"Bagaimana kabar mu Baek? Lama tak berjumpa". Tiba-tiba suara perempuan mengalihkan perhatian Baekhyun ia memekik girang lalu memeluk Joohyun.

Ia merindukan kedua sahabatnya itu omong-omong. Dan entah sejak kapan Baekhyun benar-benar menganggap kedua orang itu sebagai sahabatnya.

"Joohyun noona!!".

"Ouh, adik manis ku~".

"Noona~ aku tidak manis tapi tampan".

Baekhyun melepas pelukannya lalu merengek seperti biasa dan mengerucutkan bibirnya sebagai bentuk protes setiap dikata manis.

"Ayo masuk ke kelas, kau pasti merindukan teman-teman sekelas mu kan? Dan kau hutang cerita pada ku tentang kehidupan mu selama hampir dua bulan ini sampai kau kembali ke sini".

"Tentu, nanti akan ku ceritakan".

Mereka akhirnya memasuki kelas 1-1 dengan langkah riang, hampir semua teman sekelas Baekhyun masih sama. Acuh dengan kehadirannya, bahkan ada beberapa yang menganggapnya rival karena kedatangannya kembali ke kelas itu berarti mereka harus bersiap untuk menyerahkan tongkat juara kelas pada si magnae itu.

"Sepertinya bahasa Korea mu semakin baik Baek, padahal yang ku dengar kau pindah ke Kanada. Apa kau menggunakan bahasa Korea di Kanada, tidakkah kau menggunakan bahasa Inggris?". Tanya Jongdae saat keduanya telah mengambil duduk di bangkunya.

Baekhyun tak tahu saja, kalau semua orang di Hanyang SHS sudah tahu bagaimana prestasinya di Aston Int. Academy tapi tidak untuk Chanyeol yang menjadi wali barunya.

"Tentu saja aku pakai bahasa Inggris". Jawab Baekhyun dengan wajah datar seperti biasa. Tapi entah mengapa itu terkesan sangat imut untuk Jongdae yang sudah beberapa bulan ini tak bertemu dengannya.

Karena gemas, tangan-tangan nakal Jongdae langsung menarik kedua pipi Baekhyun. "Ya Tuhan, kenapa kau begitu imut Baek? Jadi adik ku mau ya? Aku sangat gemas pada mu, uughh~".

Sementara Jongdae memekik gemas sambil menarik pipi Baekhyun gemas, empunya meringis sambil memekik kesakitan.

"Ya!!! Sakit Jongdae!!".

"Ahaha~ kau sangar lucu dan imut Baek. Kau tahu aku sangat ingin memasukkan mu ke dalam karung lalu ku bawa pulang".

Baekhyun menjauhkan tubuhnya, mata sipitnya menatap ngeri ke arah Jongdae. "Kau pikir aku apa? Kau menakutkan Jong".

Jongdae tertawa lagi karena tingkah menggemaskan sosok mungil di sebelahnya namun itu tak bertahan lama karena bel masuk tanda dimulainya pelajaran telah berdentang. Mereka semua mengikuti jam pelajaran pertama dan kedua dengan baik hingga bel tanda istitahat berbunyi dan semua murid Hanyang SHS berbondong-bondong meninggalkan kelas menuju kafetaria untuk menyantap makan siangnya. Tak terkecuali Baekhyun, Jongdae dan Joohyun.

"Sekarang ceritakan kehidupan di Kanada, pasti menyenangkan".

Ujar Joohyun saat mereka bertiga sudah mendapatkan jatah makan siangnya dan mengambil duduk di bangku kantin paling pojok.

"Tidak ada yang menyenangkan, semua terlihat sama seperti Korea dan China. Sama-sama membosankan".

"Benarkah? Tapi Baek, dari gosip yang ku dengar saat di ruang guru kemarin kau mendapat hasil belajar terbaik di akademi mu. Wah, aku sungguh tak mengira berteman dengan seorang yang berotak cerdas seperti mu". Puji Jongdae yang mendapat anggukkan dari Joohyun yang mengunyah makanannya itu, namun si mungil malah merotasikan kedua matanya mendengarnya.

"Biasa saja, aku tidak secerdas itu. Aku hanya - ".

Drrttt.....drrtt....

Ucapan Baekhyun terpotong oleh ponselnya yang begetar. Tapi ia mengabaikannya setelah melirik caller name di layar ponselnya, memilih untuk melanjutkan acara makannya.

"Kenapa tak diangkat, siapa tahu penting".

"Ini tidak penting noona, biarkan sa - ".

