[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 14

2.8K 238 11
By VennytaShui97

"Ada apa?".

Tanya Yunho pada Chanyeol ketika dirinya memasuki sebuah kafe dan mengambil duduk berhadapan dengan Chanyeol. Seperti biasa, pertanyaan itu mengarah pada suatu hal yang sifatnya to the point tanpa adanya basa basi. Tapi lelaki tua itu masih menyempatkan diri memesan secangkir americano panas untuk menemani acara mengobrolnya dengan anak sahabatnya itu.

Yunho menemui Chanyeol di tempat yang ia tentukan semalam keesokan paginya. Bahkan kakak kandung dari putranya itu datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan.

"Baiklah, langsung saja. Paman, aku ingin tau semua tentang Chanhyun. Bagaimana kehidupannya selama ini dan mengapa dia semalam berkata kalau pun dia harus mati setelah aku tahu dirinya yang sebenarnya dia akan tetap memilih ku. Tolong jelaskan pada ku".

Yunho menaikkan alisnya, ia hanya berpikir jika Chanyeol tahu segalanya hari ini, maka ada celah untuk membawa Baekhyun pergi dari sana bukan? Karena kemungkinan besar lelaki bertelinga peri di depannya akan meninggalkan Baekhyun. Dengan demikian si mungil kesayangannya itu akan selalu berada di sisinya.

"Kau sungguh ingin tahu?".

"Ya paman, ceritakan pada ku". Jawab Chanyeol mantap. Ia yakin bahkan seribu persen yakij dengan keputusannya untuk meminta Yunho menceritakan tentang segala kehidupan adiknya di masa lalu.

"Berjanjilah pada ku lebih dulu, jangan membencinya, melukainya atau bahkan meninggalkannya setelah kau tau semuanya dari ku".

Kalimat basa basi Yunho, sebenarnya lelaki yang menjadi sosok ayah dari Baekhyun itu mengharapkan Chanyeol melepaskan Baekhyun untuknya dan ia akan membawa Baekhyun pergi jauh dari Kanada dan memulai hidup baru lagi di negara yang baru. Sepertinya Australia bukanlah pilihan yang buruk, lagipula ia masih memiliki wilayah kekuasaan di sana dan untuk usaha tekstilnya di China bisa ia limpahkan pada sekretarisnya.

"Ya, aku janji".

"Seorang pria sejati tak akan menarik kembali janjinya. Jadi aku pegang janji mu, nak".

Ujar Yunho dimana lagi-lagi Chanyeol memberikan jawaban yang meyakinkan Yunho untuk menceritakan secara lengkap tentang kehidupan Baekhyun di masa lalu sebelum ia memutuskan untuk hidup dengannya.

"Kehidupan Baekhyun tak berjalan normal seperti layaknya anak-anak lain setelah kami memutuskan pindah ke China. Dia sakit keras karena tekanan yang melandanya waktu itu hingga terpaksa aku menghapus ingatan buruk itu darinya, aku tak tega melihatnya depresi seperti itu diusianya yang masih sangat kecil. Dia bersekolah di sekolah umum, namun saat itu ada yang mengincar nyawanya jadi untuk keselamatannya aku meminta gurunya di sekolah agar membujuk Baekhyun home schooling dengan alasan Baekhyun sulit bersosialisasi. Padahal sebenarnya tidak, setelah operasi itu berhasil Baekhyun menjadi anak yang ceria dan lucu".

Yunho menatap Chanyeol, ia mengamati bagaimana perubahan mimik di wajah yang lebih muda namun sejauh ini belum ada perubahan yang begitu berarti. Masih tetap antusias mendengarkan ceritanya.

"Bertahun-tahun ia mengikuti home schoolingnya dengan baik hingga ia mendapat sertifikat lulus home schooling setingkat sekolah menengah pertama di umurnya yang ke 14. Sebenarnya ia bisa lulus lebih cepat karena otaknya sungguh cerdas luar biasa tapi aku ingin Baekhyun tumbuh layaknya anak seumurannya, meskipun tetap saja di umur yang semuda itu ia sudah lulus SMP".

Yunho tersenyum kala ia menerima sebuah sertifikat kelulusan milik Baekhyun dari program home schooling setingkat sekolah menengah pertama beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya Baekhyun bisa lulus lebih cepat lagi, dengan kecerdasannya bocah itu bahkan bisa diperkirakan mendapat sertifikat kelulusannya setingkat SMP diusianya yang ke 11 tapi Tuan Byun tak akan membiarkan itu terjadi. Tuan Byun ingin anaknya tumbuh layaknya anak-anak yang lain. Jika memang harus lulus lebih cepat setidaknya setahun lebih cepat itu sudah cukup, ia tak ingin ada yang curiga dan berakhir dengan adanya orang lain yang berusaha memanfaatkan kecerdasan Baekhyun untuk hal yang tidak baik.

"Sebenarnya, umur Baekhyun ketika ia masuk ke Hanyang SHS masih 14 tahun tapi sekarang ia sudah 15 meskipun baru sebulan yang lalu ia berulangtahun. Kau tahu alasan utama mengapa ia pindah ke Korea adalah karena kecerobohan ku. Beberapa bulan yang lalu ia tak sengaja mendengar percakapan ku dengan teman ku, dia adalah dokter yang melakukan operasi penghapusan ingatan pada Baekhyun. Hanya bertanya apakah ingatannya sudah kembali? Lalu aku kembali membahas
apa yang menyebabkannya harus menjalani operasi itu. Dan boom!! Dia tahu semuanya termasuk hyung kandungnya yang masih hidup".

Yunho benar-benar menceritakan semuanya, ia memang sudah merencanakan akan mengatakan semua fakta ini pada Chanyeol suatu hari nanti. Tapi ia sungguh tak menyangka jika suatu hari yang ia rencanakan itu akan terjadi keesokan hari tepat setelah Baekhyun mengatakan keputusannya.

"Dia sangat marah karena secara tidak langsung aku telah menipunya selama ini. Lalu dia ke Korea untuk mencari siapa pembunuh kedua orangtua kalian dan mencari mu. Hanya cara yang dilakukannya salah, dia merakit bom dan senjata api sendiri lalu menjualnya di pasar gelap dengan harapan bertemu pembunuh itu di sana. Aku ceroboh karena mengatakan kalau pembunuh itu adalah seorang mafia yang cukup berkuasa di jalur gelap. Bahkan dia sengaja membuat kekacauan dengan meledakkan aula sekolah dengan maksud mengujicobakan bom rakitannya sebelum diberikan pada orang yang membeli bom itu darinya. Hanya karena ia sendiri tak tau siapa pembunuh keluargamu dan dimana keberadaan mereka begitupun juga dengan siapa dan dimana keberadaan diri mu. Dia hanya berharap dengan bertindak begitu akan membawa pembunuh kedua orangtua kalian dan dirimu padanya saat itu".

Di mata Yunho mulai terlihat jika Chanyeol sudah mengalami perubahan ekspresi di wajahnya. Terlihat terkejut.

Memangnya siapa yang tidak terkejut saat mendengar fakta seperti itu?

Adik mu sendiri telah merakit bom dan senjata api dan menjualnya di pasar gelap, bahkan ternyata yang meledakkan aula sekolah Hanyang SHS memanglah adik mu sendiri bukan seorang teroris yang tertembak mati saat itu. Tapi lanjutan dari cerita Yunho semakin membuat Chanyeol semakin terkejut.

Well, tentu saja Chanyeol akan semakin terkejut karena setelah mendengar cerita Yunho tentang kehidupan adiknya di masa lalu maka terjawab sudah kebingungan yang melandanya semalam. Meskipun satu fakta tentang ledakan di aula sekolah saja sudah cukup membuatnya tercengang.

"Kau terkejut? Tapi memang itulah kebenarannya meskipun kebenaran yang berikutnya adalah yang paling mengejutkan. Tapi ku harap kau tetap akan menyayanginya".

"Tak apa Paman, lanjutkan. Aku akan mendengarkan dan bukankah tadi aku sudah berjanji?".

