[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 10

3.8K 302 77
By VennytaShui97

Beberapa menit sebelum pengeboman di pos jaga pintu masuk markas besar NIS terjadi. Tepatnya sebelum Chanyeol meninggalkan area sekolah ia menghubungi seseorang dengan wajahnya yang kelewat gembira.

"Hallo, Seul!!". Seru Chanyeol saat panggilannya terhubung dengan orang yang selama ini selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah. Orang yang menemaninya selama 10 tahun ini, lebih tepatnya orang dari keluarga yang menyelamatkannya dari keterpurukan akibat kematian kedua orangtuanya dan hilangnya sang adik kesayangan.

'Kenapa dengan suara mu Chan? Kau terlihat bahagia'. Sahut wanita bernama Kang Seulgi dari seberang telefon dengan suara lembutnya. Bahkan hanya mendengar suara Chanyeol saja ia bisa tahu jika lelaki itu tengah bahagia saat ini. Tentu saja, ia seorang psikolog. Ingat?

"Kau tahu, aku menemukannya. Aku menemukan adik ku Seulgi-yah". Ujar Chanyeol dengan nada bicara yang benar-benar menggambarkan betapa bahagianya ia saat ini. Senyum lebar dengan wajahnya yang diterpa bias cahaya langit senja semakin membuatnya terlihat tampan dan menawan.

'Benarkah? Aku turut bahagia untuk itu'. Jawab Seulgi tak kalah senang dari sana

Tak dapat dipungkiri bahwa ia sangat bahagia mendengar kabar ini apalagi ia dan keluarganya telah berusaha dengan sangat keras hingga Chanyeol dapat bangkit serta bertahan untuk menjalani hidupnya hingga sekarang.

'Sekarang ada dimana dia? Bolehkah aku bertemu dengannya dalam waktu dekat?'. Tanya Seulgi pada Chanyeol yang kini terkekeh di sana, umur mereka memang terpaut 4 tahun dengan Seulgi yang lebih tua dari Chanyeol tapi ia tak mempermasalahkan jika lelaki itu menggunakan banmal bahkan menyebut namanya tanpa suffix 'noona' di belakangnya.

"Kenapa kau begitu antusias?".

'Aku ingin melihat wajah adik yang selalu kau rindukan itu sayang, apa salahnya?'.

Seulgi menyebut nama Chanyeol dengan sebutan yang membuat hatinya tergelitik. Ia memang menyukai saat suara lembut wanita itu memanggilnya dengan sebutan 'sayang', 'darling', ataupun panggilan kesayangan lainnya. Tapi itu terjadi bila mereka bertelefon di waktu malam sebelum keduanya tidur tidak dalam situasi seperti sekarang.

"Sstt... jangan menyebut nama ku seperti itu. Kalau ada yang mendengar bagaimana? Kau sudah di rumah atau masih di markas?".

'Aku sudah di rumah. Memangnya kenapa jika aku memangil mu begitu? Kau ini kan tunangan ku, semua orang juga sudah tau. Apa kau malu, hmm?'. Goda Seulgi di akhir kalimatnya membuat Chanyeol yang duduk di atas jok motornya salah tingkah dan menggaruk pipinya tak tak gatal.

Ya, jadi Park Chanyeol dan Kang Seulgi memutuskan untuk bertunangan beberapa bulan yang lalu setelah hubungan keduanya yang terjalin selama hampir 2 tahun itu tercium oleh Tuan Kang. Awalnya memang mereka ingin merahasiakannya tapi apa daya, penciuman Tuan Kang jauh lebih kuat dan akhirnya mereka berdua ditunangkan.

"Tidak, tentu saja tidak. Untuk apa aku harus malu".

'Jadi?'.

"Baekhyun". Jawab Chanyeol tiba-tiba dengan senyuman yang kembali mengembang di bibir penuhnya.

'Hmm?'.

Seulgi bergumam dengan tanda tanya, ia tak mengerti mengapa tunangannya itu tiba-tiba menyebut nama Baekhyun dalam percakapan mereka.

Masih dengan senyum lebarnya Chanyeol melanjutkan kalimatnya, "Baekhyun, dia adalah Chanhyun ku yang hilang selama ini. Baekhyun adalah adik ku Seul".

'Tunggu!! Baekhyun yang waktu itu kita - '.

"Ya, Baekhyun yang waktu itu kita interogasi dan setelahnya tanpa kita ketahui dia sekarat di rumah sakit". Perkataan Seulgi terpotong oleh ucapan Chanyeol, tapi nada bicara Chanyeol berubah. Awalnya terdengar sangat senang namun saat mengatakan jika Baekhyun yang kini mereka bicarakan adalah orang yang sama dengan orang waktu itu di ruang interogasi suaranya melemah. Dan Seulgi tidak bodoh untuk tidak mengerti bahwa lelakinya itu tengah dirundung kesedihan disamping bahagia.

'Apa? Bagaimana bisa? Apa dia memiliki suatu penyakit yang parah atau semacamnya?'.

Chanyeol menghela nafasnya pelan, "Dia memiliki asma kronis, dan berada di ruangan bersuhu rendah terlalu lama membuat asmanya kambuh, parahnya aku malah menganggapnya sebagai rasa takut ketahuan. Aku jahat kan?".

Chanyeol mendongak, ia melihat bagaimana indahnya langit sore itu. Sejenak ia teringat apa yang dilakukannya pada Baekhyun malam itu lalu melanjutkan kalimatnya. Melanjutkan apa yang ingin curahkan pada wanita yang mencitai dan dicintainya itu.

"Aku merasa bersalah padanya setelah mengetahui bahwa dia adalah Chanhyun hari ini. Dia sungguh menganggap ku sudah mati, dia membenci ku Seul. Dia membenci ku karena aku telah berbohong padanya dan membawanya ke ruangan dingin itu lalu membentaknya seperti ia adalah seorang penjahat yang tengah menutupi kejahatannya".

Selesai dengan kalimat penyesalannya, baik Chanyeol maupun Seulgi sama-sama terdiam selama beberapa detik. Hingga Seulgi lah yang pertama bersuara. Wanita itu menyuarakan kalimat penenang untuk Chanyeol yang sudah mengeluarkan cairan bening dari sudut matanya secara perlahan.

'Perlahan dia akan memaafkan dan menerima mu Chan, ingatlah jika hubungan darah yang membuat kalian bertemu meskipun kalian terpisah cukup lama dan hubungan darah pulalah yang akan membuat hubungan kalian kembali rekat'.

Chanyeol menghela nafasnya, segera ia usap air matanya dan melayangkan sebuah kalimat protes pada ucapan Seulgi, "Masalahnya adalah dia sekarang - ".

'Sebentar Chan, ada panggilan dari ketua'.

Kalimat Chanyeol terhenti, panggilannya ditangguhkan oleh wanitanya karena ada panggilan dari ketua yang membuatnya berpikir ada apakah gerangan sang ketua menelfon tunangannya di waktu jam kerja sudah selesai begini.

Tak sampai lima menit menunggu, sambungannya dengan Seulgi kembali.

'Chan, kau masih disana?'.

"Ne, ada apa? Apa sesuatu sudah terjadi?". Tanya Chanyeol, dan jawaban Seulgi selanjutnya membuat kedua matanya membola.

'Darurat!! Ke markas sekarang!! Pos jaga pintu masuk markas kita meledak'.

"Apa? Baiklah, aku akan segera ke sana".

Dan panggilan itu terputus, Chanyeol segera menaiki motornya dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi sesekali ia mengumpat karena kasus yang harus diselesaikannya kini bertambah satu dalam kurun waktu tak sampai sebulan.

"Bagaimana bisa ini semua terjadi dalam waktu yang berurutan? Ya Tuhan, kasus di Hanyang SHS belum selesai kenapa sekarang beralih ke markas NIS?". Umpat Chanyeol kemudian ia menambah kecepatan laju motornya agar segera sampai di markas besar NIS.

Chanyeol tiba di markas NIS 20 menit kemudian. Disana ia dapat melihat pos jaga pintu masuk yang hancur dan rata dengan tanah. Mata bulatnya menatap garis polisi yang mengelilingi markas NIS. Tanpa kata Chanyeol langsung memasuki markasnya lebih dalam, di sana, di dalam ruang rapat telah berkumpul semua rekan-rekannya.

"Maaf aku terlambat". Ujar Chanyeol setelah menutup pintu ruang rapat dan mengambil duduk di tempat yang kosong sebelah Seulgi.

"Bagaimana? Apa memang tak ada sama sekali tanda-tanda pelakunya?". Tanya ketua NIS yang duduk seorang diri di ujung meja rapat yang ditata melingkar itu.