Ponsel Baekhyun bergetar lagi, membuat Jongdae yang dasarnya memiliki tingkat keingintahuan tinggi mengambil ponsel Baekhyun yang tergeletak begitu saja di atas meja.

"Channie hyung? Siapa Channie hyung Baek?".

"Bukan siapa-siapa, hanya orang yang tidak penting". Jawab Baekhyun acuh sambil memasukkan makanan ke dalam mulut kecilnya hingga penuh dengan makanan.

Jongdae menggedikkan bahubya lalu mengembalikan ponsel Baekhyun yang kembali bergetar untuk yang kesekian kalinya. Lelaki mungil berdecak kesal dalam hati, ia tak suka jika waktu makannya diganggu.

"Angkatlah, mungkin itu penting. Ponsel mu bergetar terus sejak tadi Baek".

"Baiklah".

Baekhyun mengikuti saran Joohyun, ia mengambil benda putih itu lalu menggeser tombol hijau disana dan menempelkannya ke telinga sebelah kiri.

'Aigoo, nae dongsaeng, akhirnya kau mengangkat panggilan ku. Kau baik-baik saja kan?'.

Terdengar helaan nafas lega dari Chanyeol di seberang telefon. Ia sempat khawatir terjadi sesuatu pada adiknya karena panggilannya sejak tadi tak diangkat.

"Ada apa?". Tanya Baekhyun to the point. Bahkan ia tak menjawab pertanyaan Chanyeol sebelumnya.

Well, sudah dikatakan jika ia tak suka waktu makan siangnya terganggu bukan? Dan lagi jam istirahat makan siang di Hanyang SHS itu terbatas waktu. Ia tak ingin makan dengan terburu karena itu tak baik untuk kesehatan pencernaannya.

'Hyunie, kenapa ramai sekali? Apa kau sedang berada di kantin?'.

Baekhyun hanya bergumam singkat membuat kedua sahabatnya yang duduk di hadapannya mengernyit heran. Samar-samar kedua sahabatnya hanya mendengar kata 'hyung' dari suara penelfon.

'Baiklah, maafkan hyung mengganggu acara makan siang mu. Hyung hanya ingin mengingatkan mu untuk meminum obat mu'.

Baekhyun merotasikan bola matanya, hyung nya itu sungguh berlebihan padanya. Tanpa harus diingatkan Baekhyun pasti meminum obatnya meskipun ia lebih sering lupa - ah tidak menyengaja lupa lebih tepatnya.

"Aku akan melakukannya setelah makan siang ku selesai".

'Oh iya, nanti hyung akan menjemput mu setelah sekolah mu selesai'.

Baekhyun menghentikan sendoknya yang hendak menuju mulutnya setelah mendengar ucapan hyungnya.

Menjemput ke sekolah katanya?

Bagaimana jika teman-teman di sekolahnya tahu kalau dia adalah adik dari Chanyeol yang merupakan mantan murid disana? Meskipun tak banyak yang tahu jika Chanyeol adalah anggota NIS saat itu hanya menyamar.

"Tidak perlu begitu, aku bisa pulang sendiri naik bus. Lagipula bukankah hari ini kau bekerja?".

'Pekerjaan hyung hari ini tidak banyak jadi hyung bisa keluar sebentar untuk menjemput mu'.

Baekhyun masih tetap melanjutkan acara makan siangnya dengan santai, membuat kedua sahabatnya menatapnya dengan heran. Pasalnya baru kali ini juga mereka mendapati Baekhyun makan sambil bertelfon ria dan lagi Baekhyun yang sudah bisa bicara bahasa Korea dengan lancar meskipun terdengar sedikit aneh.

'Hyun!! Hyunie!! Kau masih disana?'.

"Ah, ne. Aku mendengar mu". Jawab Baekhyun di sela kunyahannya. Mungkin kalian berpikir Baekhyun tidak sopan karena makan sambil bertelfon dengan orang yang lebih tua darinya, tapi itu bukan salahnya oke. Salahkan Chanyeol yang menelfon disaat yang kurang tepat.

'Baiklah, sampai jumpa nanti sepulang kau sekolah. Ingat, jangan lupa minum obat mu. Jika kau merasa tidak enak badan, langsung istirahat di UKS. Jangan terlalu memaksakan diri, okay'.

"Iyaa~, Chan hyung cerewet". Baekhyun menggeram kesal bahkan tanpa sadar ia mengungkapkan kekesalannya dengan nada setengah merengek membuat kekehan Chanyeol terdengar.