Yunho mengangguk, menampakkan seringaian tipis. Sedangkan Chanyeol berusaha terlihat tenang meskipun kenyataannya ia sendiri tak bisa mengendalikan detakan jantungnya saat ini. Entah mengapa ia sangat berdebar hanya karena kebenaran demi kebenaran tentang kehidupan adiknya di masa lalu akan segera ia ketahui.

"Baiklah, akan ku lanjutkan. Tak berapa lama kemudian seorang murid bernama Lee Dongho tewas, sebenarnya Baekhyunlah yang melakukannya karena bocah itu mengancam Baekhyun dengan pistol yang ia bawa lebih dulu. Baekhyun membela diri karena ia tak suka ada yang mengacau wilayahnya. Maksud ku, ia tak suka jika ada yang mengacau zona-zona yang ia ciptakan sendiri. Dan karena kau telah mengacaukan zona-zona itu maka tak seberapa lama setelah tewasnya Lee Dongho pos jaga pintu masuk NIS meledak".

Sungguh, sekarang Chanyeol benar-benar terkejut. Persis seperti yang dikatakan Yunho, sangat terkejut. Tak hanya jantungnya yang bekerja berkali-kali lipat lebih cepat tapi kedua mata bulatnya yang membola seolah ingin keluar dari tempatnya.

"Jadi, semua ini bukan ulah - ". Lirih Chanyeol dalam mode terkejutnya.

Sejenak otaknya menampilkan kilas balik kejadian dalam hidupnya selama beberapa bulan ke belakang. Tenang pertemuannya dengan Baekhyun, sampai ia tertembak di lengannya oleh seorang pria berkulit tan yang mengaku bahwa semua yang terjadi di Korea beberapa waktu lalu adalah perbuatannya.

Lalu mengapa sekarang Yunho mengatakan bahwa semua ini adalah perbuatan Baekhyun?

Sekarang Chanyeol dibuat bingung dengan fakta yang ada di depannya dengan fakta dari cerita Yunho.

Mana satu yang benar?

Namun lanjutan dari kalimat Yunho membuat kebingungannya benar-benar terjawab.

"Bukan, itu bukan perbuatan Jongin, tentu saja. Itu semua Baekhyun yang melakukannya karena awalnya ia ingin membuat pemberitaan yang heboh di kalangan mafia dan penganut jalut gelap untuk menemukan pembunuh orangtua mu sambil mencari keberadaan mu di Korea. Bukankah aku sudah mengatakannya di awal tadi?".

Seringaian di wajah Yunho semakin lebar saat ia tak mendapati perubahan ekspresi dari sosok jangkung di depannya, masih dalam mode terkejutnya. Tapi Yunho tak perduli, lebih baik cepat mengatakannya karena ia juga tak ingin melihat Baekhyun semakin terluka jika Chanyeol mengetahui hal ini setelah si mungil kesayangannya itu merasa nyaman dengan kehadiran Chanyeol dan menyayangi Chanyeol dengan teramat sangat lalu suatu hari nanti Chanyeol akan meninggalkannya begitu saja dengan kebencian.

Tidak, ia tak ingin Baekhyun mengalami hal itu. Ia hanya ingin melihat senyum bahagia di wajah Baekhyun bukan air mata kesedihan.

"Aku sengaja mengirim Jongin waktu itu, karena baik kau maupun Baekhyun mulai menyadari keberadaan kalian satu sama lain dan aku ingin menjauhkannya dari mu dengan menculiknya ke Kanada karena sebuah alasan".

Yunho menjeda kalimatnya, membuat Chanyeol yang tadi masih memasang mode terkejutnya segera memfokuskan pikirannya pada lanjutan demi lanjutan dari kalimat-kalimat Yunho. Mengabaikan sedikit tentang rasa terkejutnya mengenai fakta tentang adiknya.

"Kau anggota NIS, Chanyeol-ah, sedangkan adik mu? Dia adalah orang yang telah membuat keresahan dan kekacauan, kau orang yang suci dan bersih sedangkan adik mu? Dia kotor dan berbau darah. Kau pikir apa yang ada dalam otak seorang ayah yang begitu menyayangi anaknya dan tak ingin melihat anaknya tersakiti saat mengetahui kakak kandung dari anak mesayangannya adalah anggota NIS saat itu?".

Yunho sedikit mencondongkan tubuhnya, lalu berbisik lirih. "Tanpa ku jelaskan kau pasti mengerti, nak. Kau pasti tahu mengapa aku harus menjauhkan Baekhyun dari mu tepat setelah kau mengetahui jika dia adalah adik kandung mu".

Yunho terdiam sebentar, ia kembali menegakkan tubuhnya sebelum mengambil kopi di cangkirnya yang nampaknya mulai mendingin, menyesapnya perlahan dan menikmati bagaimana rasa pahit bercampur manisnya cream berpadu di lidahnya.

"Sekarang kau sudah tau semuanya kan. Sebenarnya ada hal lain yang ingin ku katakan pada mu".

"Apa itu paman?".

Chanyeol berusaha untuk bangkit dari keterjutannya. Sekarang yang harus ia pikirkan adalah bagaimana ia harus bersikap di depan Baekhyun. Adiknya itu memang sangat polos meskipun ia cerdas luar biasa. Buktinya, si mungil itu bertindak tanpa berpikir resiko besar yang harus dihadapinya. Apalagi berhubungan dengan para mafia di jalur gelap, itu sungguh berbahaya untuk anak kecil sepertinya.

"Aku tak akan melepaskan Baekhyun sekalipun ia sudah membuat keputusan untuk hidup bersama mu kedepannya. Aku akan tetap ada di belakangnya, menjadi bayangannya, mengawasi dan menjaganya dari jauh. Jadi, kalau kau melanggar janji mu. Kau akan mati ditangan ku Park Chanyeol, mengerti?".

Glup..

Chanyeol menelan ludahnya gugup, wajah tampannya saja masih dipenuhi lebam sejak semalam. Tidak, Chanyeol tidak sepenuhnya takut dengan ancaman yang diberikan Yunho, ia hanya yeah sedikit takut. Ia mendadak gugup jika ia benar-benar tak tak bisa menjaga dan menyayangi Baekhyun seperti janjinya. Pukulan Yunho semalam masih sangat terasa di wajahnya dan itu sungguh sakit. Dan itu membuat suaranya sedikit bergetar.

"Aku..... aku akan menepati janji ku untuk tetap menyayanginya, aku tak akan melukainya ataupun meninggalkannya".

Yunho tersenyum miring lalu kembali menyesap americano miliknya sebelum menimpali jawaban Chanyeol.

"Kau terlihat ragu, nak. Jika kau tak bisa melakukannya lepaskan Baekhyun dan biarkan dia tetap hidup bersama ku sebagai putra ku. Aku akan membawanya pergi jauh dari mu karena aku yakin teman-teman mu NIS akan mengejarnya untuk diadili dan dieksekusi hukum jika besok atau suatu saat nanti kau memberitahu mereka apa yang sebenarnya terjadi".

Ucapan Yunho terdengar serius dan tegas meskipun ia mengatakannya dengan nada santai. Dan ucapan Yunho yang tegas itu bereaksi dengan cepat dengan hati Chanyeol yang saat ini masih terbawa suasana bahagia karena adik kandung yang dirindunya telah memilih hidup bersamanya sekalipun jauh di dasar hatinya saat ini ia dilanda kebingungan akan sikapnya nanti.

Baekhyun, secara tidak langsung saat ini statusnya adalah seorang penjahat yang harusnya menjadi buronan anggota NIS untuk diadili dan mendapat eksekusi hukum yang setimpal dengan perbuatannya yaitu hukuman mati tetapi Baekhyun masih anak-anak dibawah umur dan lagi dia adalah adik kandungnya sendiri yang awalnya sangat membencinya dan kini memilih untuk memaafkannya serta hidup bersamanya disaat sosok ayah nya menawarkan perlindungan yang lebih jika Baekhyun mempertimbangkan keputusannya malam itu.