"Sepertinya jenis bom yang meledakkan pos penjaga pintu masuk kita sama dengan jenis bom yang meledakkan aula Hanyang SHS. Sejenis bom yang dibuat khusus dengan kontrol jarak jauh jadi membuat kita kesulitan untuk menemukan pelakunya". Sehun memberikan hasil analisanya kemudian ia menatap Chanyeol yang baru saja bergabung dan sepertinya lelaki tinggi itu sudah bisa mengikuti rapat terbukti dengan anggukkan pelan yang diberikannya sebagai tanggapan.

Masih dengan menatap Chanyeol, Sehun kembali melayangkan praduganya pada pelaku pengeboman itu. "Chanyeol hyung, apa mungkin pelakunya adalah - ".

"Tidak Hun, bukan dia pelakunya". Sergah Chanyeol segera, seolah ia bisa membaca pikiran Sehun yang mengarah pada lelaki mungil yang baru saja ia ketahui ternyata adalah adik kandungnya itu.

"Bagaimana kau tau hyung? Bahkan kita belum melakukan serangkaian interogasi lanjutan padanya". Timpal Sehun, lelaki albino itu hanya memiliki keyakinan bahwa Baekhyun adalah pelakunya meskipun ia sudah tahu jika hasil interogasi tahap pertama bocah berumur 15 tahun itu berhasil lolos.

"Bukankah kita semua sudah tau hasilnya melalui rekaman monitor dari alat pendeteksi kebohongan itu? Kenapa sekarang kau masih mencuriganya?". Chanyeol meninggikan suaranya, membuat suasana dalam ruang rapat semakin panas dan Seulgi yang ada di sebelahnya hanya mengusap lengannya dan membisikkan kalimat penenang.

"Tenangkan diri mu Chan, kita berada dalam forum rapat sekarang".

Tapi Chanyeol tetaplah Chanyeol. Ia tak akan membiarkan siapapun melukai atau bahkan membuat praduga yang tidak-tidak pada orang yang disayanginya apalagi ia baru saja hari ini mendapati kebahagiaannya tentang Baekhyun yang ternyata adalah adiknya yang 10 tahun ini ia cari.

Tidak, Chanyeol akan berusaha membela Baekhyun di hadapan semua rekannya. Ia tak rela jika nama adiknya dipandang buruk sekalipun masih Seulgi yang mengetahui fakta itu.

"Aku yakin bukan Baekhyun yang melakukannya, kalaupun iya untuk apa? Apa alasan dia melakukannya?". Lanjut Chanyeol dengan nada bicara yang sama. Bahkan sepasang mata bulatnya memicing ke arah Sehun yang memasang wajah datar ke arah Chanyeol seperti biasa.

"Dendam, kebencian, kekecewaan. Seseorang akan melakukan hal diluar nalarnya jika ia menyimpan 3 perkara tadi dalam hatinya, bukan begitu Dokter Kang". Sehun berkata dengan nada santai, tapi apa yang dikatakan Sehun tak sepenuhnya salah. Secara psikologis memang seseorang bisa bertindak di luar nalarnya jika dalam hatinya menyimpan dendam, benci dan kecewa yang berlebih pada orang lain.

Termasuk membunuh atau melenyapkan nyawa orang yang dibenci atau membuatnya kecewa dengan cara yang tidak bisa dibayangkan si korban.

Hal itu membuat Seulgi dan Chanyeol terdiam, seolah kalah telak dengan pendapat yang Sehun sampaikan.

"Aku yakin bocah itu menyimpan salah satu atau bahkan ketiga perkara itu pada Chanyeol hyung setelah ia diinterogasi di ruang interogasi tahap satu. Aku yakin bahwa dia pasti merasa telah ditipu oleh mu, dan aku sama sekali tidak lupa bagaimana hasil interogasi mu malam itu karena aku berada di sana, di ruang kontrol sampai proses interogasi mu selesai".

Chanyeol menggertakkan giginya, mata bulatnya menatap tajam ke arah Sehun. "Kau, apa yang kau inginkan Oh Sehun". Desis Chanyeol namun tanggapan Sehun terlampau santai membuat Chanyeol menggeram marah dalam batinnya sedangkan Seulgi hanya bisa mengusap lengan Chanyeol berkali-kali, berharap tunangannya itu akan berpikiran jernih dan tenang sehingga tidak salah dalam bertindak dan bersikap.

"Bawa dia kemari untuk menjalani proses interogasi lanjutan, tindakannya sungguh meresahkan semua pihak. Bukan begitu ketua?". Kini Sehun menatap ketuanya yang sejak tadi hanya diam mendengarkan perdebatan antara Sehun dan Chanyeol yang sama-sama merupakan orang unggulan dalam departemen penyelidikan.

"Ku rasa Sehun ada benarnya, besok bawa Byun Baekhyun itu ke sini lagi. Ku harap kau bisa melakukannya lagi Chan. Seperti biasa aku dan yang lain akan menunggu mu di sini sampai kau datang selepas kegiatan sekolah mu". Final ketua NIS dengan nadanya yang tenang namun hal itu justru membuat lelaki yang sejak tadi menatap tajam Sehun itu tersulut emosi apalagi tambahan kalimat yang dikeluarkan dari bibir tipis Sehun semakin membuatnya terbakar api amarah.

Chanyeol merasa bahwa secara tidak langsung, lelaki albino itu telah mengibarkan bendera perang karena semua tuduhannya merujuk pada Baekhyun yang merupakan adik kandungnya.

"Jika dia tak ada di sekolah esok hari bagaimana? Yah, seperti yang terjadi beberapa hari lalu, tepat di hari pertama aktif kegiatan sekolah pasca pengeboman aula Hanyang SHS bocah itu seminggu penuh tak ada kabar ketua".

Dan Chanyeol dapat melihat senyuman Sehun kini berubah menjadi seringaian tipis. Well Sehun sebenarnya adalah kandidat wakil ketua departemen penyelidikan NIS waktu itu selain Chanyeol, namun karena kalah suara jadilah ia anggota biasa sedangkan Chanyeol memiliki jabatan sedikit lebih tinggi dari Sehun. Namun Chanyeol tak mempermasalahkan jabatan, baginya semua orang dalam tim nya adalah saudara, dan dalam ikatan persaudaraan tak ada yang namanya lebih tinggi atau lebih rendah jabatannya. Dimata Chanyeol semuanya sama.

Tapi tidak untuk lelaki penyuka kompetisi seperti Sehun, ia tak suka menghadapi kekalahan.

"Cari sampai keujung dunia, teroris kecil itu harus segera ditangkap jika tak ingin kedamaian dunia terusik".

Jawaban dari ketua NIS terdengar memihak Sehun, membuat Chanyeol kian terbakar oleh amarahnya dan langsung menimpalinya dengan fakta yang ada, bukan praduga seperti yang Sehun lakukan hingga membuat semua orang menyudutkan pikirannya pada Baekhyun sebagai pelakunya.

"Tolong jangan menghakimi Baekhyun secara sepihak dulu. Kalau ternyata dia tidak bersalah seperti hasil interogasi tahap pertama bagaimana? Apa kau fikir itu tidak akan membuatnya mempertanyakan profesionalitas kita sebagai lembaga intelijen negara, Ketua yang terhormat?". Chanyeol memberikan penekanan saat menyebut ketuanya, ia bahkan tak perduli jika ia mendapatkan surat peringatan keesokan harinya karena yang ada dalam otaknya saat ini adalah nama baik Baekhyun.

"Dan lagi, bukankah itu sama saja kita telah menyalahi aturan dalam perundang-undangan jika kita belum matang dalam melakukan analisis kasus dan langsung memanggil tersangka terduga untuk proses interogasi tahap dua dan seterusnya padahal pada tahap pertama ia terbukti tidak bersalah?". Lanjut Chanyeol membuat ketua NIS itu menggangguk beberapa kali, apa yang dikatakan Chanyeol tak sepenuhnya salah, bahkan warga atau seorang terduga bisa saja menuntut NIS jika ternyata lembaga negara itu telah salah dalam memberikan analisis kasus dan pihak terduga terbukti tidak bersalah.

Chanyeol sebenarnya hanya ingin melindungi nama baik adiknya, namun sepertinya sang ketua menangkap lain. Ia menangkap Chanyeol memikirkan nasip NIS jika mereka salah tangkap tersangka.

Tapi sanggahan dari Sehun membuat Chanyeol hampir meledak, ia sampai mengumpat lelaki albino itu dalam hati saat Sehun lagi-lagi menyampaikan hasil analisisnya. Membuat rapat itu berjalan semakin lama dengan suasana panas.