'Baiklah, hyung tutup telfonnya. See you later'.

Panggilan itu berakhir, Baekhyun kembali meletakkan ponselnya asal lalu kembali menikmati makan siannya seolah tak terjadi apapun.

"Chan hyung? Bukankah hyung mu bernama Luhan?".

Pertanyaan Jongdae sukses membuat Baekhyun menghentikan kunyahannya sejenak. Setelah menelan makanannya, barulah Baekhyun menjawab pertanyaan sahabatnya yang sudah menyelesaikan makan siangnya itu.

"Hmmm.... dia.... maafkan aku. Saat ini aku tak bisa menceritakannya. Nanti akan ku ceritakan".

"Baiklah, tak apa. Lupakan saja kalau itu privasi mu Baek, kami akan mengerti. Ayo lanjutkan makannya, sebelum waktu istirahat makan siang kita habis".

Joohyun memang selalu menjadi penyelamat awkward moment diantara mereka. Ingatkan Baekhyun mengucap terimakasih padanya.

Waktu terus berjalan hingga menunjukkan angka 3.30 sore dimana itu menandakan bahwa saatnya seluruh siswa-siswi Hanyang SHS untuk pulang ke rumah masing-masing. Tepat setelah bel panjang dibunyikan, semua murid berhamburan keluar dari kelas meskipun dengan wajah-wajah lelah yang tercetak jelas.

Pun dengan lelaki bertubuh atletis yang kini tengah berdiri bersandar di mobilnya. Wajahnya terlihat sedikit lelah namun ia tetap menunggu adik kesayangannya keluar dari area sekolah di depan pintu gerbang dengan senyum mengembang.

Ia tak akan membiarkan adiknya pulang dengan kendaraan umum karena itu berpotensi si mungil akan pergi ke suatu tempat yang tak ia ketahui mengingat Baekhyun membawa kity, ponsel anti lacaknya.

Meskipun Chanyeol menyimpan nomor dan bisa berkomunikasi dengan nomor yang digunakan Baekhyun dalam kity, ia pernah mencoba melacak keberadaan Baekhyun lewat radar yang ia sambungkan ke server komputer di apartemennya saat kity ia letakkan di meja kecil dekat ranjang rawat Baekhyun. Hasilnya nihil, benar-benar tak terdeteksi dimana keberadaan si mungil.

Chanyeol melihat adiknya bersama dengan Jongdae dari kejauhan. Nampak si mungil tengah berada dalam mood buruk, sepertinya Jongdae tengah menggodanya.

"Baekhyun!!". Teriak Chanyeol sambil melambaikan tangannya saat ia merasa jarak antara dirinya dan adiknya tak seberapa jauh. Jangan lupakan senyum lebar yang menghiasi bibirnya.

"Haish, dia benar-benar datang". Gumam Baekhyun seraya menghentikan langkahnya, diikuti Jongdae yang berada di sebelahnya.

Mata Jongdae menyipit, berusaha mengenali sosok yang berteriak menyebut nama sahabatnya.

"Bukankah dia Chanyeol? Apa dia menjemput mu? Tunggu!! Tunggu!! Jangan katakan Channie hyung dalam kontak ponsel mu adalah dia. Apa hubungan mu dengannya Baek?".

"Berisik!!".

Satu kata itu saja yang keluar dari mulut kecil Baekhyun sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu gerbang sekolah dimana disana masih ada hyung nya dengan senyuman lebarnya. Seakan bertemu dengannya adalah sebuah anugerah yang luar biasa.

Tapi memang itu adalah kenyataannya bukan? Chanyeol sangat senang bertemu dengan Baekhyun.

"Ya!! Byun Baekhyun, tunggu!!". Jongdae berlari ke arah Baekhyun, ia merangkul pundak yang lebih muda agar keduanya berjalan bersamaan.

"Ya!! Byun Baek, katakan pada ku, apa dia menjemput mu? Jika iya apa hubungan mu dengannya? Apa benar Channie hyung itu adalah Chanyeol".

"Tutup mulut besar mu itu Kim Jongdae, aku sedang tidak mood sekarang".

Baekhyun langsung melepas tangan Jongdae dari bahunya dan setengah berlari ke arah Chanyeol. Segera saja ia masuk ke dalam mobil dengan wajahnya yang tertekuk sempurna.

"Dia kenapa? PMS?". Gerutu Jongdae dengan mata yang belum lepas dari sosok tinggi yang menjemput Baekhyun. Beruntung Baekhyun tak mendengarnya jika iya maka dipastikan Jongdae akan merasakan kerasnya paving lobby sekolah karena dibanting oleh Baekhyun.

