[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 11

3.7K 282 37
By VennytaShui97

Yunho mengumpat karena anak kesayangannya berhasil kabur setelah mendapat pesan dari Luhan. Ia meremat ponsel di tangannya kuat-kuat dengan giginya yang gemeletuk menahan amarah.

"Sial!! Baoxian berhasil kabur dari Luhan dan Joon!! Seharusnya Ricky sudah memberi kabar tapi kenapa ia belum juga memberi kabar?".

Yunho juga menunggu kabar dari Ricky, orang suruhannya yang ia percaya bisa menemukan Baekhyun karena Ricky adalah orang yang ia percaya untuk memata-matai Baekhyun.

Tak seberapa lama kemudian ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dan itu dari orang yang ditunggunya sejak tadi, Ricky. Segera saja ia angkat panggilan itu.

"Ricky, bagaimana? Kau menemukannya?".

"Ya, saya menemukannya tuan. Tuan muda Baoxian berada di rumah sakit St. Joseph Comox, terakhir kabar yang saya dengar kondisinya kritis karena asma kronisnya kambuh".

Mendengar Ricky menemukan anak kesayangannya membuat Yunho lega namun penjelasan selanjutnya membuat matanya seketika membola dan bergerak gelisah, jantungnya serasa dihentak mendengar kondisi putranya.

"Kritis?".

"Ya tuan, sekarang kami tengah mengawasi emergency room tempat tuan muda berada dengan seorang lelaki berwajah blesteran yang membawanya ke sini".

Yunho mengusap wajahnya dengan sebelah tangannya, ia akan menghukum dirinya sendiri jika Baekhyun sampai sakit parah.

"Baiklah, akan ku suruh anak buah ku yang berada di Kanada untuk kesana".

Setelahnya Yunho menutup panggilan itu lalu mengirim pesan pada Luhan dan Joon untuk segera menuju rumah sakit sesuai yang diberitahukan Ricky.

'Baoxian ada di rumah sakit St. Joseph Comox, kesana sekarang juga dan pastikan keadaannya'.

Yunho sudah berada di rumah besarnya, begitu sampai di sana ia segera masuk ke ruang kerjanya diikuti oleh sekretarisnya yang sampai saat ini masih berdiri depan meja kerjanya.

"Syukurlah Baoxian sudah ditemukan, tapi aku khawatir dengan keadaannya. Haruskah aku ke Kanada sekarang?". Monolognya, ia berpikir untuk ke Kanada dan memastikan keadaan putranya sendiri. Ia tak ingin menyesal seperti saat Baekhyun kambuh di Korea dan ia tak bisa kesana untuk menemaninya atau sekedar menjenguk.

Yunho sudah berjanji pada Yoochun akan memberi perhatian khusus dan lebih banyak lagi untuk Baekhyun setelah ia didatangi oleh appa Baekhyun dalam mimpi, itulah mengapa ia pada akhirnya memutuskan untuk menyusul Baekhyun ke Kanada.

"Xinqie!! Gantikan aku sementara, aku akan ke Kanada sekarang. Baoxian sakit parah".

"Baik tuan".

Sekretaris Yunho membungkuk hormat, kemudian mengikuti Yunho yang keluar dari ruang kerjanya seraya pamit undur diri untuk kembali ke kantor karena Yunho akan terbang ke Kanada sekarang juga menggunakan jet pribadinya.

"Apa aku terlalu kejam telah memisahkannya dengan Chanyeol? Tapi aku tak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi padanya jika mereka bertemu, apalagi paman mereka si sialan Park Bogum masih hidup dan mengincar nyawa mereka. Jika itu Chanyeol aku yakin ia bisa menjaga dirinya sendiri, tapi Baoxian?". Gumam Yunho sambil berjalan ke arah kamarnya, hanya mengambil koper kecil yang selalu terisi beberapa pakaian dan keperluan yang lain setiap ia bepergian ke luar negeri.

"Tidak, aku masih harus menjauhkannya dari Chanyeol sampai keadaan benar-benar tenang setidaknya sampai Baoxian mampu menjaga dirinya sendiri disaat Chanyeol tak ada disampingnya". Yunho sudah menyeret kopernya menuju mobilnya yang sudah siap di halaman, segera ia bertolak menuju lapangan udara tempat jet pribadinya berada siang itu juga.

Sementara Chanyeol yang baru pulang ke hotel tempatnya menginap di Beijing mengusap wajahnya frustasi. Ia sedang merutuki kebodohannya karena tak bisa mendapat petunjuk apapun tentang keberadaan adiknya dan malah mempercayai ucapan Yunho.

"Kenapa kau sangat bodoh Chanyeol, si keparat Yunho itu pasti akan memindahkan Chanhyun ke tempat yang semakin jauh dan tak bisa kau jangkau. Baiklah, kau memang bodoh Park Chanyeol.". Monolognya dengan posisi terlentang di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar hotelnya.

Chanyeol masih dengan posisinya, pikirannya melayang pada kejadian-kejadian sebelumnya. Tiba-tiba saja rasa rindu pada sosok bocah berumur 15 tahun itu membuncah, memenuhi dadanya hingga terasa sesak.

"Chanhyunie, kau dimana? Hyung mencari mu, hyung merindukan mu".

Tanpa sadar air mata Chanyeol yang sudah tak pernah keluar setelah ia bisa bangkit dari kesedihan karena kematian orangtua dan hilangnya Chanhyun itu kembali meluncur dengan bebas. Perlahan tangisan Chanyeol semakin kuat ia merasa telah gagal menjaga adiknya, ia merasa sangat tidak berguna hingga sebuah bisikan menggema terdengar di telinganya untuk pertama kali setelah sekian lama.

"Jangan menangis Channie sayang, kau harus kuat agar bisa menemukan Chanhyunie. Dia sedang sakit parah sekarang, kau harus kuat".

Bisikan itu membuat tangisan Chanyeol seketika berhenti, ia langsung duduk di tengah ranjangnya dan mengedarkan kepalanya namun nihil, tak ada siapapun disana. Apakah ia hanya berhalusinasi? Tapi suara bisikan tadi begitu nyata.

"Siapa kau? Bagaimana bisa kau tau jika Chanhyunie sakit parah?". Masih dengan pandangan mengedar dan mata yang bergerak gelisah. Bahkan Chanyeol sampai mengeluarkan pistolnya dari saku celananya untuk berjaga.

"Aku adalah suara hati mu, bangkitlah!! Chanhyunie membutuhkan mu segera. Dia sakit Channie".

"Ya!! Siapa kau?!". Chanyeol berteriak seperti orang gila namun suara itu tak lagi terdengar, hanya sebuah bayangan seorang lelaki berpakaian serba putih tengah tersenyum padanya yang tertangkap oleh retinanya. Namun itu tak bertahan lama, bayangan itu segera menghilang bagaikan hembusan angin.

"Appa". Gumam Chanyeol lirih saat ia sadar jika bayangan yang telah menghilang tadi adalah appanya yang ia yakini sudah berada di surga.

*******


Lagi, Baekhyun terbangun di tempat serba putih itu. Tempat dimana waktu itu ia bertemu dengan eomma dan appa kandungnya. Mata sipitnya mengedar, hingga sebuah suara lembut menyapa telinganya.

"Chanhyunie, kenapa kau kesini lagi nak?".

"Eomma".

Awalnya samar, lama kelamaan wanita dengan pakaian serba putih itu semakin terlihat jelas di mata sipit Baekhyun.

"Eomma". Ulangnya, wanita cantik itu tersenyum. Ia sendirian tak bersama appa yang waktu itu mendatanginya.

"Iya sayang, ini eomma. Kenapa kau ada disini lagi sayang?". Tangan halus milik Nyonya Park mengusap kepala Baekhyun membuat si kecil memejamkan kedua matanya menikmati usapan dari eommanya.

"Sayang". Panggilan itu membuat Baekhyun membuka matanya, ia menggeleng pelan lalu berucap,"Tidak tau, aku tidak tau kenapa aku disini".

Tangan Nyonya Park yang lembut menangkup kedua pipi bulat Baekhyun, senyumnya begitu menenangkan dengan manik yang menatap lurus ke manik kelam Baekhyun. "Kau harus kembali sayang, kau harus menemui Channie hyung mu. Dia mencari mu".

"Aku tak tau bagaimana rupa dan dimana dia eomma, lalu bagaimana caranya aku menemuinya?".

Nyonya Park tersenyum, ia menarik tubuh Baekhyun ke pelukannya dan mengusap kepala Baekhyun lagi dengan lembut. Lalu Nyonya Park menyingkap kerah Baekhyun dan mengeluarkan kalung berliontin biru safir yang menjuntai di leher si mungil.

"Kau lihat kalung ini? Benda inilah yang akan mempersatukan kalian kembali".
Baekhyun mendongak menatap eommanya lalu beralih ke kalung yang liontinnya berada di telapak tangan sang eomma.

"Dia memakai kalung yang sama dengan milik mu sayang. Kembalilah, temui hyung mu".

Setelahnya sang eomma pergi menginggalkan Baekhyun yang berdiri termangu sambil menatap kalungnya.

Hari sudah berganti malam, namun Baekhyun belum juga bangun dari tidurnya. Bule yang menemaninya di sana bahkan sudah pulang untuk mandi, makan, istirahat lalu kembali ke rumah sakit lagi. Tetapi mata sipit itu masih terpejam tanpa ada niatan untuk terbuka.

Bule itu menghela nafasnya pelan, sedikit miris melihat keadaan bocah di hadapannya itu. Ia menyebut bocah karena tubuh Baekhyun yang terlihat kecil jika dibandingkan orang Kanada pada umumnya. Bahkan sekalipun bule blesteran itu bertubuh kurus, ia tidak sekecil tubuh Baekhyun.

"Kapan kau akan bangun pendek? Aku penasaran dengan wajah mu". Monolog si bule dengan bahasa Koreanya dan tatapan mata yang lurus tertuju pada separuh wajah Baekhyun yang tertutup masker respirator untuk membantunya bernafas.