"Kita tidak menghakiminya secara sepihak hyung, tapi lihatlah semua yang terjadi. Pengeboman di aula sekolah Hanyang SHS tanpa diketahui jejak pelakunya padahal saat itu dia berada di area sekolah, tak sampai sebulan Lee Dongho terbunuh di gudang belakang sekolah dengan peluru yang tak biasa digunakan oleh pembunuh pada umumnya, saat itu hanya ia satu-satunya orang yang tertangkap kamera cctv. Lalu yang baru saja terjadi, pos penjaga pintu masuk markas kita meledak dengan bom sistem kontrol jarak jauh. Kau pikir orang biasa bisa melakukannya hyung? Hanya orang berkemampuan otak yang luar biasa yang bisa menciptakan benda-benda semacam itu". Papar Sehun dengan panjang, kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi rapatnya. Matanya menatap ketua yang terlihat mulai ragu untuk memutuskan akan memanggil Baekhyun ke sana lagi guna mengikuti serangkaian interogasi tahap lanjutan. Menghindari tatapan tajam Chanyeol padanya juga sebenarnya.

"Maksud mu kau mencurigainya karena ia memiliki kecerdasan yang luar biasa begitu?". Tanya Chanyeol sarkartis, alisnya menukik tajam menatap Sehun yang justru tersenyum penuh kemenangan.

Lelaki albino itu menjentikkan telunjuk dan jempolnya hingga menguarkan bunyi. "Tepat sekali, bukankah ini adalah hipotesis mu tentang orang-orang cerdas hyung. Kenapa kau sekarang seolah meragukan hipotesis mu sendiri?".

Chanyeol bersiap untuk menimpali ucapan Sehun lagi kalau lengannya tidak dicengkeram kuat oleh Seulgi di sebelahnya.
"Cukup, Oh Sehun!! Jangan memberinya tekanan!! Kita pikirkan lagi besok, sekarang sebaiknya kita istirahat, hari sudah malam". Setelah menyelesaikan kalimatnya, Seulgi bangkit dari duduknya dengan Chanyeol yang lengannya ia tarik. Membungkukkan badannya pada ketua NIS sebagai tanda permintaan maaf dan sekaligus pamit undur dari ruang rapat yang panas sekalipun pendingin ruangan berfungsi dengan sangat baik.

Suasana dalam mobil Seulgi hening, wanita itu menarik Chanyeol ke mobilnya dan membiarkan motor sport milik Chanyeol terparkir manis di area parkir markas besar NIS.

Wanita cantik itu segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang. Ia menyetir malam ini, ia tak membiarkan Chanyeol yang sedang dalam keadaan kacau menyetir karena itu akan membahayakan keduanya.

"Seul, bagaimana ini? Jika Baekhyun benar pelakunya aku harus apa? Dia adik ku Seul. Adik yang bahkan setelah 10 tahun baru ku temukan. Aku tau jika aku baru saja melakukan kesalahan padanya dan sekarang dia tengah membenci ku, tapi aku yakin kalau dia tak akan melakukannya. Dia memang membenci ku, dia kecewa pada ku tapi dia bukanlah seorang penjahat atau teroris seperti yang dituduhkan Sehun dan dikatakan oleh ketua". Lirih Chanyeol, disetiap kata yang diucapkannya tertoreh banyak luka dan sebagai tunangan sekaligus psikolog, Seulgi tahu jika Chanyeol saat ini tengah berada di masa yang cukup berat.

"Aku tau Chan, aku mengerti perasaan mu. Pasti sangat berat untuk mu jika memang Baekhyun yang melakukannya. Tapi percayalah apapun yang akan kau lakukan, aku selalu ada di sini untuk mendukung mu".

"Terimakasih Seul". Chanyeol tersenyum tipis sedangkan Seulgi, wanita itu tersenyum lebar untuk menguatkan tunangannya yang tengah dilanda dilema besar itu.

"Jika kau yakin Baekhyun bukan pelakunya buktikan pada mereka yang meragukan keyakinan mu Chan. Kau harus membuktikan jika adik mu tidak mungkin melakukannya". Lanjut Seulgi penuh penekanan membuat Chanyeol mendapat energi baru. Tiba-tiba saja dengan cepat lelaki tinggi itu mengecup pipi Seulgi dimana membuat wanita cantik itu memekik karena atas ulah tunangannya.

"Ya!! Kau ingin kita mati konyol?". Chanyeol hanya menampakkan cengiran lebarnya, sedangkan Seulgi mendengus sebal karena sikap jahil Chanyeol yang sama sekali tak berubah jika mereka sedang berdua seperti ini.

********


Hanyang SHS tetap ramai seperti biasanya. Banyak para siswa yang berjalan di sekitar koridor sekolah menuju kelas masing-masing padahal 5 menit lagi bel masuk akan berdentang, anehnya masih ada banyak murid yang memadati koridor sekolah. Dan kalian pasti tahu jika mereka adalah bukan anak dari kelas unggulan bukan? Karena murid kelas unggulan di jam segini sudah standbye dalam kelas, setidaknya 10 menit sebelum bel masuk berdentang.

"Apa tak ada pesan apapun dari uri magnae?".

Joohyun yang sedari tadi gelisah di bangkunya mendekat dan bertanya pada Jongdae yang menggenggam ponselnya, harap-harap ada kabar dari teman sebangkunya yang belum menampakkan batang hidungnya.

Tapi jawaban yang di dapat Joohyun hanya gelengan pelan dan dengusan dari Jongdae tanda kalau memang sahabatnya itu tak mendapat pesan apapun dari si mungil Byun.

"Jangan-jangan kemarin dia memang benar terlalu memaksakan diri". Gumam Joohyun yang dapat ditangkap dengan baik oleh Jongdae.

"Apa maksud mu dengan memaksakan diri? Apa kemarin Baekhyun masuk kelas?". Tanya Jongdae dengan segera karena ia kemarin absen jadi ia tak tahu jika sahabatnya itu masuk kelas.

Joohyun mengangguk mantap, "Hmm, dia masuk kelas tapi wajahnya sangat pucat seperti mayat belum lagi aku masih bisa mendengar dengan jelas bunyi aneh disetiap ia bernafas". Terangnya karena memang ia masih menangkap suara aneh saat Baekhyun bernafas di dekatnya ketika ia bicara dengannya sebelum bel masuk berbunyi kemarin pagi.

"Bocah itu benar-benar, membuat orang khawatir saja". Gerutu Jongdae, tak dapat dipungkiri jika ia mengkhawatirkan sahabat mungilnya itu. Berbagai pikiran negatif mulai gentayangan di otaknya setelah mendengar ucapan Joohyun.

"Kau yakin Baekhyun ataupun Luhan oppa tak memberikan pesan apapun pada mu, Jong?".

Mendengar nama seseorang yang lain disebut dalam percakapan mereka, Jongdae menepuk keningnya segera. Bagaimana bisa ia melupakan saudara si mungil Byun itu?

Jongdae bodoh. Rutuknya dalam hati.

"Ya ampun!! Kenapa aku bisa melupakan Luhan hyung? Akan ku coba hubungi dia".

Jongdae segera menghubungi nomor ponsel saudara Baekhyun karena kebetulan Baekhyun pernah satu kali menelfonnya menggunakan ponsel Luhan.

Namun mulut cerewet Jongdae justru mengeluarkan dengusan pelan. Tanda ekspektasi tak sesuai dengan kenyataan yang ada.

"Bagaimana?". Tanya Joohyun saat Jongdae meletakkan ponselnya di meja bangkunya, menatap Joohyun dengan tatapan lesu dan tak bersemangat.

"Operator yang menjawab panggilan ku".

Joohyun menghela nafasnya pelan, ia menepuk dua kali pundak Jongdae lalu berkata, "Kita berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja". Setelahnya kembali duduk karena bel sudah berbunyi bersamaan dengan itu juga seseorang dengan tubuh tinggi menjulang muncul di balik pintu dan tergesa untuk duduk di tempatnya tanpa menyadari bahwa bangku di depannya kembali kosong.

Waktu terus berjalan hingga bel pulang berbunyi, dan magnae imut dari kelas 1-1 tak hadir sama sekali dimana membuat Jongdae, Joohyun dan terutama Chanyeol menjadi khawatir padanya.

"Bagaimana kalau kita ke rumah Baekhyun saja? Aku khawatir sekali padanya?". Kata Joohyun pada Jongdae yang hanya diangguki lemah oleh empunya. Sedangkan Chanyeol yang memang memiliki rencana ini lebih dulu memilih segera meninggalkan ruang kelas menuju area parkir.