Jangan salah, kecil-kecil begitu Baekhyun pemegang sabuk hitam hapkido dan ia juga sempat belajar seni bela diri yang lain seperti kungfu dan taekwondo dari Tuan Byun.

"Aah, ternyata benar Chanyeol yang menjemputnya. Baiklah, besok akan ku tanyai kau Byun Baek. Kalian membuat ku penasaran".

Gumam Jongdae sebelum melanjutkan langkahnya menuju gerbang dan menaiki mobil jemputannya untuk pulang ke rumah.

Sementara dalam mobil Chanyeol, lelaki tinggi itu menangkap gelagat aneh dari adiknya. Wajah manis itu tertekuk, meskipun itu terlihat menggemaskan tapi Chanyeol tak ingin mengambil resiko terkena amukan jika ia menertawakan wajah adiknya itu.

"Ada apa dengan wajah mu Baek? Kusut sekali".

"Besok kalau ingin menjemput ku lagi cukup tunggu aku di dalam mobil saja. Kau lupa kalau kau pernah menyamar jadi murid di sini hyung? Kau mau aku jadi pusat perhatian? Jongdae mengenali mu tadi". Omel Baekhyun dengan bibir mengerucut tanpa sadar di akhir kalimatnya.

"Tentu hyung tidak lupa dengan itu Baek. Dan apa salahnya jika hyung turun dari mobil, tidakkah itu bagus? Dengan begitu kau tak perlu mencari mobil hyung bukan?". Timpal Chanyeol dengan suara lembutnya sambil berkonsentrasi menyetir.

"Tapi aku tak suka jadi pusat perhatian, mereka akan mulai bertanya-tanya tentang hubungan kita hyung. Aish, itu akan merepotkan". Gerutu Baekhyun, bibirnya yang masih mengerucut itu kian maju dan menambah kesan imut diwajah manisnya.

Chanyeol menolehkan kepalanya sebentar, ia terkekeh dalam hati melihat betapa lucu dan menggemaskan adiknya jika sedang kesal dengan bibir mengerucut seperti itu.

"Jawab saja yang sebenarnya kalau kita memang kakak adik Baekhyun-ah, mau disangkal seperti apapun juga darah yang mengalir dalam tubuh kita adalah darah yang sama".

"Tapi tetap saja~".

"Lagipula pihak sekolah sudah tahu kalau kau adik kandung ku meskipun hyung tetap mendaftarkan mu sebagai Byun Baekhyun".

"Apa? Kau mengatakannya hyung? Pada mereka?".

Mata sipit Baekhyun membola, ia tak menyangka jika hyungnya akan melakukan hal itu.

"Tentu saja Baek, karena sekarang hyung adalah wali mu. Jadi sudah menjadi keharusan untuk hyung mengatakannya pada mereka saat mengurus surat-surat kepindahan mu dari Aston ke Hanyang bukan?".

Baekhyun tak menimpali, ia hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya untuk melihat jalanan yang dilewatinya melalui cendela kaca gelap di sebelahnya.

Chanyeol merasa tak nyaman dengan situasi ini. Ia tak suka keterdiaman, jadi ia berusaha untuk mencairkan suasana dan juga menaikkan mood Baekhyun yang sempat turun.

"Ingin makan ice cream?".

Tanya Chanyeol saat ia harus memberhentikan mobilnya di persimpangan akibat lampu rambu lalu lintas yang berganti warna menjadi merah.

Mendengar salah satu makanan kesukaannya disebut, Baekhyun menolehkan kepalanya ke arah Chanyeol. "Apa boleh?".

"Tentu saja boleh, asal tidak berlebihan. Ingat, kau baru sembuh dan masih dalam masa pemulihan".

"Baiklah, aku ingin ice cream".

Terkadang Chanyeol merasa Baekhyun seperti memiliki kepribadian ganda. Bocah itu memiliki mood dan sikap yang sulit ditebak, kadang-kadang Baekhyun terlihat kekanakkan dan manis tapi kadang-kadang ia terlihat kejam dan bermulut pedas.

Satu kata untuk Baekhyun. Unik.

Mereka akhirnya sampai di kedai ice cream langganan Chanyeol. Segera saja Chanyeol memesankan ice cream untuknya dan Baekhyun sesuai perisa kesukaan masing-masing sementara Baekhyun mencari duduk.

Drrtt.....