Jadi dengan pertimbangan segala resiko yang akan dihadapi, entah itu Chanyeol akan mendapat kecaman dari rekannya jika suatu saat mereka tahu yang sebenarnya karena Chanyeol menyembunyikan fakta ini ataupun dirinya yang harus mendapat pengadilan atau hukuman karena menyembunyikan seorang pembunuh atau teroris atau mafia, atau apalah itu kalian menyebutnya.

Ia tidak perduli.

Chanyeol akan tetap mempertahankan Baekhyun di sisinya. Ia tak akan melepaskan adik satu-satunya yang dia sayang pada Yunho untuk kedua kalinya dan ia akan berusaha semampunya untuk membahagiakan serta menjaga Baekhyun disisa hidupnya.

"Tidak, aku tidak akan melepaskannya. Seberapapun buruknya dia di masa lalu, dia tetap adik ku. Dalam tubuh ku dan tubuhnya mengalir darah yang sama, jadi untuk apa aku membencinya atau meninggalkannya karena kesalahan yang dilakukannya di masa lalu? Dia bahkan sudah memaafkan dan melupakan kesalahan ku lakukan padanya dulu. Anggap kita impas".

Akhirnya Chanyeol menyuarakan apa yang ada dalam otaknya yang kebetulan sudah sinkron dengan hatinya.

Tadi memang sempat berperang karena logikanya mengatakan bahwa ia tak seharusnya melindungi penjahat kecil seperti Baekhyun namun hati kecilnya berkata bahwa Baekhyun masih anak-anak, masih polos dan perlu bimbingan orang yang lebih tua dan yang terakhir Baekhyun adalah adik kandungnya.

Jadi setelah pikiran dan hatinya berperang, Chanyeol pun telah mengambil keputusan.

"Dengar paman, bagiku masa lalu adalah masa lalu yang terpenting adalah jalani masa sekarang dan tatap masa yang akan datang. Dengan begitu kita bisa hidup tenang dan bahagia".

Yunho tersenyum tipis. Ini sungguh senyuman tulus, bukan seringaian atau senyum miring seperti yang tadi ia tampakkan di wajah tegasnya.

"Ku harap kau tidak pernah menarik apa yang kau lontarkan, nak. Seperti yang ku katakan tadi, aku sungguh-sungguh akan membunuh mu jika aku mendengar Baekhyun terluka seujung kukunya sekalipun karena mu".

"Paman bisa pegang kata-kata ku". Timpal Chanyeol dengan tegas.

Yunho melirik jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, disana terpampang angka 9.00 yang artinya ia sudah harus segera pergi bertolak dari Kanada menuju Baeijing. Ia harus segera pulang karena nanti malam ia harus bertemu dengan calon investor untuk perusahaan tekstilnya.

"Baiklah, sepertinya aku harus segera kembali ke China. Jaga dia, meskipun aku sudah membekalinya dengan berbagai kemampuan agar ia bisa menjaga dirinya sendiri, Baekhyun tetaplah anak-anak. Pemikirannya masih belum matang dan perlu bimbingan orang dewasa sekalipun otaknya cerdas".

"Ya paman. Terimakasih banyak. Terimakasih karena telah menjaga dan merawat adik ku sampai sekarang dan terimakasih telah mempercayai ku untuk menjaganya".

"Hmm, aku pergi".

Yunho bangkit dari kursinya, begitupun dengan Chanyeol. Saat akan melangkah, Yunho mengatakan sesuatu yang membuat senyuman Chanyeol seketika melebar.

"Luhan dan Joon, dia akan ikut bersama ku selama beberapa hari ke China. Lakukan apapun untuk mendekatinya selama kedua pelayan setia Baekhyun ikut bersama ku".

"Ne, jeongmal gomawo, Paman Byun".

Yunho mengangguk sebelum meninggalkan kafe. Ia sengaja membawa Luhan dan Joon agar Chanyeol lebih leluasa melakukan pendekatan pada Baekhyun. Biarpun begitu bukan berarti ia 100% memberi kebebasan, karena faktanya ia sudah meletakkan kamera penyadap dengan ukuran super kecil di setiap sudut apartemen Baekhyun. Dengan begitu Yunho akan bisa mengawasi Chanyeol dan menjaga Baekhyun dari jauh bukan? Lagipula anak buahnya di Kanada siap menerima perintah kapanpun dari Yunho jika terjadi apa-apa pada putra kesayangannya selama Luhan dan Joon tak ada di dekatnya.

Ia memerintahkan Luhan dan Joon meletakkan kamera-kamera itu setelah Luhan mengantar Baekhyun sekolah dan memerintahkan Maria belanja ke supermarket. Jadi tak akan ada yang tahu jika dalam apartemen Baekhyun sudah tersebar kamera penyadap bukan?

"Semoga semuanya baik-baik saja". Gumam Chanyeol sambil menatap Yunho yang terlihat semakin jauh dari pandangannya.

*********


Baekhyun melangkahkan kakinya dengan santai dari perpustakaan menuju kelasnya. Bel pergantian pelajaran telah berbunyi dan ia harus segera kembali kelas untuk mengikuti kelas selanjutnya, kelas Mr. William tepatnya kelas grammar. Ia bahkan menyuarakan senandung dengan suara merdunya meskipun lirih sebelum sebuah suara berat berteriak padanya dengan begitu lantang.

"Baoxian!!!!".

"Shit!!". Baekhyun mengumpat saat mata sipitnya menatap Kris yang berlari ke arahnya dari arah yang sama. Tapi sayangnya Baekhyun hari ini sedang tidak ada mood meladeni Kris yang aneh bin idiot tingkat dewa itu jadi ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya kembali, kali ini sedikit lebih cepat karena teriakan Kris kembali terdengar di Koridor. Untung saja koridor tidak sepi, karena ada beberapa kelas yang baru selesai pelajaran olahraga hendak ke kelas ada pula yang hendak menuju laboratoratorium.

"Baoxian!! Ya!! Tunggu aku!!!".

Baekhyun terpaksa menghentikan langkahnya, hingga tanpa sadar ia ikut berteriak pada Kris yang sudah berdiri menjulang di depannya. Bedanya suara Baekhyun jauh lebih tinggi dan melengking, hingga siswa-siswa yang kebetulan ada di koridor harus menutup telinga mereka.

Teriakan Baekhyun adalah salah satu senjata paling ampuh dalam melumpuhkan lawan karena Baekhyun bisa mencapai beberapa oktaf dalam durasi waktu yang lumayan lama. Itu cukup membuat kuping pengang omong-omong.

"Ya!!! Jangan teriak, kau ingin gedung sekolah roboh? Ketahuilah jika suara mu itu besar seperti milik ajussi-ajussi mesum di pinggir trotoar!!".

Kris tersenyum lembut, ia menepuk puncuk kepala Baekhyun dua kali.
"Ayolah, aku hanya terlalu senang karena akhirnya kau kembali sekolah adik manis". Kemudian kedua tangannya menarik pipi bulat Baekhyun dengan gemas.

Pipi itu terasa begitu kenyal, membuat tangannya betah berlama-lama berada di sana. Meskipun sebenarnya ia ingin merasakan jika hidungnya yang berada di sana, mengusakknya dengan gemas karena entah mengapa sejak melihat Baekhyun ia sangat ingin memiliki adik seperti Baekhyun. Hell, Baekhyun itu seperti boneka berjalan, ia sangat lucu dan menggemaskan meskipun terkadang ia selalu bersikap dingin.

"Tapi kau tak perlu sampai seheboh itu kan?".

Kris melepas tangannya dari pipi kenyal Baekhyun, ia mengusak rabut Baekhyun yang sumpah demi apa terasa sangat lembut dan terlihat begitu undah serta berkilau seperti milik anak perempuan yang selalu dirawat di salon mahal.

"Ku dengar kau sakit. Kau sudah sembuh?".

"Idiot, kalau aku belum sembuh untuk apa raga ku di sini Kris? Please, jangan buang-buang waktu ku untuk meladeni mu".