Sayangnya ditengah perjalanannya ia dicegat oleh Sehun sehingga ia harus bicara dulu dengan pemuda albino yang berumur lebih muda beberapa tahun darinya itu.

Sementara di lain tempat, tepatnya di dekat seberang gerbang sekolah seseorang terlihat mengawasi satu-persatu murid Hanyang SHS yang keluar meninggalkan area sekolah namun ia belum menjumpai orang yang menjadi targetnya hari ini.

Semalam ia terbang ke Korea bersama tuan besarnya yang memberi perintah untuk menembak seseorang dari Hanyang SHS. Dan ia ingat apa yang harus ia lakukan setelahnya seperti yang diperintahkan Tuan Byun padanya sebelum sang tuan pergi meninggalkan mansion bersama putranya yang tertidur akibat obat bius dan beberapa pengikutnya menuju bandara.

"Apa yang harus saya lakukan tuan?". Tanya pemuda berkulit tan pada Yunho yang duduk santai di sofa ruang tengah sambil menyesap anggur merah dalam gelas beningnya.

Selesai dengan kegiatan menikmati anggurnya, Yunho menyerahkan beberapa foto seseorang pada orang itu.

"Kau hanya perlu diam di sana dan menunggu sampai orang dalam foto ini keluar dari area sekolah, lalu tembak dimanapun bagian tubuhnya asal jangan area vital. Dia tak boleh mati, hanya buat kekacauan di sana, buat semua orang yakin jika kau lah pelaku aksi terornya".

"Baik tuan".

Yang bisa dilakukan lelaki itu hanya patuh, karena ia sudah memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuan Byun sejak ayahnya meninggal karena hukuman mati yang dijatuhkan padanya. Tuan Byun menyelamatkan keluarganya yang terpuruk dengan menjadikan ibunya pelayan di rumah besarnya sedangkan ia dan kakaknya bertugas menjaga daerah perbatasan wilayah tuan Byun di China.

Jangan salah, sekali lagi meskipun kabarnya ia sudah pensiun menjadi mafia, itu tidak sepenuhnya benar karena Tuan Byun tetap mempertahankan wilayah kekuasaannya dari ancaman mafia luar.

"Lakukan permainan kucing-kucingan bila perlu dan biarkan diri mu tertangkap lalu akui bahwa kau adalah pelaku dari pengeboman aula Hanyang SHS yang kau lakukan dengan sistem kontrol jarak jauh, akui juga bahwa kau adalah pelaku pembunuhan seorang siswa bernama Lee Dongho beberapa hari yang lalu dan juga pengeboman pos penjaga pintu masuk markas NIS kemarin sore".

Terang Yunho pada apa yang harus dilakukan pemuda di depannya itu.

"Baik tuan".

Pemuda itu kembali mengangguk patuh tanpa protes sedikit pun.

"Bagus, aku tak ingin menerima berita kegagalan. Ingat, bahwa orang ku tengah mengawasi mu dan jika kau bermain-main dengan ku maka keluarga mu yang lain akan menanggung akibatnya, Kim Jongin".

Kim Jongin, pemuda itu bernama Kim Jongin yang sebenarnya adalah seorang pengikut setia Tuan Byun. Dia beserta keluarga Kim telah mengabdi pada keluarga Byun selama lebih dari 5 tahun. Tapi semuanya menjadi kacau, kepercayaan yang Tuan Byun berikan padanya dan keluarganya untuk mengabdikan diri hilang seketika setelah pemberontakan yang dilakukan oleh kakak Jongin sendiri, Kim Suho yang pada akhirnya tewas di tangan Yunho saat berusaha membunuh pimpinan mafia besar China yang tengah 'tertidur' itu.

"Saya mengerti tuan".

Dan Jongin bukan tak tahu apa maksud dan resiko yang harus ia hadapi jika Tuan Byun memintanya melakukan itu, tapi dia tak bisa melawan jika ibu yang paling disayangnya akan menjadi korban kekejaman Byun Yunho jika sampai ia gagal. Pikirnya tak apa jika bahkan ia mati, asal jangan ibunya.

Mata Jongin masih tetap tajam menatap murid-murid Hanyang SHS yang meninggalkan pintu gerbang seolah melubangi kepala mereka hingga dari jauh ia melihat sosok yang dilihatnya dalam foto yang semalam diberikan oleh Tuan Byun.

"Hyung, maafkan aku. Aku tau jika perkataan ku semalam membuat mu marah. Harusnya aku lebih memperhatikan ucapan ku dalam melakukan analisis lebih dalam pada kasus ini. Seharusnya aku tak langsung merujuk pada Baekhyun". Ujar Sehun selama mereka dalam perjalanan menuju halte depan sekolah. Karena Chanyeol tadi pagi dihantar oleh tunangan cantiknya jadi ia kembali dengan bus.

Sehun? Ia tak bisa memberi tumpangan karena ia harus pulang sebentar setelah mendapat kabar bahwa ibunya tengah sakit.

Chanyeol hanya diam, ia mengangguk dan bergumam seadanya. Sungguh, itu membuat Sehun semakin merasa bersalah karena secara tidak langsung ia telah menjatuhkan Chanyeol di depan ketuanya meskipun sebenarnya ia tak bermaksud demikian.

Semalam ia hanya ingin menyampaikan aspirasinya yang selalu ditolak oleh Chanyeol pada ketuanya, namun siapa sangka kalau sang ketua yang bersikap seolah berpihak padanya dan membuat Chanyeol marah.

"Setelah kau pergi dengan Seulgi noona, aku dan ketua berpikir ulang tentang perkataan mu. Kau benar hyung, kita tak boleh memanggil ataupun membawa Baekhyun untuk mengikuti interogasi tahap selanjutnya jika di tahap pertama ia terbukti tak bersalah tanpa adanya bukti nyata atau analisis kasus yang benar-benar matang".

Sehun menampakkan wajah menyesalnya dan Chanyeol sebagai seorang kakak yang sangat menyayangi Sehun tentu akan memaafkannya.
Tangan Chanyeol ia bawa menuju pundak Sehun saat keduanya sudah tiba di ambang pintu gerbang sekolah. "Tak apa Hun, sekarang aku akan cari tau apa yang terjadi Baekhyun karena hari ini dia lagi-lagi tak masuk kelas".

"Apa? Dia tak masuk kelas lagi?". Tanya Sehun dengan raut wajah terkejut. Ternyata prediksi buruknya semalam benar adanya, itu membuat pikirannya tentang Baekhyun sebagai pelakunya semakin terpupuk sempurna di hatinya.

Bahkan dalam batinnya Sehun mengatakan bahwa ia akan mencari tahu secara diam-diam tentang Byun Baekhyun ini untuk menguak siapa si mungil itu sebenarnya.

"Sebenarnya kemarin saat ia masuk kelas, ia masih dalam keadaan belum sembuh benar. Wajah pucat dan juga bunyi disetiap tarikan dan hembusan nafasnya, aku hanya khawatir kalau penyakitnya kambuh lagi".

"Baiklah, kalau begitu -".

Dor!!

Ucapan Sehun terpotong oleh suara tembakan dan erangan suara berat dari lelaki di sampingnya.

"Aarrgghh.....".

Sehun sangat terkejut, namun ia sempat melihat lelaki bertubuh besar dengan pakaian serba hitam berlari dari sana

"Ya ampun, Chanyeol hyung!!". Pekik Sehun saat ia melihat darah telah mengalir dari lengan yang lebih tua dan erangan serta rintihan tertahan milik Chanyeol kian terdengar di telinganya.

Sebelum pelaku berlari jauh, ia segera menghentikan seorang murid di sekolahnya yang kebetulan lewat hendak keluar dari pintu gerbang.

"Tolong bawa dia ke rumah sakit terdekat segera!! Hubungi aku jika kau sudah membawanya ke sana". Sehun bicara dengan cepat dan dengan cepat pula ia keluarkan kartu namanya dari saku celananya lalu memberikannya pada murid yang terlihat shock dengan apa yang ada di depannya kini.

Selesai dengan itu, Sehun langsung berlari secepat mungkin mengejar pelaku penembakan Chanyeol beruntung Sehun adalah mantan seorang pelari jadi ia bisa dengan cepat mengejar langkah si penembak.

Sret...

Sehun menarik ujung hoody hitam yang dikenakan penembak itu lalu segera melayangkan beberapa kali pukulan di rahangnya hingga lelaki itu tak berdaya di atas jalanan yang lumayan lenggang.

Bugh...

Bugh....

Bugh...