Baru saja mendaratkan pantatnya di kursi, kity yang ia simpan di blazer sekolahnya bergetar tanda ada pesan masuk.

Baekhyun langsung membuka pesan itu dan membalasnya dengan senyuman tipis menghiasi bibirnya.

From : L Hyung

'Selamat datang kembali di Korea adik manis. Omong-omong, kau ingat Mr. Wong? Dia meminta bertemu di gudang tua jalan xx di Busan minggu depan. Tua bangka itu tertarik pada bom buatan mu'.

To : L hyung

'Tentu, bantu aku saat bertemu dengannya hyung. Aku sendirian, Luhan tak bersama ku'.

From : L hyung

'Jangan khawatir adik manis, apapun akan hyung lakukan untuk mu'.

"Pesan dari siapa?".

Baekhyun langsung menutup chatroom nya dengan L dan menyimpan ponselnya kembali saat suara besar Chanyeol menyapa gendang telinganya.

Chanyeol mengambil duduk berhadapan dengan Baekhyun setelah meletakkan ice cream pesanan mereka di hadapan masing-masing.

Sementara Baekhyun, ia harus memutar otaknya dengan cepat untuk membuat alasan sekaligus meminta ijin dari Chanyeol secara tersirat.

"Teman ku, dia mengajak ku berlibur di villa keluarganya di Busan minggu depan".

"Siapa? Jongdae? Joohyun?".

"Bukan, teman ku yang lain".

"Teman sekolah?".

"Bukan teman sekolah".

Kening Chanyeol mengernyit, teman siapa yang dimaksud Baekhyun? Sementara seingatnya Baekhyun hanya memiliki teman sepermainan yaitu Jongdae dan Joohyun.

Apa mungkin itu Luhan? Tapi tidak mungkin karena Baekhyun mengatakan jika itu adalah temannya yang lain dan bukan pula teman sekolah.

"Lantas?".

"Hanya kenalan saat kami tak sengaja bertabrakan di supermarket".

Sejak tadi Baekhyun menjawab pertanyaan Chanyeol dengan nada kelewat santai sambil menikmati ice creamnya. Si mungil itu sungguh tak bisa ditebak bahkan saat Chanyeol berusaha mencari kebohongan dari gerak gerik Baekhyun dia sama sekali tak mendapat petunjuk. Persis seperti saat pertama kali ia menginterogasi Baekhyun di markas NIS.

"Kau akan kesana?".

"Tentu saja, dia adalah orang yang sangat baik. Aku tak enak hati jika menolaknya. Kau akan mengijinkan ku kan hyung?".

"Baiklah, tapi bisakah kau katakan pada hyung siapa namanya?".

Chanyeol masih penasaran dengan teman Baekhyun, jadi ia pituskan untuk bertanya siapa namanya namun tahunya hal itu membuat mood Baekhyun yang sempat membaik kembali memburuk.

"Hyung, bukankah kau sudah berjanji tak akan mencampuri urusan ku?". Ujar Baekhyun datar dan terkesan dingin.

Chanyeol menghela nafas, ia harus selalu sabar untuk menghadapi adiknya keras kepala dan keras hati itu.

"Bukannya mencampuri Baekhyun sayang, hyung hanya tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mu. Kau tahu bukan jika hyung sangat menyayangi mu? Hyung hanya khawatir pada mu".

"Tidak akan terjadi apapun, dia orang yang baik".

"Baiklah, hyung percaya pada mu. Jika terjadi apa-apa segera hubungi hyung, okay".

Baekhyun bergumam sambil mengangguk lalu kembali menikmati ice creamnya hingga habis tak bersisa mengabaikan Chanyeol yang mulai berpikiran negatif.

'Semoga Baekhyun tak melakukan sesuatu yang membuatnya berada dalam bahaya di sana. Oh Tuhan, mengapa dia sangat sulit diprediksi?'. Batin Chanyeol.

'Saatnya memberikan amunisi untuk si Berry. Berarti aku harus mengambil Spongebob di ruang bawah tanah mansion Byun lebih dulu sebelum ke Busan. Yosh, selamat datang kembali di dunia gelap Byun Baekhyun'. Batin Baekhyun dengan tawa setan di dalam hatinya.

Berry, adalah nama rekening rahasia milik Baekhyun yang bahkan jumlah uangnya sudah ratusan juta dolar. Biasanya uang-uang itu Baekhyun gunakan untuk belanja keperluan dalam membuat senjata api ataupun bom.

Setidaknyanya itulah yang dilakukannya dengan uang-uangnya mengingat uang dalam berry tak bisa diambil secara cash.