Kris mengangguk menanggapi kalimat sarkasme dari Baekhyun sebelum akhirnya menarik tangan Baekhyun berlawanan arah menuju kelasnya."Aku belum sarapan, ayo kita ke kantin dulu".

"Eh? Tapi bel nya sudah berbunyi dan kelas Mr. William - ".

"Aku tak menemima penolakan adik ku yang manis".

"Aku tampan". Baekhyun mendengus kesal, harus sampai berapa kali ia harus menekankan pada orang-orang disekitarnya kalau ia tampan?

"Baiklah kau tampan, sekarang duduklah dulu di sini. Aku akan belikan makanan".

"Tapi aku -".

Baekhyun yang sudah keras kepala ternyata bertemu dengan orang yang jauh lebih keras kepala darinya. Jadi ia hanya menghela nafasnya dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kantin. Menunggu manusia dengan tinggi diatas rata-rata membawakan makanan di mejanya.

Tak berselang lama Kris datang dengan dua potong sandwich dan dua kotak susu rasa cokelat.

"Ini, aku belikan sandwich tuna dan susu untuk kita".

"Aku sudah sarapan tadi, dan lagi aku tak suka susu cokelat". Baekhyun memandang malas sandwich dan susu kotak di hadapannya sementara Kris sudah menggigit besar sandwichnya dan mengunyahnya dengan cepat.

"Sudah, makan saja. Aku membelikannya untuk mu Xian. Lagipula kau masih terlihat sedikit pucat dan hari ini kau sedikit pendiam di kelas jam pertama. Itu membuat ku khawatir". Lalu Kris kembali menggigit besar sandwichnya setelah meminum susu kotaknya hingga kirakira tersisa setengah.

"Tapi aku sudah sarapan tadi, kau ingun aku muntah karena terlalu kenyang?".

"Baiklah, simpan saja kalau begitu. Saat bel istirahat berdentang kau bisa memakannya, jika kau malas ke kantin karena tempat ini selalu ramai di jam-jam itu".

"Terimakasih, tapi apa tak sebaiknya kau saja yang menghabiskannya? Kau terlihat sangat lapar".

Kris menggeleng, dengan mulut penuhnya karena ia memasukkan semua sisa sandwich yang masih sedikit besar ke dalam mulutnya dan tangannya ia lambaikan di depan dadanya tanda ia menolak gagasan Baekhyun.

"No!! Ini untuk mu, karena aku tak suka jika melihat pipi bulat mu hilang. Aku selesai, ayo ke kelas".
Kris menelan cepat kunyahan sandwichnya dan meminum susunya dengan sama cepatnya lalu menarik lagi pergelangan tangan Baekhyun menuju kelasnya. Sedang sebelah tangannya membawa sandwich dan sekotak susu cokelat milik Baekhyun tadi.

"Dasar gila, untung kau teman ku". Umpat Baekhyun di belakang sana dengan suara yang masih bisa didengar dengan jelas oleh Kris.

"Aku mendengar umpatan mu Xian".

Baekhyun mendengus entah yang keberapa kalinya dalam sehari ini, ia sungguh tak percaya memiliki teman seperti Kris. Tapi tak apa, setidaknya ia menemukan teman yang baik seperti Jongdae meskipun bocah itu jauh lebih cerewet dibandingkan Kris yang terlihat seperti seorang kakak untuknya.

Omong-omong masalah kakak, kemana perginya Channie hyungnya tadi pagi? Saat Baekhyun terbangun, ia tak menjumpai lelaki tinggi itu dimanapun bahkan ketika ia bertanya pada Luhan, Joon dan Maria, tak ada satupun dari mereka yang tahu.

Khawatir?

Tidak, Baekhyun tidak khawatir. Ia hanya sedikit cemas mengingat banyaknya lebam wajah Chanyeol semalam.

Lalu apa bedanya Baek? Entahlah, Baekhyun sendiri tak tahu. Hatinya pun sebenarnya masih bingung dengan apa yang diputuskannya semalam.

Baekhyun menggedikkan bahunya acuh kemudian kedua makhluk pecinta bahasa Korea itu tiba di kelas. Entah mereka berdua menyebutnya apa, Mr. William absen hari ini dan mereka pun tak ada diberikan tugas selain belajar sendiri. Sedangkan mereka yang notabene berbahasa Inggris setiap hari tentunya tak perlu belajar grammar lagi bukan?

Tanpa terasa bel pulang sudah dibunyikan. Murid-murid Aston int. Academy berhamburan keluar meninggalkan kelasnya namun tetap tertib karena itu aturan sekolah.

"Kau tak akan pulang Kris?".

"Tentu aku akan, ayo bersama ke pintu gerbang lalu menunggu jemputan kita seperti biasa".

"Kau dijemput Kevin hyung?".

"Tentu saja, memangnya siapa lagi. Kata mereka aku belum cukup umur untuk mengendarai mobil dan lagi aku tak punya surat ijin mengemudi, kalau kena tilang polisi akan sangat merepotkan".

"Ya sudah. Ayo pergi bersama".

Baekhyun sedikit tersenyum untuk menghargai Kris sebagai teman barunya sebelum melangkah kan kaki pendeknya secara beriringan dengan kaki panjang Kris menyusuri koridor kelas menuju gerbang sekolah.

Meski ia belum bisa tertawa lebar seperti saat ia bersama Jongdae dan Joohyun tapi ia cukup bersyukur setidaknya dengan bahasa Koreanya yang sedikit berantakan masih ada orang yang mau mengajaknya berkomunikasi menggunakan bahasa ibunya.

Dan omong-omong tentang Kevin, si bungsu Park itu tak akan membencinya karena rasa terimakasihnya jauh lebih besar daripada rasa marahnya. Secara tidak langsung Kevin sudah menolongnya dua kali, pertama saat ia sekarat karena asma kronisnya kambuh lalu yang kedua saat ia butuh keyakinan tentang bayangan masa lalunya yang masih sedikit buram. Jadi haruskah ia membenci penolongnya?

Well, tentu saja jawabannya tidak. Bahkan jika ia diberi kesempatan untuk bertemu, Baekhyun akan berterimakasih pada Kevin.

Sementara itu di depan pintu gerbang Aston Int. Academy, nampak lelaki tinggi berwajah tampan - sebenarnya jika tidak dalam keadaan memar seperti itu - melongokkan kepalanya untuk mencari keberadaan adiknya.

Yeah, dia adalah Chanyeol. Mulai hari ini dan seterusnya ia akan mengantar dan menjemput Baekhyun ke sekolah karena Luhan dan Joon sudah terbang bersama Tuan Byun 5 jam yang lalu menuju China.

Ia tersenyum lebar meskipun harus menahan rasa ngilu di tulang pipi dan rahangnya, melambaikan tangannya sambil meneriakkan satu nama saat ia melihat siluet orang yang dicarinya dari tadi.

"Chanhyun!! Park Chanhyun!!".

Baekhyun mendesis kemudian berdecak kesal ke arah lelaki tinggi yang masih menampilkan senyum lebarnya sambil melambaikan tangan padanya.

"Dia siapa? Kenapa memanggil mu dengan nama yang berbeda?".

"Hanya orang aneh dan idiot".

"Kau yang aneh, apa dia datang untuk menjemput mu?". Baekhyun mengangguk pelan. Ia memang harus membiasakan diri dengan kehadiran dan keberadaan Chanyeol di sekitarnya karena itulah keputusan yang diambilnya semalam.

"Hey, aku ingin bertanya. Sebenarnya kau punya berapa nama? Kau memperkenalkan dirimu sebagai Tan Baoxian di kelas, kemudian Kevin memanggil mu Baekhyun, sekarang orang itu memanggil mu Chan.... Chan.... siapa tadi? Pokoknya itu".

"Aku tidak tau. Aku pulang dulu, bye Kris".