Nafas Sehun terengah setelah berhasil mengunci pergerakan lelaki di bawahnya itu. Dengan gerakan cepat Sehun membuka masker hitam yang menutupi wajah lelaki itu dan sekarang ia bisa melihat bagaimana wajah itu memiliki lebam akibat ulahnya.

"Siapa kau sebenarnya hah? Kenapa kau menembak teman ku?". Tanya Sehun dengan nada meninggi.

"Lepaskan aku!!". Jongin menggeram, meskipun ia sudah tahu jika perintah tuannya ini sangat beresiko pada kematiannya namun sekali lagi ia tak perduli selama ibunya tetap hidup layak di rumah besar Tuan Byun.

"Tidak sebelum kau jawab pertanyaan ku". Sehun masih mengunci pergerakan Jongin, matanya pun masih menatap tajam ke arah Jongin yang menatap Sehun dengan remeh lalu berdecih.

"Karena aku membencinya, puas!!".

"Kau, ikut aku sekarang juga!". Sehun bangkit lalu tangannya menarik tangan Jongin dan menekuknya ke belakang tubuh Jonggin namun ia memberontak.

"Lepaskan aku!!".

"Diam atau ku tembak kepala mu!". Dengan terpaksa Sehun mengeluarkan senjatanya dari dalam saku blazer sekolahnya. Biasanya hal ini akan berhasil untuk mengancam seorang pembunuh bayaran seperti yang ada di depannya ini.

Jadi dalam pikiran Sehun, lelaki yang tangannya masih ia bekuk ke belakang itu adalah pembunuh bayaran.

"Kau yang diam!! Lepaskan aku sekarang atau gedung NIS akan ku ledakkan hanya dengan satu kali tekan tombol merah di layar ponsel ku!!". Kata Jongin dengan giginya yang ia gertakkan.

Ia sesegera mungkin teringat perkataan tuan besarnya tentang pengakuan yang harus dilakukannya. Well, sebelumnya ia cukup tahu bagaimana kiprah dan polah tingkah putra kesayangan tuan besarnya itu selama di Korea. Itulah mengapa Jongin tahu maksud dari tuan besarnya memberi perintah itu padanya, menjadikannya kambing hitam atas tindakan Baekhyun.

Byun Yunho itu cerdik bukan?

"Kau - ". Mata Sehun membola, jadi pelaku pengeboman pos penjaga pintu masuk markas besar NIS adalah lelaki berkulit tan yang belum ia ketahui namanya ini? Jadi selama ini ia sudah salah menduga Baekhyun sebagai pelakunya?

Betapa bodohnya kau Oh Sehun. Rutuknya dalam hati.

Merasa bahwa Sehun pasti tengah memasang wajah terkejut, Jongin menyeringai. "Kenapa? Kau ingin aku melakukannya? Aku sudah meletakkan beberapa bom yang lain di sana".

'Ya Tuhan, jadi benar bukan Baekhyun yang melakukannya? Tetapi pria ini pelakunya? Jangan-jangan pengeboman aula sekolah dan pembunuhan Lee Dongho pria ini juga yang melakukannya'. Batin Sehun sebelum sebuah tendangan mengenai perutnya setelah tawanannya berhasil lepas darinya.

Jongin hanya memanfaatkan keadaan saat ia melihat ada celah baginya untuk kabur karena ia merasa ada tanda-tanda pegangan Sehun pada kedua tangannya yang dibekuk mengendur.

Bugh...

"Ucapkan selamat tinggal dengan segera pada markas kebanggaan mu itu tuan Oh". Ucap Jongin dan ia segera berlari meninggalkan Sehun yang terjatuh di atas jalan.

"Tidak semudah itu". Gumam Sehun lalu menembakkan jarum kecil yang selalu ia bawa dalam saku celana sekolahnya.

Sret....

Setelah berhasil membuat pergerakan Jongin lumpuh, barulah Sehun menyeringai dan mendekat ke arah Jongin yang jatuh tengkurap di atas jalanan.

"Kau tak akan pernah bisa lari dari ku hitam". Jongin masih setengah sadar, jadi ia masih bisa mendengar dengan baik apa yang dikatakan lelaki albino itu.

Sehun berjongkok, ia menarik rambut Jongin hingga membuatnya mendongak dan menatapnya. "Kau tau, dalam jarum kecil yang menancap di punggung mu terdapat obat bius yang melumpuhkan mu dengan cepat. Jadi sebaiknya kau menyerahkan diri mu pada ku".

"Kau -". Hanya itu yang terdengar di telinga Sehun sesaat sebelum Jongin jatuh tak sadarkan diri, bertepatan dengan itu ponsel dalam saku blazer sebelah kirinya bergetar tanda ada pesan masuk. Sehun segera membukanya dan menatap sederet nomor asing yang memberitahunya pasal keberadaan Chanyeol sekarang.

Sehun mengetikkan balasan lalu mengetik pesan pada seseorang yang lain.

'Noona, Chanyeol hyung tertembak, sekarang dia dirawat di rumah sakit umum dekat Hanyang SHS. Aku berhasil menangkap pelakunya sekarang dalam perjalanan menuju markas'.

"Aku akan meminta maaf pada Baekhyun jika suatu saat aku bertemu dengannya". Gumam Sehun sambil mengangkat tubuh Jongin yang besar dan berat itu setelah mencabut jarum berisi obat bius di punggungnya. Membawanya pergi dari sana menuju jalan raya dan memberhentikan taksi yang membawanya menuju markas besar NIS.

Setelah mendapat pesan dari Sehun, Seulgi segera menuju rumah sakit tempat Chanyeol di rawat. Ia sangat panik saat melihat kata 'Chanyeol hyung tertembak'.

Setibanya disana Seulgi menghampiri seorang lelaki berseragam sekolah Hanyang SHS.

"Kau teman sekolah Chanyeol? Bagaimana keadaannya?". Tanyanya begitu ia sudah dekat dengan remaja SMA itu.

"Dia belum sadar, dan mengenai teman pasien itu aku sebenarnya tak mengenalnya, aku hanya kebetulan berada di sana saat akan pulang dan dicegat seorang hoobae untuk membawanya ke sini karena ia tertembak lengannya sedangkan hoobae itu sepertinya mengejar pelakunya. Aku bahkan tau namanya setelah membaca name tag di blazer seragamnya saat melakukan pendaftaran untuk administrasi rumah sakit". Jelasnya, namun itu tak cukup membuat wanita berusia 29 tahun itu tenang. Ia masih sangat khawatir dengan keadaan tunangannya di dalam kamar rawatnya.

"Baiklah, sekarang aku yang akan menjaganya. Kau bisa pulang adik manis". Ujar Seulgi setenang mungkin seraya tersenyum manis.

"Memangnya noona ini siapanya Park Chanyeol yang ada di dalam sana?".

"Aku saudaranya, tadi hoobae yang kata mu meminta mu membawanya kesini menghubungi ku dan itulah mengapa aku ada di sini". Terpaksa Seulgi mengarang cerita tentang dia yang merupakan saudara Chanyeol karena akan sangat merepotkan kalau bocah SMA ini tahu statusnya dengan Chanyeol yang sebenarnya.

"Baiklah, aku akan pulang. Sejak tadi sebenarnya eomma ku sudah menelfon".

Seulgi mengangguk sambil bergumam, "Terimakasih sudah membawanya kemari dengan cepat".

"Sama-sama noona, bukankah sesama manusia harus saling menolong?". Seulgi lagi-lagi mengangguk, dalam otaknya ia berpikir bahwa di jaman sekarang anak muda yang memiliki tingkat kepedulian tinggi seperti pemuda di depannya itu sangat langka jadi ia sangat menghargai pemuda itu dengan menggumamkan kata terimakasih padanya.

"Aku permisi pulang noona, semoga Park Chanyeol cepat sembuh".

Setelah berpamitan, pemuda yang merupakan senior Chanyeol dan Sehun di Hanyang SHS selama masa penyamaran itu pergi meninggalkan rumah sakit. Sedangkan Seulgi langsung masuk ke dalam kamar rawat Chanyeol dan mendapati tunangannya itu tengah berusaha untuk bangun dari berbaringnya.

"Eoh, kau sudah bangun?". Tanya Seulgi dan segera menghampiri Chanyeol sambil memekik panik saat ia melihat Chanyeol berusaha mencabut jarum dari selang infus yang menempel di punggung tangannya.

"Ya!! Apa yang kau lakukan?".

Untung gerakan Seulgi lebih cepat, jadi ia bisa mencegah tindakan Chanyeol sebelum lelaki tinggi itu mencabut paksa jarum infusnya.