"Haruskah aku memberitahu Chanyeol tentang hal ini? Terakhir ku lihat wajahnya begitu familiar dengan seseorang bernama Byun Baekhyun tapi -". Si bule melanjutkan monolognya, ia berniat untuk memberitahu sahabatnya yang berada di Korea itu tentang keberadaan Byun Baekhyun.

Pikirnya waktu Chanyeol memintanya mencari data tentang Baekhyun dan keluarganya, si kecil itu adalah buronan Chanyeol mengingat lelaki tinggi itu jarang meminta tolong padanya jika itu tidak penting dan ia benar-benar dalam kesulitan.

"Tidak, tidak. Aku masih belum yakin apakah dia Byun Baekhyun atau bukan, jika bukan bagaimana? Sebaiknya aku tunggu sampai dia sadar dulu untuk memastikan kalau memang dia Byun Baekhyun".

Ingat Chanyeol pernah meminta tolong temannya untuk mencari tahu siapa Tuan Byun dan Byun Baekhyun? Orang itu adalah Kevin Wu, orang yang membawa Baekhyun ke rumah sakit pagi tadi.

Profesi Kevin hampir sama seperti Chanyeol hanya saja ia berbeda devisi. Jika Chanyeol berada dalam devisi penyelidikan maka Kevin khusus di bagian operator yang artinya ia memegang kendali dalam bidang crack/membobol sistem keamanan data negara jika ingin mengambil data penjahat. Ia juga yang melindungi data-data penting di tempatnya bekerja dari tangan-tangan teroris ataupun tangan orang-orang yang jahil.

Dua jam kemudian, tepat ketika jam di pergelangan tangannya di angka 10 bule itu mendengar suara halus dari ruangan tempat Baekhyun di rawat. Ia merinding bukan main karena yang ia ketahui rumah sakit adalah salah satu sarangnya hantu.

"Eomma~".

Suara halus itu terdengar, Kevin mengusap tengkuknya. Ia semakin merinding kala suara halus terdengar lagi dan lagi.

"Jadi merinding, suara apa itu?". Gumam Kevin dengan mata bergerak gelisah yang mengedar, padahal suara halus itu berasal dari lelaki mungil yang berada di hadapannya.

"Eomma~".

Suara itu terdengar lagi, Kevin mulai sedikit takut dan semakin merinding.

"Hey, hantu!! Jangan ganggu aku. Aku ini orang baik!!". Pekiknya, namun suara itu terdengar lagi tapi kini sedikit lebih jelas dan perlahan mata sipit Baekhyun terbuka.

Kevin mengalihkan atensinya pada namja mungil di hadapannya saat itulah ia sadar jika suata tadi bukankah suara hantu. "Tapi sepertinya bukan hantu. Hey, dia bangun".

Mata sipit Baekhyun mengerjap pelan, jika biasanya ia tak pernah mengingat mimpi yang mendatanginya, kali ini berbeda. Ia 100% ingat, ia ingat apa saja yang dikatakan eommanya termasuk tentang kalung akan mempersatukan dirinya dengan Channie hyungnya.

"Hey, are you okay? Do you need something?". Tanya Kevin segera, ia mendekatkan telinganya agar mendengar apa yang dikatakan si mungil dalam menjawab pertanyaannya lebih jelas. Namun si mungil tak menjawab ia hanya mengerjapkan kedua matanya pelan dan yang terdengar di telinga Kevin hanyalah bunyi aneh disetiap tarikan dan hembusan nafas Baekhyun meskipun teredam oleh masker respirator.

"I'll call the doctor, please wait for a while". Kevin segera menekan tombol warna merah di atas kepala Baekhyun setelah merasa tak ada tanggapan atas pertanyaannya.

"Doctor, he wake up already, but - ". Ucap Kevin dengan panik saat dokter itu memasuki ruang rawat Baekhyun, namun terpotong oleh ucapan dokter yang menangani Baekhyun.

"Don't worry, I'll check it. Please wait outside for a while".

Setelah mendengar apa yang dikatakan dokter, Kevin meninggalkan ruang rawat Baekhyun namun ia menyempatkan untuk melihat sejenak kondisi lelaki kecil yang tak menunjukkan reaksi apapun selain mengerjapkan kedua matanya pelan.

"Semoga dia baik-baik saja". Ucap Kevin dengan bahasa Koreanya. Meskipun ia seorang blesteran Amerika-Korea, sejujurnya ia lebih nyaman menggunakan bahasa Korea daripada bahasa Inggris.

Lima belas menit kemudian dokter bermata biru itu keluar dari ruang rawat Baekhyun, ia tersenyum lembut pada Kevin yang langsung berdiri dari duduknya dan menanyakan keadaan si mungil yang belum ia ketahui namanya.

Saat melakukan pendaftaran, Kevin menggunakan nama adiknya. Kris Wu, karena ia tak tahu harus pakai nama siapa mengingat iapun belum berkenalan secara personal dengan lelaki kecil itu.

"Is everything okay, doctor?".

"Yes, don't worry he's totally fine now. Just takes time for healing and recovery".

Kevin menghela nafasnya lega, ia berterimakasih pada dokter yang menangani Baekhyun. "Thanks alot doctor".

"You're welcome. Please make sure he has a plenty of rest and doesn't do any activity until he get recover for his healthy".

"Sure, thanks alot doctor".

Dokter itu meninggalkan Kevin yang langsung masuk ke dalam ruangan dimana Baekhyun berada. Ia melangkahkan kakinya pelan untuk mendekat ke ranjang Baekhyun.

"Are you okay, now?". Tanya Kevin dijawab gumaman teredam oleh masker respitator dan anggukkan samar.

"Thank you for take me here". Ucap Baekhyun pelan, karena tubuhnya masih sangat lemas saat ini.

"You're welcome, little boy". Kevin tersenyum, tak dapat dipungkiri bahwa ia senang karena lelaki kecil yang diselamatkannya tadi pagi sekarang sudah sadar dan telah melewati masa kritisnya.

"Can you use another language? I still not comfortable with English ". Ujar Baekhyun kemudian, dia memang menguasai bahasa Inggris, hanya saja ia terlalu malas menggunakannya. Begitu pula dengan bahasa Korea, sebenarnya Baekhyun tak ingin menggunakan bahasa itu hanya saja ia terpaksa melakukannya karena ia sempat memutuskan untuk tinggal lebih lama disana guna menemukan pembunuh kedua orangtuanya. Lidah Baekhyun hanya terlalu terbiasa menggunakan bahasa Mandarin.

"Ofcourse, what you want? Korean or Mandarin? I can do with the both of them. I think you looks like Korean.... or... Chinesse". Mata Kevin menelisik penampilan Baekhyun, meskipun wajahnya tertutup oleh masker respirator, ia bisa melihat rambut Baekhyun yang berwarna hitam legam dan bola mata Baekhyun yang berwarna cokelat seperti miliknya.

Kevin memang keturunan bule, namun bukan 100% bule jadi dia lebih seperti ibunya yang merupakan orang Korea.

"Benarkah? Apakah kau bukan orang asli Kanada? Tapi aku bukan orang Korea, aku orang China". Ujar Baekhyun dengan bahasa Korea yang berantakan. Logatnya sangat jelas kalau Baekhyun bukan orang Korea, bahkan lelaki bermata sipit itu terdengar fluent menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa resmi negeri gingseng itu.

"Hmm, tapi ku pikir lidah mu terdengar lebih fasih menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Korea dan yah, aku bukan orang asli Kanada. Aku adalah orang Amerika-Korea dan sekarang bekerja di Kanada".

"Kau sudah bekerja?".

Kening Kevin mengkerut, apa salahnya jika ia sudah bekerja? Atau si kecil itu mengira Kevin masih sekolah menengah? Jika iya maka Kevin akan berterimakasih pada dokter kulit langganannya yang artinya berhasil membuat wajahnya terlihat awet muda.

"Memangnya kenapa?".

"Harusnya aku memanggil mu hyung, bukankah begitu?".

Kevin terkekeh kemudian, "Tidak perlu, apa aku terlihat setua itu? Sepertinya umur kita tak seberapa jauh berbeda".

Baekhyun merasa nyaman bicara dengan Kevin. Baru kali ini nyaman bicara dengan orang asing omong-omong. "Memangnya berapa umur mu?"

"Aku?". Tanya Kevin seraya menunjuk dirinya sendiri dan mendapat jawaban berupa anggukan dari penanyanya. "26 tahun. Kau?". Jawab Kevin lalu melempar pertanyaan yang sama untuk si mungil.

Tak hanya Baekhyun tapi Kevin juga mulai nyaman mengobrol dengan Baekhyun sekalipun bahasa Korea si mungil terlalu kacau dan menyakiti telinganya.

"15 tahun, kau lebih tua 11 tahun dari ku hyung, haish". Si mungil merengut, tapi sayangnya wajah merengut lucunya tertutup oleh masker respirator. Jika tidak maka Kevin tak akan bisa menahan dirinya untuk memekik gemas mengingat adiknya yang sama sekali tidak menggemaskan itu.

"Oh iya, perkenalkan. Nama ku Kevin Wu, kau bisa memanggil ku Kevin". Kevin mengulurkan tangannya dan disambut oleh yang lebih kecil dengan tangannya yang terbebas dari selang infus.

"Aku Baekhyun, Byun Baekhyun".

'Jadi dia benar-benar Baekhyun? Aku akan memberitahu Chanyeol tentang hal ini, mungkin saja ia masih butuh informasi tentang anak manis ini'. Batin Kevin mantap tanpa tahu alasan sebenarnya mengapa Baekhyun berada di Kanada.

"Sepertinya terdengar kurang sopan jika aku tak menggunakan penggilan hyung untuk mu. Jarak usia kita cukup jauh". Lanjut Baekhyun membuyarkan lamunan Kevin. Lalu ia menghela nafasnya pelan sebelum memberikan komentar tentang penggunaan bahasa yang sebaiknya digunakan keduanya jika berkomunikasi.

"Bisakah kita pakai bahasa Mandarin saja? Bahasa Korea mu sungguh berantakan Baek". Kata Kevin menggunakan bahasa Mandarin yang fasih, well dia cukup bersyukur karena sempat beberapa tahun tinggal di Taiwan meskipun pada akhirnya ia malah menetap di Kanada sekarang.

