[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 7

4K 347 123
By VennytaShui97

Tatapan mata Chanyeol masih mengintimidasi Baekhyun, si mungil yang lengannya masih dalam cengkeraman Chanyeol itu berusaha tetap tenang menanggapi tatapan dari yang lebih tinggi.

"Ayo jawab Baek? Apa yang kau lakukan dan dari mana kau?". Chanyeol mendesis, kalimat tanya yang keluar dari belah bibir tebalnya terdengar berbahaya, sayangnya Baekhyun hanya menganggapnya angin lalu.

Tanpa rasa takut sama sekali, "Aku dari - ".

"Apa kau yakin? Kau tidak baru saja dari gudang belakang sekolah?".

"Tentu saja, untuk apa aku ke sana. Aku baru saja dari ruang kepala sekolah menemui Kyuhyun seonsaengnim dan kepala sekolah, lalu ke toilet dan setelahnya aku akan pulang. Memangnya kenapa?".

Wajah Baekhyun tampak begitu tenang, bagaimanapun ia tak ingin dicurigai. Kalaupun sudah terlanjur dicurigai maka satu-satunya jalan adalah meretas sistem cctv di sekolahnya sebelum terlambat.

"Hanya itu?".

Tuntut Chanyeol, lelaki tinggi itu nyatanya masih mengejar sesuatu yang dirasanya disembunyikan oleh lelaki mungil itu.

"Sebenarnya tadi saat di ruang kepala sekolah aku harus menyelesaikan beberapa soal matematika dari Kyu ssaem sebagai syarat aku menolak untuk masuk klub belajar matematika".

"Maksud mu?".

Chanyeol pun tak seberapa dapat menangkap maksud dari perkataan Baekhyun yang menggunakan bahasa Korea dengan aksen China yang kental itu.

Jujur saja, lelaki jangkung itu bahkan harus melakukan analisa maksud dari kata per kata yang dikeluarkan belah bibir tipis Baekhyun setiap mereka berkomunikasi.

"Aku menolak masuk ke klub itu dan Kyu ssaem memberi ku tantangan, jika aku mampu mengerjakan soal-soal darinya dengan batas waktu yang ditentukan dan semua jawaban benar maka aku boleh untuk menolak tetapi jika aku gagal maka aku harus masuk ke dalam klub itu".

Sedikit banyak Chanyeol mengerti akan maksud dari perkataan Baekhyun sebelumnya.

Rupanya Baekhyun di minta untuk masuk ke dalam klub belajar matematika, kemudian dia menolak dan Kyu ssaem memberikannya syarat dengan mengerjakan soal-soal darinya sebagai bentuk kesepakatan.

"Baiklah kalau begitu, berapa lama kau ada di sana?".

Cengkeraman Chanyeol dikedua lengannya mengendur, lelaki tinggi itu bertanya dengan nada normal, tidak sedikit meninggi dan memberi tekanan seperti tadi.

Kening si mungil mengerut, kepalanya mendongak untuk mengingat berapa lama ia terjebak di ruangan kepala sekolah.

Sejenak Chanyeol terpana melihat betapa polos dan lugunya Baekhyun namun ia tak boleh kalah, kali ini ia harus menekan egonya, kali ini ia harus profesional dalam bekerja.

"Eung... mungkin sekitar hampir 1 jam, kenapa?".

"Mengerjakan soal dari Kyu ssaem selama 1 jam, begitu maksud mu?".

Baekhyun menghela nafasnya, ia tak tau harus bagaimana menjelaskan pada Chanyeol dengan bahasa Korea. Ingin sekali ia bicara menggunakan bahasa China pada lelaki jangkung itu.

"Tidak, Kyu ssaem memberikan ku waktu 15 menit untuk 10 soal matematika darinya. Sebelum itu kami berdebat dulu karena aku tetap tak ingin masuk ke klub itu sedangkan Kyu ssaem tetap ingin aku masuk ke sana".

Chanyeol terdiam, mencerna kata perkata yang diucapkan lelaki mungil di hadapannya itu lagi. Bahasa Korea Baekhyun sungguh berantakan, hingga membuatnya sulit mengerti apa yang dikatakan namja mungil itu.

Cukup lama ia terdiam hingha suara lembut dari orang didepannya mengalun di telinganya

"Kau ini sebenarnya kenapa Chanyeol? Kenapa bertanya hal yang aneh-aneh seperti itu pada ku? Apa terjadi sesuatu?".

Cukup, Chanyeol yang hanya bisa menangkap sedikit maksud dari kata-kata Baekhyun itu menggeram dalam diam karena frustasi.

Untuk itu dia harus meyakinkan dirinya sekali lagi dengan bertanya pada si mungil.

"Kau yakin kau baru saja dari toilet? Benar-benar dari toilet saja? Apa Kyu ssaem dan Kepala Sekolah masih ada di sini?".

Dan pertanyaan Chanyeol membuat si mungil jengah, dia sampai memutar dua bola matanya.

"Aku memang dari sana Park Chanyeol, jika tak percaya cek saja cctv lorong arah toilet lantai 1 sepertinya cctv itu masih aktif".

"Dan untuk Kyu ssaem dengan Kepala sekolah, aku tak tau apakah beliau masih di sini atau tidak karena setelah keluar dari sana aku berlari ke toilet untuk buang air".

Baekhyun menatap sayu ke arah Chanyeol bahkan ia Baekhyun menguap sekali setelah menyelesaikan kalimatnya. Dia merasa lelah dan butuh tidur, oke.

Setelah dobel ulangan ditambah soal dari satanKyu membuat otaknya lelah luar biasa.

"Baiklah, aku percaya pada mu. Tapi ku harap kau akan memberikan keterangan atas apapun berita yang kau dengar besok setelah aku melihat rekaman cctv sekolah".

Selesai menguap lagi, Baekhyun mengerjapkan kedua matanya. Ia tak mengerti apa yang dikatakan namja jangkung itu.

Berpura tak mengerti sebenarnya. Haha.

"Memangnya ada apa?". Tanya Baekhyun dengan polosnya, sungguh ia benar-benar pelakon handal.

Chanyeol menghela nafasnya, ia bingung harus bagaimana. Disatu sisi ia ingin membawa Baekhyun ke kantor polisi untuk diintrogasi dan tak ingin percaya pada apapun yang dikatakannya tapi di satu sisi yang lain ia merasa kasihan melihat gurat lelah di wajah manis dan polos Baekhyun.

Pada akhirnya Chanyeol menyerah karena kepolosan Baekhyun, sebelah tangannya ia bawa untuk menepuk puncuk kepala Baekhyun kemudian tersenyum tipis.

"Kau akan segera tau besok, pulanglah aku tahu kau lelah".

Baekhyun mengangguk.

"Baiklah, aku duluan Chanyeol".

Baekhyun melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tanpa menoleh sedikitpun. Menyembunyikan seringaian di wajah imutnya seraya terus berjalan ke arah gerbang sekolah.

"Aku yakin jika itu kau Byun Baekhyun, karena aku tak melihat mobil Kyu ssaem dan kepala sekolah ada di sini, jadi hanya kau satu-satunya di sini saat pembunuhan Lee Dongho terjadj. Aku akan melakukan introgasi pada mu besok".

Chanyeol sendiri merasakan sesuatu aneh dalam hati kecilnya saat menatap wajah polos Baekhyun sedangkan keyakinannya mengatakan bahwa pelaku dari pembunuhan yang baru saja terjadi adalah Baekhyun.

Berdasarkan fakta yang ada harusnya ia tak melepaskan Baekhyun, harusnya ia membawanya ke kantor polisi, jika memang bukan Baekhyun pelakunya setidaknya ia bisa memberikan ketetangan namun entah mengapa ia justru melepaskan Baekhyun begitu saja. Ia hanya merasa - entahlah apa yang dirasanya tak dapat dideskripsikan dengan kata-kata.

"Aku harus meminta rekaman cctv pada kepala sekolah untuk membuktikannya. Aku yakin Baekhyun melakukan sesuatu yang lain karena toilet lantai 1 satu arah dengan gudang belakang sekolah".

Chanyeol kembali ke gudang belakang, dengan segera ia menghubungi kepala sekolah yang ternyata baru saja sampai di kediamannya. Lelaki tinggi itu mengatakan jika Lee Dongho terbunuh dan ia memerlukan rekaman cctv sekolah untuk mencari bukti serta meminta kepala sekolah untuk memberikan keterangan.

Dan Chanyeol segera menyesali keputusannya, seharusnya ia menahan Baekhyun bahkan membawa pemuda mungil itu ke kantor polisi untuk diintrogasi mengingat hanya dia satu-satunya murid yang berada di sana.

Di mobil Baekhyun....