Baekhyun mempercepat langkahnya saat ia hanya tinggal 5 langkah untuk sampai di depan Chanyeol yang masih tersenyum layaknya orang idiot. Beruntung lambaian tangannya sudah ia turunkan, kalau tidak maka Baekhyun bersumpah akan memotong tangan itu karena telah membuatnya malu.

"Aneh sekali". Gumam Kris, namun kemudian ia menggedikkan bahunya acuh sebelum mengangkat panggilan dari ponselnya yang bergetar di saku blazer sekolahnya. Panggilan dari Kevin yang mengatakan kalau ia sedikit terlambat menjemput adiknya, padahal itu hanya alibi karena sebenarnya Kevin hanya belum siap bertemu dengan Baekhyun, ia takut si mungil membencinya karena sempat menipunya malam itu.

Baekhyun sudah berdiri di depan Chanyeol, mata sipitnya berpendar. Mencari mobil Luhan yang biasa digunakan untuk mengantar dan menjemputnya sekolah.

"Bagaimana sekolah mu hari ini? Menyenangkan?".

Chanyeol bertanya seperti seorang ayah yang menanyai bagaimana anaknya melalui harinya di sekolah hari itu. Bahkan lelaki kelebihan kalsium itu masih nempertahankan senyum lebarnya saat Baekhyun justru menanyakan keberadaan orang lain.

"Luhan?".

"Dia dan Joon ikut Paman Byun pulang ke China siang tadi. Jadi mulai hari ini aku yang akan mengantar dan menjemput mu ke sekolah, aku juga yang akan mengantar mu kemanapun kau pergi".

Baekhyun mendengus, dengan tangannya yang terlipat di dada ia bertanya, "Dimana mobil mu?".

Chanyeol menunjuk mobilnya tanpa kata. Setelahnya Baekhyun yang berjalan ke arah mobilnya dengan langkah menghentak menjadi pemandangan baginya.

"Ya Tuhan, lucu sekali dia kalau sedang kesal begitu".

Ia terkekeh sambil menggeleng pelan sebelum berlari ke arah mobilnya, mengikuti Baekhyun yang memimpin beberapa langkah di depannya.

Sepuluh menit berlalu dan selama itu pula diperjalanan menuju apartemen Baekhyun, kedua makhluk berbeda postur tubuh itu hanya diam. Si jangkung fokus pada kegiatan menyetirnya sedangkan si mungil melihat jalanan dengan sesekali menguap kecil karena menahan kantuk. Jika ia bersama Luhan sudah sejak tadi ia akan tidur.

"Kau tak ingin mampir ke suatu tempat dulu?".

"Aku lelah, ingin pulang". Jawab Baekhyun lirih dan lemah, sungguh menandakan kalau ia sangat mengantuk.

Chanyeolpun mencoba mengerti, ia tersenyum tipis dan memberikan sebuah kata untuk si mungil yang duduk di sebelah kursi kemudi.

"Baiklah, tidurlah kalau mengantuk nanti akan ku bangunkan jika kita sudah sampai".

Baekhyun mengangguk pelan, ia sungguh mengantuk dan perlahan kedua matanya memberat lalu ia jatuh tertidur.

Chanyeol yang tak lagi menangkap pergerakan dari lelaki mungil di sebelahnya mengernyit heran. Ia menoleh dan mendapati Baekhyun yang terlelap di sana setelah memberhentikan mobilnya di belakang garis warna putih karena lampu lalu lintas menjadi merah di persimpangan jalan .

"Dia sungguhan tidur? Astaga kenapa dia sangat imut saat tertidur".

Chanyeol lantas menurunkan kursi Baekhyun agar ia tertidur dengan nyaman kemudian meletakkan bantalan leher yang baru ia beli beberapa hari lalu di leher Baekhyun dengan perlahan dan lembut agar tak mengganggu tidur si mungil. Ia memajukan wajahnya dan mengecup kening Baekhyun dengan teramat lembut.

"Mimpi indah sayang, hyung akan tetap menyayangi mu sampai kapan pun dan apapun yang terjadi".

Setelahnya Chanyeol kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju apartemen Baekhyun mengingat lampu sudah berganti hijau dan ia tak ingin membuat kekacauan dengan orang-orang yang akan membunyikan klakson padanya.

Setibanya di basemen apartemen Baekhyun yang merupakan area parkir, Chanyeol bimbang. Haruskah ia menggendong Baekhyun sampai kamarnya? Mengingat Luhan dan Joon tak ada di sana.

Tidak, bukannya Chanyeol tak mau melakukannya ia hanya ragu dan takut jika pergerakannya saat menggendong Baekhyun sampai kamarnya akan membuat si mungil tiba-tiba terbangun dan Chanyeol tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi padanya kemudian. Bisa saja Baekhyun semakin membencinya atau parahnya mengusirnya dari apartemennya bukan? Karena mulai hari ini Chanyeol akan pindah dari apartemen Kevin ke apartemen Baekhyun.

Setelah logikanya berperang dengan kata hatinya, akhirnya Chanyeol menuruti kata hatinya. Angkat dan pindahkan sang adik agar tidur di tempat yang lebih nyaman.

Perlahan Chanyeol mengangkat tubuh berisi Baekhyun setelah melepas bantalan di leher yang lebih muda. Saat itulah ia merasakan bagaimana tubuh Baekhyun yang meskipun terlihat berisi ternyata cukup ringan untuk ukuran lelaki. Membuatnya bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya Baekhyun makan dengan baik atau tidak selama ini?

Dengan sedikit kepayahan akhirnya Chanyeol berhasil membawa Baekhyun sampai ke kamarnya. Perlahan-lahan ia menidurkan tubuh mungil itu di atas kasur empuknya, berusaha tak melakukan banyak pergerakan yang dapat mengganggu tidur si mungil meski kenyataannya sejak si sulung Park mengangkat tubuh Baekhyun, si bungsu sudah terbangun hanya saja kedua matanya terasa lengket dan sulit untuk sekedar terbuka meskipun kecil.

Chanyeol mengusap kepala Baekhyun dengan lembut saat mendapati adiknya bergerak menyamankan posisi tidurnya dan saat merasa Baekhyun sudah terlelap kembali barulah ia berjalan dengan perlahan keluar dari sana.

Tapi baru tiga langkah, suara serak milik adiknya yang khas orang bangun tidur memanggil namanya dan itu membuatnya kembali mendekat ke kasur Baekhyun.

"Channie Hyung?".

"Ada apa, hmm? Kau membutuhkan sesuatu?".

Baekhyun menggeleng pelan, ia mengerjapkan matanya pelan sambil mengulum bibirnya seakan ragu untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Bi-bisakah kau m-memeluk ku?".

Tergagap, Baekhyun sampai tergagap karena menyuarakan keinginannya.

Sebenarnya dari semalam ia sudah menginginkan tidur dalam pelukan kakaknya. Well, setelah ingatannya kembali dan mengambil keputusan lelaki mungil itu sebenarnya selalu ingin membuat banyak momen membahagiakan bersama kakaknya, hanya saja ia tak tahu bagaimana mengatakannya mengingat selama ini orang-orang di sekitarnyalah yang harus lebih peka terhadap keinginannya.

Karena bingung dan tak bagaimana berkata, jadilah Beekhyun bersikap dingin dan sedikit acuh.

'Haish, memalukan sekali! Apa yang ada di otak mu Byun Baekhyun?'. Rutuk Baekhyun dakam hati.

Sementara di sana, Chanyeol yang sudah berdiri menjulang tengah menahan senyumnya setelah mendengar permintaan adiknya.

Tentu saja Chanyeol akan melakukannya, ia bahkan bersedia memeluk adik kesayangannya itu sepanjang malam. Hanya saja rasanya sedikit tak percaya jika adiknya yang semalam bersikap dingin padanya berubah dengan sedemikian cepat.

"Jangan salah faham, aku hanya terbiasa dipeluk Luhan saat tidur". Baekhyun berkilah, tentu saja untuk menutupi rasa malunya. Saking malunya, si mungil sampai mengumpati dirinya sendiri dalam hati.

"Kau ingin hyung memeluk mu? Serius?".