"Tapi aku lebih suka pakai bahasa Korea. Aku tak suka memakai bahasa Mandarin".

Pun dengan Baekhyun, lelaki mungil itu akan menggunakan bahasa Mandarin saat ada orang yang mengajaknya bicara dengan bahasa itu, kecuali Luhan. Karena jika yang mengajaknya bicara menggunakan bahasa Mandarin adalah Luhan, dia akan mengamuk dan melakukan hak yang sama pada Luhan seperti di area latihan menembak.

Meletakkan buah apel di atas kepala Luhan dan menembakinya hingga ia puas.

Luhan yang malang. Dan itu semua terjadi tepat setelah Baekhyun tak sengaja mendengar fakta tersembunyi tentang keluarganya 4 bulan lalu.

"Padahal kau lebih fasih memakai bahasa Inggris dan Mandarin, kenapa malah suka pakai bahasa Korea?".

"Karena - ".

"Baoxian-ah, kau baik-baik saja nak?".

Ucapan Baekhyun terpotong saat suara pintu terbuka dengan sedikit kasar disertai suara seorang lelaki paruh baya yang sangat dikenalnya.

"Baba?". Gumam Baekhyun lirih saat melihat Yunho sudah berdiri di sisi ranjang yang berseberangan dengan Kevin.

"Apa kau baik-baik saja Xian-ah? Baba khawatir sekali pada mu". Yunho mengusap lembut kepala Baekhyun setelah mengecup kening si mungil. Ia tahu kalau putranya pasti kesulitan bernafas terlihat dari masker respirator yang masih melekat di hampir sebagian wajahnya dan bunyi aneh yang tertangkap di telinganya disetiap hembusan nafasnya.

"Aku baik-baik saja baba, jangan khawatir". Jawab Baekhyun dengan bahasa Chinanya.

Sekarang Kevin merasa diabaikan karena kedatangan ayah Baekhyun sukses membuat perhatian si mungil teralih.

"Hello, I'm Kevin".

Kevin segera memperkenalkan dirinya, ia hanya tak suka diabaikan apalagi tadi ia sudah sempat mengobrol dengan Baekhyun meskipun sebentar tapi ia merasa nyaman dengan si mungil itu.

"Eoh sorry. I'm Baoxian's father, is he okay for now?".

Kevin mengangkat sebelah alisnya, kenapa ayah dan anak memperkenalkan dengan nama yang berbeda?

Sepertinya Kevin perlu membuka foldernya lagi mengenai data keluarga Byun. Ia melupakan 1 fakta bahwa keluarga Byun memiliki 2 nama, nama China dan nama Korea.

"Baoxian? Wait, he told me that his name is Byun Baekhyun, but why you call him as Baoxian?".

Yunho hanya tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Kevin dengan matanya yang terarah pada Baekhyun, "Baoxian is his Chinesse name, Baekhyun is his Korean name".

"I know".

Kevin mengangguk faham, padahal sebelumnya ia yang memberi data tentang keluarga Byun pada Chanyeol.

Harap maklum karena sekali lagi yang namanya manusia tempatnya lupa. Ckck.

"How about his condition?".

"Aku baik-baik saja, jangan khawatirkan apapun baba"

"Baba mengerti, istirahatlah kalau begitu, Luhan akan menjaga mu selagi baba bicara dengan Kevin. Baba ada sedikit perlu dengannya".

Yunho memajukan lagi wajahnya dan mengecup kening Baekhyun kemudian ia mengisyaratkan pada Kevin untuk mengikutinya keluar meninggalkan kamar si mungil. Lalu Luhan segera masuk ke dalam setelah mendapat anggukan dari tuan Byun.

"Ada apa tuan?". Tanya Kevin begitu mereka berdua sudah duduk secara bersebelahan di kursi tunggu depan ruang rawat Baekhyun yang sudah ada Joon berdiri menjaga disana.

"Kau bisa menggunakan bahasa Mandarin?".

"Tentu, saya memang blesteran Amerika-Korea tapi saya pernah tinggal di Taiwan. Jadi saya bisa berbahasa Inggris, Korea dan Mandarin dengan baik".

Yunho tersenyum, ia lega karena ia tak harus menggunakan bahasa yang membuat lidahnya keseleo. Padahal awal dia belajar bahasa Mandarin lidahnya sering tergigit. "Baguslah, karena aku tidak terbiasa menggunakan bahasa Inggris".

"Tapi bahasa Inggris tuan begitu fasih, seperti Baekhyun".

Yunho terkekeh mendengar pujian dari Kevin. Yah, bisa dibilang keluarga Byun mewajibkan anggota keluarganya untuk menguasai bahasa Mandarin dan Inggris selain bahasa ibu yaitu Korea, itulah mengapa Tuan Byun terdengar sangat fasih sekalipun ia tak nyaman menggunakannya.

Untuk bahasa Mandarin, itu karena sebuah keterpaksaan juga sebenarnya, karena Yunho memilih menetap di China jadi mau tidak mau ia harus menggunakan bahasa Mandarin dalam kehidupan sehari-harinya bukan?

"Terimakasih, tapi langsung saja pertama aku ingin mengucapkan terimakasih karena kau telah membawa Baoxian ke rumah sakit dengan segera dan yang kedua aku ingin kau merahasiakan keberadaan Baoxian dari siapapun".

Ucapan Yunho terdengar serius, namun yang membuat Kevin mengernyitkan keningnya adalah mengapa ia harus merahasiakan keberadaan Baekhyun?

Jadi pikirannya tentang Baekhyun adalah buronan Chanyeol itu benar?

Mata Kevin membola seketika namun penjelasan selanjutnya dari Yunho membuatnya merubah pikirannya.

"Saat ini Baoxian sedang dalam keadaan tidak aman, aku sengaja mengasingkannya ke Kanada agar dia aman dan baik-baik saja. Nyawa Baoxian sedang terancam. Seorang pimpinan mafia di Korea sedang mengincar nyawanya karena dendam pada mendiang orangtua kandungnya".

"Maksud Anda - ".

"Aku bukan orangtua kandung Baoxian, tapi aku menjaga dan merawatnya sejak kecil seperti anak ku sendiri. Saat ini orang yang membunuh kedua orangtuanya sudah tau jika Baoxian masih hidup, dan sekarang mereka tengah mencari dan menginginkan nyawanya". Potong Yunho seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran pria blesteran di sampingnya. Yunho terpaksa harus mengatakan hal ini karena tak menutup kemungkinan jika pria ini adalah pria yang akan membawa kesialan untuknya dan Baekhyun bukan?

Well, hanya kejujuran dengan sedikit bumbu kebohongan. Sejujurnya mafia yang mengincar nyawa Baekhyun itu tidak ada, atau lebih tepatnya belum. Jikalau ada, Yunho tak akan tinggal diam.

Yunho nemepuk pundak Kevin, memberi remasan kecil disana. "Aku harap kau mau melakukannya, tolong rahasiakan keberadaannya dari siapapun. Aku tak ingin putra ku satu-satunya pergi meninggalkan ku sendirian".

'Apa ini artinya aku tak boleh memberitahu Chanyeol? Sayang sekali, padahal aku ingin memberitahunya karena waktu itu dia meminta bantuan ku untuk mencari tau tentang keluarga Byun di China. Benarkah nyawa Baekhyun terancam karena mafia? Atau karena Baekhyun adalah buronan Chanyeol? Haish, membuat ku pusing saja'. Batin Kevin dalam hati sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyanggupi apa yang diharapkan oleh seorang ayah disebelahnya.

"Baiklah, akan saya lakukan tuan".

"Terimakasih Kevin. Dan mulai hari ini Baoxian akan dijaga oleh pelayan pribadinya dan beberapa bodyguard. Jadi kau bisa melakukan aktivitas mu seperti sedia kala. Sekali lagi terimakasih telah menolong putra ku".

"Apa aku boleh menjenguknya? Maksud ku, aku ingin menjenguknya sebagai teman dan itupun sebenarnya jika aku sedang tidak sibuk dengan pekerjaan ku". Kevin mengusap tengkuknya di akhir kalimatnya. Ia hanya ingin menjenguk Baekhyun sebagai adik kecilnya. Kevin akui jika ia menginginkan Baekhyun menjadi adiknya, bahkan seandainya diijinkan ia akan menukar Kris dengan Baekhyun.

Karena menurutnya Baekhyun berjuta kali lipat lebih manis dan menggemaskan daripada Kris yang selalu merepotkan dan tidak sopan sama sekali padanya. Kevin mulai merutuki nasibnya memiliki adik macam Kris.

Dan Kris yang sedang minum cairan isotonik di rumah besarnya tesedak.

"Tentu saja boleh".

"Baiklah, karena Baekhyun sudah ada yang menjaga aku akan pamit padanya".

Selesai mengobrol dengan ayah Baekhyun, dengan berat hati Kevin berpamitan pada Baekhyun yang sebenarnya juga tak rela Kevin pergi. Bahkan si bule itu sampai berjanji akan datang lagi esok hari agar Baekhyun memberinya ijin pulang malam ini.

Sepulangnya Kevin, Baekhyun yang ditemani Yunho dan Luhan hanya diam, sebenarnya ia sangat penasaran dengan apa yang dibicarakan babanya pada Kevin hingga lelaki keturunan bule itu langsung pamit pulang namun masker respirator itu sangat menganggunya.

"Baba?". Sepuluh menit berlalu, akhirnya suara lirih Baekhyun yang teredam masker respirator itu terdengar.

"Iya sayang, ada yang kau butuhkan?". Tanya Yunho dengan nada yang kelewat lembut.

Sangat lembut bahkan Baekhyun dibuat heran karenanya. Well, salahkan Yunho yang jarang sekali mengajak Baekhyun mengobrol santai atau sekedar mendengar keluh kesah Baekhyun. Tapi Yunho sama sekali tidak pernah merasa canggung, ia biasa saja karena setelah ia kehilangan istri dan anaknya hatinya seolah beku dan hanya Baekhyunlah yang mampu mencairkan hati beku Yunho.