"Luhan-ah, kity!! Cepat!". Seru Baekhyun begitu ia masuk ke dalam mobilnya, bahkan sabuk pengaman belum ia kenakan.

Dengan tanggap Luhan mengambil kity dari dashboard, memberikannya pada tuan mudanya yang terlihat agak panik.

"Terjadi sesuatu?".

Baekhyun langsung membuka aplikasi retas sistem keamanan yang ada di ponselnya, aplikasi buatannya sendiri yang pastinya tak bisa dilacak oleh siapapun.

Meski mata sipitnya fokus pada layar di hadapannya tapi Baekhyun masih bisa membagi pikirannya dengan menjawab pertanyaan Luhan.

"Tidak ada yang spesial, aku baru saja membereskan tikus kecil yang sombong".

Tanpa kata Baekhyun memerintahkan Luhan untuk segera menjalankan mobil mereka.

Namun sebelum itu Luhan memasangkan sabuk pengaman untuk tuan mudanya agar mereka tetap aman dalam berkendara.

"Siapa tikusnya?". Tanya Luhan setelah menjalankan mobil mereka menuju mansion Byun.

"Anak Lee Donghae, dia benar-benar sombong dan aneh. Yang benar saja akibat dari kesombongannya itu aku yang disalahkan bahkan dia hampir membunuh ku untung saja aku bisa menghindar dan bergerak dengan cepat untuk membunuhnya dengan pistol rakitan ku".

Baekhyun masih mengotak-atik ponselnya, memasukkan deretan angka dan huruf yang begitu rumit untuk dipahami tapi tidak untuknya yang terbiasa meretas sistem keamanan orang lain.

"Kau membawanya?".

Baekhyun mengangguk, "Hmm... aku membawa Rossy hari ini".

Seperti kity, Rossy adalah barang kesayangan Baekhyun.

Terkadang Baekhyun memang membawanya kemanapun, tapi tidak dengan sekolah jadi Luhan hanya sedikit terkejut saat Baekhyun membawa salah satu barang rakitannya dan itu Rossy.

Rossy adalah nama pistol rakitan Baekhyun yang sedemikian rupa dibuat seperti mainan anak TK.

Rossy tidak menimbulkan suara dan di dalam pelurunya terdapat racun ular berbisa yang mematikan.

Baekhyun menyayangi Rossy, ia memang pernah melelangnya di pasar gelap namun tak ada yang berani membelinya karena harga yang ditawarkan Baekhyun sangat tinggi.

Tidak dengan Mr. Chong sekalipun yang baru saja memesan bom kecil berkekuatan besar tanpa kabel dan cukup diledakkan dengan aplikasi yang terhubung secara otomatis di ponsel.

"Baiklah, apa yang akan kau lakukan sekarang?".

Baekhyun membenarkan letak duduknya, matanya yang sedikit mengantuk itu semakin merah karena ia harus meretas sistem keamanan sekolah di saat matanya tak bisa diajak kompromi.

"Meretas cctv sekolah dan menghapus beberapa bagian di dalam sana. Ada yang melihat ku saat aku di hampir sampai di gerbang sekolah setelah membunuh senior sombong itu".

"Lakukan apapun agar kau selamat. Tapi kau tak apa-apa kan? Kau tak terluka bukan?". Tanya Luhan dengan nada khawatir.

Sebenarnya tadi Luhan sudah akan masuk ke area sekolah tapi ia urungkan karena mata rusanya menangkap sosok Baekhyun tengah berbincang dengan teman tingginya meski ia tahu jika cara bicara teman tinggi Bekhyun nampak tak bersahabat.

"Aku selalu baik-baik saja".

Sejenak suasana menjadi hening hingga muncul suara dari aplikasi retas sistem milik Baekhyun. 'You've been Success'. Dengan tulisan yang sama berada di layar kity.

"Okay, sekarang saatnya mengatur waktu dan menghapus rekamannya".

Baekhyun memainkan pengaturan sistem yang sudah terhubung dengan cctv sekolahnya.

Dia benar-benar mengatur waktu dan menghapus beberapa hal yang ditayangkan di sana agar ia tetap aman.

"Memangnya siapa yang melihat mu di gerbang sekolah sampai kau harus menghapus beberapa bagian di rekaman cctv sekolah Baek?".

Luhan bertanya lagi saat ia berada di persimpangan jalan, lampu lalu lintas sedang berganti warna menjadi merah jadi dengan terpaksa ia harus menghentikan laju mobil mereka.

"Hanya seorang teman di sekolah, tapi aku yakin jika ia masih berada di sekolah lalu bertanya pada ku tentang apa yang ku lakukan di sekolah di jam segini dan darimana aku sebelum sampai ke gerbang sekolah aku yakin dia mendengar suara tembakan itu. Haish, senior itu sudah menembakkan pistolnya tepat saat aku juga menembakkan pistol ku. Apa Donghae begitu bodoh sampai anaknya diberi pistol yang berbunyi nyaring itu?".

Baekhyun menggerutu namun mata dan tangannya fokus pada pengaturan sistem keamanan sekolah yang berhasil ia retas itu.

"Memang pistol unlimited, aku pernah melihatnya di lelang pasar gelap hanya saja kualitas pistol itu jauh di bawah rakitan ku".

Baekhyun menyeringai matanya menatap semua pengaturan cctv yang sudah ia atur sesuai keinginannya itu memunculkan kata 'loading ...' yang artinya tinggal menunggu sebentar dan boom!! Semua akan berjalan sesuai keinginannya.

Well, Baekhyun patut bersyukur dengan kemampuan otaknya dan juga keahlian tersembunyinya selain merakit senjata api dan bom, yaitu meretas sistem keamanan.

"Kau pasti dituduh sebagai pelaku pembunuhan gara-gara teman mu mendengar suara nyaring itu dan kau yang kebetulan masih berada di sekolah".

Baekhyun menjentikkan jarinya, kepalanya ia tolehkan dan mata sipitnya langsung bersitatap dengan mata rusa Luhan.

"Tepat sekali, dan aku tak mau itu terjadi pastinya".

Luhan tersenyum, ia kembali menjalankan mobil mereka kala lampu sudah berganti menjadi warna hijau.

"Cctv area mana yang kau retas?".

Baekhyun menyandarkan punggungnya dan kepalanya ke sandaran jok, sebenarnya ia sangat mengantuk tetapi ia harus meretas sistem pengaturan cctv di sekolahnya jika ingin aman.

Luhan sebenarnya tahu kalau Baekhyun lelah dan pastinya mengantuk itulah mengapa ia mengajak Baekhyun mengobrol guna mengalihkan rasa mengantuk bocah mungil itu.

"Hanya ruang kepala sekolah, lorong toilet lantai 1 dan lorong menuju gudang belakang sekolah. Senior itu menyeret ku ke sana untuk membunuh ku tapi sialnya malah dia yang terbunuh, ckckck. Malang sekali nasibnya".

Mata sipit Baekhyun semakin menyipit, ia memaksakan matanya untuk tetap terjaga dengan mulutnya yang terus menjawab setiap pertanyaan Luhan.

"Agar tetap aman aku harus menghilangkan bukti itu dengan mengatur waktu dan menghapus rekamannya bukan? Aku masih ingin mencarinya, aku tak ingin siapapun menghalangi jalan ku".

Luhan mengangguk, ia masih mengemudikan mobil mereka dengan kecepatan sedang.

"Baiklah, aku harap sesuatu yang buruk tak terjadi pada mu Baek".

"Okay, sudah selesai".

Pekikkan dan hembusan nafas lega dari Baekhyun terdengar sedetik kemudian.

Baru saja mata sipitnya melirik layar kity disana sudah tercantum kata 'success' sebagai pengganti kata 'loading ...' tadi.

"Selamat Baek, kau berhasil".

Baekhyun menanggapi pernyataan Luhan dengan gumaman, kemudian ia menguap dan mengucek matanya setelah meletakkan kity ke dashboard kembali.

"Kau mengantuk?".

Gumaman dan anggukkan kecil yang di dapat Luhan, lelaki bermata rusa itu tersenyum melihat tingkah Bawkhyun yang tak ayal seperti anak umur 5 tahun karena menahan kantuknya.

Sudah pernah ia katakan jika ia menyukai tuan mudanya yang bertingkah kekanakan bukan?

"Tidurlah, nanti kubangunkan jika sudah sampai". Lanjut Luhan.

Dan tak berselang lama telinga kecil Luhan hanya menangkap dengkuran halus dari sosok mungil di sebelahnya.

Baekhyun tertidur.

Dua menit kemudian Luhan teringat sesuatu. Tuan besarnya yang berada di China. Meski sudah dipastikan jika sang tuan besar tahu kabar ini, Luhan tetap merasa gelisah, apalagi tuan besarnya itu pernah mengatakan akan mengirimkan mata-mata untuk memantau kegiatan anak kesayangannya itu.

"Jika baba mu tahu tentang hal ini bagaimana Baek? Kau baru saja meledakkan aula sekolah dan sekarang membunuh senior mu? Matilah aku!".

Beberapa detik kemudian ponsel dalam kantung jeans Luhan bergetar.

Ada panggilan masuk. Ketika ia melihat nama pemilik nomor, mata rusanya membola.

"Tu-tuan Tan, aduh!! Bagaimana ini, apa jangan-jangan dia sudah tahu?".

Luhan panik, lalu dengan cepat ia menepikan mobil yang membawa tuan mudanya pulang ke mansion Byun. Mengangkat panggilan itu dengan segera saat getaran itu kembali datang

"Ha-halo Tuan besar?".

Suara Luhan terdengar gugup, membuat tuan Byun yang berada di seberang telefon mengernyitkan keningnya.

'Luhan-ah, apa yang terjadi? Ku dengar Baoxian baru saja membunuh senior di sekolahnya'.

Mata rusa Luhan membola, dugaannya 100% benar. Tuan besarnya sudah tahu hal ini.

'Oh, Tuhan kenapa kabar ini cepat sekali sampai pada Tuan Tan di China sana. Habislah kau Luhan. Kali ini nyawa mu tak akan selamat'. Rutuk Luhan dalam hatinya.

Telunjuknya ia gigit sebagai pengalih rasa gugupnya karena jujur ia sendiri tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan ayah Baekhyun itu.

'Luhan, kau masih di sana?'.

"I-iya Tuan. Aku masih di sini".

'Baiklah, jelaskan apa yang terjadi di sana'.

Suara Tuan Byun terdengar sangat tenang di seberang telefon sana, namun bagi yang mengenalnya nada tenang dari Tuan Byun adalah yang paling berbahaya.

Luhan menghembuskan nafasnya pelan. Berusaha tetap tenang.

"Begini tuan besar, Baoxian berkata pada ku jika senior itu lebih dulu ingin membunuhnya menggunakan pistol namun Baoxian berhasil menghindar dan karena Baoxian juga membawa senjata rakitannya sendiri jadi senior itu terbunuh tepat sebelum melakukan perlawanan dengan tembakan selanjutnya".

'Apa? Baoxian membawa senjata?'.

Tuan Byun menaikkan pita suaranya, Luhan sangat yakin jika tuan besarnya itu pasti sangat terkejut mendengar bahwa anaknya membawa senjata ke sekolah.

"Aku sendiri tak tau jika ia membawanya Tuan, aku hanya menyuruhnya membawa pisau lipat untuk berjaga tapi - ".

'Baiklah, aku mengerti. Baoxian baik-baik saja bukan?'.

Ucapan Luhan terpotong, sedikit banyak ia bersyukur dalam hatinya karena tuan besarnya mengerti apa maksud perkataannya.

Sebenarnya yang mengarahkan Baekhyun untuk membawa pisau lipat atau apapun untuk melindungi diri adalah arahan dari tuan Byun sendiri, meskipun tidak langsung karena menggunakan Luhan sebagai perantara tetap saja arahannya dari beliau sendiri bukan?

Jadi jangan salahkan Baekhyun jika ia membawa senjata rakitannya ke sekolah. Sekalipun Luhan juga tak mengerti kenapa tuan mudanya itu membawa senjata api ke sekolah. Senjata kesayangannya pula yang ia bawa.

Luhan menatap sosok yang tertidur dengan begitu pulas di sampingnya, ia tersenyum sebelum menjawab pertanyaan tuan besarnya itu.

"Sepertinya begitu Tuan, Baoxiqn terlihat baik-baik saja karena ia sekarang tertidur. Saat ini kami sekarang dalam perjalanan pulang ke mansion".

'Baiklah, kemudikan mobil dengan hati-hati. Jika terjadi sesuatu segera kabari aku. Kapan bocah itu berhenti membuat orangtua khawatir?'.

Luhan tersenyum mendengar mendengar gerutuan dari tuan besarnya itu. Well, Baekhyun memang selalu begitu. Sejak Luhan mengenalnya lelaki mungil berumur 10 lebih muda darinya selalu merepotkan dan membuat semua orang khawatir.

"Baik Tuan, akan segera ku beri kabar jika terjadi sesuatu pada Baoxian".

Sambungan itu terputus, tangan Luhan terjulur untuk mengusap kepala Baekhyun dengan sayang dan lembut takut menganggu tidur tuan muda kesayagannya.

"Benar apa kata Tuan besar kau memang tak seharusnya berada di sekolah umum dan terlibat dalam dunia gelap ini Baek".

Setelahnya Luhan kembali menyalakan mesinnya, melanjutkan perjalanannya menuju mansion Byun yang sempat tertunda.

**************

Hari sudah malam dan jasad Lee Dongho sudah dibawa ke rumah sakit untuk di autopsi dan disana tidak ditemukan jejak sidik jari pelaku. Lee Donghae selaku ayah dari Lee Dongho tak mengambil tindakan apapun seolah sudah tahu siapa pelakunya tapi dia diam saja.

Well, tentunya Donghae sudah tahu dalam sekali lihat hasil autopsi anaknya siapa pelaku pembunuhan itu. Tetapi ia pikir terlalu beresiko berhubungan dengan Byun muda yang sangat terkenal di pasar gelap meskipun ia belum lama bergabung di sana. Donghae cukup tahu kiprah keluarga Byun di masa lalu meskipun di masa sekarang grup mafia besar itu seolah mengasingkan dan menutup diri dari peredaran dunia di negeri tirai bamboo sana.

"Haish, pembunuh itu benar-benar licik, jejaknya pun tak ada bahkan setelah dilakukan autopsi tak ada sama sekali sidik jari yang menempel di sana". Sehun mengerang frustasi, mereka sedang berada di ruang rapat devisi penyelidikan NIS. Ditangannya ada berkas hasil autopsi jasad Lee Dongho, mata sipitnya kembali meneliti kata perkata di kertas itu berharap ada yang terlewat dan disana tetera sidik jari seseorang namun hasilnya nihil. Tetap sama, tak ada sidik jari pelaku.

"Menurut rekaman cctv di ruang kepala sekolah sebelum pembunuhan terjadi, di sana hanya ada Lee Dongho selaku korban, Kyu ssaem, Kepala sekolah dan Byun Baekhyun. Dugaan sementara mengarah pada Byun Baekhyun sebagai pelakunya tapi jika kita cermati rekaman cctv nya nampak dia hanya pergi ke toilet setelah meninggalkan ruang kepala sekolah lalu bertolak untuk pulang menuju lobby sekolah".

Jelas Chanyeol setelah selesai melihat rekaman cctv di ruang kepala sekolah dan lorong menuju toilet lantai 1. Ia sangat ingat saat si mungil Byun memintanya untuk mengecek cctv di lorong toilet lantai 1 akan tetapi di sana hanya ada Baekhyun yang masuk kamar mandi dan keluar menuju lobby untuk berlanjut menuju gerbang sekolah, tak ada tanda-tanda Baekhyun pergi ke gudang belakang sekolah memang namun entah mengapa sekarang hati Chanyeol cukup yakin jika pemuda mungil yang menjadi teman sekelasnya itu adalah pelaku utamanya.

"Sebentar, bisa kau putar ulang rekaman cctv nya hyung? Entah mengapa aku merasa ada keganjalan di sini".

"Tentu, kita lihat bersama".

Baru mereka akan membuka kembali rekaman cctv yang Chanyeol dapatkan, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel kedua namja tampan itu. Begitu membuka isi pesannya, baik Chanyeol maupun Sehun saling pandang.

'Selesaikan kasusnya segera, aku yakin pelakunya adalah orang yang sama'.

Pesan dari ketua NIS yang akan masuk jika keadaan benar-benar mendesak.

"Kau mendapatkannya juga".

"Hmm... sekarang ayo kita cermati sekali lagi dan kita buat anisis kasusnya. Aku sungguh tak menyangka jika tubuh sekecil itu bisa melakukannya". Sehun menggelengkan kepalanya, ia baru melihat bagaimana sosok Baekhyun di rekaman cctv yang sempat Chanyeol perlihatkan, namun hanya sekilas karena ia tengah mengamati hasil autopsi jasad Lee Dongho.

"Dia anak ajaib dengan kemampuan otak yang luar biasa cerdas Hun. Aku bahkan dibuatnya tercengang karena kemampuan otaknya hari ini".

"Baiklah, sekarang aku percaya hipotesis mu tentang orang cerdas dan berjiwa muda memiliki kecenderungan untuk melakukan tindak kriminal". Sehun tertawa kecil, sedangkan Chanyeol hanya memutar bola matanya malas kemudian kembali memutar rekaman cctv di laptopnya.

"Sekarang diam dan perhatikan rakaman cctvnya". Lalu sedetik kemudian kedua namja itu larut dalam rekaman cctv tanpa perduli jika sekarang waktu sudah mendekati tengah malam. Di sela-sela kegiatan menontonnya, baik Sehun maupun Chanyeol mulai mengungkapkan keganjalan demi keganjalan hingga mereka menemukan satu kesimpulan yang sama tentang kasus yang tengah mereka hadapi kali ini.

Keesokan harinya....

Bisik-bisik dari seluruh murid mulai terdengar. Pagi ini tanpa tahu alasannya mereka diminta untuk berkumpul di lapangan bendera. Termasuk namja mungil dengan sahabat kotaknya yang berdiri secara bersisihan di tengah lapangan.

"Psst.... Jongdae. Ada apa ini? Kenapa kita diminta berkumpul di lapangan?". Jongdae menggedikkan bahunya, tanda ia juga tak tahu apapun penyebab mereka di kumpulkan di lapangan. Baekhyun berdecih pelan batinnya mengatakan jika semua ini pasti ada hubungannya dengan kejadian kemarin.

"Entahlah, aku juga tak tau. Tapi yang menurut desas-desus ada senior yang terbunuh di gedung belakang sekolah".

Tebakan beruntung, apa yang ada dalam pikiran Baekhyun yang di suarakan di dalam hatinya nampak benar adanya begitu melihat jajaran kepolisian dan beberapa petinggi di sekolah mulai memasuki lapangan.

"Benarkah?". Jongdae mengangguk mengiyakan atas pertanyaan Baekhyun."Tapi bukankah kata mu bangunan itu tak pernah dibuka, bagaimana bisa ia terbunuh di sana?". Lanjut Baekhyun.

"Entahlah, aku sendiri tak tau dan sepertinya kita akan diperiksa lagi hari ini seperti saat bom meledak di aula tempo hari. Lihatlah, disana ada polisi". Jongdae baru menyadari adanya polisi di seberang sana bersama dengan jajaran petinggi sekolah.

"Ada apa sebenarnya dengan sekolah ini? Setelah bom sekarang pembunuhan, besok apa lagi?". Gerutu Baekhyun pelan saat salah satu petugas kepolisian menaiki podium upacara dan mengecek pengeras suara.

Baekhyun sedang mendalami perannya sebagai murid biasa yang hanya tahu datang ke sekolah untuk belajar dan betemu teman-teman lalu pulang ke rumah untuk istirahat dan mengerjakan Pr, tak tahu apa-apa tentang perkembangan atau apapun yang terjadi dengan sekolahnya.

"Sst...kecilkan suara Byun Baek, aku juga tau apa yang sebenarnya terjadi dengan sekolah ini. Mungkin aku berniat untuk pindah sekolah, jujur saja eomma dan appa ku sebenarnya takut jika terjadi apa-apa pada ku".

Baekhyun mendengus sambil mendelik sebal, padahal polisi di podium mulai membuka suaranya namun si mungil Byun bersama sahabatnya Kim Jongdae tetap melakukan obrolan tidak pentingnya.

"Kau pikir baba ku tidak? Kau pasti tau kenapa dia datang dan menculik ku ke China seminggu yang lalu kan?".

"Aku tau, bagaimana jika kita pindah saja dari sekolah ini. Aku merasa tak nyaman jika belajar dengan rasa takut".

Dan mulut cerewet Jongdae pastinya akan selalu menimpali segala kata yang keluar dari mulut Baekhyun yang tak kalah cerewetnya meskipun tata bahasanya masih kacau balau.

Bisa dikatakan keduanya adalah kombinasi sempurna untuk membuat suasana tenang menjadi gaduh, bisa dikatakan biangnya keonaran di kelas 1-1.

"Dan kau pikir aku nyaman belajar dengan rasa takut? Tentu saja tidak, Jongdae bodoh".

Ternyata tidak, sepanjang waktu polisi itu berada di podium upacara disebutkan bahwa mereka tidak diperiksa atau diintrogasi tetapi diberikan himbauan untuk lebih waspada dan hati-hati dan setelahnya mereka bubar untuk kembali ke kelas masing-masing.

Dan semuanya kembali seperti tak terjadi apapun, polisi yang naik ke podium upacara tadi mengatakan kepada seluruh elemen sekolah untuk tetap melakukan kegiatan seperti biasa dan mengenai teror bom serta pembunuhan kemarin untuk diserahkan pada pihak kepolisian. Untuk itu sekarang kegiatan belajar mengajar juga terjadi seperti biasa hingga bel pulang dibunyikan.

Namun sayangnya kelas Baekhyun sedikit tertahan, karena sang guru Fisika masih membacakan nama-nama kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

"Baiklah kerjakan tugas sesuai dengan jumlah soal yang tadi sudah saya berikan dan kali ini kalian akan dibagi dalam beberapa kelompok, saya akan bacakan anggotanya. Untuk kelompok pertama Byun Baekhyun, Kim Jongdae, Park Chanyeol, Bae Joohyun . Kelompok selanjutnya .....". Selesai membacakan nama kelompok, rupanya guru berkacamata tebal itu masih setia berada di tempat duduknya memberikan perintah yang lain.

"Baiklah, tugas dikumpulkan 3 hari setelah hari ini. Pertemuan saya akhiri, selamat siang". Setelah guru meninggalkan kelas, barulah kelas Baekhyun menjadi gaduh, bergerombol sesuai dengan kelompoknya seakan mereka lupa jika bel sekolah sudah berdentang 10 menit yang lalu.

Masalah sepele yang dibahas sebenarnya, hanya tentang kapaj dan dimana mereka akan mengerjakan tugas itu. Begitupum dengan kelompok Baekhyun, mereka tidak berkumpul karena bangku mereka berdekatan.

"Hey, Baekhyun-ah kapan kita akan kerja kelompok? Dimana?". Tanya satu-satunya anggota perempuan di kelompok itu, Joohyun

"Bagaimana jika sekarang, ingin dimana? Di rumah ku?".

Tawaran Baekhyun akan Chanyeol sangat senang jika Jongdae dan Joohyun mengiyakan tawaran itu namun...

"Di sekolah saja, aku malas jika harus keluar setelah pulang ke rumah".

Lelaki berwajah kotak aka Kim Jongdae menolak dengan alasan yang sangat menggelikan menurut Chanyeol.

Dalam hati lelaki tinggi yang sejak pagi hanya diam itu merutuk kesal.

"Tapi apa baik-baik saja jika kita kerja kelompok di sekolah? Bukankah kemarin ada....".

"Ah benar juga apa kata mu Joohyun noona, bagaimana kalau pembunuh itu datang lagi?".

Potong Baekhyun segera pada kalimat Joohyun setelahnya mengedarkan pandangannya pada sekeliling, memang sangat masuk akal.

Apalagi satu persatu teman-teman sekelas Baekhyun mulai meninggalkan kelas.

"Tidak akan, sekolah masih dalam pengawasan pihak polisi jadi kita pasti aman".

Celetuk Chanyeol, dia ingin segera menyelesaikan tugas itu dan melakukan lanjutan penyelidikannya pada Baekhyun.

Jika Joohyun dan Jongdae setuju pada tawaran Baekhyun tadi maka Chanyeol akan semakin mudah dan dekat dengan penyelesaian kasusnya tapi karena ada penolakan jadi terpaksa ia harus mengatur rencana yang lain.

"Baiklah, terserah kalian saja. Terpenting tugas itu selesai dengan cepat karena aku biasanya tidur setelah selesai sekolah".

Akhir dari keputusan Baekhyun, selanjutnya mereka fokus pada buku latihan berisi 40 soal Fisika jadi masing-masing anggota kelomlok mendapat jatah 10 soal.

Sepuluh menit kemudian Baekhyun mengulet, matanya yang sudah mengantuk itu membuat Baekhyun beberapa kali ia menguap. Sedangkan yang lain tetap fokus pada soalnya.

Kecuali 1 orang yang sejak tadi hanya mengamati gerak gerik Baekhyun sesekali mengerjakan soal-soalnya. Orang itu tak lain adalah Park Chanyeol, memupuk kecurigaannya tentang Baekhyun yang merupakan pelaku dua tragedi Hanyang SHS.

'Aku merasa jika Baekhyun adalah pelakunya, lihatlah dia keluar dari ruang kepala sekolah bersama Lee Dongho sebelum melangkahkan kakinya menuju toilet. Namun selepas dari ruang kepala sekolah, tak nampak sama sekali keberadaan Lee Dongho dan tiba-tiba saja ditemukan di gudang belakang dengan keadaan terbunuh. Tidakkah ini aneh? padahal saat Baekhyun masuk dan keluar dari toilet terekam meskipun durasi waktu ia di toilet lebih dari 15 menit. Sangat mencurigakan jika hanya buang air membutuhkan waktu selama itu'.

Chanyeol teringat hasil analisis Sehun semalam. Sungguh tak terduga.

Tak hanya Sehun, bahkan Chanyeol pun tak pernah pengira jika lelaki mungil berusia 15 tahun itu adalah orang pertama yang dijadikan tersangka dalam dugaan sementara kasus pembunuhan dan pengeboman yang terjadi dalam kurun waktu tak ada sebulan di Hanyang SHS.

"Kau kenapa Chanyeol? Sakit? Kau melamun sejak tadi, apa kau mengalami kesulitan?".

Joohyun yang menyadari kediaman Chanyeol memberanikan bertanya karena seperti hanya fisik lelaki tinggi itu yang disana, tidak dengan jiwanya.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja".

"Jika menemui kesulitan katakan saja, kita punya master Fisika di sini".

Joohyun mengarahkan telapak tangannya ke arah Jongdae yang memiliki otak sedikit lebih encer di bidang Fisika yang selalu menjadi momok bahkan musuh hampir seluruh murid Hanyang SHS.

"Apa-apaan dengan sebutan master Fisika itu. Bukankah harusnya sebutan master Fisika untuk magnae kita, si Byun Baek ini?".

"Aku? Hey, itu tidak benar Jongdae yang benar kau lah yang master. Iya kan noona?".

Baekhyun mengelak apa yang dikatakan Jongdae membuat lelaki berwajah kotak itu seketika melihat hasil kerja Baekhyun yang ternyata dalam waktu kurang dari 15 menit 10 soal itu terselesaikan dengan apik.

"Bahkan bagian mu sudah selesai Byun Baek sedangkan aku masih kurang 3 soal yang harus ku selesaikan. Sekarang katakan pada ku siapa yang Master?".

Perdebatan tentang siapa master dan siapa yang bukan masih mewarnai proses penyelesaian tugas kelompok itu dan pastinya setelah mendengar perkataan Jongdae tentang bagian Baekhyun yang telah selesai membuatnya semakin yakin jika memang Baekhyun lah pelakunya.

Lelaki berbadan kecil itu memang luar biasa ajaib.

"Kalian berdua sama-sama master, kalian tak lihat bagian ku dan Chanyeol masih banyak?".

Joohyun menengai, mendengar perdebatan tak bermutu dari dua orang biang onar di kelasnya memang membuat telinga sakit.

"Ouh, itu tanggungjawab kalian. Aku tak akan menolong untuk itu". Celetuk Jongdae kemudian kembali mengerjakan soalnya yang kurang 3 itu.

"Jangan begitu Jongdae, kita ini satu kelompok".

Baekhyun sontak memukul lengan Jongdae hingga empunya mengaduh sambil meringis.

"Baiklah, kalian kurang berapa nomor lagi, kemarikan aku akan bantu agar cepat selesai". Lanjut Baekhyun namun dicegah oleh Jongdae saat Joohyun menyodorkan bagiannya yang baru selesai 5 soal.

"Jangan Baek, biarkan mereka menyelesaikannya sebaiknya kau istirahat daripada otak mu mengepul".

"Kau menghina ku. Otak ku tidak akan mengepul jika itu bukan soal matematika pemberian satanKyu".

Joohyun terkekeh mendengar panggilan sayang Baekhyun untuk guru matematika mereka.

"Bahkan kau masih menyebut namanya dengan cara begitu Baek?".

"Hmm, karena dia sangat menyebalkan. Kemarikan noona, biar ku selesaikan bagian mu, kau terlihat lelah".

Baekhyun meraih buku milik Joohyun, sedetik kemudian ia sudah fokus dan tenggelam dalam soal-soal di hadapannya.

'Kau sungguh sesuatu Byun Baekhyun. Aku harus tahu dimana kau tinggal, aku harus melakukan penyeledikan di sana setelah ini'. Suara hati Chanyeol sedangkan tangannya masih menggoreskan aplikasi rumus-rumus Fisika dalam menyelesaikan soal demi soal dihadapannya.

"Akhirnya selesai, aku akan tidur. Demi Tuhan otak ku panas". Ujar Jongdae seraya menutup buku dan meletakkan kepalanya di bangku dengan lengannya sebagai bantalan.

"Ya, tidur saja sana. Dasar tidak setia kawan". Rutuk Baekhyun dengan tatapan kesalnya.

10 menit kemudian pekerjaan mereka selesai dan mereka pun segera bubar untuk pulang ke rumah masing-masing.

15 menit berlalu dan Chanyeol sengaja tidak langsung pulang usai mengerjakan tugas tadi. Dia memutuskan untuk mengintai Baekhyun hari ini. Berniat membuntuti mobil jemputan Baekhyun untuk tahu dimana anak ajaib itu tinggal.

Tapi sepertinya dewi fortuna sedang memihaknya, mata bulatnya sejak tadi belum menangkap tanda-tanda datangnya mobil jemputan Baekhyun. Alih-alih matanya menangkap bibir Baekhyun yang menggerutu dengan lucu dari kejauhan.

Melihat itu Chanyeol tak ingin kehilangan kesempatan, segera saja ia arahkan motor sport nya ke dekat gerbang di mana si mungil Byun masih berdiri disana dengan gerutuan dan umpatan kasar yang ditujukan pada Luhan.

Niat awalnya ingin membuntuti beralih ke mengantar Baekhyun secara langsung.

"Kau belum pulang?".

Sebuah suara berat dari seseorang yang berada di atas motornya menginvasi telinga Baekhyun, menghentikan segala gerutuan dan umpatannya pada Luhan.

"Chanyeol?".

Yang dipanggil mengangguk, membuka helmnya dan menampakkan wajahnya yang tampan diterpa langit senja.

"Kenapa belum pulang? Ini sudah sangat sore".

"Luhan hyung mengirim pesan akan sedikit terlambat karena ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan".

"Ingin pulang bersama, kau terlihat sangat ingin cepat sampai di rumah dan tidur Baek".

Chanyeol terkekeh kecil melihat wajah manis Baekhyun yang sumpah demi apa terlihat betantakan karena menahan kantuk namun hal itu justru menambah kesan imut padanya.

'Apa yang kau pikirkan Chan, ingat dia adalah target utama penyelidikan mu'.

Chanyeol menggeleng cepat, mengusir pikiran-pikiran yang akan membuatnya goyah.

"Apa tidak merepotkan?".

"Tentu saja tidak, naiklah dan cukup beritahu aku dimana alamat rumah mu".

"Baiklah, aku tinggal jalan Sinsadong rumah nomor 88".

Karena sudah tak lagi menahan kantuk, Baekhyun menurut pada Chanyeol namun lelaki mungil itu masih menggunakan akal sehatnya untuk memberikan alamat rumahya.

Pastinya itu bukan alamat rumah utama atau mansion Byun melainkan pavilliun belakang tempatnya mengerjakan soal-soal Kimia dan Fisika bersama Jongdae waktu lalu.

'Dia tinggal di kawasan elit rupanya. Baiklah, aku akan mengingat alamat rumah mu bocah'.

Perlahan Chanyeol merasakan jok dibelakangnya terasa sedikit berat tanda Baekhyun sudah naik ke sana. Dia tersenyum miring, rupanya semudah ini untuk mengetahui rumah si mungil Byun.

Karena tak pernah naik motor, Baekhyun tak tahu harus pegangan dimana hal itu membuat yang lebih tinggi langsung menarik kedua pergelangan tangan Baekhyun, menaruhnya di pinggangnya agar bocah itu tidak jatuh.

"Pegangan Baek, aku tak ingin kau terbang karena terbawa angin".

Setelah mereka beranjak meninggalkan sekolah, ternyata jarak dari sekolah menuju rumah Baekhyun cukup jauh, sekitar 45 menit berkendara.

Kini mereka sampai di depan gerbang tinggi dan rumah 3 lantai menyerupai rumah bungalou yang besar, Chanyeol mematikan mesin motor sportnya setelah ia sampai pada rumah sesuai dengan alamat yang tadi diberikan Baekhyun.

Baru akan memberi tahu jika sudah sampai, Chanyeol mendapati lelaki mungil di belakangnya menghembuskan nafas teratur dan mendengkur halus.

Baekhyun tertidur.

Kebiasaannya jika dalam perjalanan pulang dari sekolah memang selalu tertidur.

"Ckck. Dia tertidur rupanya? Untung saja tidak jatuh saat di jalan jadi".

Saat hendak menyentuh tangan Baekhyun untuk membangunkannya, Chanyeol merasa ponsel dalam saku blazernya bergetar. Segera saja ia mengangkat panggilan itu setelah tahu siapa yang menelfonnya.

"Halo Hun, ada apa?".

'Eodi ni?'.

"Aku dalam perjalanan pulang, kenapa?".

'Heonjaseo?'

Mendengar pertanyaan Sehun, lelaki dengan tinggi diatas rata-rata itu melirik namja mungil yang masih dalam posisi sama seperti saat ia mematikan mesin motornya.

"Tidak, aku bersama Byun Baekhyun".

'Kebetulan, ketua meminta mu untuk membawa orang bernama Byun Baekhyun ke markas. Kami menemukan beberapa kejanggalan lagi dalam rekaman cctv itu. Nampaknya seseorang telah meretas dan menghapus beberapa bagian dalam rekaman itu'.

"Baiklah, aku akan membawanya ke sana".

Setelah sambungan itu terputus, Chanyeol kembali melajukan motornya dengan kecepatan yang tak bisa dikatakan pelan atau sedang.

Ya, ia mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi tetapi tetap memperhatikan keselamatan bocah yang ada di belakangnya. Ia mengeratkan lilitan tangan Baekhyun di pinggangnya kala merasa lilitan itu mengendur setiap saat.

Markas NIS ....

Di dalam sana tampak orang berlalu lalang, meski tak banyak seperti karyawan dalam perusahaan besar namun sebenarnya hal itu cukup membuat mata kalian sakit.

Tapi percayalah mereka yang berlalu lalang bukannya tidak melakukan apapun, mereka sedang sibuk karena hari ini menurut kabar yang beredar dari kepala NIS pelaku teror bom dan pembunuhan murid Hanyang SHS akan di bawa ke sana untuk menjalani proses introgasi.

Chanyeol, lelaki tinggi itu baru sampai di markas dengan seorang lelaki mungil yang masih memakai seragam yang sama dengannya dalam gendongannya.

Hal itu mengundang tanya Seulgi yang kebetulan melihatnya lebih dulu sedangkan yang lainnya tengah mempersiapkan ruang introgasi dan ruang kontrol.

"Siapa dia Chan?".

"Dia Byun Baekhyun".

Seulgi melihat wajah malaikat yang begitu polos terpancar dari wajah tidur Baekhyun. Itu sedikit banyak membuatnya ragu jika lelaki mungil itu adalah pelakunya setelah melihat wajah Baekhyun secara langsung karena sebelumnya ia hanya melihatnya dari rekaman cctv.

"Tidurkan saja dia di sana biar aku yang menjaganya, ketua dan Sehun menunggu mu di ruangannya".

Chanyeol mengangguk, menidurkan Baekhyun dengan hati-hati agar ia tak terbangun selagi dirinya dipanggil ke ruangan orang dengan jabatan tertinggi di NIS.

Setelahnya ia langsung meninggalkan Baekhyun yang tertidur dengan pulas bersama Seulgi.

Selama 10 menit Seulgi mengamati wajah Baekhyun yang sangat manis, cantik, polos dan tampan diwaktu yang bersamaan. Ia sungguh tak percaya jika bocah umur 15 tahun yang tertidur dengan damai itu adalah pelaku utama dari kasus pelik yang mereka hadapi.

Sekalipun itu masih dugaan sementara namun dugaan itu sangatlah kuat.

Tiba-tiba saja tangan Seulgi terulur, mengusap rambut Baekhyun yang sumpah demi apa sangat lembut. Apa dia seorang lelaki? Begitulah batin Seulgi.

"Anak ini terlihat terlalu manis dan polos untuk melakukan tindakan itu. Aku tak yakin jika kau pelakunya adik manis".

"Eungh....".

Usapan Seulgi membuat tidur si mungil terusik, perlahan mata sipit Baekhyun terbuka dan mengerjap lucu.

Seulgi terpana, bagaimana ada manusia yang begitu lucu dan menggemaskan? Ia bahkan ingin menjadikan Baekhyun adik angkatnya jika tak ingat status Baekhyun saat ini.

"Kau sudah bangun?".

"Ini dimana?".

Mata sipit Baekhyun mengedar setelah ia duduk di tengah dipan tempatnya berbaring tadi. Ia merasa asing dengan tempat itu belum lagi tubuhnya yang mendadak terasa remuk dan kaku.

Mungkin terlalu lama tidur di atas motor. Ngomong-ngomong soal motor ia baru ingat lelaki tinggi yang tadi mengatakan padanya akan mengantarnya pulang. Tetapi kenapa ia malah berada di tempat asing ini?

Tubuh Baekhyun mulai gemetar dengan mata sipit yang masih berpendar ke sekelilingnya. Bahkan jika diperhatikan lagi gerakan Baekhyun mulai gelisah di atas dipan. Ia sedikit beringsut mundur dan itu membuat Seulgi sedikit panik.

"Tidak, jangan takut. Kau berada di markas NIS. Kau aman adik manis, kami bukan orang jahat, kami tak akan menyakiti mu". Ujar Seulgi dengan lembut.

Sipit Baekhyun sedikit membola, ia cukup terkejut bagaimana bisa ia berada di sarang musuh?

"Markas NIS? Bagaimana bisa - ".

Seulgi memasang senyum keibuannya, tangannya meraih jemari Baekhyun yang membuatnya bersumpah jika jemari Baekhyun terasa sangat lembut dan juga lentik.

"Jangan takut adik manis. Kami ingin menanyakan beberapa hal pada mu, sekarang cuci wajah mu dan ayo ikut aku".

Seulgi menuntun Baekhyun menuruni dipan itu menuju kamar mandi di sana, memintanya untuk mencuci muka dan membawanya ke ruang interogasi setelah mendapat perintah dari Chanyeol.

Baekhyun sudah di sana, di dalam sebuah ruangan yang asing lagi menurutnya. Entah mengapa ia hanya diam saat wanita yang bahkan tak ia ketahui namanya menuntun langkahnya menuju ruangan dingin dan aneh ini.

Bahkan, Baekhyun juga diam saja saat didudukkan di sebuah kursi khusus dan dipasangkan sebuah alat di kedua pelipisnya. Persis seperti orang yang dihipnotis, Baekhyun diam dan tidak melawan.

"Tenangkan dirimu Chan, dia sudah ada di dalam. Kontrol emosi mu okay, ingat dia masih anak-anak. Jika memang dia pelakunya pasti ada alasan mengapa ia melakukannya".

Sergah Seulgi saat ia melihat Chanyeol akan memasuki ruang interogasi dengan mata berkilat tajam dan langkah yang panjang. Chanyeol hanya mengangguk, tapi ia tak berani menjamin ia tak akan emosi jika berhadapan anak ajaib nan jenius itu.

Mata sipit Baekhyun sedikit membola saat ia mendapati Chanyeol masuk dan mengambil duduk di seberangnya dengan pakaian yang berbeda dan penampilan yang berbeda pula. Ia terlihat lebih dewasa dan tampan namun itu membuat Bekhyun berdecih pelan dan segera menetralkan kembali ekspresi wajahnya.

Rupanya selama hampir dua minggu ini ia dan teman-temannya yang lain sudah tertipu. Bagus Park, kau menggali kuburan mu sendiri.

Setengah jam berlalu, namun hasilnya tetap sama. Chanyeol tak mendapatkan jawaban apapun dari namja mungil di hadapannya selain jawaban yang sama seperti yang ia peroleh kemarin. Ingin rasanya ia menenggelamkan namja itu ke samudra pasifik.

"Katakan pada ku apa saja yang kau lakukan di sana?!!". Namja jangkung itu berteriak frustasi pada namja lain yang ada di hadapannya dalam ruang interogasi khusus NIS untuk kesekian kalinya. Ia sangat geram, nafasnya terengah namun namja mungil itu masih terlihat tenang seolah memang tak tahu apapun.

Tubuh namja mungil itu tak dapat digerakkan, pergerakannya dikunci oleh kursi berbahan besi yang didudukinya lengkap dengan sebuah alat mirip alat pendeteksi jantung yang menempel di kedua pelipisnya.

Itu adalah alat pendeteksi kebohongan dan alat pembaca pikiran.

Dan tentunya Baekhyun sudah tahu apa fungsi alat itu, tak mau ambil banyak resiko jadi Baekhyun tak memikirkan apapun yang membuat kebohongannya terdeteksi. Maka dari itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat sangat menguasai dirinya dengan baik, di dalam sana ia tampak tenang dan hanya memikirkan tentang kehidupan sekolahnya yang meyenangkan dengan teman-temannya.

"Sudah ku katakan aku tak melakukan apapun selain menemui Kyuhyun Seonsaengnim dan kepala sekolah. Kami membicarakan tentang Kyu ssaem yang ingin memasukkan ku ke dalam klub belajar matematika tapi aku menolaknya. Kenapa kau keras kepala dan tak percaya pada ku Park Chanyeol?". Ujarnya dengan tenang, lelaki jangkung itu yang mana adalah Park Chanyeol semakin frustasi.

"Dan lagi kenapa aku harus di bawa ke sini dan memakai alat-alat ini? Kau pikir aku seseorang yang kriminal?". Tanya Baekhyun beruntun, sungguh ia tak tahu jika dirinya akan dibawa ke markas NIS yang diketahuinya adalah sebuah lembaga atau orgasisasi untuk menangani para teroris. Dan Baekhyun mulai menunjukkan sebuah emosi berupa kekecewaan yang langsung terdeteksi monitor di ruang kontrol yang hanya dibatasi kaca bening dengan ruang interogasi.

"Katakan pada ku siapa kau sebenarnya Park Chanyeol? Apa kau bagian dari mereka? Kau adalah anggota NIS yang menyamar di sekolah ku dan menuduh ku sebagai pelaku pembunuhan dan pengeboman itu, begitukah?". Lanjut Baekhyun, tersirat kekecewaan yang semakin dalam dimana hal itu terekam dengan apik oleh alat pendeteksi kebohongan dan pembaca pikiran.

Seulgi dan beberapa orang dari dalam ruang kontrol mulai ragu karena Baekhyun malah tak memberikan emosi apapun selain kekecewaan nampaknya alanisis mereka tentang namja mungil itu sedikit salah. Karena, dari dalam layar komputer terekam gelombang emosi yang mengarah pada kecewa dibandingkan dengan marah atau takut akan kebohongan yang ketahuan.

"Kau bilang ingin menjadi teman dekat ku tapi tak ku sangka kau ternyata - ".

"Byun Baekhyun, hanya jawab pertanyaan ku. Apa saja yang kau lakukan di sana?!!". Ucapan Baekhyun terpotong oleh desisan penuh amarah dari Chanyeol, membuat tubuh mungilnya sedikit berjengit namun ia tak menunjukkan emosi apapun.

Pikiran Baekhyun tetap dipenuhi dengan kejadian hari ini dimana lelaki jangkung di hadapannya itu menipunya dengan sebuah dalih mengantarnya pulang setelah belajar kelompok, Chanyeol membawa si mungil ke markas NIS untuk diinterogasi.

"Astaga, aku bahkan sudah menjawabnya berulang kali. Kalau kau tak percaya tanyakan pada kepala sekolah dan Kyuhyun ssaem. Aku bahkan baru saja keluar dari ruangan itu dan akan pulang saat kau mencegat ku".

Masih, di layar komputer tak dapat menangkap gelombang kebohongan atau rasa takut akan terbongkarnya kebohongan dari Baekhyun. Tetap emosi luapan kekecewaan yang terdeteksi dan tak ada gelombang apapun yang mengatakan jika ucapan Baekhyun salah.

Di layar komputer menunjukkan jika Baekhyun jujur.

"Katakan dengan jujur sebelum aku melakukan apa yang tak seharusnya ku lakukan pada mu Baek, katakan!!". Chanyeol kembali berteriak, hingga semua orang yang ada di dalam ruang kontrol berjengit karena terkejut. Namun tidak bagi Seulgi, wanita itu beberapa kali menghela nafas sambil mengamati ekspresi wajah Baekhyun yang begitu tenang sesekali melirik rekaman gelombang di layar yang ada di hadapannya.

"Aku sudah mengatakannya. Aku sudah jujur. Jika kau tak percaya ya sudah, aku lelah menjelaskannya pada mu jika aku tak tau apa-apa Park Chanyeol".

Mata sipit Baekhyun berkaca-kaca, kali ini ia sungguhan. Ia tak berpura-pura, ia hanya memikirkan tentang kebohongan ayahnya selama ini dan itu berhasil membuat orang-orang di balik kaca panik begitu menangkap gelombang emosi Baekhyun.

Disana terlihat sebuah kekecewaan yang begitu dalam dan semakin dalam.

"Katakan saja sialan!! Kau terlalu banyak bicara!!". Chanyeol menggebrak meja di hadapannya hingga tubuh mungil itu tersentak cukup kuat dan dalam sekali kedip air matanya turun.

Kang Seulgi, wanita dengan sikap keibuannya itu keluar dari ruang kontrol dan segera masuk ke ruang interogasi. Disana ia mendapati tubuh Baekhyun yang bergetar takut entah karena apa dan air matanya yang tak berhenti mengalir. "Jangan membentaknya Park Chanyeol. Kau membuatnya takut. Dia masih anak-anak". Seulgi langsung mendatangi Baekhyun dan melepas alat yang menempel di pelipis Baekhyun, menarik kepalanya lalu medekapnya dengan erat serta membisikkan kalimat penenang.

Seulgi merasa Baekhyun bukanlah pelakunya, bahkan dari pertama kali ia melihat Chanyeol membawanya masuk ke dalam sana nampak kebingungan si wajah manis Baekhyun. Belum lagi gelombang yang tertangkap di layar monitor mengatakan bahwa anak itu jujur dan tidak terdeteksi kebohongan apapun.

Tiba-tiba saja Seulgi merasa iba dan sedikit merasa bersalah pada bocah mungil dalam dekapannya itu.

'Tidak, aku tahu dia berbohong".

Mata bulat Chanyeol menatap tajam ke arah Baekhyun yang masih berada di dalam dekapan Seulgi, tanpa diketahui siapapun dalam hati Baekhyun sangat bersyukur alat itu sudah di lepas jadi ia bisa bermain drama di sini.

"Aku melihat rekaman cctv sekolah dan kau - ". Telunjuk besar Chanyeol menunjuk Baekhyun yang masih gemetar takut dalam dekapan Seulgi, wanita berumur 29 tahun itu pernah bekerja di rumah sakit sebagai seorang psikolog sebelum manjadi anggota NIS, jadi ia sangat mengerti bagaimana keadaan Baekhyun secara psikis.

Dia masih anak-anak dan mendapat tuduhan seperti itu dari orang ia kenal sebagai temannya yang ternyata anggota NIS pasti membuat batinnya terguncang.

"Kau, Byun Baekhyun, kau keluar dari ruangan kepala sekolah bersama Lee Dongho kemudian aku tak tau kau pergi ke mana karena cctv sekolah di luar ruang kepala sekolah sedang dalam perbaikan. Lalu dilihat dari waktunya, sekitar 20 menit kemudian Lee Dongho tertembak di gudang belakang. 10 menit setelah aku dan Sehun mendengar suara tembakan itu aku melihat mu di lobby sekolah. Bisa kau jelaskan Byun Baekhyun?".

Kalimat panjang Chanyeol memang membuat si mungil merasa tersudut tapi bukan Byun Baekhyun si otak jenius namanya kalau ia tak mengatasi masalah ini.

Kepala Baekhyun yang tadi disembunyikan di perut Seulgi ia angkat, ia juga melepaskan dekapan hangat itu lalu kembali menatap ke arah Chanyeol yang masih menatapnya dengan tajam. Dengan tatapan kecewa yang begitu ketara Baekhyun menjawab apa yang ditanyakan oleh Chanyeol.

"Kau ingin aku menjelaskannya? Baiklah, dengarkan aku baik-baik Park Chanyeol-ssi. Tapi jika aku terbukti tidak bersalah jangan salahkan aku jika aku menganggap mu mati di kehidupan ku. Aku kecewa pada mu, sangat".

Sedetik kemudian Baekhyun menceritakan apa yang ia alami, dengan bumbu kebohongan yang tak akan terdeteksi tentunya. Well, berterimakasihkan pada aktingnya yang teramat bagus.

Selama hampir 20 menit Baekhyun menceritakan sebuah kebohongan tentang kronologi kejadoan dimana ia berada di toilet hendak keluar. Mengapa ia berada di sana selama itu dan apa yang ia alami di dalam toilet.

"Jadi, apa sekarang kau sudah jelas Park Chanyeol-ssi?".

Yang ditanya hanya diam, otaknya seakan blank setelah mendengar penjelasan panjang dari Baekhyun. Ia sada jika apa yang dilakukannya pada bocah mungil itu salah, menipu, menuduh, membentak bahkan mengeluarkan kata kasar padanya.

Bagus Park kau benar-benar menggali kuburan mu sendiri.

Chanyeol merutuki dirinya, sekarang rasa sesal perlahan menjalar di dadanya. Terasa sesak dan menyiksa.

"Apa kau tau bahwa aku juga ketakutan saat itu karena di dalam toilet ada seseorang yang tak ku kenal mengancam ingin membunuh ku? Dia mengatakan jika aku berani buka mulut atas pembunuhan Lee Dongho hari itu maka aku akan mati juga seperti Lee Dongho di kemudian hari. Kau pikir aku tak takut?".