"Baekhyun, dia tak pergi sekolah hari ini. Aku takut terjadi apa-apa padanya, aku harus segera ke rumahnya. Aku khawatir padanya, terakhir aku bertemu dengannya wajahnya sangat pucat dan disetiap ia bernafas ia mengeluarkan bunyi aneh. Hari ini ia bahkan memberi kabar pada sahabatnya Seul".

"Tenang Chan, kau baru saja tertembak. Setidaknya tetap berada di sini sampai kau sembuh baru cari Baekhyun". Chanyeol berdecih pelan, ia tak suka jika apa yang diinginkannya tak didapatkannya saat itu juga. Lagipula ia hanya tertembak di lengannya bukan jantungnya, ia tak apa jika hanya menahan sakitnya sebentar asalkan ia bisa memastikan adiknya baik-baik saja.

"Ini hanya lengan ku Seul, aku baik-baik saja. Aku harus segera ke rumah Baekhyun untuk memastikan tidak terjadi apapun padanya". Chanyeol akan menarik paksa jarum infusnya lagi namun berhasil ditahan oleh Seulgi untuk yang kesekian kalinya.

"Jangan keras kepala, kau pikir jika kau pergi dengan keadaan begini tak akan membuat orang lain khawatir? Aku mengkhawatirkan mu Chan". Ujarnya dengan lembut, Seulgi memang khawatir pada Chanyeol dan itu terlihat dari pancaran matanya saat Chanyeol membalas tatapan wanitanya itu.

"Maafkan aku". Lirih Chanyeol dengan kepala tertunduk, ia melupakan keberadaan Seulgi karena rasa khawatirnya pada Baekhyun.

"Istirahatlah, aku akan mencari tahu bagaimana keadaan Baekhyun dan mengabari mu nanti. Oh iya, Sehun sudah menangkap orang yang menembak mu tadi".

"Sehun menangkapnya?". Tanya Chanyeol setelah ia kembali berbaring diranjang rawatnya, dengan bantuan Seulgi tentunya.

Seulgi mengangguk sambil bergumam, "Mungkin sekarang dia sudah di markas bersama orang itu".

"Ayo kita ke markas, aku ingin tau siapa dan mengapa dia melakukan ini pada ku". Chanyeol kembali bangun dari acara berbaringnya dan terduduk di tengah ranjang rawatnya.

Seulgi menghela nafasnya, ia merasa sekarang Chanyeol sangat sulit untuk dinasehati dan menjadi bukan Chanyeol yang penurut seperti sebelumnya. "Chan, dengar kan aku. Ku mohon tetaplah di sini sampai kau sem - ".

"Besok pagi aku ingin keluar dari sini". Putus Chanyeol, ia menolehkan kepalanya untuk mendapati wajah kecewa tunangannya namun tampaknya ia lebih memilih egonya. Di kepalanya sekarang tak hanya berisi Baekhyun yang menghilang tanpa kabar hari ini tapi juga orang yang menembaknya beberapa jam yang lalu di area sekolah.

"Chan?". Panggil Seulgi dengan halus dan tatapan mata yang menampakkan kekhawatirannya yang besar, berharap Chanyeol mengerti namun nyatanya sekarang Chanyeol jauh lebih keras kepala dibandingkan sebelumnya.

"Tidak Seul, terlalu lama jika sampai aku sembuh benar. Lagipula aku sudah terbiasa dengan luka tembak seperti ini kan? Jangan khawatirkan aku, okay. Semuanya akan segera membaik".

"Tapi kan - ".

Chanyeol menggenggam jemari Seulgi, membawanya mendekat ke arah bibirnya lalu mengecupnya dengan lembut. "Aku akan baik-baik saja. Percaya pada ku, aku penasaran dengan orang itu dan aku sangat ingin tahu kabar tentang adik ku secepatnya".

Seulgi menggigit bibir bawahnya, sepertinya kali ini ia harus mengalah pada orang yang berstatus tunangannya itu.
Ia majukan wajahnya untuk mengecup pipi kiri Chanyeol.

Cup...

"Baiklah jika itu mau mu, sekarang kembalilah istirahat. Besok pagi kita pulang". Seulgi membantu Chanyeol kembali berbaring di ranjang rawatnya lalu membenarkan letak selimut Chanyeol yang sempat melorot.

"Terimakasih sudah mengerti". Ujar Chanyeol yang mendapat anggukkan dari Seulgi sebelum kembali memejamkan kedua matanya untuk beristirahat.

Keesokan harinya di markas NIS...

"Katakan pada ku siapa kau dan mengapa kau melakukan itu semua!!". Teriak seseorang bersuara besar dalam ruangan interogasi NIS, bukan dalam ruangan yang sama seperti tempatnya menginterogasi Barkhyun kali ini mereka berada dalam ruang interogasi yang jauh lebih gelap dan dingin dan tak ada siapapun di dalam sana kecuali pelaku dan yang menginterogasi. Yang teriak tadi adalah Chanyeol, pagi ini setelah keluar dari rumah sakit ia meminta Seulgi untuk mengantarnya ke markas NIS.

"Hanya untuk bersenang-senang. Bukankah lebih menyenangkan meledakkan bangunan dan membunuh orang sungguhan daripada dalam sebuah game di ponsel atau komputer?". Jawab tersangka aka Kim Jongin dengan santai, seperti yang ia lakukan saat Sehun dan Ketua NIS menginterogasinya semalam.

"Dan lagi, apa kau tak mengingat ku Park Chanyeol?". Lanjut Jongin membuat kening Chanyeol yang duduk di berseberangan dengannya berkerut.

"Maksud mu?".

Jongin berdecak kemudian tersenyum miring, "Kau benar-benar pelupa. Kim Haneul, apa kau ingat siapa dia?".
Jongin menyebut sebuah nama yang terdengar tak asing di telinga Chanyeol.

"Kim Haneul?". Gumam Chanyeol pelan seraya mengingat siapa Kim Haneul tapi nihil hingga penjelasan dari Jongin lah membuatnya mengingat siapa orang yang namanya hadir dalam proses interogasinya.

Di dalam sana memang hanya ada Chanyeol dan Jongin tapi percayalah kalau dalam ruangan itu terdapat kamera cctv kecil yang dipasang sedemikian rupa sehingga tim penyeledik bisa mengetahui apa yang terjadi di dalam sana lewat ruang kontrol di sebelah ruang interogasi.

"Ya, seseorang yang dijatuhi hukuman mati karena mu. Kalau kau ingin tau, aku ini anaknya namaku Kim Jongin dan aku datang untuk membalaskan dendam atas kematian ayah ku. Aku tak menyangka kita akan bertemu secepat ini. Sungguh di luar dugaan".

"Kau - anak Kim Haneul? ". Chanyeol masih dalam mode terkejutnya, ia mengingat siapa itu Kim Haneul sekarang namun seingatnya Kim Haneul sudah tak memiliki keluarga bahkan anak bungsunya yang tersisa waktu itu sudah mati karena tertelan arus laut ketika dalam proses pengejaran dan penangkapan di pantai.

"Ya, aku adalah anaknya. Anak Kim Haneul yang dinyatakan hilang tertelan arus laut tapi takdir berpihak pada ku, aku selamat dan Tuhan memberi ku kesempatan untuk membunuh mu. Sayang sekali aku sudah ketahuan sebelum misi ku berhasil". Lagi-lagi senyum miring terpampang di wajah Jongin sedangkan Chanyeol masih memasang wajah terkejutnya ekspresi yang sama seperti yang ditunjukkan oleh rekannya di ruang kontrol.

"Padahal aku sudah berhasil menarik mu keluar dari sarang dengan pengeboman aula sekolah Hanyang SHS. Harusnya saat Lee Dongho mati, kau juga mati dan teman sekolah mu yang berbadan kecil itu juga mati sayangnya ia menghilang saat aku ingin membunuhnya kemarin sebagai pancingan agar kau kalang kabut dan semakin memudahkan aku membunuh mu. Sayang sekali misi ku dalam membunuh teman kecil mu yang harusnya kembali ku jalankan hari ini gagal total karena teman albino mu itu. Harusnya hari ini kau sudah mati Park Chanyeol karena kemarin kau selamat". Lanjut Jongin dimana hal itu langsung membuat emosi Chanyeol tersulut. Ketika satu persatu kasus yang ia tangani disebutkan oleh bibir orang yang kini duduk di seberang sana ia teringat oleh adiknya yang sempat ia buat terluka dan kecewa, belum lagi tuduhan Sehun dan ketua NIS pada si mungil akibat perbuatan Jongin.

Dan yang palinh parah adalah rencana pembunuhan pada Baekhyun juga disebutkannya, sungguh Chanyeol ingin membunuh orang di hadapannya itu sekarang juga.