Satu fakta tentang Yunho, dia kehilangan istri dan anaknya dalam kecelakaan tunggal. Anak kesayangannya, Byun Baekhyun telah meninggal dan secara kebetulan saat itu ia menyelamatkan Chanhyun yang berakhir dengan operasi penghapusan ingatan pada bocah berumur 5 tahun yang saat itu selalu dihantui mimpi buruk atas kematian kedua orangtuanya beserta terpisahnya ia dengan sang kakak.

Sejak saat itu, Yunho menyematkan nama anaknya yang telah meninggal dalam diri Chanhyun, tak hanya nama Yunho bahkan mendidik dan membentuk karakter Chanhyun seperti Baekhyun, putranya yang masih berumur 10 tahun yang telah meninggal dalam kecelakaan bersama istrinya.

"Apa yang baba bicarakan dengan Kevin hyung?".

"Tidak ada, hanya ucapan terimakasih".

Baekhyun menatap babanya menyelidik, ia tak percaya dengan apa yang dikatakan Yunho saking seringnya orang yang kadang ia beri sebutan 'pak tua' itu menipunya.

"Sungguh Xian, baba tidak bohong".

"Aku tak bisa percaya lagi dengan mu baba, mungkin aku akan mencari hyung ku sendiri dengan cara ku suatu saat nanti".

Yunho menghela nafasnya pelan, tangannya terulur mengusap rambut hitam Baekhyun.
"Untuk saat ini tolong jangan pikirkan apapun selain kesehatan mu sayang, baba mohon".

"Kalau begitu katakan siapa hyung ku pak tua!". Desis Baekhyun, mata sipitnya berkilat marah dengan nafas yang mulai memendek karena Baekhyun tengah menahan emosinya.

"Nanti akan baba beritahu, nanti Xian-ah. Tidak sekarang".

"Nanti kapan? Nanti kalau aku akan mati?". Ucap Baekhyun sarkastis membuat Yunho membolakan kedua matanya.

"Sstt.... jangan berkata tentang kematian. Kau membuat baba takut sayang".

Tangan besar Yunho menangkup jemari kanan Baekhyun yang terbebas dari selang infus, "Xian-ah, dengar. Baba ingin jujur pada mu tentang mengapa baba mengirim mu ke Kanada".

Baekhyunpun diam dan mendengarkan apapun yang dikatakan babanya, karena sejujurnya ia juga sangat penasaran dengan alasan baba nya sampai mengirimnya ke Kanada padahal babanya sudah berjanji akan mempertemukannya dengan hyungnya keesokan harinya.

"Kau akan berada dalam bahaya jika sampai saat ini masih di Korea maupun di China. Banyak orang yang menginginkan kematian mu Baek. Kau memang tak dapat mengingat apapun tentang kejadian di masa lalu mu tapi baba mohon percayalah pada apa yang baba katakan, hyung mu bukan orang biasa. Banyak orang yang memusuhi dan membencinya, baba hanya tak ingin kau dijadikan target balas dendam oleh mereka yang membenci hyung mu sayang".

"Baba menyayangi mu, sangat. Baba hanya ingin melindungi mu, baba tak ingin kehilangan dirimu Xian".

Yunho menatap lurus mata sipit Baekhyun, ia akan lemah dan selalu lemah jika sudah berhadapan dengan Baekhyun apalagi membicarakan hal yang membuatnya takut. Takut akan kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"Baba?".

Pun dengan Baekhyun, jika suasananya seperti ini bocah berumur 15 tahun itu juga akan menjadi lemah. Ia memang jarang mendapat kasih sayang Yunho secara langsung namun ia cukup tahu dan sadar jika ayah angkatnya itu sangat menyayanginya.

"10 tahun yang lalu, keluarga mu berlibur ke villa keluarga Park. Kau adalah Park Chanhyun, eomma mu Im Yoona, appa mu Park Yoochun dan hyung mu bernama Park Channie".

Yunho menyebut nama Chanyeol dengan nama panggilannya karena ia belum ingin Baekhyun tahu siapa kakak kandungnya yang sebenarnya meskipun suatu saat nanti ia harus mengatakan siapa Park Channie yang sebenarnya pada bocah mungil itu.

"Kalian terlihat bahagia, baba tahu karena baba adalah salah satu sahabat appa mu yang diajak liburan bersama karena appa mu sudah menganggap baba seperti kakak sendiri. Malam tiba, kau yang saat itu masih berumur 5 merengek ingin membeli pizza dan hyung mu yang berumur 15 tahun saat itu terlalu menyayangi mu hingga membuatnya ingin membelikan pizza yang kau inginkan. Baba mengantar kalian berdua membeli pizza. Singkat cerita, saat kita kembali ke villa....".

Yunho menjeda kalimatnya, membuat Baekhyun yang sejak tadi terdiam dan mendengarkan dengan seksama itu mengeluarkan suara lirihnya yang penuh dengan nada penasaran tingkat dewa.

"Apa yang terjadi saat kita kembali ke villa baba?".

Yunho menghela nafasnya pelan, secara tidak langsung ia menggali kenangan pahit itu dan secara tidak langsung pula ia sebenarnya menggali ingatan Baekhyun yang ia hapus lewat operasi penghapusan ingatan.

"Villa keluarga mu sudah rata dengan tanah karena ada yang menaruh bom di sana. Hyung mu langsung keluar dari mobil tanpa menghiraukan teriakan dan tangisan mu lalu sejak saat itu kita berpisah dengan Park Channie".

Yunho melihat mata si mungil, ingin tahu bagaimana reaksi Baekhyun setelah mendegar cerita darinya. Tapi tak ada yang berubah mata sipit itu masih menatap Yunho dengan datar, sesekali berkedip tanpa menunjukkan reaksi lain. Terkejut misalnya. Bagaimanapun rahasia ini Yunho berencana akan memberitahu Baekhyun setelah ia berumur 20 tahun.

"Kau tau sayang, saat asma mu kambuh di Korea dan kau belum sadar, baba di datangi appa mu dalam mimpi. Appa mu mengatakan bahwa ia tak akan tenang disana sebelum melihat anak-anak kesayangannya bersatu lalu baba mencarinyan baba mencari hyung mu dan setelah baba tau siapa hyung mu baba merasa resah Xian. Baba bingung harus dengan cara apa baba melindungi mu, akhirnya baba memutuskan untuk membawa mu pergi dari Korea karena hyung mu memang berada di sana bahkan hampir setiap hari bertemu dengan mu seperti yang baba katakan malam itu. Dan kau akan dalam bahaya jika 'mereka' tau kalian berdua masih hidup".

"Baba, hanya katakan siapa hyung ku itu baba, jika memang sangat berbahaya bagi ku berada di dekatnya, aku janji akan diam di sini sampai keadaannya benar-benar aman".

"Kau yakin?".

Baekhyun mengangguk pelan, Yunho terlihat resah dan gelisah. Haruskah? Haruskah ia mengatakannya dengan jujur siapa si sulung dari Park bersudara? Yunho memejamkan matanya, ia tahu jika ia melakukan ini ia harus siap menerima segala resiko. Dibenci Baekhyun karena masih menyembunyikan fakta ini saat sudah mengetahui semuanya atau lebih parahnya terpisah dari si mungil karena kemungkinan ia akan memilih untuk hidup bersama hyung nya.

Yunho yang hanya diam sambil memejamkan mata seperti itu membuat detak jantung Baekhyun menggila. Entah karena apa ia merasa sangat gugup, mungkin karena sebentar lagi ia akan mengetahui sebuah kebenaran yang mengejutkan. Entahlah, Baekhyun sendiri tak tahu dan ia sudah terlalu lelah untuk menerka isi kepala pak tua itu.

"Dia adalah Park Chanyeol, anggota NIS yang menyamar menjadi murid di sekolah mu". Ujar Yunho dalam satu tarikan nafas membuat Baekhyun mengerutkan keningnya.

"Siapa? Bisa kau ulangi dengan perlahan baba?"

Yunho menghela nafas panjang kemudian ia mengulangi ucapannya dengan perlahan seperti apa yang diinginkan Baekhyun dimana hal itu menjadi hal yang sangat mengejutkan bagi Baekhyun. Si mungil bahkan tak bisa berkata apapun setelah mendengar perkataan baba nya.

Park Chanyeol katanya.

Park Chanyeol adalah hyungnya.

Park Chanyeol yang pernah membuat asma nya kambuh untuk pertama kali saat ia mengenal lelaki itu di Korea dan membuatnya sering kambuh di waktu yang tak diinginkan seperti sekarang ini?

Park Chanyeol yang telah mengganggu hidup tenangnya dalam permainannya di dunia gelap?

Park Chanyeol yang telah membohonginya, membawanya ke markas NIS dengan dalih mengantarnya pulang setelah kerja kelompok, membentaknya seperti ia adalah seorang penjahat kecil yang telah menghilangkan ribuan bahkan jutaan nyawa?

Sungguh tidak terduga.

Sekarang Baekhyun ingat tentang kejadian kalung miliknya yang saat itu entah bagaimana caranya ada di tangan Chanyeol lalu saat ia belum sadar, eommanya berkata jika kalung itu yang akan mempersatukan Park bersaudara. Artinya Chanyeol sudah tahu jika dia adalah adiknya.

"Apa?! Tidak mungkin". Gumam Baekhyun lirih, maniknya menatap Yunho dengan ekspresi kecewa.

Sedangkan Yunho masih belum tahu mengapa Baekhyun menunjukkan ekspresi seperti itu saat ia tahu bahwa hyung kandungnya adalah anggota NIS. Satu hal yang Yunho ketahui adalah si mungil telah meledakkan pos jaga pintu masuk gedung NIS di hari sebelum ia memindahkan Baekhyun ke Kanada tanpa tahu apa yang menjadi penyebab si mungil meledakkan bangunan itu.

"Iya, Park Chanyeol. Dia adalah hyung mu Xian, dia pemilik kalung yang sama seperti milik mu, kalung yang hanya dimiliki oleh Park bersaudara".

"Park Chanyeol, tidak mungkin". Gumam Baekhyun lagi, ia masih tak percaya.

"Karena itulah baba menyembunyikan mu di Kanada sayang, anggota NIS adalah musuh para mafia dan orang-orang di jalur gelap dan jika mereka tau bahwa kau adalah adik salah satu anggota musuh besar mereka maka nyawa mu akan terancam. Baba tak ingin itu terjadi Xian-ah. Baba menyayangi mu, kau tau itu kan?".

