[5] Sapphire Blue | BROTHERSH...

By VennytaShui97

100K 7K 1.8K

[COMPLETE] Kehidupan tenang Byun Baekhyun di dunia penuh kegelapan terusik oleh kehadiran Park Chanyeol, angg... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END
Book II

Part 6

3.8K 353 71
By VennytaShui97

Kelas Baekhyun sedikit ramai karena lagi-lagi guru pengajar setelah jam istirahat kedua kosong, sebagai anak hits jaman sekarang kalau jam kosong tidak ramai tidak keren, begitu katanya. Meski demikian karena kelas unggulan jadilah mereka diharuskan mengerjakan tugas dan dikumpulkan hari itu juga.

Baekhyun, magnae kelas yang memang hari itu tengah mendapat jatah piket dengan terpaksa dan gerutuan dalam hati mengumpulkan buku-buku tugas milik teman-temannya untuk di bawa ke ruang guru.

Baekhyun sudah bersiap melangkah, namun saat ia berada satu langkah dari pintu kelasnya. Seseorang berteriak menyerukan namanya.

"Baekhyun! Tunggu!!".

"Chanyeol?". Gumam Baekhyun, dari arah kanan ia melihat lelaki tinggi itu berlari menggunakan kaki panjangnya agar cepat sampai pada Baekhyun yang mulai risih karena ia melihat betapa panjangnya kaki Chanyeol dibandingkan dengan miliknya.

"Ada apa?". Tanya Baekhyun begitu lelaki tinggi itu sudah berada di hadapannya.

'Sial, aku sampai harus mendongak untuk bisa melihat wajahnya, apa aku sependek itu? Atau dia yang terlalu tinggi?'. Rutuk Baekhyun dalam hati.

"Kau akan kemana?". Tanya Chanyeol di sela mengatur nafasnya yang sedikit terengah.

"Aku akan ke ruang guru mengumpulkan tugas Kim ssaem". Jawab Baekhyun sambil menampakkan tumpukan buku di tangannya. Meskipun jumlah murid di kelasnya tak sebanyak kelas yang lain tetap saja tangannya terasa kebas jika buku-buku itu tak segera berpindah dari tangannya ke meja guru.

Chanyeol menepuk keningnya, ia teringat jika ia belum mengumpulkan buku tugasnya karena tadi setelah selesai ia tinggal ke toilet dan di sana ia tak sengaja bertemu Sehun yang justru mengakibatkan keduanya mengobrol sebentar untuk membicarakan pasal misi mereka.

"Ouh ya ampun, bisa kau tunggu aku di sini sebentar. Aku yakin buku ku belum ada di dalam sana". Chanyeol menunjuk tumpukan buku di tangan Baekhyun dengan telunjuknya yang besar.

"Benarkah? Baiklah, kau ambil saja aku akan menunggu mu di sini".

Chanyeol mengangguk, sejurus kemudian ia masuk ke dalam kelas menuju bangkunya untuk mengambil buku tugas mata pelajatan Kim ssaem, mata pelajaran Biologi.

Baekhyun?

Ia mendadak seperti orang tolol yang menunggu kekasihnya selesai pelajaran dengan menyandarkan tubuhnya di dekat pintu. Bedanya Baekhyun membawa banyak buku di kedua tangan kecilnya itu sedangkan normalnya orang yang menunggu kekasihnya membawa setangkai bunga kesukaan kekasihnya atau sebatang cokelat.

Sejenak Baekhyun merasa hidup memang tidak adil. Selama 15 tahun eksistensinya di dunia ia belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, bahkan ketika teman-teman seumurannya setidaknya memiliki 3-4 mantan kekasih dirinya sama sekali tak memilikinya.

Miris.

"Hey, kau murid kelas 1-1 kan? Beritahu aku siapa yang bernama Byun Baekhyun".

Lamunan Baekhyun tentang hidupnya yang terkesan monoton tanpa bumbu cinta di dalamnya buyar akibat seseorang yang tak tahu darimana datangnya tiba-tiba mengajaknya bicara.

"Maaf, tadi kau mencari siapa .... sunbae?". Baekhyun harus melirik atribut sekolah namja dengan gigi sedikit maju itu karena lelaki mungil itu tak merasa mengenalnya dan ternyata namja ber name tag Lee Dongho adalah seniornya yang sama-sama berada di kelas yang tergolong unggulan yaitu kelas 3-2.

"Byun Baekhyun, apa kau tau siapa dan dimana dia hoobae manis?".

Sunbae di hadapan Baekhyun berbicara dengan nada yang begitu dingin lengkap dengan tatapan matanya yang terkesan tajam, berbeda dengan tatapan Baekhyun yang menggemaskan seperti tatapan seekor puppy.

"Aku Byun Baekhyun, ada apa sunbae?".

Dongho tersenyum miring, dia baru tahu jika ternyata sosok Byun Baekhyun yang selalu diunggulkan Kyuhyun seonsaengnim, sang pembina klub belajar matematika hanyalah anak kecil yang begitu polos dan itu membuatnya ingin menantang namja mungil itu dengan beradu cepat dan tepat dalam mengerjakan soal-soal matematika pemberian satanKyu.