"Sayangnya aku masih hidup, bukankah itu artinya takdir lebih berpihak pada ku daripada kau?". Balas Chanyeol dengan sarkasme, membuat Jongin berdecak.

"Omong kosong!! Lepaskan aku dari sini dan ayo kita bertanding".

"Untuk apa, hari ini kau akan dibawa ke kantor polisi untuk dieksekusi".

"Kenapa tidak kau saja yang melakukannya? Bukankah sama saja dengan apa yang kau lakukan pada ayah ku dulu?". Tantang Jongin pada Chanyeol seolah tak ada rasa takut pada kematian yang akan menyambutnya.

Lalu ia bangkit dari duduknya, perlahan tapi pasti ia melangkahkan tungkainya mendekat ke arah Chanyeol.

"Tetap duduk di sana!!". Teriak Chanyeol namun gerakan Jongin terlampau cepat, lelaki berkulit tan itu sudah meletakkan kedua tangannya ke leher Chanyeol, dengan gerakan mencekik Jongin menekan leher Chanyeol hingga empunya terbatuk dan sulit bernafas.

"Kau tau, kehilangan seseorang yang dicintai adalah hal yang paling menyakitkan terlebih ayah ku mati karena dijatuhi hukuman mati dengan cara paling keji seperti itu. Kau pikir aku tak sakit hati? Aku sakit hati Park Chanyeol!!". Teriak Jongin dengan tangannya yang semakin kuat mencengkeram leher Chanyeol.

"Uhuk.. uhuk...". Chanyeol terbatuk beberapa kali dan mulai sulit bernafas, sekarang ia mengerti kiranya seperti inilah yang dirasakan Baekhyun malam itu ketika asma kronis nya kambuh.

"Sekarang kau akan mati ditangan ku, kau yang membunuh ayah ku. Mati kau!! Mati!!.

Bugh...

Tapi tiba-tiba seseorang masuk ke dalam sana dan memukul Jongin hingga ia terjatuh di lantai.

Dor!!

Dor!!

Dor!!

Tiga bunyi tembakan menandakan bahwa semuanya sudah berakhir. Jongin sudah mati dan tergeletak di lantai dengan peluru yang menembus perut dan dadanya.

"Kau baik-baik saja hyung?".

"Terimakasih sudah datang tepat waktu, Hun-ah".

Ternyata Sehun yang masuk ke dalam sana dan langsung melakukan eksekusi setelah mendapat persetujuan dari ketua NIS yang kebetulan ikut melihat proses interogasi Chanyeol di ruang kontrol.

"Bukan masalah hyung. Sekarang terorisnya sudah mati dan Korea bisa tenang sekarang".

"Kau benar Hun". Lirih Chanyeol sambil menetralkan nafasnya yang sempat tersumbat akibat cengkeraman Jongin di lehernya.

"Hyung, aku sungguh minta maaf untuk Baekhyun. Jika dia kembali ke Korea aku akan meminta maaf padanya". Ujar Sehun dengan mantap membuat Chanyeol tersenyum padanya.

"Tentu, kau memang harus melakukannya tuan Oh".

Selanjutnya mereka berdua terkekeh bersama lalu Sehun memerintahkan tim evakuasi untuk mengangkat jenazah Jongin dan memakamkannya dengan layak.

**********


Seorang lelaki berperawakan tinggi dan bertubuh tegap mendatangi sebuah kantor perusahaan tekstil besar di negeri tirai bamboo. Lelaki tinggi itu segera masuk ke ruangan CEO yang terlihat sangat sibuk dengan kertas di hadapannya.

"Katakan pada ku dimana adik ku Byun Yunho!!!". Teriak lelaki tinggi itu ketika ia berhasil masuk ke dalam ruangan besar milik Yunho, dia adalah Park Chanyeol yang mencari keberadaan Baekhyun setelah beberapa hari ini tak ia temui di sekolah.

"Belum saatnya kau tau dimana dia berada, nak. Yang jelas saat ini ia berada di tempat yang aman". Jawab Yunho dengan santai, bahkan tangannya masih memegang bolpoin dan melingkari bagian-bagian dalam kertas di hadapannya.

Seolah mengacuhkan kehadiran Chanyeol di sana.

Chanyeol menggertakkan giginya, ia marah pada lelaki tua dihadapannya itu. Ia sudah datang jauh-jauh dari Korea ke China dan lagi ia sudah bersusah payah untuk dapat bertemu dengan Yunho. Tapi apa yang didapatnya? Ia diacuhkan.

"Oh iya, aku ingin tanya sesuatu, sejak kapan kau menyadari jika Baekhyun adalah Chanhyun?". Tanya Yunho namun matanya masih fokus pada kertas di hadapannya.

"Tidak perlu marah begitu, jawab saja kapan kau mulai menyadarinya".

Chanyeol baru akan membuka mulutnya, mengucapkan kata-kata sumpah serapah namun sudah didului oleh Yunho.

"Apa itu penting bagi mu? Sekarang cepat katakan dimana adik ku!!". kini Chanyeol tak hanya teriak, tapi dia sudah menggebrak meja kerja Yunho hingga yang lebih tua berjengit karena terkejut dan benar-benar mengalihkan perhatiannya pada Chanyeol.

"Waow, sabar anak muda. Kau akan tau jika waktunya sudah tiba. Lagipula Baekhyun tak mengingat mu sekarang".

"Apa maksud mu?". Tanya Chanyeol dengan kening berkerut, dari awal Chanyeol sudah curiga bahwa terjadi sesuatu pada adiknya karena Baekhyun yang mengingatnya sama sekali.

"Dia mengalami kecelakaan dan amnesia berat waktu ia berumur 6 tahun. Dia tak dapat mengingat apapun tentang masa lalunya, jadi sekarang pulang lah ke Korea dan urusi kasus mu". Jelas Yunho dengan nada santai.

Padahal sebenarnya ia sudah tahu jika kasus Baekhyun sudah selesai setelah ia mendapat kabar bahwa Jongin telah mati di markas NIS. Namun ia harus berpura-pura tidak tahu demi keamanan Baekhyun ke depannya jika semua orang tahu bahwa Park Chanyeol, seorang anggota tim penyelidik NIS memiliki adik yang manis yang masih seorang siswa SMA seperti Baekhyun sekalipun ia tahu bahwa putranya itu bisa menjaga dirinya sendiri dengan bekal kemampuan yang dimilikinya.

Chanyeol semakin menggertakkan giginya, ia marah. Jadi sebenarnya selama ini Yunho tahu bahwa Baekhyun adalah Chanhyun.

Jadi selama ini Yunho tahu kalau dia masih hidup dan mencari keberadaan adiknya?

Tapi mengapa Yunho diam saja dan tak mengatakan yang sebenarnya pada Baekhyun? Apa yang telah terjadi sebenarnya?

"Kau- ".

"Aku tau semuanya tentang mu nak, jadi selesaikan kasus mu. Jika sudah, datanglah kemari dan akan ku beri tau dimana dia berada".

"Apa kata-kata mu bisa ku percaya?". Persis seperti Baekhyun, lelaki tinggi itu memberikan tatapan menelisik pada Yunho tanda ia tak percaya.

Sebenarnya Chanyeol ingin mengatakan jika kasusnya di Korea sudah selesai beberapa hari yang lalu namun nampaknya ia ingin mengikuti permainan Yunho.

"Terserah pada mu, jika kau mau percaya maka percayalah".

"Baiklah aku percaya pada mu". Lalu Chanyeol pergi meninggalkan ruangan Yunho setelah menyelesaikan kalimatnya, lelaki tua itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya dan menghela nafasnya pelan.

"Aku sudah melakukan hal yang benar bukan? Ya, aku sudah melakukan hal yang benar. Aku hanya ingin melindungi anak ku dengan cara ku". Gumam Yunho sebelum sebuah bunyi dari ringtone ponselnya membuyarkan lamunan singkatnya.

"Ya, ada apa?". Langsung saja Yunho bertanya pada si penelfon tanpa basa-basi.

'Tuan besar, Tuan Muda kabur!'. Suara dari seberang telefon terdengar sangat panik ditengah kebisingan, ia yakin bahwa penelfon sedang berada di pingir jalan raya.

"Apa?!". Tanyan Yunho memastikan pendengarannya salah.

'Tuan Muda kabur!!'. Jawaban yang sama ia dapatkan, itu artinya telinganya tak salah dalam mendengar.

"Bodoh!! Cepat cari dia sampai dapat atau ku penggal kepala mu Xie Luhan!!".