"Baba".

"Ya sayang?"

"Aku tak mau bertemu dengannya".

Suara lirih dari Baekhyun yang membuat Yunho mengernyitkan keningnya. Mata sipit yang tadi menampakkan ekspresi kecewa itu berubah, berkilat penuh amarah.

"Aku tak akan pernah ingin bertemu dengan Park Chanyeol sekalipun ia adalah hyung ku, bahkan dalam mimpi sekalipun".

Desis Baekhyun, sementara sang ayah semakin mengernyitkan keningnya. Ia bingung dengan sikap Baekhyun. Setelah memaksa Yunho mengatakan semua kebenaran itu, sekarang si mungil terkesan tak menyukai rahasia yang seharusnya diketahuinya.

"Kenapa? Bukankah kau ingin tau siap- ".

"Aku membencinya, dia seorang penipu, dia yang sudah membuat asma ku kambuh saat aku baru kenal dengannya di Korea, aku bahkan sudah menganggapnya mati. Tolong jangan bicarakan hal ini di depan ku lagi baba". Potong Baekhyun.

Sekarang Yunho mengerti mengapa ekspresi di mata Baekhyun berubah. Untuk saat ini sedikit banyak ia bersyukur karena Baekhyun tak membencinya atau bahkan memilih untuk meninggalkannya dan hidup bersama Chanyeol karena faktanya putranya itu membenci si sulung Park bersaudara.

"Baiklah, baba mengerti. Jadi apa sekarang kau masih penasaran dan ingin bertemu dengan hyung mu?".

"Tidak, mungkin akan lebih baik jika aku menetap dan pindah sekolah kesini".

"Baiklah, jika itu mau mu. Biarkan Luhan yang akan urus kepindahan mu segera".

"Terimakasih baba".

Yunho mengangguk lalu tersenyum. Kelegaan meliputi hatinya. Well, setidaknya sekarang ia tinggal merencanakan apa yang akan ia lakukan selanjutnya untuk tetap menyembunyikan keberadaan Baekhyun di Kanada karena tak menutup kemungkinan jika Chanyeol yang merupakan anggota badan intelijen negara itu mengendus keberadaan adiknya cepat atau lambat bukan?

"Tapi baba, siapa yang melakukan pembunuhan dengan meletakkan bom di villa keluarga ku?". Tanya Baekhyun dengan wajah penasarannya.

Setelah tahu jika Baekhyun memilih menetap dan pindah ke Kanada, Yunho merasa tenang jika harus mengatakan hal ini pada Baekhyun toh mulai sekarang ia akan benar-benar memperketat penjagaan untuk anak kesayangannya itu.

"Dia adalah paman mu sendiri, Park Bogum".

Tak ada reaksi Yunho memutuskan untuk bertanya, "Kenapa Xian-ah, kau masih berniat membunuhnya?".

"Mungkin tidak untuk saat ini, suatu saat nanti kalau kemampuan ku cukup aku akan ke Korea dan membunuh Park Bogum".

Yunho tersenyum, lalu tangannya terangkat mengusap kepala Baekhyun. "Baba akan pastikan di usia mu yang ke 20 kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan. Bunuh mereka yang telah membuat keluarga mu meninggalkan mu Xian".

Baekhyun bergumam sambil mengangguk pelan untuk menanggapi ucapan Yunho. Ia cukup tahu siapa Park Bogum karena ia sempat 1x bertemu dengan si tua bangka itu di pasar gelap saat Baekhyun melelang beruang, bom rakitannya yang dimenangkan oleh Mr. Chong waktu itu.

'Ku harap kau juga akan melupakan rasa benci mu pada hyung mu jika saat itu tiba. Karena kau tak akan bisa melawan Bogum sendirian tanpa bantuan hyung mu Xian-ah. Park Chanyeol, ku harap kau akan sabar menunggu sampai adik mu siap'. Batin Yunho sebelum memberikan perintah pada Luhan yang sejak tadi berdiri tak jauh dari Yunho dan Baekhyun.

"Luhan, kembalilah ke Korea dan urus kepindahan sekolah Baoxian ke Kanada. Urus secara tertutup dan rahasia, aku tak ingin keberadaan Baoxian tercium oleh si bajingan Bogum itu karena kudengar ia sudah tahu jika Park Chanyeol masih hidup dan saat ini sedang mencari keberadaan Baoxian".

"Saya mengerti tuan".

Luhan membungkuk hormat dan ia langsung meninggalkan kamar rawat Baekhyun untuk memesan tiket penerbangan tercepat menuju negeri Gingseng guna mengurus kepindahan tuan muda kesayangannya.

********


Hampir dua minggu sudah Baekhyun di Kanada, namun ia belum masuk ke sekolah barunya karena hari ini ia baru saja keluar dari rumah sakit dan baru akan memulai hari barunya di sekolah esok hari.

"Akhirnya bisa pulang juga, tulang ku rasanya mau patah hanya tidur di ranjang rumah sakit selama satu minggu". Ujar sang tuan muda setelah memasuki pintu apartemennya tapi suara seorang wanita yang membungkuk hormat padanya membuatnya kaget.

"Welcome to the house our young master".

"Dia siapa?". Bisik Baekhyun pada Luhan menggunakan bahasa Koreanya. Lagi, meskipun berantakan Baekhyun memang lebih suka menggunakan bahasa asal negara kelahirannya itu.

"Dia adalah bibi Maria yang akan menjadi pelayan untuk memasak dan menjaga kebersihan di sini Baek". Jawab Luhan dengan cara yang sama, berbisik.

"Dia hanya bicara dengan bahasa Inggris?". Bisik Baekhyun lagi, padahal tanpa berbisik pun pelayan yang sudah bangkit dari acara membungkuknya tak akan mengerti apa yang dikatakan Baekhyun dan Luhan.

"Tentu saja, dia kan warga asli Kanada Baek".

"Baiklah, kau saja yang urus. Aku ingin istirahat". Baekhyun melenggang begitu saja menuju kamarnya di lantai dua tapi baru dua langkah ia teringat sesuatu. Sekolahnya. Jadi ia segera membalikkan tubuhnya membuat Luhan mengernyitkan keningnya.

"Oh iya, sekolah ku bukan sekolah yang menggunakan bahasa Inggris kan?".

"Kenapa kau lucu sekali Baekie? Tentu saja pakai bahasa Inggris, semua murid di sini pakai bahasa itu karena dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan bahasa Inggris. Dan lagi kau sekolah di akademi internasional Baek".

Baekhyun mendengus malas, ia juga menggembungkan pipinya kesal. Hell, dia tak suka memakai bahasa Inggris. Kalau bukan karena ia tak ingin bertemu Chanyeol ia tak akan mau berada di negara yang menurutnya menggunakan bahasa planet pluto itu.

"Baiklah, sepertinya aku harus membiasakan diri memakai bahasa Inggris dan mulai melupakan bahasa Korea ku".

Luhan terkekeh gemas dengan sikap Baekhyun yang begitu kekanakan. Tapi bukankah dia memang masih anak-anak?

"Istirahatlah, besok aku akan mengantar mu ke sekolah baru mu".

Hari berlalu begitu cepat, malam sudah berganti menjadi pagi dan matahari telah menggantikan peran bulan dan bintang di langit.

"Sudah siap?".

Tanya Luhan sambil menatap tuan mudanya yang duduk di sebelah kursi kemudi. Mereka baru saja sampai di depan pintu gerbang sekolah baru Baekhyun. Lelaki berwajah manis itu terlihat gugup, persis seperti saat pertama kali ia datang ke Hanyang SHS.

"Kau tetap terlihat manis dan imut jika berbalut seragam sekolah seperti ini Baek?".

Luhan memuji penampilan Baekhyun dalam balutan seragam sekolah Aston International Academy, mengalihkan kegugupan yang melanda si mungil.

"Aku tampan". Gerutu Baekhyun dengan pipi putihnya yang ia gembungkan.

Lucu sekali, sampai Luhan dibuatnya terkikik geli.

"Ayo turun, aku akan mengantar mu sampai ruang kepala sekolah".

Mereka berdua turun dan meninggalkan mobil yang tadi mengantar Baekhyun terparkir di sebelah barat pintu gerbang masuk Aston Int. Academy.

"Kita sudah sampai. Jangan gugup kau pasti bisa berbaur dengan baik seperti saat di Hanyang SHS".

Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar dalam hatinya ia tengah berusaha menyemangati dirinya sendiri dan berusaha sebisanya untuk tidak gugup.

Tok..tok...tok...

"Hello, Mr. James". Sapa Luhan pada sang kepala sekolah yang kepalanya sudah botak dan rambutnya setengah memutih itu.

"Oh, hello. May I help you?".

"This is Baoxian, Tan Baoxian the new transfer student from China".

Baekhyun membungkuk hormat pada kepala sekolah membuat lelaki paruh baya itu tersenyum. "Hello, Baoxian. You look so cute with our school uniform". Puji kepala sekolah setelah menelisik penampilan Baekhyun dalam balutan seragam Aston Int. Academy yang demi apa terlihat sangat imut.

"Thank you sir".

"Follow me, I'll take you to your new classroom".

Setelah mendengar titah dari kepala sekolah, Baekhyun mengikuti langkah lebar kepala sekolah dari belakang sementara Luhan berpamitan untuk kembali ke apartemen karena ia belum menjelaskan tugas bibi Maria, lebih tepatnya ia belum menjelaskan tentang kamar Baekhyun yang tak boleh disentuh siapapun kecuali Luhan. Namun untuk kamar mandi barulah maid yang membersihkannya.

"Okay, keep silent students! We get new transfer student from China. Please introduce yourself". Kata kepala sekolah begitu mereka sampai di kelas baru Baekhyun.

Banyak kasak kusuk terdengar karena Baekhyun berbeda, kebanyakan mereka berwajah bule, berambut pirang dan bermata biru. Ada beberapa yang berambut hitam dan tak bermata biru seperti dirinya, namun setidaknya Baekhyun tahu jika yang murni orang Asia dalam kelas itu hanya dirinya. Sekalipun mereka tidak bermata biru, Baekhyun cukup jeli untuk melihat bahwa mereka orang blesteran.

"Hello everyone, my name is Tan Baoxian, you can call me Baoxian. I'm from China".

Perkenalan singkat dari Baekhyun, kalau boleh jujur kaki-kaki mungil Baekhyun gemetaran sekarang karena menahan gugup tapi ia tak boleh terlihat gugup atau dia akan sulit bersosialisasi ke depannya. Padahal bahasa Inggrisnya sangat bagus dan lancar, tapi memangnya siapa yang tak gugup saat banyak pasang mata memperhatikan mu eh?

"Any question?". Tanya kepala sekolah.

"You're so beautiful, girl. Do you have a boyfriend?". Celetuk seorang siswa berbadan bongsor di bangku paling belakang.

Baekhyun mengumpat, apa maksudnya dengan panggilan menggelikan itu? Apa siswa itu tak melihatnya menggunakan celana hingga ia disamakan dengan makhluk berdada besar bernama perempuan?

Dengan kesal Baekhyun menjawab, "Sorry, but I'm not gay".

"Are you a boy?". Masih dengan orang yang sama, siswa itu memekik tak percaya.

"Yes I'm a boy, don't see I use my pants?".

"Sorry, your face just looks like a girl more than a boy. You're very beautiful". Celetuknya lagi membuat Baekhyun bersumpah akan meletakkan beruang dan meledakkannya di dalam mulut siswa yang seenak lidahnya bicara itu.

Tak hanya itu teman-teman barunya dalam kelas itu mulai menertawakannya. Haruskah Barkhyun meledakkan akademi tempatnya belajar keesokan harinya? Baekhyun sangat kesal sekarang.

"Enough student!! Okay, take a seat over there".

"Thank you sir".

Baekhyun berjalan ke arah bangkunya, kemudian kepala sekolah yang tadi mengantarnya pamit pada guru kelas yang langsung memulai kembali pelajarannya.

"Menyebalkan sekali, apa mata kalian buta!! Sudah jelas aku memakai celana kenapa malah dikira perempuan? Dasar makhluk astral". Gerutu Baekhyun pelan setelah ia berhasil mendaratkan bokongnya di sebuah kursi di deretan bangku paling belakang, pojok dekat dengan cendela.

Baekhyun nampaknya harus bersyukur diberikan otak yang luar biasa cerdas oleh Tuhan, karena berkat itu hari pertamanya ia sudah berbuat sesuatu yang mencengangkan seluruh penghuni kelas barunya.

Tanpa terasa hari itu berlalu begitu cepat, bel tanda berakhirnya pelajaran berdentang. Semua murid Aston Int. Academy bersorak gembira dan langsung berhamburan keluar meninggalkan kelas. Kondisi yang tak jauh beda dengan Hanyang SHS sebenarnya, hanya saja Baekhyun memilih untuk pulang terakhir, menunggu kelasnya sedikit lebih sepi karena ia malas jika harus cepat pulang ke apartemennya dan lagi tadi Luhan mengiriminya pesan kalau ia sedikit terlambat karena macet. Padahal ia sudah berada dalam kelas membosankan itu selama 8 jam. Jika bukan karena ia cerdas dipastikan otaknya akan mengepul.

Setelah memastikan kelasnya sepi, barulah Baekhyun keluar dari kelasnya. Sesampainya di pintu gerbang, Baekhyun menggeruru sambil memajukan bibirnya kesal. Ia kesal karena sudah melambatkan diri namun mobil jemputan yang dikemudikan Luhan belum juga sampai.

"Itu seperti Baekhyun, apa dia sekolah disana?". Gumam seseorang dari kaca mobilnya. Ia melihat Baekhyun di depan pintu gerbang tempat ia biasa menjemput adiknya.

Tin..tin...

Sebuah mobil berhenti di depan Baekhyun setelah klakson dibunyikan, tapi itu bukan mobil yang dikendarai Luhan. Si mungil mengeryitkan keningnya bingung.

"Baekhyun?". Si pemilik mobil membuka kaca cendelanya. Memanggil namanya dengan ragu-ragu.

"Kevin hyung?".

Setelah memastikan jika orang yang dilihatnya benar, Kevin turun dari mobilnya dan mendekat ke arah Baekhyun.

"Kau sekolah disini?". Baekhyun mengangguk menanggapi pertanyaan Kevin.

"Dunia sempit, kau tau adik ku juga sekolah disini. Tapi bukankah kau masih 15 tahun? Kenapa kau sekolah di sekolah menengah atas? Harusnya diumur mu sekarang kau masih duduk di bangku sekolah menengah pertama tingkat akhir". Lanjut Kevin setelah menelisik penampilan Baekhyun dengan balutan seragam yang sama dengan milik Kris, adiknya yang belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Aku juga tak tahu, tapi aku sudah lulus dari home schooling tingkat sekolah menengah pertama". Kevin bergumam sambil mengangguk faham. "Hyung menjemput seseorang?". Tanya Baekhyun lagi.

"Hmm, menjemput Kris. Adik ku yang paling kurang ajar".

"Kris? Yang tinggi seperti tiang listrik itu?".

"Kau mengenalnya?".

"Kami sekelas". Jawab Baekhyun malas mengingat kelakuan Kris padanya hari ini.

"Kalau boleh tahu kenapa kau menyebutnya adik kurang ajar hyung?".

"Dia tak pernah memanggil ku gege atau hyung, padahal usia kami terpaut 9 tahun".

Kevin dan Baekhyun terkekeh bersama hingga sebuah suara berat memanggil nama salah satu dari keduanya terdengar dari jauh.

"Kevin!!". Lalu seorang lelaki tinggi yang berada di kelas Baekhyun menghampiri mereka.

"Baoxian? Kalian saling kenal?". Tanyanya pada Baekhyun tanpa rasa bersalah.

Eoh haruskah Baekhyun ingatkan kalau tadi dia ingin meledakkan mulut sialan Kris yang kini berdiri menjulang di sebelahnya? Bahkan selama di kelas Kris tak menyebut namanya seperti itu, lelaki kelebihan kalsium itu menyebut Baekhyun dengan 'beauty' ataupun 'cuty'. Hell, itu sangat menggelikan di telinga Baekhyun.

"Dia teman ku Kris, tentu saja kami saling kenal".

"Yang benar saja, dia terlalu imut dan kecil untuk berteman dengan mu".

Kevin mendelik ke arah adiknya, apa salahnya jika ia berteman dengan Baekhyun?

"Aku masih 26 dan terlihat muda sedangkan dia 15 dan terlihat berkharisma, apa salahnya jika aku berteman dengannya? Wajah ku tidak terlihat tua seperti mu Kris".

"What? 15? Yang benar saja". Mata Kris membola saat tahu umur Baekhyun. Wajar saja karena saat perkenalan singkatnya tadi lelaki mungil di sebelahnya itu tak menyebutkan berapa umurnya.

"Sudahlah, sebaiknya kita cepat pulang. Ibu sudah menunggu mu di rumah aku harus segera kembali ke apartemen karena teman ku datang berkunjung hari ini".

"Selalu begitu, ibu juga merindukan mu".

Kevin meringis mendengar perkataan adiknya. Pekerjaannya sangat menyita waktu dan membuatnya tak bisa lebih sering pulang ke rumah keluarga Wu. "Katakan padanya aku akan pulang dalam waktu dekat".

"Oh, aku pulang duluan. Luhan hyung sudah datang".

"Hati-hati Baek!".

Baekhyun melihat mobil yang dikemudikan Luhan berhenti tak jauh darinya berdiri. Ia langsung pamit dan masuk ke dalam mobil yang segera di lajukan oleh si pemegang setir kemudi.

"Kau menyebut namanya dengan siapa? Dan kenapa kau dengan Baoxian menggunakan bahasa Korea?".

Kris memang sedikit bodoh, ia bahkan tak sadar jika selama ia berkomunikasi dengan Kevin di dekat Baekhyun ia menggunakan bahasa Korea dan pastinya Baekhyun mengerti apa yang dibicarakannya meskipun ia memperkenalkan dirinya sebagai orang China saat di kelas tadi.

"Sejak tadi kita bicara dengan bahasa Korea bodoh!! Dan ya dia punya dua nama, Baekhyun adalah nama Koreanya dan dia pernah tinggal di Korea beberapa bulan itulah mengapa aku bicara menggunakan bahasa Korea. Lagipula bukankah kau sudah tau jika aku lebih nyaman menggunakan bahasa Korea?".

Terang Kevin tapi nampaknya adiknya masih belum bisa menangkap maksud kakaknya itu.

"Ayo pulang, hari sudah hampir sore".

Kevin membuyarkan lamunan Kris tentang si mungil bersurai hitam kelam itu. Lelaki tinggi itu segera menyusul kakaknya masuk ke dalam mobil yang mengantarnya pulang ke rumah.

"Maafkan aku Chan, kau sudah lama menunggu?".

Kevin baru memasuki apartemennya. Ia mendapati sahabatnya masih dalam posisi yang sama seperti saat ia meninggalkannya 20 menit yang lalu, berdiri menatap jajaran foto yang dipigura dengan cantik di gantung rapi di dinding dan sebagian diletakkan si buffet besarnya.

"Tidak juga, aku hanya merindukan apartemen mu ternyata tak ada yang berubah sedikitpun dari hari terakhir kali aku kesini".

"Anggap seperti rumah sendiri, kalau haus atau lapar ambil sendiri di dapur seperti biasa. Aku akan mandi dulu".

Kevin meninggalkan Chanyeol untuk mandi di kamarnya, sedangkan Chanyeol hanya bergumam karena mata bulatnya tengah meneliti satu persatu koleksi foto milik Kevin yang terpampang di sana.

Ya, jadi teman Kevin yang berkunjung adalah Chanyeol.

Ia frustasi karena tak mendapat jawaban dari Yunho tentang keberadaan adiknya. Jadi ia putuskan untuk berkunjung ke tempat sahabatnya di Kanada sekaligus menyegarkan pikirannya.

"Apa Kevin masih jarang pulang ke rumah". Monolog Chanyeol, mata bulatnya beralih ke foto yang sepertinya baru diambil karena ia baru melihat tanggal cetak yang tertera di sana.

"Foto-foto ini sepertinya masih baru diambil, aku belum pernah melihatnya".

Chanyeol terus mengamati foto itu satu persatu hingga mata bulatnya terpaku pada satu foto yang dari tanggalnya baru dicetak seminggu yang lalu. Foto Kevin dengan seseorang yang dikenalnya dengan balutan seragam pasien rumah sakit dan lubang hidung yang tertancap selang respirator. Jangan lupakan punggung tangan kirinya yang terdapat jarum infus.

Chanyeol mengambil foto itu, tangannya sedikit gemetar karena ia tak percaya dengan foto yang ada di tangannya kini.

"Foto ini? Baekhyun?". Gumamnya.

"Kau melihat apa?". Tanya Kevin saat ia sudah selesai mandi dan mendapati sahabatnya tengah terpaku, menatap satu foto yang berada ditangannya.

Chanyeol memperlihatkan foto itu, foto yang diambil oleh Kevin saat Baekhyun sudah tak lagi memakai masker respirator karena si mungil menolak saat ia diajak foto ketika masker menyebalkan itu masih menutup sebagian wajahnya. Malu katanya, lucu sekali bukan si Byun Baekhyun ini?

"Kapan foto ini diambil? Kau mengenalnya? Apa dia ada di sini? Kenapa dia memakai seragam pasien rumah sakit? Apa dia sakit?". Cerca Chanyeol membuat Kevin mengernyitkan keningnya. Ia bingung mana satu yang harus ia jawab lebih dulu.

"Chan, bisakah kau bertanya satu persatu? Aku bingung harus jawab yang mana lebih dulu".

"Baiklah maafkan aku, aku akan ulangi pertanyaan ku. Kapan foto ini diambil?".

"Seminggu yang lalu, saat si manis itu sudah bisa melepas masker respirator dan diganti dengan selang yang menempel di kedua lubang hidungnya". Jawab Kevin dengan pasti, tanpa ada bumbu kebohongan karena memang itulah faktanya.

"Kau mengenalnya? Bagaimana bisa?".

"Dia menabrak ku saat aku baru keluar dari kedai kopi. Aku tak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya ia sedang kabur dari kejaran seseorang terlihat dari nafasnya yang terengah tapi dia mengatakan kalau dadanya sakit untuk bernafas jadi aku membawanya ke rumah sakit terdekat. Ternyata asma kronisnya kambuh, saat ia sadar barulah aku berkenalan secara langsung dengannya. Beruntung sekali malam harinya ayahnya yang dari China datang jadi aku bisa kembali bekerja esok harinya".

"Kevin, apa Baekhyun masih ada disana? Maksud ku di rumah sakit tempatnya di rawat". Tanya Chanyeol segera, pantas saja ia tak mendapati Yunho setelah pertemuannya siang itu, rupanya Yunho pergi ke Kanada tanpa sepengetahuannya. Dan Chanyeol merutuki kebodohannya yang tak menyadari taktik licik seorang Byun Yunho.

"Sebenarnya ayahnya meminta ku untuk merahasiakan keberadaannya dari siapapun karena nyawa Baekhyun sedang terancam".

"Apa? Bagaimana bisa?".

Chanyeol bertanya lagi dengan alis terangkat, ia heran kenapa Yunho mengakan hal penuh dusta itu pada Kevin. Nyawa Baekhyun terancam katanya? Yang benar saja. Ckck.

"Aku tak tau pasti, yang jelas menurut ayahnya Baekhyun sekarang dia menjadi target pembunuhan seorang pimpinan mafia jika dia menetap di Korea ataupun China jadi bocah imut itu sengaja diasingkan ke Kanada".

"Kau tau dimana ia tinggal?".

Sekarang Kevin memicingkan matanya, ia mendadak curiga pada sahabat tingginya itu. "Kenapa kau bertanya banyak tentang Baekhyun? Jangan-jangan ia memang buronan mu? Dan apa yang dikatakan ayahnya pada ku waktu itu adalah bohong belaka?".

Untuk pernyataan kedua Chanyeol membenarkan dalam hati jika apa yang Yunho katakan pada Kevin adalah kebohongan belaka, namun untuk yang pertama jelas tidak. Baekhyun itu adiknya yang sedang ia cari, bukan buronannya.

"Tidak, bukan begitu".

"Lalu?".

Chanyeol menghela nafasnya, sepertinya akan ada orang lain tahu status Baekhyun selain Seulgi sekarang.

"Baekhyun, dia adalah adik ku. Dia adalah Park Chanhyun ku yang hilang selama 10 tahun ini, mungkin karena itulah ayah Baekhyun menjauhkannya dari ku. Pasti ayah Baekhyun berpikir jika nyawanya akan menjadi incaran orang-orang yang membenci ku karena pekerjaan ku di NIS. Pimpinan mafia yang mengincar nyawa Baekhyun pasti mereka yang menaruh benci atau dendam pada ku". Chanyeol menyuarakan spekulasinya tentang mengapa Tuan Byun mengasingkan Baekhyun yang secara tiba-tiba muncul di kepalanya.

Melihat perubahan ekspresi di wajah tampan sahabatnya, Kevin jadi merasa bersalah karena telah merahasiakan keberadaan Baekhyun dari Chanyeol padahal ia berniat memberitahu lelaki tinggi itu sejak awal tapi perkataan Yunho malam itu membuatnya ragu dan memutuskan untuk mengikuti keinginan Yunho.

"Maafkan aku, seharusnya aku mengatakannya pada mu sejak awal tentang pertemuan ku dengan Baekhyun tapi aku malah mengikuti perkataan ayahnya dan merahasiakannya dari mu. Aku tak tau jika dia adalah adik kandung mu yang kau cari selama ini Chan".

"Tak apa, jika dia masih di negara ini aku pasti akan bertemu dengannya cepat atau lambat".

"Aston International Academy".

"Eung?".

Chanyeol menaikkan alisnya kala Kevin secara tiba-tiba menyebutkan nama sekolah yang lumayan ternama di Kanada. Memecah keheningan yang sempat tercipta.

Kevin tersenyum, ia menepuk bahu Chanyeol lalu melanjutkan kalimatnya. "Datanglah kesana kalau kau ingin bertemu adik mu, dia bersekolah di sana".

Chanyeol masih blank, otaknya mendadak berjalan lambat dalam mengelola kalimat yang dikatakan Kevin.

"Tadi aku menjemput Kris dan aku bertemu dengannya di sana. Semoga bisa membantu kawan, setidaknya untuk membalas rasa bersalah ku karena menyembunyikan fakta ini dari mu".

"Terimakasih, kau memang sahabat ku".

"Bukan masalah".

Keesokan harinya, Chanyeol mendatangi Aston Int. Academy ia memakirkan mobil yang sudah disewanya di seberang jalan yang memudahkannya untuk memastikan apa yang dikatakan Kevin kemarin.

Lelaki tinggi itu gelisah di kursi kemudinya, ia bahkan meremat setir mobil untuk mengalihkan rasa gelisah dan cemas yang melandanya. Ia berada di sana hampir sejam, tapi belum ada tanda-tanda kedatangan orang yang disayanginya memasuki pintu gerbang sekolah yang tinggi itu.

"Sudah hampir bel masuk, kenapa dia belum juga muncul? Kevin tak mungkin menipu ku kan? Aku harus sabar, mungkin dia masih dalam perjalanan".

Tak berapa lama, nampak mobil dengan nomor plat asing berhenti di tepat di depan gerbang sekolah.

"Semoga hari mu menyenangkan Baek".

"Aku pergi dulu, jemput seperti biasa".

Seorang murid laki-laki bertubuh pendek berambut hitam legam tertangkap oleh retina Chanyeol. Ia tersenyum lebar saat mendapati orang yang dicarinya benar-benar menempuh pendidikan di akademi yang kemarin dikatakan sahabatnya.

"Dia benar-benar di sini. Artinya yang mengantar Baekhyun sekolah pasti Luhan. Rupanya Baekhyun sekarang sungguh pindah ke sini tapi aku yakin Luhan pasti memperketat penjagaan untuk Baekhyun. Bagaimana caranya aku menemuinya?".

Selesai bermonolog, Chanyeol berpikir tentang bagaimana cara agar ia bisa bertemu dengan si mungil yang sudah menghilang dari pandangannya selama dua minggu ini. Lalu ia tersenyum kala menemukan sebuah ide yang akan membuatnya bertemu sang adik kesayangan dengan mudah.

"Kau memang cerdas Park Chanyeol".

Chanyeol turun dari mobilnya, ia menyeberang dan masuk ke dalam akademi tempat Baekhyun sekolah. Agak sulit karena petugas keamanan sekolah tak mengijinkannya masuk, namun akhirnya diijinkan setelah ia memberikan beberapa perkataan penuh dusta pada penjaga itu.

"Excusme sir". Chanyeol masuk ke ruangan kepala sekolah Aston Int. Academy setelah ketukan ketiga pada pintu cokelat itu dan sebuah perintah untuk masuk dari sang pemilik ruangan.

"I'm Richard Park".

"Yes, Mr. Richard, may I help you?".

"I want to visit my little brother, he is a new transfer student".

"what is his name?".

"Baoxian".

Chanyeol sedikit berpikir tentang nama Baekhyun, dia hampir menyebut nama Korea si mungil tapi kemudian ia teringat jika ada kemungkinan Baekhyun memakai identitas Chinanya.

"I'm sorry, but as far as I know, Baoxian's big brother name is Luhan and he is not tall as you".

Seperti yang telah diprediksi sebelumnya, jika kepala sekolah bertanya seperti itu maka Chanyeol akan menjawab, "Sorry, I'm the oldest of us. We seperate because I have to work in Korea, so I just want to visit and give once of them a surprise meet up".

"Okay. I know, but he still have a class now, can you wait a little more? I can't disturb them except there is a new transfer student who I need to take to the new classroom".

"It's okay. I'll wait here".

Chanyeol tersenyum kemudian ia dipersilahkan oleh kepala sekolah untuk menunggu di ruang tamu yang hanya bersekat papan tinggi. Menunggu dengan sabar selama berjam-jam hingga bel tanda istirahat berdentang tepat di pukul 11.30 pagi itu.