"Ish, lupakan".

Dengan wajah memerah kesal Baekhyun membalikkan tubuhnya, ia membelakangi Chanyeol yang menahan tawanya di sana. Menggemaskan sekali bukan adiknya itu?

Dengan perlahan Chanyeol menyibak selimut Baekhyun lalu naik ke atas kasur, Baekhyun merasakan kasurnya memberat disatu sisi menandakan adanya seseorang yang naik ke atas kasurnya tapi ia berpura memejamkan matanya.

Chanyeol membalikkan tubuh Baekhyun perlahan agar menghadapnya setelah ia berhasil naik dan berbaring dengan posisi miring, menarik leher Baekhyun dengan lembut dan menyembunyikan wajah manis Baekhyun di dadanya. Menggunakan lengan kirinya sebagai bantalan Baekhyun sedangkan tangan kanannya melingkar di pinggang si mungil. Mendekapnya dengan nyaman seperti yang diinginkan Baekhyun.

"Sekarang tidurlah, hyung akan memeluk mu seperti yang kau inginkan".

Baekhyun mengangguk pelan, dalam hati ia bergumam 'Nyaman' sebelum akhirnya kembali jatuh ke alam mimpi dalam pelukan kakaknya.

Setelah lima belas menit berlalu dan memastikan Baekhyun tertidur dengan nyaman, Chanyeol sedikit menjauhkan tubuhnya. Ia menyingkirkan anak rambut Baekhyun yang menjuntai menutupi keningnya, ia pandangi bagaimana manisnya wajah itu ketika terlelap kemudian setelah puas barulah ia mengarahkan bibirnya untuk mengecup kening adiknya.

"Terimakasih sudah menerima hyung kembali. Mulai sekarang, biarkan hyung yang menjaga mu dan melindungi mu". Bisik Chanyeol sambil terus memandangi wajah lelap Baekhyun tapi setelah memandangnya lamat-lamat barulah ia teringat pesan dari Luhan hingga membuatnya menepuk keningnya sendiri dengan sedikit keras hingga meringis.

'Baekhyun selalu tertidur dalam perjalanan pulang dari sekolah. Jangan bangunkan, angkat dia lalu tidurkan dengan nyaman di kamarnya. Jangan lupa gantikan bajunya karena ia memiliki kulit yang sensitif'.

"Ouh ya ampun. Aku melupakan sesuatu".

Dengan perlahan Chanyeol melepas dekapannya pada Baekhyun, ia pun turun dari kasur dengan perlahan pula karena tak ingin mengganggu tidur si mungil. Setelah berhasil turun dari kasur, Chanyeol segera menuju lemari penyimpanan baju Baekhyun karena tak tahu harus digantikan dengan pakaian apa akhirnya ia mengambil salah satu piyama tebal disana, Chanyeol memilih satu dengan warna biru muda bermotif kelinci kecil-kecil yang menyebar diseluruh piyama itu.

Dengan telaten, sabar dan pelan Chanyeol membuka satu persatu kancing seragam atasan Baekhyun, mulai dari blazer hingga kemejanya lalu menggantinya dengan atasan piyama yang kancingnya sudah ia buka lebih dulu. Barulah ia menyadari jika Baekhyun memang benar Chanhyunnya, karena si mungil pernah mendapat luka gores di lengannya ketia ia terjatuh dari atas pohon.

Waktu kecil Baekhyun sangat hyperactive, dan dia sangat suka memanjat pohon-pohon yang ada si taman depan maupun belakang mansion keluarga Park.

Selesai dengan atasan Baekhyun sekarang gantian dengan bawahannya. Sedikit menemui kesulitan karena celana seragam sekolah Baekhyun tergolong skinny tapi akhirnya ia berhasil menggantikan adiknya baju tidur yang nyaman.

"Kalau begini kan kau bisa tidur dengan nyaman. Sleep well baby". Chanyeol mengusap kepala Baekhyun dengan lembut lantas membenarkan letak selimutnya. Kemudian membawa keluar seluruh seragam Baekhyun untuk dibawa ke ruang pencucian.

Tadi pagi sebelum menemui Tuan Byun Chanyeol sudah menghafal denah apartemen Baekhyun jadi ia dengan mudah menemukan dimana tempat yang ingin ia tuju tanpa harus bertanya pada orang lain.

"Bibi Maria".

"Yes sir, may I help you?".

Bibi Maria yang tengah menyiapkan bahan di dapur terkejut mendapati Chanyeol disana. Pasalnya tadi tuannya itu tengah membawa sang tuan muda ke kamarnya.

"Nope, just go for rest now, I'll prepare a special dinner for my little brother".

Awalnya Bibi Maria menolak namun setelah sedikit berdebat akhirnya ia menuruti keinginannya tuannya itu. Ia meninggalkan dapur dan membiarkan lelaki tinggi itu bereksperimen di dapur.

Ketika mencari keberadaan beras, Chanyeol melihat sederet kalimat di kertas panjang yang ditempel di dekat lemari pendingin. Karena penasaran, ia pun membacanya dengan seksama.

"Mmm... apa ini? Baekhyun tak menyukai mentimun. Baekhyun alergi udang. Baekhyun tak suka rumahnya kotor dan berantakan. Baekhyun tak suka keributan saat ia tidur. Baekhyun harus makan tepat waktu. Baekhyun tak bisa terkena udara dingin terlalu lama. Baekhyun tidak suka dibantah".

Chanyeol memiringkan kepalanya, mencoba menerka apa maksud dari tulisan-tulisan itu. Tapi setelah ia sadar tujuan dari adanya tulisan itu ia terkekeh.

"Sepertinya ini semacam peraturan yang dibuat Luhan untuk mengingatkan Maria pada apa yang tidak disukai Chanhyun? Aigoo, Kenapa ini terasa lucu sekali? Tapi tak apa, setidaknya aku tau sedikit demi sedikit tentangnya".

Chanyeol masih terkekeh kemudian mengeluarkan ponselnya dan memasang mode kamera belakang. Memotret tulisan itu seolah itu adalah benda prasejarah yang pantas untuk diabadikan oleh kameranya.

Cekrek...

"Aku harus menyimpannya agar tidak melakukan kesalahan di masa yang akan datang".

Satu jam kemudian Chanyeol sudah selesai dengan acara masaknya. Ia bergegas mandi di kamarnya lalu melanglahkan kakinya dengan lebar menuju kamar Baekhyun di lantai dua.

Setibanya di sana, Chanyeol langsung membuka pintu kamar Baekhyun dengan perlahan, dengan pelan pula ia masuk ke sana dan mendapati Baekhyun yang masih tetap pada posisi sama seperti saat ia meninggalkan kamarnya.

"Baek? Bangun, ayo kita makan malam sayang".

Chanyeol menggoyangkan tubuh Baekhyun pelan. Tapi bukannya bangun, si mungil malah mengulet sambil menguap kecil lalu mengecap sesuatu yang kosong dalam mulut kecilnya.

"Lucu sekali dia kalau sedang mengeliat dan menguap seperti itu".

Tapi Chanyeol harus membangunkan Baekhyun, ia tak ingin adiknya sakit karena melewatkan makan malamnya. Jadi dengan lembut ia kembali menggoyangkan tubuh Baekhyun.

"Baek? Ayo bangun, kau harus makan malam".

"Aku mengantuk, jangan ganggu aku Luhan hyung".

Chanyeol terkekeh, bukan karena Baekhyun yang menyebutnya orang lain tetapi tindakan menggemaskan dari si adik. Baekhyun dengan mata terpejam mencari keberadaan gulingnya karena tak jua menemukannya Baekhyun memasang ekspresi kesal dan menggerutu tak jelas.

Well, itu sangat lucu untuk Chanyeol baru kali pertama ini membangunkan adiknya di waktu ia sudah tumbuh sebesar ini.

"Aku Channie hyung mu sayang. Ayo bangun, hyung sudah buatkan makan malam spesial untuk mu".