Dongho sudah tahu bagaimana kiprah Baekhyun di dalam setiap mata pelajaran karena selalu ada gosip tentang adik kelas pindahan dari China itu belum lagi Kyu ssaem yang selalu menjadikan lelaki kecil di hadapannya ini bahan perbandingan saat dia dan rekan-rekannya memiliki kesalahan dalam mengerjakan soal-soal latihan. Namun sampai sekarang Dongho belum pernah berkesempatan bertemu muka secara langsung dengan bocah umur 15 tahun itu.

"Kebetulan sekali kalau begitu, kau dipanggil Kyuhyun ssaem, tadi beliau menitipkan pesan untuk ku agar meminta mu untuk menemuinya di ruang kepala sekolah setelah bel pulang berbunyi".

"Baiklah. Terimakasih sunbae".

Dongho mengangguk kemudian berlalu dari hadapan Baekhyun.

'Kita lihat saja anjing kecil, siapa yang akan keluar sebagai pemenang'. Dongho menyeringai setelah berbalik dan melangkah menjauhi kelas Baekhyun yang masih memproses ada apakah gerangan satanKyu memanggilnya ke ruang kepala sekolah?

"Maaf sedikit lama, aku lupa menaruh dimana buku ku tadi". Suara berat Chanyeol membuyarkan lamunan singkat Baekhyun, ia tersenyum manis kala mendapati Chanyeol sudah berdiri di hadapannya.

"Tak apa, santai saja Chanyeol".

"Kau baru saja berbicara dengan siapa?". Kepala Chanyeol melongok, mencari sosok yang tadi ia lihat tengah bicara pada Baekhyun namun tak seberapa jelas karena separuh wajahnya tertutup oleh dinding.

"Hanya seorang sunbae yang tidak ku kenal. Mana buku mu, aku akan kena marah jika terlambat menghantarkan buku-buku ini". Chanyeol disadarkan oleh si mungil kalau bukunya masih ada di tangannya sendiri sejak tadi. Bukannya apa-apa Baekhyun hanya tak suka kena omel jika ia terlambat mengumpulkan buku-buku tugas di tangannya yang mulai pegal itu, menurutnya omelan guru hanya akan membuat telinganya sakit.

"Eoh, begitukah?". Baekhyun mengangguk, namun sedetik kemudian buku-buku di tangannya berpindah ke tangan Chanyeol.

"Kemarikan. Biar aku saja yang membawanya".

"Eh?".

Chanyeol tersenyum lebar, ia telah memantapkan hatinya untuk menjadi lebih dekat dengan Baekhyun apapun yang terjadi.

Walaupun tak ada yang tahu jika suatu saat nanti ia akan terluka setelah mengetahui fakta yang selama ini tersembunyi.

Chanyeol memulai langkahnya menuju ruang guru bersama Baekhyun yang berjalan di sebelahnya. "Tak apa, kau tunjukkan saja dimana aku harus meletakkannya nanti. Kau terlihat masih lelah, apa jangan-jangan kau baru saja sampai di Korea dan langsung ke sekolah?".

Baekhyun sedikit tercengang, apa pria disampingnya itu keturunan cenayang atau semacamnya? Bagaimana bisa ia tahu apa yang dialami Baekhyun dengan begitu akurat?

Kau hanya tak tahu saja Byun muda, Park Chanyeol yang berjalan bersisihan dengan mu adalah seorang wakil ketua devisi penyelidikan di NIS, organisasi rahasia yang bekerja dibidang pelayanan masyarakat dalam memberantas aksi teroris.

"Woah, daebak apa kau keturunan cenayang? Kau sungguh sesuatu Park Chanyeol".

"Apa yang ku katakan benar?".

Baekhyuh mengangguk sambil bergumam, "Ne, aku sama sekali tak tidur karena aku baru sampai di Korea pukul 3 pagi ini dan sampai di rumah ku pukul 5 subuh. Daebakida, aku punya teman seorang cenayang".

Chanyeol terkekeh mendengar tanggapan Baekhyun, pikirnya lelaki bertubuh mungil di sebelahnya itu benar-benar polos. Namun hal itu tak menurunkan atensi dan juga keyakinannya tentang Baekhyun dan teringat perkataan Sehun semalam tentang wajah yang bisa menipu.

Tapi jika setiap hari Chanyeol disuguhi wajah dan tingkah polos Baekhyun seperti ini, bisa goyah juga keyakinannya.

Chanyeol menggeleng, mengusir pikiran-pikiran yang menentang keyakinannya tentang Baekhyun sebagai target utama penyelidikannya itu.

"Hanya tebakan beruntung Baek, eoh iya aku ingin mengatakan sesuatu pada mu".

"Apa?".

"Kau hebat". Baekhyun menoleh, ia tak mengerti apa yang menjadi topik pembicaraan mereka kali ini. Bahkan biasanya dari kelasnya menuju ruang guru tak memakan waktu lama tapi entah mengapa sekarang ia merasa jarak kelas dengan ruang guru yang bahkan hanya 100m menjadi berkilo-kilo.

"Maksud ku kau benar-benar keren saat mengerjakan soal matematika dari Kyu ssaem dan juga menjelaskan kebudayaan kerajaan Georyo tadi. Aku kagum pada kepintaran mu Bek".