"To the student who have name Tan Baoxian, please come to headmaster office".

Setelahnya, ada pengumuman yang dibacakan oleh operator lewat speaker yang mana hal itu terdengar oleh seluruh murid di akademi tersebut.

"Kenapa kau dipanggil kesana?".

Tanya Kris dengan bahasa Koreanya yang sudah fasih. Ia terlampau senang setelah mendengar penjelasan Kevin tentang Baekhyun selama perjalanan pulang kemarin bahkan Kris mengatakan kalau mulai hari ini ia akan pindah tempat duduk di sebelah Baekhyun, artinya si imut itu tak lagi duduk sendiri sekalipun ia lebih suka duduk sendirian di bangkunya.

"Nado molla".

"Mungkin ada masalah dengan data atau administrasi sekolah. Sebaiknya kau segera kesana. Ingin ku temani?".

"Jika tidak merepotkan mu, karena aku juga belum hafal letak ruang kepala sekolah". Baekhyun menampilkan cengirannya dimana hal itu mengundang Kris untuk mencubit pipinya.

"Tidak akan, aku dengan senang hati melakukannya adik kecil".

Dan setelahnya ia mengusak rambut Baekhyun hingga empunya merengut sebal.

"Sebut nama ku saja jangan adik kecil karena aku bukan anak kecil". Sengit Baekhyun yang mengundang tawa Kris untuk meledak seketika.

"Tapi tubuh mu kecil. Lihatlah satu kelas ini hanya kau yang bertubuh kecil, jadi terima saja jika aku memanggil mu kecil".

"Menyebalkan!!".

Baekhyun langsung bangkit dari duduknya, dengan langkah menghentak ia keluar meninggalkan kelas menuju ruang kepala sekolah tanpa tahu kemana arahnya.

"Jangan marah, maafkan aku okay. Dan kau salah jalan cuty, lewat sini".

Kris langsung menarik pergelangan tangan Baekhyun karena mereka salah jalan, tidak sepenuhnya salah sebenarnya hanya saja Baekhyun akan memutar dan itu membuat jarak menuju ruang kepala sekolah semakin jauh.

"Kita sudah sampai di ruang kepala sekolah. Kau ingin aku menunggu mu di sini?".

"Sebaiknya kau ke kantin dan mengisi perut mu yang sudah berbunyi sejak tadi Kris".

"Apakah terdengar sangat keras?". Tanya Kris dengan tampang polos yang dibuat-buat yang demi celana dalam spongebob sangat menjijikkan di mata Baekhyun.

"Hmm, pergilah. Aku bisa kembali ke kelas sendiri jika sudah selesai".

"Baiklah, hati-hati adik kecil".

Lagi, Kris menyebut namanya seperti itu lengkap dengan usakan di rambutnya sebelum berlari meninggalkan Baekhyun yang siap mengamuk.

"Haish, Kris menyebalkan!! Selalu membuat rambut ku berantakan!!".

Setelah membenahi rambut dan penampilannya, Baekhyun mengetuk pintu ruang kepala sekolah dan masuk ke dalam setelah mendengar sahutan dari dalam.

"Excusme sir, do you call me?".

Suara sapaan Baekhyun terdengar, membuat jantung Chanyeol yang menunggunya di ruang yang hanya bersekat papan itu berdegup kencang. Ia sangat gugup namun ia juga sangat merindukan Baekhyun, semuanya ia rindukan. Suaranya, tawanya, senyumnya, mata indahnya, rambut lembutnya, tubuh kecilnya yang begitu nyaman jika didekap.

Saking gugupnya Chanyeol sampai harus berulang kali berusaha membasahi bibirnya menggunakan lidahnya.

"Yes, there is a person who want to meet you my belove student".

"Who is it sir?".

"Just meet him there".

Baekhyun mengangguk, ia membungkuk hormat sebelum melangkahkan kakinya pelan menuju ruang tamu di dalam ruangan kepala sekolah.

Disana Baekhyun melihat seorang lelaki bertubuh tegap dengan posisi duduk membelakanginya. Dengan segera ia menyapa namun ia terkejut saat mendapati lelaki itu menoleh.

"Long time no see, Park Chanhyun. Apa kabar?".

Bahkan tubuh Baekhyun serasa membeku mendengar sapaan Chanyeol. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, bagaimana bisa orang itu menemukannya? Bagaimana bisa orang yang sedang tak ingin ditemui dan dibencinya itu berada di sana? Di sekolahnya?

Merasa tak ada respon, Chanyeol berdiri segera menarik Baekhyun dalam pelukannya. Tangan besarnya mengusap kepala Baekhyun yang ditumbuhi rambut halus itu. "Kenapa diam saja? Hyung merindukan mu sayang".

"Lepaskan aku!! Aku bukan Park Chanhyun!! Aku bukan adik mu!!". Desis Baekhyun, tapi hal itu tidak membuat Chanyeol jera. Lelaki tinggi itu malah menyingkap kerah kemeja miliknya dan mengeluarkan benda yang selalu menjuntai di lehernya. Menunjukkannya pada Baekhyun.

"Tidak kah kau memilikinya juga? Kalung ini sama dengan milik mu, eomma dan appa memberikannya pada kita sewaktu kita masih kecil. Kalung ini hanya aku dan kau yang memilikinya Chanhyunie".

"Tidak!! Aku bukan Chanhyun!!". Pekik Baekhyun, maniknya mulai bergerak gelisah saat ia semakin berusaha menampik kenyataan bahwa dia adalah Park Chanhyun, adik dari lelaki tinggi di hadapannya kini.

"Kau Chanhyun, kau adik ku".

"Aargghh....ssakiithh....". Tiba-tiba Baekhyun mengerang dan merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Bayangan-bayangan kabur itu kembali gentayangan di kepalanya.

"Ya Tuhan, Chanhyun!!". Pekik Chanyeol dan ia langsung mendekap Baekhyun saat ia melihat adiknya itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa masih dengan rintihan dan erangan kesakitannya.

"Ssaaaakkiiiitthh.....".

"What happen?". Mendengar rintihan Baekhyun dengan bahasa yang asing baginya, kepala sekolah segera menghampiri anak didiknya di ruang tunggu dan mendapati Baekhyun yang memegangi kepalanya dalam dekapan Chanyeol.

"I'm so sorry, I need to take my little brother to hospital. Suddenly he got a headace, he ever got an accident that make him amnesia for along time. I think his memory has been back now".

"Okay, take him now
Hee looks so pain".

"Thank you sir".

Setelah mendapat ijin, Chanyeol langsung membopong tubuh Baekhyun yang demi apa sangat ringan keluar area sekolah menuju mobilnya, padahal ia tampak berisi dengan pipi tembamnya.

Chanyeol semakin khawatir dan cemas saat di tengah perjalanannya menuju mobil Baekhyun pingsan, bahkan wajah si mungil memucat dan kulitnya terasa dingin saat bersentuhan dengan kulit hangat Chanyeol.

Chanyeol segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat agar adiknya segera mendapat penanganan medis.

"Semoga semuanya baik-baik saja. Aku menyayangi mu Hyunie, jika memang alasan Byun Yunho menjauhkan mu dari ku karena pekerjaan ku di NIS aku akan meninggalkan NIS dan hanya hidup bersama mu untuk menjaga dan melindungi mu sampai sisa hidup ku, sayang".

Ujar Chanyeol dengan lirih sambil menatap Baekhyun yang memejamkan kedua matanya di sebelahnya, tepatnya di kursi sebelah kemudi.

Tanpa ia ketahui, bahwa di China sana seorang Byun Yunho telah mengamuk karena mendapat kabar tentang putranya yang dibawa Chanyeol dari orang kepercayaannya untuk memata-matai putranya di Kanada.

'Jika terjadi apa-apa pada Baoxian, kau akan ku habisi Park Chanyeol'. Umpat Yunho tanpa peduli lagi dengan janjinya pada karena mendiang Yoochun untuk mempersatukan Park bersaudara.

Dia memang selalu seperti itu jika berurusan dengan Baekhyun. Ingat bahwa ia memiliki father complex bukan?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Ini Kevin Wu buat yg penasaran sama penolongnya Baek. 😄

Cocot :

Jeng...jeng... jeenggg.....
Gimana suka gak kejutan dari ane?

Wkwkwk...

Ane mau ngomong niih...
#eleeh gayanya...
Cuman mau bilang kalo ane bakalan slow update... slow nya pake banget... tapi pasti update....

Mohon maklum karena jadwal ku sekarang padat merayap & sebenarnya nulis di wp awalnya cuman iseng... pas lagi gabut & gak ada kerjaan aja waktu itu... eh malah keterusan...

Drpd hiatus lama dan gak muncul2 sampai tahunan yg bikin kalian lumutan atau bahkan tutup account mending slow up aja... ya gak?? 😆😆😆

Ada yg bilang knapa gak dibukuin aja karya2 ku jd novel misalnya? Jujur aku belum PD buat ngelakuinnya krna demi apa karya ku msh jauh dr kata layak... takut ujungnya bikin kalian kecewa stelah beli buku ku atau parahnya gak ada yg beli...😂😂😂

Kalian cukup dg baca yg di wp aja aku udh seneng apalagi ksh bintang sama komen2 yg ngebangun...

Tp aku akan sll brusaha buat jd yg lebih baik lg...
Berharap kalian ttp suka sama krya ku dan selalu nungguin update an dr ku...

Sekian cocotan ku hari ini

Thanks alot guys...
See you next part....
I Love You...
😚😚😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

TEMPO ✓ By Na

Fanfiction

12.4K 1.2K 8
[ChanHun, Brotherhood] (the eerie mind to pass on) Sehun yang kabur untuk mendapatkan kehidupan 'normal'nya, dan Chanyeol yang akan melakukan apapu...
39.3K 4.6K 23
[COMPLETE] Dia cukup sabar untuk melalui semuanya sampai dia benar-benar menemukan jalan terbaik.
6.4M 358K 42
Kalau saja saat itu Keano tidak mengeluarkannya di dalam, kalau saja saat itu Raya tidak mengaku hamil, kalau saja mereka berpisah baik-baik, mungkin...
249K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...