Melihat kemungkinan Baekhyun untuk bangun akan memakan waktu lama jika Chanyeol tak segera mengambil tindakan, jadi ia putuskan untuk menarik kedua tangan Baekhyun hingga empunya terduduk meskipun kedua matanya masih terpejam erat.

"Aigoo, lucunya adik ku ini. Ayo bangun, mandi lalu turun untuk makan malam. Sebelum makanannya dingin".

Baekhyun akhirnya membuka kedua matanya yang berat, mengerjap perlahan kemudian menggosok kedua matanya dengan kedua punggung tangannya, persis seperti saat ia masih kanak-kanak.

"Apa perlu Channie hyung gendong ke kamar mandi?".

Bahkan Baekhyun langsung merentangkan kedua tangannya begitu mendengar tawaran Chanyeol, membuat si jangkung terkekeh sebelum akhirnya menggendong Baekhyun di punggungnya, membawanya menuju pintu kamar mandi di sana.

"Aigoo, manjanya. Adik siapa ini?".

Baekhyun tak menjawab, bahkan ia hampir memejamkan matanya kembali kalau Chanyeol tak menurunkannya ketika mereka sudah berada di depan pintu kamar mandi.

Tangan besar Chanyeol mengusak rambut Baekhyun, "Mandi dulu agar kau lebih segar, okay. Jangan lupa buka mata mu dan berhati-hatilah atau kau akan terluka".

Baekhyun mengangguk pelan kemudian masuk ke dalam kamar mandi, hampir saja keningnya terantuk pintu jika Chanyeol tak memperingatkannya lagi untuk hati-hati dan membuka matanya.

Setelah memastikan adiknya masuk ke dalam kamar mandi, Chanyeol bergegas turun untuk menunggu sang adik di meja makan lebih dulu. Sementara di dalam kamar mandi Baekhyun tengah meruruki kebodohannya karena ia bersikap begitu manja pada Chanyeol, bahkan ia beberapa kali memukul kepalanya sendiri sambil bergumam 'bodoh' betulang kali sebelum akhirnya ia memulai ritual mandinya.

Selang 15 menit kemudian, Baekhyun sudah menuruni tangga dalam keadaan segar dan wangi, ia juga sudah berganti pakaian rumah yang membuatnya terlihat manis. Padahal baju apapun yang dikenakannya selalu membuatnya terlihat manis.

"Kau memasak semua ini?".

"Ya, duduklah dan ambil makan malam mu".

"Bibi Maria?". Tanya Baekhyun sambil menarik kursi makannya dan mendudukan dirinya dengan posisi berhadapan dengan Chanyeol.

"Aku memintanya untuk istirahat, sepertinya dia kelelahan".

"Jangan begitu, nanti dia manja. Ini semua sudah menjadi tugasnya".

"Tak apa Baek, biarkan dia istirahat lebih hari ini".

"Tidak bisa, nanti siapa yang akan membereskan meja makan? Siapa yang akan mencuci piring-piring ini?".

Baekhyun yang bersikap dingin dan berkata penuh sarkastis datang menggantikan Baekhyun yang manis dan manja beberapa menit yang lalu.

"Jangan khawatir, aku yang akan melakukannya".

"Tidak, semua ini tugas Bibi Maria dia dibayar untuk ini".

Baekhyun bangkit dari kursi makannya. Melangkah lebar menuju kamar yang tak seluas miliknya mengabaikan pertanyaan dan teriakkan Chanyeol padanya.

"Mau kemana?".

"Baek!! Baekhyun!! Haish".

Chanyeol melupakan satu hal, Baekhyun tidak suka dibantah.

"Bibi Maria, who told you to taken a rest?".

Tanpa mengetuk, Baekhyun langsung membuka pintu kamar Bibi Maria yang terkejut mendapati sang tuan muda berada di sana. Dengan segera ia bangkit dari acara tidurannya dan berdiri dengan kepala menunduk. Melirik takut ke arah Baekhyun yang berkacak pinggang.

"After dinner, clean it!!".

Bibi Maria mengangguk kemudian Baekhyun segera berlalu dari sana dengan dengusan kesal.

"Memangnya dia siapa berani mengatur pelayan ku?". Monolog Baekhyun dengan kesal kemudian melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai dua, namun ia urungkan karena di ujung tangga ia melihat Chanyeol yang seolah sengaja menunggunya di sana.

"Baek? Habiskan dulu makanan mu. Kau bahkan belum menyentuhnya sama sekali".

"Aku sudah tak ingin makan, kau saja yang habiskan". Kata Baekhyun dengan ekspresi datar dan nada yang dingin.

Chanyeol memegang kedua bahu Baekhyun, ia harus memberikan pengertian pada adiknya itu agar tak melewatkan waktu makannya.

"Kau harus makan Baek. Kalau sakit bagaimana? Aku tak ingin nyawa ku melayang sia-sia di tangan Paman Byun dan membuat ku tak bisa lagi bersama mu. Kau tau, 10 tahun tak melihat mu sudah membuat ku tersiksa. Bagaimana jika aku mati dan meninggalkan mu? Aku tak akan bisa tenang di alam sana".

"Tapi mood makan ku sudah hilang".

Chanyeol mengabaikan gerutuan Baekhyun. Ia lantas menarik tangan Baekhyun kembali ke meja makan, mendudukkan Baekhyun di kursi makannya tadi lalu mulai mengambilkan nasi, meletakkan sayuran dan lauk di piring yang ada di hadapan Baekhyun. Benar-benar mengabaikan Baekhyun yang menggerutu sambil memasang wajah cemberutnya

"Makanlah yang banyak".

Chanyeol tersenyum lebar, membuat Baekhyun mendadak tak enak hati karena telah bersikap dingin pada hyungnya tadi.

"G-gomawo, Channie hyung". Baekhyun mencicit kecil, seandainya telinga Chanyeol tak lebar maka ia tak akan bisa mendengar apa yang dikatakan si mungil dengan baik.

"Ya, sama-sama adik ku sayang".

Dengan perlahan akhirnya kedua saudara itu memakan makan malamnya dalam keheningan. Tapi terlihat hanya Baekhyun yang makan, karena Chanyeol sibuk memperhatikan cara makan Baekhyun yang begitu lucu.

'Ya Tuhan, dia kenapa sangat imut ketika makan seperti itu. Caranya mengecap dan mengunyah sangat lucu. Pipinya menggembung dan mulutnya sedikit mengerucut. Adik ku memang lucu dan menggemaskan, padahal dia bukan balita'. Batin Chanyeol dengan bibir yang menahan senyum lebarnya.

"Apa yang kau lihat?".

Sebenarnya Baekhyun sadar jika ada yang memperhatikannya tapi ia mencoba tak perduli karena ia sedang makan tapi lama-lama ia menjadi risih dan mendongak lalu mendapatkan Chanyeol yang menatapnya gemas.

"Kenapa kau sangat imut dan manis, Baek? Apalagi saat makan seperti ini, auh kau sungguh menggemaskan seperti balita".

Baekhyun mengubah ekspresinya menjadi datar, sangat datar lalu mengatakan sesuatu dengan datar pula. "Aku tampan, apa perlu aku bercermin di depan mu?".

Namun tahunya hal itu membuat yang lebih tua terkekeh gemas, "Tidak perlu Baek, aku sudah tau kau tampan. Hanya saja lebih dominan manis, wajah mu seperti milik eomma".

Baekhyun lantas meletakkan sendoknya di piringnya dalam posisi terbalik tanda ia telah selesai dengan acara makan malamnya padahal nasinya masih banyak. Chanyeol mengambilkan nasi, sayur dan lauk sesuai dengan porsi Baekhyun saat makan malam semalam, tapi sepertinya ia tak tahu jika porsi makannya semalam sebenarnya terlalu banyak untuk perut kecilnya.

"Kalau sudah selesai makan, biarkan Bibi Maria yang membersihkannya".

"Kau akan kemana?".

"Mengerjakan tugas sekolah".