Kecuali jika ia mentransfernya ke rekening resmi negara yang dimilikinya.

**********


BLOOMM!!

Plok....
Plok...
Plok...

Suara tepukan terdengar setelah bunyi 'bloom' terdengar lengkap dengan nampaknya kehancuran sebuah bangunan mewah di daerah Busan.

"Kau memang jenius Tuan Byun, aku menyukai barang buatan mu. Kau sungguh luar biasa. Berapa kau akan menjualnya pada ku. Katakan saja, hari ini juga akan ku transfer. Aku yakin dengan teror bom ini akan membuat ku menguasai Hongkong nantinya".

"50 juta dolar".

Baekhyun menyeringai, ia bahkan tak yakin jika customer nya itu akan membayarnya sesuai dengan harga yang ia tawarkan atau tidak.

"Baiklah, kapan barangnya akan sampai".

"Tepat setelah kau transfer uang mu Tuan Wong".

Bipp....biipp....

Tak berselang lama setelah menyelesaikan kalimatnya, Baekhyun mendengar bunyi 'bip' dari kity yang ia bawa kemana-mana. Dan benar, Berry, rekening rahasianya sudah bertambah nominal uang yang begitu fantastis.

Bahkan si mungil yang baru saja dinobatkan sebagai si jenius Byun di dunia gelap itu tanpa sadar memekik girang. Ia tak mengira jika ia akan mendapatkan uang sebanyak itu dengan cara yang begitu mudah.

Menjual salah satu bom kecil dengan sistem kontrol jarak jauh rakitannya.

Yang bahkan waktu pengerjaannya tak sampai memakan waktu 3 hari.

"Waow, kau bersungguh-sungguh mentransfernya sekarang?".

"Tentu, jadi barangnya?".

Plok...plok...

Baekhyun menepuk tangannya dua kali, lalu muncul seorang lelaki bermata sipit dengan pipi bulat menghampirinya dengan sebuah kotak kecil di tangannya.

Tanpa kata Baekhyun memperintahkannya untuk memberikan kotak kecil itu pada seorang lelaki berumur 40 tahunan yang duduk di hadapan Baekhyun.

"Apa kau menipu ku Tuan Byun? Kau pikir ini permainan anak TK?".

Lelaki berumur 25 tahun di atas Baekhyun sudah mengangkat senjatanya dan menggeram marah setelah melihat isi kotak itu. Bahkan moncong pistolnya sudah mengarah tepat di kepala Baekhyun. Hampir saja lelaki yang tadi membawa kotak itu mengeluarkan pistolnya, namun ditahan oleh Baekhyun.

"Waow, sabar Tuan Wong. Jangan terkecoh dengan bentuknya, bukankah kau juga melihat bagaimana rupa bom yang meledakkan stadion tadi? Ini bom yang sama dengan yang meledak tadi, aku selalu membuat 2 bom dengan komponen dan sistem kendali yang sama. Satu untuk uji coba dan satu untuk ku jual atau ku simpan sendiri".

Terang Baekhyun dengan santai. Ia selalu melakukannya setiap merakit bom, membuatnya menjadi 2 buah. Dan ketika mengujicobakannya, maka Baekhyun akan merekamnya dari jarak jauh sehingga membuatnya semakin mudah dalam meyakinkan calon pembelinya.

Baekhyun masih menangkap gelagat tak percaya dari Tuan Wong. Well, itu pasti akan terjadi saat bom yang meledakkan stadion di Busan adalah benda kecil seukuran gantungan kunci berwarna kuning dan berbentuk kotak. Bahkan Baekhyun membentuknya persis seperti tokoh kartun kesukaannya, Spongebob Square Pants.

"Kalau tak percaya tak apa, aku bisa mengembalikan uang mu sekarang juga Tuan Wong".

"Perlihatkan aku kembali reka ulang meledaknya bom itu".

Baekhyun menghela nafasnya pelan, ia serasa ingin  meledakkan kepala Tuan Wong sekarang. Dengan tingkat kemalasan tinggi, Baekhyun kembali memutar reka ulang peledakan stadion itu mulai dari peletakan, bentuk, dan bagaimana bom itu meledak.

"Bagaimana?".

"Baiklah, senang bekerjasama dengan mu Tuan Byun. Aku akan mengambil bom ini".

"Sama-sama. Selamat bersenang-senang Tuan Wong".

Barkhyun dan beberapa anak buahnya yang dibawa L pergi meninggalkan gedung pertemuannya dengan Tuan Wong.