Chanyeol memuji kepintaran Baekhyun bahkan ia mengungkapkannya dengan tatapan kagum.

Langkah pertama dalam pendekatan versi Chanyeol, memberikan pujian dan tatapan kagum pada targetnya agar ia tak dicurigai.

"Hey, biasa saja. Aku hanya sedang beruntung hari ini, biasanya aku mendapat nilai merah". Jawab Baekhyun santai sambil memperhatikan sekelilingnya yang sepi karena pelajaran jam terakhir tengah berlangsung.

"Benarkah?".

Baekhyun mengangguk, "Hmm... jika tak percaya tanyakan saja pada Jongdae. Aku pernah beberapa kali mendapat nilai merah".

Kening Chanyeol mengernyit, setahunya dari Joohyun, magnae kelas 1-1 itu luar biasa cerdas dan selalu mendapat nilai terbaik di setiap mata pelajaran tapi sekarang Baekhyun mengatakan jika ia pernah mendapat nilai merah. Ini sedikit membingungkan dan membuat yang lebih tinggi semakin penasaran.

'Byun Baekhyun, kau sungguh membuat ku gila'. Batin Chanyeol.

"Tapi Baek, kata teman-teman yang lain kau selalu mendapat nilai sempurna atau setidaknya mendapat nilai terbaik sekalipun kau absen dari kelas saat guru mengajarkan materi untuk ulangan hari itu. Dan hari ini terbukti, ternyata kau memang benar-benar si jenius Byun seperti yang mereka katakan. Magnae kelas yang ajaib dan luar biasa".

Baekhyun mengutuk siapapun temannya yang mengatakan hal itu pada Chanyeol. Meskipun itu adalah sebuah fakta tak terelakkan tapi Baekhyun pada dasarnya tak suka jika kemampuan otaknya yang luar biasa encer itu diketahui orang lain. Ia tak ingin ketahuan sebelum rencananya berhasil.

Rencana untuk menemukan pembunuh kedua orangtuanya dan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Itu adalah rencana utamanya ia berada di Korea. Tentunya baba nya mengetahui hal itu jadi untuk menutupi semua alasan dibalik pindahnya Baekhyun ke Korea tertulis berita bahwa anak semata wayangnya pindah ke negeri gingseng karena ingin merasakan tinggal di tempat kelahiran sang ibu. Well, profile keluarga Byun yang beredar memang tak sepenuhnya benar karena ada beberapa hal yang tak banyak orang tahu tentang kehidupan masa lalu keluarga Byun sebelum merawat si mungil Baekhyun yang sebenarnya memiliki nama lahir yang disamarkan oleh Yunho.

Park Chanhyun.

Itu adalah nama lahirnya yang terpaksa harus dihapus dari ingatan Baekhyun kecil.

"Siapa yang berkata begitu pada mu Chanyeol? Aku bahkan cukup sering mendapat nilai merah, mereka benar-benar penggosip".

"Tentu saja teman-teman Baek, aku bertanya pada mereka tentang mu". Jawab Chanyeol santai seiring dengan langkahnya yang kian memelan seakan sengaja membuat jarak kelasnya menuju ruang guru semakin jauh.

"Kau mencari tahu tentang ku? Kenapa? Untuk apa?". Tanya Baekhyun menuntut, namun yang ditanya hanya menggedikkan bahunya.

"Bukankah sudah ku katakan jika aku ingin mengenal mu jauh lebih dekat?".

"Baiklah, lakukan sesuka mu".
Karena kau tak akan mendapatkan apa yang kau mau, aku hanya akan berteman dekat dengan Jongdae. Lanjut Baekhyun dalam hatinya.

Lalu mereka terdiam sejenak, hingga langkahnya terhenti sebab mereka sudah sampai di depan pintu ruang guru yang khusus mengajar murid-murid dalam kelas unggulan.

"Jja, kita sudah sampai di ruang guru. Katakan dimana aku harus menaruh buku-buku ini?".

Baekhyun mengambil alih buku dari tangan Chanyeol, ia merasa tak enak pada lelaki tinggi itu karena telah menggantikan tugasnya membawa buku-buku itu sampai ke ruang guru yang mana itu adalah tugasnya hari itu.

"Tidak, biar aku saja. Terimakasih sudah membantu ku membawanya sampai kesini Chanyeol".

Lalu Baekhyun segera melangkahkan kaki pendeknya masuk ke dalam ruang guru dan segera meletakkan tumpukan buku di tangannya ke meja Kim ssaem.

"Byun Baekhyun, mulai hari ini kau resmi menjadi target utama ku. Tapi aku akan tetap mewaspadai Kim Jongdae. Ya Tuhan, kedua bocah itu semakin membuat kecurigaan ku bertambah". Gumam Chanyeol pelan sambil menatap Baekhyun yang masuk ke dalam ruang guru dan meletakkan tumpukan buku itu ke meja yang ia yakini meja milik Kim ssaem.

Perlu kalian ketahui jika Chanyeol meminta dan sudah melihat video penyelidikan polisi saat hari pengeboman berlangsung sepulangnya Sehun dari apartemennya semalam. Video di ruang kepala sekolah yang menguatkan persepsinya pada Byun Baekhyun yang waktu itu membawa senjata tajam serta Kim Jongdae yang mati-matian membelanya.

Bukan hanya itu yang membuatnya mencurigai Jongdae, selain karena perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang ekspor-impor bahan bangunan dan pembelaan yang berlebihan pada Baekhyun di ruang kepala sekolah waktu itu, lelaki berwajah kotak itu tak bisa diragukan juga kepintaran otaknya. Selama seminggu Baekhyun absen, Jongdae lah yang tampak menguasai kelas. Ia tampak menguasai segala bidang mata pelajaran namun saat Baekhyun kembali ke sekolah maka posisi Jongdae sedikit tersisih secara otomatis.

Eoh, jangan lupakan satu tersangka lainnya, Luhan. Kakak laki-laki Baekhyun yang sempat dipanggil kepolisian saat bom itu meledakkan aula sekolah Hanyang SHS. Sekilas bayangan-bayangan tentang perlakuan Luhan yang ia lihat di depan matanya minggu lalu dan dalam video rekaman cctv semalam membuatnya ingin menyelidiki lelaki bermata rusa itu.

Jika bukan Kim Jongdae pelakunya, maka kemungkinan besar pelakunya adalah Baekhyun sendiri atau Luhan dengan alasan yang sempat ia pikirkan tadi pagi atau bahkan parahnya Baekhyun dan Luhan berkonspirasi dalam tragedi pengeboman itu.

Entahlah, sampai saat ini Chanyeol belum menemukan titik terang. Semuanya masih berupa spekulasi-spekulasi yang buram dalam otaknya.

"Baiklah, sekarang aku benar-benar akan mendekati dan fokus pada Baekhyun terlebih dulu selain itu aku juga waspada pada Jongdae". Ujar Chanyeol dengan mantap dan mata yang tak lepas dari Baekhyun.

Kali ini ia harus membuktikan kata hatinya jika Baekhyun bukan pelaku pengeboman itu meskipun nalar dan akal sehatnya mengatakan jika lelaki mungil itu sangat patut untuk dijadikan tersangka dalam dugaan sementara.

Chanyeol tetap berdiri di sana, di dekat pintu ruang guru menunggu si mungil keluar dengan pikiran menerawang kemana-mana hingga sebuah pekikan halus menginvasi indera pendengarannya.

"Astaga!! Kau mengagetkan ku!! Kenapa masih di sini? Ku pikir kau sudah kembali ke kelas".

Chanyeol tersenyum melihat Baekhyun yang mengelus dadanya pelan dan mata sipit yang sedikit membola.

"Aku menunggu mu, kau datang kemari bersama ku jadi kau juga harus kembali ke kelas bersama ku".

Bekhyun memutar kedua bola matanya malas, ia tak suka diperlakukan seperti anak kecil meskipun ia selalu diperlakukan seperti itu oleh ayah angkatnya.

"Jangan berlebihan, aku bukan anak kecil yang harus digandeng kemanapun aku pergi agar tak hilang".

Chanyeol terkekeh, tangan besarnya ia bawa untuk mengusak surai madu Baekhyun.

"Bagi ku kau seperti anak kecil Baek. Ah bukan, kau memang masih kecil. Ayo ke kelas!".

Chanyeol menggenggam jemari Baekhyun, menariknya lembut menuju kelas mereka.

'Baekhyun-ah, mulai hari ini aku akan mendekati mu bagaimanapun caranya, apapun yang akan terjadi dan apapun resikonya'. Batin Chanyeol

Kaki panjangnya berjalan menggenggam jemari Baekhyun yang entah mengapa lagi-lagi mengingatkannya pada sosok yang disayanginya di masa lalu.

Chanyeol dan Baekhyun baru tiba di kelas, sungguh Chanyeol tak mengira jika kelas unggulan bisa menjadi seperti ini. Tak ubahnya kapal pecah karena mereka bermain layaknya anak TK.

Ada yang berlarian untuk memperebutkan hal sepele, bergosip dan tertawa karena suatu cerita yang sebenarnya tidak lucu menurutnya dan sebagainya.

Suasana kelas tetap seperti itu hingga bel pulang berdentang.

"Aku pulang dulu Baek, hari ini appa ku berkata akan mengajak ku ke Busan, nenek ku sakit". Kata Jongdae sambil merapihkan bukunya dengan cepat.

"Iya, hati-hati di jalan Jongdae-yah semoga nenek mu lekas sembuh".

"Terimakasih sahabat imut ku. Aku duluan".

Jongdae meninggalkan Baekhyun yang menggerutu di belakang sana sambil melanjutkan kegiatannya memasukkan buku-bukunya dalam tas.

Sesekali lelaki mungil itu menguap karena ia ingin segera pulang dan bergelung di ranjang empuknya sayangnya ia ingat jika ia harus ke ruang kepala sekolah menemui satanKyu yang ia yakini sudah duduk manis di sana.

"Mau pulang bersama?".

Sebuah suara berat menghampirinya, Baekhyun sudah selesai dengan kegiatan merapikan buku-bukunya ke dalam tas lalu sedikit mendongak untuk menatap Chanyeol yang berdiri tegak di sebelah bangkunya.

"Tidak, terimakasih Chanyeol aku harus menemui Kyuhyun Seonsaengnim di ruang kepala sekolah".

Chanyeol mengerutkan keningnya.

"Untuk apa Baek, kau punya masalah dengan Kyu ssaem?".

Baekhyun menggedikkan bahunya, ia sendiri juga tak tahu mengapa ia harus menemui guru killer mata pelajaran hitungan bergengsi itu.

"Entahlah, aku juga tak tahu. Aku duluan, satanKyu akan menjadikan ku sate jika aku tak segera menemuinya".

Chanyeol terkekeh kemudian mengangguk dan sedikit menyingkirkan tubuh raksasanya untuk memberi jalan si mungil yang segera meninggalkan kelas itu menyisakan dirinya seorang diri.

Chanyeol menghela nafasnya pelan, ia merasa akan mengalami beberapa masa sulit dalam mendekati Baekhyun.

Sedikit banyak meskipun dalam sehari ia bisa merasakan kalau dibalik sikapnya yang ceria dan polos Baekhyun menyimpan banyak misteri, seperti yang dikatakan Joohyun padanya.

"Baiklah, mungkin tidak untuk hari ini. Besok aku harus bergerak lebih cepat".

Chanyeol akan melangkahkan kaki panjangnya meninggalkan kelas, sebelum getaran ponsel di saku blazernya membuatnya berhenti.

Ternyata itu panggilan dari Sehun.

"Ada apa Hun, aku masih di kelas".

'Bisa ke lapangan basket sekarang? Ada yang ingin ku sampaikan'

"Tentu, tunggu aku di sana".

Chanyeol tersenyum setelah menutup panggilan dari Sehun.
Lelaki tinggi itu melangkahkan kakinya dengan ringan menuju lapangan basket outdoor yang ada di belakang sekolah.

"Sehun-ah!".

Seruan Chanyeol menghentikan permainan basket dari si tampan Oh Sehun. Murid pindahan yang sudah menjadi idola sekolah meski sebenarnya dia adalah seorang anggota NIS yang menyamar.

"Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan dengan ku?".

"Aku melihat salah satu murid di sekolah ini, dia murid senior yang katanya sangat pintar namun menyebalkan dan sombong. Mau tahu apa yang spesial darinya hyung? Dia adalah anak dari mantan seorang mafia yang kabarnya sudah bertobat, namanya Lee Dongho".

Chanyeol tak dapat berkata, apakah orang yang Sehun maksud bisa dijadikan tersangka? Lalu bagaimana dengan Baekhyun yang berada di tempat kejadian ketika ledakan terjadi?

"Dan aku baru mendapat email dari rekan ku yang ku minta menyelidiki keluarga Lee Dongho. Ternyata, secara diam-diam keluarganya kembali aktif dalam perdagangan di pasar gelap".

Chanyeol membolakan matanya, otaknya yang biasa berpikir cepat itu segera memproses informasi dari Sehun.

"Kita harus bergerak cepat, Hun. Cari tahu tentang Lee Dongho lebih dalam dan jauh lagi, lalu segera kita mulai penyelidikan atas dirinya".

Sehun mengangguk, ia tersenyum sebelum mengajak Chanyeol bermain basket dengannya.

"Ayo kita bermain dulu hyung, aku sudah lama tak pegang bola orange ini".

"Yang kalah bayar makanan".

Sehun menyeringai, ia tahu kalau mereka berdua sama-sama hebat dalam olahraga itu.

"Siapa takut?".

************

Hari sudah sore, sekolah sudah sepi tapi tidak dengan salah satu gedung di sudut belakang sekolah.

Disana masih terdapat dua orang berbeda tinggi berdiri saling berhadapan dengan jarak yang tak lebih dari 5 meter.

Mereka adalah sunbae-hoobae yang bahkan tak saling mengenal sebelumnya. Satu diantaranya, sang sunbae menatap tajam dan garang ke arah sang hoobae.

"Kau, aku membenci mu Byun Baekhyun!!".

Lelaki yang lebih tinggi, yang merupakan sunbae dari Baekhyun itu mendesis.

Tadi, saat baru keluar dari toilet tiba-tiba Baekhyun diseret begitu saja oleh seorang sunbae nya.

Padahal Baekhyun sudah siap untuk melangkahkan kaki kecilnya keluar area sekolah untuk menemui Luhan yang sudah menunggunya di depan gerbang.

"Memangnya apa yang ku lakukan sunbae? Apa aku melukai mu? Kenapa kau membenci ku?".

"Kau tahu, semua yang kau lakukan dan semua ada pada diri mu aku benci. Semuanya!! Kau benar-benar pengacau segalanya Byun Baekhyun!!".

Kini bukan desisan penuh amarah lagi, namun teriakan dengan nada tinggi lebih tepatnya.

Dan Baekhyun yang terbiasa membentak hanya berdiri di sana dengan santai. Bahkan magnae kelas 1-1 itu memasang wajah dingin tanpa ekspresinya secara tiba-tiba. Ia tak takut sama sekali dengan sunbaenya itu.

Sebaliknya, justru Baekhyun merasa jiwa psikopat membara dalam jiwanya.

"Sunbae, kita bahkan tak saling mengenal. Bagaimana bisa kau mengatakan aku adalah pengacau dan kau bahkan membenci ku?".

Dongho mengepalkan tangannya erat, rasa bencinya pada sosok mungil di depannya semakin menjadi-jadi karena tatapan tajam yang terbingkai wajah polos Baekhyun.

"Kau terlalu banyak bicara bocah!".

Sunbae yang berbadan lebih besar dari Baekhyun, yang bahkan namanya baru Baekhyun ketahui hari ini, Lee Dongho, mengeluarkan sebuah senjata yang tak pernah Baekhyun duga.

Sebuah pistol limited edition yang pernah ia lihat di pelelangan pasar gelap.

Iris sipit Baekhyun sedikit membola, terkejut tetapi hanya sedikit.

Bukankah murid SMA sepertinya dilarang membawa senjata tajam/senjata api? Tapi mengapa sunbae itu membawa pistol unlimited itu dalam saku blazernya?

Baekhyun tahu jenis dan model pistol yang dibawa oleh sunbae nya itu mengingat Baekhyun pernah merakit yang jauh lebih canggih dan melelangnya juga di pasar gelap dengan harga super tinggi.

Apalagi kalau bukan karena dalam peluru barang rakitan Baekhyun itu ia berikan racun ular yang mematikan musuh tanpa mengeluarkan bunyi berisik.

Tanpa seorangpun tahu, Baekhyun juga selalu membawa barang rakitannya itu di kantung celananya.

Tentunya ia membuatnya serapi mungkin agar tak terlihat seperti senjata api. Alih-alih benda itu terlihat seperti mainan anak TK.

Baekhyun meneguk ludahnya, ia gugup - ah bukan berpura gugup lebih tepatnya.

"A-apa yang akan kau lakukan? To-tolong jangan lakukan itu sunbaenim".

Tubuh Baekhyun beringsut mundur saat Dongho sudah mengarahkan moncong pistolnya ke arahnya.

Ia sungguh pelakon yang handal, berpura-pura ketakutan melihat moncong pistol itu beralih arah, yang tadinya mengarah ke perut kini mengarah tepat ke kepalanya.

"Aku akan membunuh mu, kau membuat ku dikeluarkan dari klub matematika sialan!!". Teriak Dongho penuh kekesalan.

Sekarang Baekhyun mengerti duduk permasalahannya. Tapi itu bukan sepenuhnya salahnya, salahkan sunbae sombong di hadapannya itu yang menantangnya adu cepat dan tepat dalam mengerjakan soal-soal satanKyu.

Kesombongannya lah yang membuatnya di keluarkan dari klub belajar bergengsi itu.

Dongho mempertaruhkan nama dan eksistensinya di klub belajar yang tidak Baekhyun minati, ia menantang magnae kelas 1-1 dengan otak jenius itu.

Ia mengatakan kalau ia kalah cepat dan ada jawabannya yang salah maka ia siap dikeluarkan dari klub belajar Matematika dan mengijinkan Kyuhyun ssaem memasukkan Baekhyun sebagai anggota baru bahkan menggantikannya sebagai ketua klub.

Baekhyun sendiri sudah mengatakan jika ia menolak masuk ke klub belajar apapun berulang kali mengingat ia sudah menjadi anggota klub vocal.

"Itu bukan salah ku, itu karena kau yang terlampau sombong sunbae".

"Tutup mulut mu!! Kau bedebah kecil!!".

Sunbaenya bersiap untuk menembak, dengan cepat pistol itu mengeluarkan bunyi 'dor' yang lumayan kuat dengan moncong mengarah ke kepala Baekhyun.

Satu diantaranya tumbang setelah bunyi 'dor' terdengar namun jika kau lebih teliti ada bunyi lain yang membarengi 'dor' dari pistol milik Dongho yaitu bunyi 'klik' dari senjata yang lain.

"Kau.....".

Panggilan itu terdengar lirih, matanya menatap nyalang ke arah lawannya yang berdiri di sana dengan santai dan seringaian yang terpampang di wajahnya.

Lelaki yang bertubuh besar itu tumbang, tubuhnya jatuh ke lantai. Sementara Baekhyun masih berdiri di sana.

Baekhyun itu sangat gesit, ia berhasil menghindari timah panas itu dan dengan gerakan cepat ia menembakkan peluru beracunnya pada sunbae nya yang sombong itu.

Tanpa perlu membidik karena entah sebuah keberuntungan atau apa pelurunya tepat mengenai jantung dimana itu merupakan organ vital tubuh manusia.

Baekhyun melangkah, ia mendekati tubuh sunbaenya yang sekarat itu.

"Jangan pernah main-main dengan benda itu sunbae, bahaya! Kau bisa tertembak jika tak menggunakannya dengan hati-hati".

Baekhyun menampakkan seringaian di wajah imutnya kemudian meninggalkan Dongho dalam keadaan sekarat dan menunggu kematian yang segera menjemputnya.

Beginilah jadinya Byun Baekhyun, ia akan menjadi sosok yang tak punya hati jika seseorang mengusiknya.

Dan bisa dipastikan keesokan harinya sekolah akan gempar dengan berita 'Murid kelas 3-2 bernama Lee Dongho terbunuh di gudang belakang sekolah'.

Tapi Baekhyun tak perduli, toh ia tak meninggalkan jejak apapun di sana, sekalipun dilakukan autopsi sidik jari Baekhyun tak akan terlihat karena Baekhyun sangat cerdik.

Sementara itu, masih ada Chanyeol dan Sehun di lapangan basket outdoor yang letaknya tak jauh dari gudang itu.

Tadinya, mereka bercerita tentang hasil analisis masing-masing tentang target mereka hari ini. Tapi terhenti secara tiba-tiba saat terdengar bunyi tembakan dari arah gedung sebelah kanan.

"Kau mendengarnya Hun? Itu suara tembakan!".

Bola orange yang berada di tangan Chanyeol terlepas, menggelinding menjauh dari kakinya berpijak.

"Aku dengar hyung, ayo kita lihat!".

Kedua lelaki dengan tinggi hampir sama itu melangkahkan kaki panjangnya keluar lapangan. Mencari sumber suara tembakan tadi.

"Sepertinya suara tembakannya berasal dari arah sana. Bukankah itu bangunan belakang sekolah?".

Sehun mengangguk sambil bergumam, ia juga yakin arah suaranya dari sana.

"Tetap waspada Oh Sehun. Kemungkinan besar mereka masih berada di sekitar sini".

Mata bulat Chanyeol menatap waspada ke sekelilingnya meyakini bahwa 'mereka' masih ada di sekitar area sekolah.

"Mengerti, Chanyeol hyung".

Tak lama, merekapun tiba di sebuah bangunan berdebu yang Chanyeol yakini merupakan asal suara tembakan itu.

"Kau yakin dari arah sini hyung? Bangunan ini terlihat tak pernah di buka sebelumnya. Lihatlah betapa kotor dan berdebunya pintu ini".

"Ya, aku sangat yakin. Gunakan saputangan untuk membuka pintunya".

Sehun yang mendapat perintah seperti itu hanya menurut. Ia mengeluarkan saputangan dari kantong celananya dan membuka pintu itu dengan perlahan.

Ceklek...

Mereka berdua masuk dalam gudang berdebu itu, Chanyeol memberikan perintah tanpa suara lalu mengeluarkan pistol jenis barret dari kantung celananya untuk berjaga-jaga.

"Aku tak menemukan apapun hyung, sepertinya kita - ".

"Kemari Hun, dia di sini!!".

Ucapan Sehun terhenti kala mendengar sahutan suara Chanyeol dari arah yang berlawanan darinya.

Ssejurus kemudian ia melangkahkan kaki jenjangnya ke arah Chanyeol dan mendapati lelaki yang dijadikan target investigasinya berada di sana tak bernyawa.

"Astaga!! Hyung bagaimana mungkin?! Dia adalah target investigasi yang ku bicarakan dengan mu beberapa menit yang lalu. Dia ini Lee Dongho!".

"Aku tak tau Hun, aku menemukannya sudah dalam keadaan begini. Nampaknya kita terlambat untuk menyelamatkannya karena ia sudah tak lagi bernafas".

Sehun mendekati mayat yang sudah dingin itu, ia melihat sekeliling jasad itu untuk membuat sebuah analisis.

"Tapi hyung sepertinya suara tembakan berasal dari pistol anak ini hyung, terlihat dari pistol yang masih melekat di tangannya. Kalau begitu yang membunuhnya pasti menggunakan pistol lain yang lebih canggih atau pistol yang sengaja dirakit tanpa menimbulkan suara. Lihatlah bahkan tak banyak darah yang keluar dari tubuh korban hanya sedikit bercak darah ada di seragam sekolah bagian dada sebelah kiri. Bisa dipastikan lagi jika penembaknya adalah orang yang sudah handal dalam urusan menembak".

Chanyeol mengangguk mengiyakan, karena ia sudah melihat mayat Dongho lebih dulu tadi.

"Panggil bantuan Hun, minta pihak rumah sakit melakukan autopsi guna pencarian sidik jari pelaku. Aku yakin setidaknya pelaku melakukan kontak fisik dengannya".

"Baik hyung".

"Kau tunggu di sini aku akan mengejar dan mencari tahu siapa dia karena aku yakin pembunuhnya belum jauh".

Canyeol berlari meninggalkan gudang berdebu itu, sekalipun demikian ia tetap waspada pada sekelilingnya.

Sungguh tak menyangka jika pembunuhan akan terjadi bahkan kasus pengeboman itu belum selesai. Ia sejenak berpikir jika pelaku adalah orang yang sama mengingat apa analisis Sehun tentang senjata yang digunakannya untuk membunuh korban.

Tapi, apa motif pelaku melakukan hal itu?

"Sial!!! Apa mereka sudah pergi? Secepat itu kah?". Chanyeol tak menemukan orang yang patut dicurigai dimanapun, bahkan ia sampai mengelilingi sekolah sambil berlari demi mendapatkan pelaku yang pikirnya sangat licin seperti belut itu .

Chanyeol kembali berlari, kali ini ia menuju arah lobby sekolah dengan keyakinan jika pelaku lewat gerbang depan mengingat gerbang belakang sekolah sudah dikunci dan tidak memungkinkan untuk dipanjat karena gerbang belakang sangat tinggi dan terdapat besi berduri di sekelilingnya.

"Oh Tuhan, 1 kasus belum selesai mengapa harus bertambah 1 kasus lagi? Haish, benar-benar sial!!". Chanyeol mengusak rambutnya frustasi saat ia sudah dekat dengan lobby sekolah. Ia sudah terlalu letih untuk berlari bahkan untuk sekedar berjalan nampaknya ia tak sanggup.

Hingga mata bulatnya menangkap siluet seseorang yang sangat ia kenali berjalan dengan santai di koridor menuju lobby sekolah dari koridor sebelah kanan, arah yang bersisian dengan arah Chanyeol.

"Tunggu dulu sepertinya aku mengenal siluet itu, dia - " Byun Baekhyun?. Lanjut Chanyeol dalam hati saat menyuarakan nama lelaki mungil yang berjalan semakin dekat dengan lobby sekolah. Bahkan mata bulat Chanyeol membola saat ia yakin bahwa siluet namja itu adalah Byun Baekhyun.

"Tidak mungkin. Tidak mungkin dia yang melakukannya, bukan? Jika memang iya dia yang melakukannya, kenapa dan untuk apa? Dan lagi apa yang ia lakukan di jam segini di sekolah?". Gumam Chanyeol dengan mata bulatnya yang menelisik Baekhyun dari kejauhan namun ia segera tersadar saat Baekhyun sudah sampai ke lobby dan hendak melanjutkan langkahnya menuju pintu gerbang sekolah.

"Aku harus mengejarnya sebelum ia pulang. Oh Tuhan, yakinkan aku jika ini salah. Yakinkan aku jika bukan dia pelaku dari pembunuhan itu dan pengeboman aula sekolah tempo hari". Gumam Chanyeol seraya memaksakan kaki panjangnya untuk berlari lagi mengejar Baekhyun yang masih berjalan santai menuju pintu gerbang sekolah yang masih terbuka lebar.

"Baekhyun!!".

Panggilan dengan sedikit teriakan membuat pemilik nama menghentikan langkahnya. Sedetik kemudian tubuhnya berputar dan mendapati seorang teman sekelasnya tengah berlari ke arahnya.

"Chanyeol?". Baekhyun menggumamkan nama lelaki tinggi yang semakin dekat ke arahnya.

Saat lelaki jangkung sudah sampai di hadapan Baekhyun, kedua tangannya langsung memegang kedua lengan Baekhyun membuat empunya sedikit meringis karena Chanyeol tak hanya memegang kedua lengannya melainkan mencengkeramnya dengan kuat.

"Ada apa Chanyeol?". Tanya Baekhyun segera karena demi apa lengannya itu pasti sudah memerah, mengingat betapa kuatnya cengkeraman lelaki jangkung itu pada lengan Baekhyun yang memiliki kulit Baekhyun yang sangat sensitif dan juga ia bingung dengan sosok yang menatapnya tajam seraya menetralkan nafas di hadapannya itu.

"Kau - Apa yang kau lakukan di sekolah jam segini? Dan darimana kau sebelum berjalan ke arah sini?".

Alih-alih menjawab pertanyaan Baekhyun, si jangkung justru bertanya balik dengan tatapan yang mengintimidasi membuat yang bertubuh lebih kecil menelan ludahnya gugup.

Akankah ia ketahuan dan semuanya berakhir sampai di sini?

"Aku - ".

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Preview next part ....

"Katakan pada ku apa saja yang kau lakukan di sana?!!". Seorang namja jangkung berteriak frustasi pada namja yang ada di hadapannya dalam ruang interogasi khusus NIS.

Tubuh namja itu tak dapat digerakkan, pergerakannya dikunci oleh kursi berbahan besi yang didudukinya lengkap dengan sebuah alat mirip alat pendeteksi jantung yang menempel di kedua pelipisnya.

Itu adalah alat pendeteksi kebohongan dan alat pembaca pikiran.

Namja yang duduk di kursi panas itu yang sudah tahu apa fungsi alat itu, tak mau ambil resiko jadi ia tak memikirkan apapun yang membuat kebohongannya terdeteksi. Maka dari itu, ia berusaha sebisa mungkin terlihat sangat menguasai dirinya dengan baik, di dalam sana ia tampak tenang dan hanya memikirkan tentang kehidupan sekolahnya yang meyenangkan dengan teman-temannya.

"Sudah ku katakan aku tak melakukan apapun selain menemui Kyuhyun Seonsaengnim dan kepala sekolah. Kami membicarakan tentang Kyu ssaem yang ingin memasukkan ku ke dalam klub belajar matematika tapi aku menolaknya. Kenapa kau keras kepala dan tak percaya pada ku Park Chanyeol?". Ujarnya dengan tenang, lelaki jangkung itu yang mana adalah Park Chanyeol sungguh frustasi. Setengah jam ia melakukan interogasi dan tak membuahkan hasil sama sekali. Ingin rasanya ia menenggelamkan namja itu ke samudra pasifik.

"Dan lagi kenapa aku harus di bawa ke sini dan memakai alat-alat ini? Kau pikir aku seseorang yang kriminal?". Tanya namja itu beruntun, sungguh ia tak tahu jika dirinya akan dibawa ke markas NIS yang diketahuinya adalah sebuah lembaga atau orgasisasi untuk menangani para teroris.

"Katakan pada ku siapa kau sebenarnya Park Chanyeol? Apa kau bagian dari mereka? