HUJAN DI MUSIM PANAS

By irinamizutama

1.9K 85 384

"Mengapa si Sempurna mau bersama dengan si Terbelakang?" Ya, kisah tentang seseorang yang gila secara harfiah... More

C1 Ketidak warasan
C2 Pemberian Nama
C3 Saatnya Sekolah
C4 Mimpi Buruk
C5 Kompetisi
C7 Tukang Bikin Onar!
C8 Bakat Terpendam
C9 Tugas Sekolah
C10 Kerja Bakti Sana!
C11 Sparing?!
PENGUMUMAN
C12 Akhirnya, Kerja, Kerja, Kerja!
C13 Pernyataan Cinta, eh?
C14 Eh, Gombal?
Extra Chap.
C15 Traktiran
C16 Potong Rambut nih?
C17 Hari Tenang
Sebuah Kabar
C18 Departure : ..., Arrival : JAPAN!
C19 Breaking News
C20 Saksi dan.. Kenalan Lama?!
C21 Penyiksaan
C22 Petunjuk Tidak Bermutu
C23 (Mungkin) Tidak Berhenti di sini
C24 Tahun Baru Ala Amarai
C25 Kita Hitung dari Sepuluh
C26 Ketika Cinta Mempertemukan
C27 Panggilan Terakhir
C28 Tidak Perlu Tahu
C29 Kenapa Kau Menolongku?
C30 Keadaan Terdesak
C31 Selamat Ulang Tahun
C32 Hujan
Extra Chap 2

C6 Pendinginan

40 1 0
By irinamizutama

Diam sebentar, akhirnya aku memutuskan berjalan keluar rumah. Aku melangkahkan kakiku kearah bangunan itu. Megah, dan isinya paling kusuka. Perpustakaan Daerah!

Aku masuk ke dalam gedung megah itu. Naik kelantai dua, kemudian menuju ruang khusus untuk buku teknologi. Disana aku melarutkan diriku ke dalam tumpukan buku yang kuambil dan kubaca di tempat

"Teknologi terapan, teknologi matematika fisika, kincir turbo, roket, teknologi masa depan, hmm.. kenapa semuanya bahasa inggris? Tapi gapapa deh."

Sudah sekitar 10 tumpuk buku yang kuambil dari rak, dan kubaca isinya. Buat apa, sih? Ya siapa tahu berguna buat kegiatan 2 bulan lagi. Ah, iya, aku belum sempat bilang ke Rai, mending aku bilangnya menyusul, aja, deh. Kalo inget.

***

Ah, aku kesal oleh semua orang sekarang. Termasuk penulisnya. Eh, tapi, kalau nggak ada penulis aku juga gak ada kan ya. Tapi itu orang jadi penulis kok ya, laknat banget gitu lho.

Hhhhh.. kalau sudah begini, si Saka yang bakal mengembalikan moodku, dengan caranya tentunya. Yah, sebenarnya di tengah kelakuannya yang super bodoh, sebenarnya aku juga menikmati memarahinya.

Aku keluar untuk mengambil minum. Sudah cukup banyak sekali –ah maaf, bahasa Indonesiaku kurang benar, aku malas membenarkan- kejadian aku memarahi Saka dan itu melelahkan.

Aku melewati ruang tamu untuk mengambil minum ke dapur. Ketika aku sudah berjalan 1 meter dari pintu ruang tamu, aku kembali melongok ke ruang tamu. Kenapa anak itu tidak ada? Aku lanjutkan perjalanan ke dapur. Hmm, dia juga tidak ada di dapur. Setelah melaksanakan tujuanku, aku kembali menuju kamarku. Eh tapi, kenapa rumah ini sepi sekali? Biasanya siang pulang sekolah gini si Saka bisa gedor-gedor pintu kamarnya sendiri, hanya buat menghitung berapa gaya yang diperlukan untuk membuat lubang di pintunya, dan bayangkan, itu setiap hari!

Tapi kali ini, aku mendatangi kamarnya, dan kamar itu rapi! Bayangkan pembaca, RAPI!!

Kemana lagi kamu, Saka Arjasa!!!!

"Sebaiknya, aku mencarinya."

"Eh tapi, paling dia pulang sendiri."

"Tapi, tapi tapi, kalau itu anak nyasar gimana?"

"Ah dia sudah besar, dia harus bisa pulang sendiri."

Kira-kira, aku sudah 10 kali bolak-balik duduk-berdiri, cuma untuk memutuskan mencari dia atau tidak.

_***_

Yah, akhirnya, Saka mendapatkan buku yang dia inginkan untuk mempelajari lebih dalam. Tunggu, emang buku bisa buat nyelam, ya? Kemudian dia pulang. sampai di depan pintu, Ketika dia akan membukanya, disaat yang sama, Rai membuka pintu. Rai terkejut karena Saka sudah sampai di rumah.

"Eh, Rai. Mau kemana?" Saka yang bertanya tanpa dosa. Dia tidak tahu, dia sendiri membuat temannya semati setengah hidup –karena kalau sama Saka itu pasti mati dulu, dan hidupnya setengah- mengambil keputusan untuk menjemputnya.

"Tidak apa, hanya mau keluar sebentar." Yee, sok-sokan cool banget, sih. Tadi, aja sampai bolak-balik 10 kali buat mutusin nyari Saka apa nggak.

"Oh ya udah. Titip micin, eh, mi instan ya." Saka berlalu ke kamarnya sambil membawa beberapa buku.

"Oh." Rai hanya diam sambil menutup pintu. Tapi beberapa detik kemudian dia sadar,

"Itu anak, belum ada semenit lalu dia membuatku bolak-balik duduk berdiri, terus tadi, dia enak banget minta micin!! Mana dia pulang-pulang neteng buku banyak banget. eh tunggu, itu tadi dia beli, apa pinjem, ya? Dilihat dari pengeluaran uangnya kaya'nya pinjem. Tapi, kalau pinjem, anak itu bilang nggak, ya?" batinnya.

Iya, ya, itu Saka minjem dari Perpusda tadi, bilang nggak, ya?

***

"Terserah, lah, penting beli micin dulu deh." Aku melangkahkan kakiku keluar rumah, kali ini, jalan aja, deh, menuju penyetok micin terdekat, terbaik, dan terpercaya.

"Permisi, saya..." aku menopang dagu di depan warung penyetok micin itu.

"Iya, ada apa Mas?" dua orang cewek muncul, tapi kemudian aku merasakan hawa yang familiar. Mereka membicarakanku di belakang.

"Saya mau beli mi instan."

"Gantengnya Gusti, eh, iya, rasa apa, Mas?" dua cewek itu sangat histeris, ada apa, sih?

"Rasa limited edition."

"Ah, itu rasa apa Mas? Soto bakso, kari daging, apa.. rasa saya?"

"Rasa saya? Ada ya? Aku belum pernah dengar. Tapi, boleh dicoba."

Tunggu, sepertinya ada yang salah. Kenapa tiba-tiba dua cewek itu mimisan stadium empat. Sepertinya, hari ini tidak ada hujan dan panas, mereka kenapa?

"Mbak, nggak papa?"

"A.. anu mas, itu, itu." Salah satu cewek memulai pembicaraan lagi. sepertinya memang ada yang salah, ya, aku yakin suatu hal tidak benar disini, apa karena mi rasa saya? Apa mi rasa baru itu habis?

"Ah, beneran nih, mas, mau yang rasa saya? Kalo gitu, boleh deh, di kamar saya."

"Eh? Kamar?" aku semakin tidak mengerti keadaan di sini, apa mbaknya nyimpen stok dagangan di kamar? Ya, gak aneh sih kalo nyimpennya di kamar siapa tahu memang tidak ada tempat. Tapi, yang aneh itu kok ya aku suruh ambil sendiri.

Ah, karena aku menjunjung tinggi kesopanan wanita, sampai melempar gagang sapu dan penghapus ke kepala Saka, kuurungkan niatku untuk membeli rasa itu. Walaupun sebenarnya, aku juga penasaran dengan rasa itu. Sepertinya enak.

"Ah, maaf mbak. Saya harus permisi, waktu saya tidak banyak."

Aku mendengar suara cewek-cewek itu mengeluh, sambil melangkahkan kakiku ke tempat terpercaya satunya.

"Permisi, Mas Qatar." Aku melangkahkan kaki ke dalam warung itu. Aku pun memulai perbincangan mengenai transaksi mi instan dengan bandar terpercayaku yang satunya ini.

"Wah, Rai aku tahu apa yang kau cari, aku baru dapat barang bagus, edisi terbaru, kau pasti meyukainya." Ha, sudah kuduga, Mas Qatar memang bandar sangat terpercaya, dia langsung dapat memberikan penawaran yang sangat bagus padaku. Ah, tapi biar ku pastikan dulu, mengenai kualitas.

"Apa kau bisa menjamin itu bisa memberikan euforia tingkat tinggi?"

"Hohoho, tak perlu diragukan lagi, ku pastikan kau tidak akan menyesal. Baru datang dari Aceh" Hebat juga, dia berhasil membuatku yakin, oke akan aku ambil.

"Oke, aku ambil satu paket, dosis biasa."

Akhirnya, aku pulang, membawa 1 paket mi instan rasa baru, dari Mas Qatar yang terpercaya. Terimakasih, anak kost bandar penyetok mi instan kesayanganku! Aku melangkahkan kaki untuk kembali ke rumah. Baru berjarak sepuluh langkah dari pintu, aku mendengar suara berdebum dari dalam rumah. Ini anak ngapain lagi?!

Cepat kubuka pintu kamarku, kemudian, asap berwarna abu-abu pekat mengelilingiku. Ini anak habis ngapain?

"Halo Rai!" entah dari arah mana dia memanggilku. Aku berjalan sekenanya. Tiba-tiba, aku menabrak seseorang, yang ternyata adalah Saka.

"Kamu apain rumahku, bego?!" aku sudah harus benar-benar marah. Tapi, kenapa disaat seperti ini, dia malah memberikan senyuman terlebarnya.

"Aku lagi coba bikin roket mini." wajahnya itu lho, setidaknya kalau dia tidak memberikan senyumnya yang manis itu, aku akan langsung menghajarnya.

"KENAPA NGGAK DILUAR?! Kan diluar ada halaman kecil!"

"Ah iya, kita punya halaman, ya?"

"DASAR AMNESIA LAKNAT!!! Dan lagi, ukuran roket itu dan roket sebenarnya, kenapa tidak sesuai dengan perhitungan skala yang benar?"

Ini sebenarnya berdua sama-sama pinter, tapi kenapa goblok ya?

***

Akhirnya, aku yang tadi menunggu Rai sambil mencoba membuat roket mini di rumah sesuai dengan buku yang kubaca, disuruh Rai untuk membersihkan rumah. 2 jam kemudian, keadaan rumah sudah benar-benar bersih.

Yah, hari ini sudah cukup sampai segini, aku sudah lelah. Aku mau tidur

"ENAK AJA TIDUR! Besuk ada PR!" Rai yang disebelahku menjitakku. Entah berapa kali perbanku lepas dari tempatnya hari ini

"Males, ah. Kepalaku pusing."

"Mau kubuat tambah nggak bisa dipakai itu kepala?"

"Eh, ampun, iya deh, aku ngerjain. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku nggak nyatet soalnya. PRnya, kan, waktu aku keluar kelas."

"Mati aja sana!"

***

Sebenarnya, waktu dia keluar, akupun juga keluar. Tapi, masa' sih, aku yang pinter gini nggak tau PR hari ini.

Akhirnya, aku membuatnya mengerjakan PR, dengan mukanya yang terpaksa, sampai dia ketiduran di meja belajar kamarnya. Aku hanya bisa menghela nafas. Melihat wajahnya yang kotor, ah iya, kita tidak mandi sore hari ini. Sudah biarlah. Tapi aku melihat lukanya yang sedikit mengintip dibalik perbannya. Sepertinya harus kuganti.

Aku mengambil kotak P3K yang ada di kamarku, kemudian kembali ke kamarnya, lalu membangunkannya.

"Sak, bangun, ganti perban dulu."

"Hmmnn, iya." Ya, sebenarnya dia bangun, tapi kemudian malah menyandarkan kepalanya di pingganggku.

"Hoi, kalau bangun niat sedikit." Ah, tapi biarlah, mungkin dia kecapekan karena hari ini terus menggangguku. Akhirnya aku mengambil obat, kasa, dan perban yang kotaknya kuletakkan di sebelah kepalanya. Kulepas perbannya, kemudian menempelkan pada bagian yang terluka. Menutupkannya kembali dengan perban. Semua kulakukan sambil berusaha menegakkan kepalanya. Ugh, berat banget tu kepala, beneran kepala batu kali, ya?

Akhirnya, semua selesai dan rapi. Aku menyandarkannya kembali ke meja. Kalau keadaan begini, sudah pasti aku tidak bisa memindahkannya ke tempat tidur. Aku hanya mengambil selimut yang ada di kasurnya, kemudian menyelimutkannya pada Saka.

"Mhh, mama, papa." Hm? Apakah dia sadar aku menyelimutkannya?

Namun, sejurus kemudian, dia kembali tertidur. Setelah dia benar-benar tertidur, aku kembali kekamarku dengan membawa P3K.

Eh, tunggu, itu tadi bukan obat pijat, kan?

***

Yah, hari ini, masuk sekolah lagi, seperti biasa, aku malas membangunkan Saka. Tapi, setelah mandi dan sudah berpakaian rapi dengan seragam, aku keluar dan melihat Saka tepat di depan pintu kamarku. Kaya'nya kalau dia begini, pasti ada yang dia minta.

"Rai..."

"Hmmm.." yah, kujawab saja dengan ketus

"Kamu yang ganti perbanku semalam, ya?" dia meringis lebar sekali

"Bukan, setan kali. Itu kalau kamu meringis mulu, nanti sobek lho." Ini anak, tumben perhatian sama yang disekitarnya

"Sadis banget. Hoi, Rai.." aku meninggalkannya menuju ruang tamu

"Apa lagi, sih?!" Aku terpaksa berbalik

***

Yuhu, kali ini kami udah menetapkan jadwal update, kalau tidak ada halangan apapun, setiap malam Sabtu cerita ini akan mendatangi kalian. Jadi, tetap setia dengan Saka dan Rai, ya. maaf tadi ada insiden hilangnya flashdisk jadi updatenya malem-malem, ehe :v

jangan menyerah bacanya :D

Lyris SbN

Kesha Mutia


Continue Reading

You'll Also Like

1M 8.2K 39
hanya cerita random berbau kotor KK.
559K 9.7K 19
suka suka saya.
165K 13.2K 17
🐇🐇🐇
187K 18.3K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...