Gedung pertemuan rahasia yang hanya diketahui Baekhyun dan Tuan Wong beserta anak buahnya.

Sebenarnya L adalah orang yang dipercaya Tuan Byun untuk berjaga di perbatasan wilayah bagian selatan. Jadi apapun yang dilakukan Baekhyun sekarang pastinya Tuan Byun mengetahuinya hanya saja sosok ayah Baekhyun itu diam saja.

"Selagi tak ada membuatnya terluka aku akan diam dan mengawasinya dari jauh". Itulah yang dikatakan Tuan Byun saat dirinya kembali ke China bersama Luhan dan Joon dari Kanada.

Tanpa Tuan Wong ketahui, setibanya di luar gedung itu, tepatnya di dalam mobil yang membawanya pada Tuan Wong, Baekhyun menyeringai. Tuan Wong sungguh bodoh, bagaimana mungkin ia membiarkan Baekhyun pergi begitu saja tanpa membiarkannya menghubungkan pengaturan sistem kontrol bom yang baru dibelinya dari Baekhyun itu pada ponsel anti lacak miliknya?

Itu artinya, saat ini kendali bom itu ada pada Baekhyun bukan?

Tanpa ragu dan berpikir dua kali, Baekhyun menekan tombol merah di ponselnya. Lalu sedetik kemudian, ledakan terdengar dari kejauhan.

BLOOMM!!!

Baekhyun tertawa puas setelah bom buatannya dua hari lalu itu meledak di dalam gedung dimana ada Tuan Wong dan anak buahnya berada.

Lenyap sudah satu orang yang selalu ingin menyainginya di dunia kegelapan.

Well, Baekhyun memang hanya bisa menjual barang buatannya sendiri.  Namun kalian harus tahu jika si mungil yang jenius itu sangatlah licik dan licin seperti belut.

"Kau senang?". Tanya seseorang disebelah Baekhyun sambil mengusap kepalanya pelan.

"Tentu saja, aku lebih senang karena kau mau datang kemari untuk membantu ku. Terimakasih, L hyung. Bagian mu akan ku transfer nanti".

"Kau tak perlu melakukannya, karena aku dengan senang hati membantu mu Baek. Aku akan melakukan apapun untuk adik manis kesayangan ku ini".

L dan Baekhyun sama-sama melempar senyum lebarnya mengabaikan sosok tinggi yang mengkhawatirkan Baekhyun di Seoul.

Sebenarnya Chanyeol ingin mengikuti Baekhyun diam-diam ke Busan karena ini adalah akhir pekan sayangnya ia lupa jika memiliki tunangan yang selalu mengajaknya kencan. Jadi niatnya untuk mengikuti Baekhyun ia urungkan meskipun dengan berat hati.

"Apa kau akan pulang ke Soul sekarang". Tanya L saat mobil yang dikendarainya sudah melaju membelah jalanan kota Busan.

"Tentu saja, hyung ku sangat berisik dan terus menerus meminta ku cepat pulang".

L terkekeh di tempatnya, ia melupakan satu fakta jika adik manisnya itu sekarang tinggal bersama hyung kandungnya.
"Oh aku lupa kalau sekarang kau tak lagi sendiri, kau memiliki seorang hyung. Tapi bukankah kau berkata jika hyung mu anggota NIS? Bagaimana jika dia mengetahui kalau pengeboman barusan adalah perbuatan mu".

"Mudah saja, tinggal katakan kalau aku sama sekali tak tahu apa-apa tentang pengeboman itu karena vila mu dengan lokasi pengeboman cukup jauh".

Kening L mengernyit, pasalnya alasan Baekhyun bukanlah alasan yang mudah untuk diterima akal apalagi akal seorang anggota NIS yang memilili tingkat analisis terhadap suatu kasus lebih dalam.

"Apa dia akan percaya? Jarak vila ku dengan pusat kota hanya 10Km sedangkan dengan lokasi kejadian hanya tinggal menambahnya menjadi 20Km".

"Walaupun dia tak percaya dia harus melakukannya. Karena aku akan membuatnya percaya".

"Kenapa begitu?".

Baekhyun memutar bola matanya malas, "Kenapa kau sekarang sangat cerewet dan berisik hyung?".

"Aku hanya ingin tahu saja Baek".

"Pokoknya percaya saja pada ku, kita akan selalu aman, L hyung".

L menghela nafasnya, ia lalu mengangguk dan mempercayakan semuanya pada si manis di sebelahnya itu.

"Baiklah, sekarang tidurlah. Perjalanan dari Busan ke Seoul akan memakan waktu".

"Itu sudah pasti".

Baekhyun menyamankan posisinya, setelah merasa nyaman ia langsung menutup matanya dan tertidur dengan cepat seperti biasa.

L tersenyum menatap Baekhyun yang begitu lelap, ia sampai menggeleng karena si mungil itu bisa tertidur begitu lelap dalam perjalanan seperti ini. Sebelah tangannya ia ulurkan untuk mengusap kepala Baekhyun dengan lembut sedang bibirnya mengulas senyum lebar.

"Kau akan tetap menjadi adik kecil ku Baek. Meskipun kau sudah 15 tetap saja kau terlihat begitu kecil. Selamat tidur adik ku, percayalah jika kami semua menyayangi mu. Tuan muda imut ku".

Setelahnya L kembali fokus pada kegiatan menyetirnya dan membiarkan adik kecilnya tidur dengan nyenyak selama perjalanan pulang ke Seoul.

Di Seoul, kantor pusat NIS sedang heboh setelah mendapat laporan dari kantor yang berada Busan yang memberi kabar bahwa salah satu gedung tua disana meledak.

Chanyeol yang saat itu sedang bersantai sambil menonton TV di rumah besar keluarga Park mendapat telefon dari Sehun yang terdengar panik.

'Park Chanyeol!! Darurat!! Terjadi pengeboman sebuah gudang tua di Busan!!'.

"Apa?".

'Cepat ke markas, kita segera menuju lokasi kejadian'.

Panggilan dari Sehun tertutup, Chanyeol langsung memejamkan kedua matanya erat sambil menggenggam ponselnya tak kalah eratnya. Darahnya mendidih saat memikirkan jika adik manisnya lah yang melakukan pengeboman itu.

"Baekhyun, ini bukan kau yang melakukannya kan? Bukan kau kan?". Gumam Chanyeol lirih sebelum naik ke lantai dua menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil lalu meraih jaketnya yang ia gantung di belakang pintu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Preview next part......

Wajah Baekhyun nampak lelah, ia baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya saat waktu menunjukkan pukul 9.00 malam KST. Ia hendak tidur namun Chanyeol memasuki kamarnya dengan langkah tergesa.

Matanya sudah berat, tapi Baekhyun memaksanya untuk tetap terbuka karena hyungnya datang ke kamarnya.

"Baekhyun-ah, hyung ingin bertanya pada mu".

"Ada apa?". Tanya Baekhyun dengan suara seraknya. Ia bahkan sudah berbaring di ranjangnya namun kini ia terduduk di tengah-tengah ranjangnya dengan kepala terkantuk-kantuk.

Chanyeol mendekat, ia mengambil duduk di pinggiran ranjang Baekhyun dan barulah ia sadar jika mata sipit adiknya itu sudah memberat dan memaksakan diri untuk tetap terbuka.

"Apa yang ingin kau tanyakan hyung? Aku mengantuk~".

Chanyeol menatap Baekhyun dengan lembut, tangannya ia ulurkan untuk mengambil jemari Baekhyun yang tersimpan di pangkuan si mungil.

"Baekhyun-ah, hyung ingin kau menjawabnya dengan jujur, bisakah?".

Baekhyun mengangguk pelan, ia sangat mengantuk jadi ia tak ingin Chanyeol berada disana lebih lama lagi dan membuatnya tetap terjaga.

"Apa yang kau lakukan selama di Busan kemarin? Disana ada peledakan sebuah gedung tua, bukan kau yang melakukannya bukan?".

Baekhyun diam, ia menatap hyungnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi miliknya membuat yang lebih tua tak bisa membaca kebohongan atau kejujuran yang hendak ia katakan.

"Aku .......".

Cocot :

Maaf ngaret yaaa... biasa... aku kan orangnya sok sibuk...😂😂😂😂

Maaf lagi kalo banyak typo tak sempat edit...

Mg2 kalian gak bosen bacanya...
😅😅😅

See you next part....
🙆🙆🙆🙆

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 439 25
❛ ternyata seperti ini rasanya mencintai dalam diam ❜ ‣ baku ‣ end ❐ start : 12.07.2020 ❐ end : 10.10.2020 © cloudycassey, 2020
1.9K 180 4
Malam itu, malam dimana semuanya berubah, malam dimana ia memasuki dunia yang seharusnya tak pernah ia masuki, dunia yang menjebaknya. Tak ada jalan...
450K 4.7K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
110K 11.4K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...