Lagi setetes air mata ia biarkan mengalir ke pipi gembilnya. Baekhyun serius menangis kali ini, diotaknya berputar kejadian 3 bulan yang lalu. Kejadian yang membuatnya kehilangan senyumnya dan hanya berdiam diri di kamar lalu menangis dalam diam.

"Siapa? Siapa yang mengancam mu Baek? Mengapa orang itu tak ada dalam rekaman cctv? Dan kenapa kau tak terlihat ketakutan saat bertemu dengan ku di lobby sekolah Baek?".

Baekhyun memejamkan kedua matanya. Ia mendadak emosi menghadapai anggota NIS yang begitu menyebalkan seperti Park Chanyeol. Lelaki tinggi itu masih mencercanya dengan serombongan pertanyaan.

Baekhyun bersumpah ia tak akan mau lagi berhubungan dengan lelaki jangkung super menyebalkan yang sudah berdiri tak jauh darinya itu.

"Aku tak tau, sudah ku katakan aku tak tau. Aku bahkan terlihat biasa saja saat itu karena ancaman darinya".

"Sudahlah Chan, sepertinya bukan Baekhyun pelakunya. Aku yakin ada orang lain yang melakukannya, apa kalian tak menangkap gelagat aneh orang-orang dari rekaman cctv? Aku yakin ada, mungkin orang asing yang menyamar dan ingin membunuh Dongho karena dendam pada ayahnya yang seorang mafia itu sedangkan Baekhyun yang kebetulan masih berada di sana sengaja dijadikan kambing hitam dengan meretas cctv sekolah dan hanya menampakkan Baekhyun di sana".

Seulgi menengahi karena bagaimanapun wajah Baekhyun terlihat sudah memucat dan itu membuatnya takut kalau-kalau kondisi psikologis anak itu akan memburuk akibat merasa ditipu, dituduh dan sempat beberapa kali dibentak oleh Chanyeol.

"Baiklah, aku akan melihat rekamannya lagi kalau begitu".

"Tentu, kau harus melakukannya. Lalu bagaimana dengan Baekhyun?".

"Tunjukkan aku pintu keluarnya, aku akan pulang dengan taxi". Jawab Baekhyun pelan, tubuhnya terasa lemas sekarang mungkin karena ia melewatkan makan siangnya hingga malam tiba begini.

"Tidak, ini sudah malam. Biarkan Sehun atau Chanyeol yang mengantar mu, okay". Timpal Seulgi dengan halus namun nampaknya ia harus bersabar karena si mungil itu memberikan penolakan dan sebagai seorang psikolog, Seulgi sangat tahu jika Baekhyun dalam keadaan spikologis yang kurang baik.

"Tidak, aku tak ingin berhubungan apapun dengan pembohong sepertinya. Aku benci pembohong. Jika tidak ada taxi aku akan menelfon hyung ku untuk menjemput ku di halte dekat sini".

Mata Chanyeol membola, kalimat itu mengenai hatinya yang paling dalam. Sakit. Itulah yang dirasakannya.

'Hyun tidak suka dibohongi. Hyung jahat, pergi sana!'.

Dan lagi-lagi kalimat dari orang di masa lalunya mengalun di kepalanya. Saat itu Chanyeol hanya mengerjai adiknya tapi tak disangka hal itu membuatnya dimusuhi adiknya sendiri selama 3 hari.

"Baek, aku - ".

"Katakan dimana pintu keluarnya, Ahjuma".

Suara Baekhyun semakin lirih dan terdengar sedikit parau hal itu membuat Seulgi merasa khawatir, sementara yang berada di ruang kontrol sudah pergi dari sana sejak Seulgi masuk ke ruang interogasi dan melepas alat pendeteksi kebohongan dari Baekhyun namun tetap saja obrolan mereka terekam dalam cctv ruangan dingin itu.

"Aku akan mengantar mu".

"Tidak hanya katakan dimana pintu keluarnya. Jebal". Tatapan mata memohon Baekhyun ia berikan pada Seulgi membuat spikolog itu menghela nafasnya, ia merasa seperti menghadapi Chanyeol kedua sekarang. Keras kepala dan sedikit arogan.

"Baiklah, setelah keluar dari ruangan ini kau belok lah ke kanan lurus hingga menemukan tangga, turunlah ke bawah dan sedikit berjalan ke kiri kau akan menemukan pintu keluar di sana".

"Terimakasih. Aku permisi".

Bekhyun bangkit dari duduknya sementara Seulgi segera meminggirkan tubuhnya dari Baekhyun agar bocah itu bisa keluar namun saat akan melangkah tubuh Bekhyun oleng dan ia hendak jatuh. Untung saja Chanyeol bergerak cepat, kedua tangannya segera meraih tubuh Baekhyun sehingga ia tak jadi terjatuh.

"Kau baik-baik saja?". Tanya Chanyeol dan ia bersumpah jika saat ia menangkap tubuh Baekhyun, yang ia rasakan adalah dingin. Tubuh Baekhyun serasa seperti es.

Chanyeol mendadak khawatir namun ia harus menerima kenyataan pahit jika sekarang Baekhyun membencinya. "Jangan sentuh aku Park Chanyeol-ssi".

Tangannya disentak oleh si mungil dan segera meninggalkan ruangan yang membuat tubuhnya membeku tanpa kata dan tanpa menoleh.

Well, tak seorangpun tahu jika Baekhyun tak akan mampu bertahan di tempat dengan suhu rendah. Ia akan sakit dan tumbang bahkan sekarat karena dingin adalah kelemahan terbesarnya.

Chanyeol dan Seulgi menatap punggung Baekhyun dalam diam yang secara perlahan menjauh dan menghilang dibalik pintu cokelat ruang interogasi.

"Susul dia jika kau mengkhawatirkannya Chan. Ikuti kata hati mu". Hanya itu kalimat yang keluar dari bibir Seulgi sebelum ia keluar meninggalkan ruangan bertemperatur rendah itu.

Dan tak ada alasan bagi Chanyeol untuk menolak, ia mengikuti kata hatinya untuk menyusul Baekhyun dan mendapato langkah kaki mungil Baekhyun sedikit terseok dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk hingga ia berhasil duduk di halte.

"Maafkan aku Baek, aku tak tau jika kau mengalami hal yang buruk seperti itu saat Dongho terbunuh".

Ujar Chanyeol lirih dari tempat yang seberapa jauh dari halte tempat Baekhyun menunggu, tak berselang lama kemudian ia melihat sosok yang bertubuh sama kecilnya seperti Baekhyun keluar dari mobil yang berhenti tepat si depan Baekhyun. Ia yakin jika itu adalah kakak laki-laki Baekhyun karena ia terlihat sangat panik dan langsung menyelimuti Baekhyun dengan jaket sebelum membawa tubuh ringkih itu ke dalam mobil dan berlalu dari sana.

"Aku melakukan sebuah kesalahan besar. Apa yang akan ku lakukan jika aku bertemu dengannya di sekolah besok?".

Chanyeol menghembuskan nafasnya, kemudian ia kembali ke markas mengingat hari sudah terlalu larut.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

Cocot :

Maaf yaa, aku up ini duluan,, untuk Our Secret tinggal editing dan Little Brother baru jalan 30% harap sabar okay...

Part ini dah panjang kan? Hehee... ini 8,4k+ word....kalo kurang panjang panjangin sendiri yaah pake imaginasi kalian sendiri... 😂😂😂😂

Gak tau lagi daah ini aku nulis apaan... makin ancur aja ini cerita perasaan...😯😯😯

Tp biarpun makin ancur ku harap kalian cukup apresiasi yaah... berikan voment kalian... itu udah cukup buat aku...

Dan Aku jg mau minta maaf, aku gak maksud nipu kalian dg ff brothership yg ku buat... aku jg gak bikin ff brothership sbg tameng biar banyak readers krna mgkin kbnyakan kalian suka ff Yaoi...

Please jadilah smart readers. Perhatikan baik2 hastag nya... okay sayang2 kuu~
Jika emang aku buat yaoi maka di hastag pasti ada tulisan "yaoi/boyslove/boyxboy" dan kayaknya hastag itu pasti ada di ff yaoi/boys love.

Terakhir...

I Love You all...
😚😚😚😚

Please keep healthy and always happy...

Continue Reading

You'll Also Like

2.5K 180 18
Series/Kategori : Mafia Lovestory Berawal dari Hyunjin yang tiba tiba naik jabatan menjadi asisten pribadi sekaligus sekertaris bos nya di perusahaan...
29.2K 4.3K 15
Aku tidak bisa memaafkan tapi aku tidak menyesal telah dilahirkan walau akhirnya aku di buang. Orang tua angkatku begitu sangat menyayangiku terlebih...
727K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
48.1K 6.1K 14
cuma sepenggal cerita, kakak beradik yang saling menyayangi satu sama lain. meskipun perbedaan diantara keduanya terlihat begitu mencolok. hwang hyun...