Yunho mematikan panggilan itu sepihak lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangannya. Segera saja ia menelfon seseorang yang ia percaya bisa menemukan dimana keberadaan putra kesayangannya itu.

"Baoxian tak boleh pergi kemanapun ia harus tetap berada di sana sampai semuanya aman". Gumam Yunho dengan nada dingin yang terdengar sangat berbahaya.

Kalau kalian ingin tahu, Yunho itu memiliki father complex. Ia sangat overprotective pada Baekhyun tanpa sepengetahuan si mungil.

Kanada...

Seorang pemuda mungil berlari di tengah kerumunan para pejalan kaki di Kanada. Dia adalah Baekhyun yang sedang kabur dan berusaha mencari tempat persembunyian agar Luhan dan Joon tak menemukannya.

Yah, jadi Baekhyun sengaja diasingkan ke Kanada dengan alasan yang tidak logis sama sekali. Kata baba nya Baekhyun butuh liburan dan udara segar agar tidak stress dan memicu asmanya kambuh, padahal ia tahu pasti ada alasan lain tapi babanya tak memberitahunya, bahkan ponselnya disita oleh babanya jadi ia tak bisa melakukan komunikasi dalam bentuk apapun pada sahabatnya di sekolah Korea.

Selama beberapa hari di Kanada, Baekhyun sama sekali tak diijinkan meninggalkan apartemennya. Jika ia butuh sesuatu maka Luhan akan membelikannya sedangkan Joon menjaganya di luar pintu apartemen. Si kecil Byun yang hyperactive mana bisa di kurung dalam rumah eh?

Mrlihat ada kesempatan barulah ia kabur dari apartemennya di Kanada.

"Aku harus sembunyi dimana? Sial!! Luhan dan Joon melihat ku".

Sayangnya sejauh dan secepat apapun Baekhyun berlari, kaki-kaki pendeknya tak akan bisa mengalahkan kaki panjang Lee Joon yang terlatih untuk berlari itu.

"Tuan muda!! Tetap di sana!! Jangan lari lagi!!". Teriak Luhan dari jarak yang sebenarnya tak jauh, namun mereka berseberangan sehingga memudahkan bagi Baekhyun untuk berlari lagi karena zona pejalan kaki saat ini dipadati oleh mobil mengingat lampu lalu lintas untuk para pejalan kaki menyeberangi zebra cross berwarna merah.

"Aku harus segera pergi". Gumamnya lalu kembali berlari dari sana.

Baekhyun merasa telah jauh berlari hingga kedua kakinya lelah dan barulah ia menyadari kalau sejak tadi dadanya terasa sesak dan sakit untuk bernafas.

"Haish, asma sialan!! Kenapa harus kambuh di saat seperti ini?". Rutuk Bekhyun dengan kalimat yang tak jelas karena ia sudah sangat kesulitan untuk mengatur nafasnya sendiri, ia tetap berjalan dengan terhuyung karena pening mulai menyerang kepalanya dengan wajah pucat dan keringat dingin yang muncul di tubuh mungil berisinya.

Bruk...

Baekhyun menabrak seseorang hingga ia jatuh dalam pelukan orang asing itu, matanya sudah berkunang-kunang seiring dengan dadanya yang kian sakit untuk sekedar menarik nafas.

"Hey, are you okay?". Tanya orang yang ditabrak Baekhyun dengan aksen Inggrisnya yang begitu kental. Sepertinya ia warga asli Kanada, terlihat dari wajah bule dan rambut blondenya yang tampak di mata berkunang Bekhyun.

"I can't breath, my chest suddenly pain to take a breath. Please take me to hospital nearby". Ujar Baekhyun dengan aksen Inggris yang sama kentalnya, hanya saja ia mengucapkannya dengan susah payah dan putus-putus karena demi Tuhan ia bersumpah dadanya sangat sakit sekarang. Dan tak perlu menunggu waktu lama, mata Baekhyun terpejam sempurna. Ia tak sadarkan diri dengan cara bernafas yang tak normal.

"Hey, wake up!! Wake up!!".

Bule itu menepuk pelan pipi bulat Baekhyun bermaksud untuk mengembalikan kesadaran lelaki pendek dalam pelukannya itu namun hasilnya nihil. Karena alasan yang tak bisa dijelaskan, ia segera membopong tubuh berisi Baekhyun menuju mobilnya tak berada tak jauh dari sana dan membawa Baekhyun ke rumah sakit terdekat.

"How about his condition, doctor?".

Tanya lelaki berwajah blesteran setelah dokter itu keluar dari emergency room dengan wajah lesunya belum lagi gelengan pelan dan helaan nafas berat darinya. Itu membuat lelaki blesteran yang kini menatap dokter itu sedikit khawatir pada lelaki kecil yang berada di dalam sana.

"He has a chronic asthma, now he is in very bad condition. Just wait and pray for him".

Itulah yang dikatakan oleh dokter bermata biru itu, sungguh ia tak menduga jika ia telah menolong orang yang sekarat seperti itu. Tapi sekarang yang utama adalah ia harus memastikan bahwa si kecil di dalam sana masih hidup karena dalam pikirannya kondisi buruk adalah mengarah lebih dekat pada kematian dan ia tentu akan bingung jika lelaki kecil itu mati bukan? Orangtuanya akan mengiranya membunuh seseorang.

"What? But, he still alive right?".

Pertanyaan lelaki blesteran itu membuat dokter yang baru keluar dari emergency room terkekeh. Pikirnya sungguh cetek pemikiran pemuda di depannya itu.

Well, kondisi buruk bukan berarti mati bukan?

"Don't worry, he still breathing until now although very hard to do for him but he still alive".

Akhirya si bule itu menghembuskan nafasnya lega, ia mengucapkan terimakasih pada dokter sebelum sang dokter berpamitan padanya. "Thank you doctor".

Setelahnya si bule masuk ke dalam ruangan dimana Baekhyun memejamkan kedua matanya dengan selang infus di punggung tangan kirinya, separuh wajahnya tertutup oleh masker respirator. Persis seperti kondisinya seminggu yang lalu ketika ia masih di Korea.

Si bule menatap separuh wajah Baekhyun yang nampak dengan lekat. Sangat lekat hingga ia merasa familiar dengan wajah Baekhyun dan sedikit teringat bagaimana wajah Baekhyun sebelum ia bawa ke rumah sakit.

"I don't know who you are shorty. But I think I ever see you somewhere".

Bule itu masih menatap lekat wajah Baekhyun hingga teringat seorang teman pernah meminta tolong padanya untuk melakukan sesuatu pada seseorang dengan wajah yang begitu mirip dengan orang kini terbaring dengan mata terpejam di hadapannya itu. Ia segera membuka ponselnya, membuka folder penting yang ia tandai dan mencari gambar orang yang mirip dengan si kecil.

"Wajahnya begitu familiar. Dia seperti..... Byun Baekhyun?". Gumamnya, hingga matanya membola saat ia menemukan gambar itu sambil menggumamkan sebuah nama, nama milik pemuda yang tak sadarkan diri itu.

"Sulit dipercaya, aku menemukan mu di sini". Gumam bule itu sambil tersenyum misterius ke arah Baekhyun.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Cocot :

Hayoloooh...
Siapa yg nyelametin Baekhyun?

Tebak berhadiah yook!!! 😆😆😆

Part ini Baek nya dikit... next baru banyak...
Sengaja gak bikin preview buat next part biar pada penasaran...
Hoho..

I don't know why I love this FF so much... aku akui jika memang aku sangat menyukai karya ku yg satu ini dibanding yg lain...hehee...
Maafkan aku jika aku seolah terlihat fokus pada FF ini karna faktanya memang begitu...😄😄

See you next part guys...
🙆🙆🙆🙆🙆

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 133 6
《Teaser Dialogue》 "Aku benci diriku sendiri yang tidak bisa mengungkap kebenaran! Melampiaskan semuanya kepada orang lain. Dulu yang Indah, telah ber...
76.1K 8.7K 38
Lemon baby sekarang sudah berumur 15 tahun dan itu tandanya sebuah tantangan baru sudah menanti mereka. Series 1 - Lemon Baby Series 3 - Baby Junnie ...
31.2K 2K 31
Cerita tentang seorang cowo yang bernama "Keenan Saputra" yang bertransmigrasi ke tubuh seseorang yang bernama "Reven Raden Rajendral" Pasalnya nama...
Auswahl By Moon

Fanfiction

3.3K 364 15
Wooyoung itu abu-abu saat bertemu San dan Yeosang. Menyayangi keduanya sama besar, tidak pernah berfikir bahwa suatu saat dia harus memilih salah sat...