Jawab Baekhyun segera bangkit dan tanpa menoleh lagi ia melangkahkan kakinya cepat menuju kamarnya dan mengerjakan tugas yang diberikan gurunya di sekolah.

Chanyeol menghela nafasnya pelan, lalu ia tersenyum tipis.

"Baiklah, hari ini dia masih bersikap dingin. Semoga besok sudah sedikit mencair. Kau harus berusaha lebih keras lagi untuk mendekatinya Chanyeol-ah, ubah sikap dinginnya menjadi lembut seperti saat hari pertama kau bertemu dengannya di kelas 1-1 Hanyang SHS".

Ucap Chanyeol menyemangati diri sendiri lalu melanjutkan acara makan malamnya. Saat ia hendak membereskan meja dan mencuci piring-piring kotornya, Bibi Maria datang dan meminta Chanyeol untuk pergi dari sana secara halus karena Bibi Maria tak ingin kena marah Baekhyun atau lebih parahnya kehilangan pekerjaan.

Jadi Chanyeol hanya menurut, ia masuk ke kamarnya lalu menjatuhkan tubuhnya di ranjangnya, mengistirahatkan tubuh lelahnya di sana.

"Aku sudah melakukan yang terbaik bukan, appa, eomma?". Monolog Chanyeol sebelum akhirnya jatuh tertidur.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

Preview next part..

"Baekhyun-ah, ayo kita pindah ke Korea. Kau mau kan?". Chanyeol tiba-tiba mengatakan itu pada Baekhyun saat keduanya tengah bersantai di sofa ruang tengah sambil menonton televisi.

"K-Korea? T-tapi bagaimana dengan - ".

"Hyung tahu apa yang kau takutkan. Hyung sudah tahu semuanya, jadi jangan takut lagi". Potong Chanyeol seakan tahu apa yang ditakutkan adiknya.

"Maksudnya?". Baekhyun mengernyitkan keningnya, ia tak mengerti apa maksud perkataan hyungnya.

Chanyeol meraih jemari Baekhyun, menangkupnya dengan lembut. "Hyung sudah meminta Paman Byun untuk menceritakan semua kehidupan mu di masa lalu, Baekhyun sayang. Jadi hyung sudah tahu semuanya, hyung tahu apapun yang telah kau lakukan di masa lali".

Mata sipit Baekhyun membola, "Jadi hyung sudah tahu kalau aku - ".

"Ya, hyung sudah tahu. Maka dari itu, ayo kita kembali ke Korea dan tinggal di sana dengan bahagia. Kita tempati rumah kita yang seharusnya, Baekhyun sayang". Kata Chanyeol dengan lembut dan hati-hati, ia tak siap mendapat penolakan dari Baekhyun. Meskipun lelaki mungil itu pernah mengatakan bahwa ia akan ikut kemanapun Chanyeol membawanya pergi, berarti ia akan mengikuti Chanyeol kemanapun ia pergi termasuk Korea bukan?

Nyatanya, apa yang ada dalam prediksinya tak sesuai, Baekhyun menolaknya. Baekhyun menarik jemarinya yang ditangkup oleh tangan besar Chanyeol. Bahkan mata sipit yang sempat memberikan tatapan hangat itu berubah menjadi berkilat marah.

"Tidak!! Aku tidak mau!! Kau akan membawa ku ke markas NIS kan? Kau akan membawa ku ke Korea untuk dihukum kan?".

Bahkan Baekhyun sudah bangkit dari duduknya. Chanyeol yang panik ikut bangkit, ia harus menjelaskan maksud dari mengajak Baekhyun kembali ke Korea. Sungguh Chanyeol sama sekali tak ada maksud untuk membawa Baekhyun ke Korea sebagai terhukum dia membawa Baekhyun ke Korea untuk memperkenalkannya sebagai adik kandungnya yang hilang selama ini. Chanyeol bahkan sudah memaafkan dan melupakan kesalahan Baekhyun. Ia memaklumi bagaimana pemikiran Baekhyun yang masih anak-anak.

"Tidak Baek, bukan begitu. Kita akan - ".

"Pembohong!! Aku tak percaya kau akan melakukan ini pada ku. Kau mengatakan pada ku jika kau menyayangi ku, kau mengatakan pada ku kau akan selalu disisi ku dan membahagiakan ku, mana buktinya? Kau membawa ku ke Korea untuk menjalani hukuman kan, Channie hyung?".

Suara Baekhyun bergetar, matanya yang tadi berkilat marah itu memerah dan berkaca-kaca seolah dalam sekali kedip air matanya akan menuruni kedua pipi bulatnya.

Chanyeol memegang pundak Baekhyun, ia memberikan pengertian pada adiknya lagi agar tidak salah mengerti akan maksudnya.

"Tidak Baek, bukan begitu sayang. Dengarkan hyung dulu, kita kembali ke Korea bukan untuk menghukum mu sayang. Hyung serius ketika mengatakan hyung menyayangi mu, hyung tidak berbohong ketika hyung mengatakan hyung akan selalu disisimu dan membahagiakan mu. Dan hyung sudah memaafkan mu sejak lama Baek, kau adik yang paling hyung sayang. Kau satu-satunya yang paling berharga dalam setiap hembusan nafas hyung sayang. Mana mungkin hyung membawa mu ke Korea untuk menjalani hukuman, hmm? Maafkan hyung Baek, kau memang tak seharusnya mengalami semua ini. Maafkan hyung. Tapi kita harus kembali ke Korea karena di sanalah rumah kita berada Baek. Di rumah peninggalan appa dan eomma yang tak diketahui oleh siapapun, kita akan tinggal di sana dan bahagia bersama Baek".

"Omong kosong!! Jangan ganggu aku".

Baekhyun menyentak tangan Chanyeol, ia menatap Chanyeol sekilas sebelum berlari menuju kamarnya di lantai dua. Sorot mata menandakan kekecewaan. Sungguh, Chanyeol kembali digerogoti rasa bersalah karena itu.

Brak...

Suara pintu kamar Baekhyun tertutup dengan keras sampai terdengar di lantai bawah, karena tak ingin terjadi apapun pada sang adik, Chanyeol menyusulnya dan mengetuk pintu kamar Baekhyun dengan random.

Tok....tok...tok....

"Baekhyun!! Baek!! Dengarkan hyung dulu!! Baekhyun!!".

"Pergi!! Jangan ganggu aku!! Hyung jahat!! Hyung Jahat!!".

Hanya teriakan itu yang ia dengar sebelum telinganya menangkap isakan pilu dari dalam kamar Baekhyun.

Oh Tuhan, kau baru saja menyakitinya Park Chanyeol.

Chanyeol mengusap wajahnya frustasi sebelum jatuh terduduk dengan lesu di depan pintu kamar Baekhyun.

"Baekhyun-ah". Lirih Chanyeol, tanpa sadar ia ikut menitikkan air mata karena mendengar isakan Baekhyun dari dalam kamar.

Cocot :

No edit... typo(s) bertebaran... maafkan yaah...

Ku harap msh ada yg nunggu update-an ff ini...krna demi apa ff ini sbenarnya alurnya terlihat aneh...

Thanks alot buat dukungannya dan voment kalian... itu berharga banget buat aku...

See you next part...

😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

39.2K 4.6K 23
[COMPLETE] Dia cukup sabar untuk melalui semuanya sampai dia benar-benar menemukan jalan terbaik.
TEMPO ✓ By Na

Fanfiction

12.4K 1.2K 8
[ChanHun, Brotherhood] (the eerie mind to pass on) Sehun yang kabur untuk mendapatkan kehidupan 'normal'nya, dan Chanyeol yang akan melakukan apapu...
6.4M 358K 42
Kalau saja saat itu Keano tidak mengeluarkannya di dalam, kalau saja saat itu Raya tidak mengaku hamil, kalau saja mereka berpisah baik-baik, mungkin...
53.6K 4.5K 20
(Nikhooon) Gimana sih rasanya punya adik tsundere tapi rasa pacar sendiri. "Grabiel tuh gimana sih orangnya? Pasti dia anaknya baik banget ya? Sayang...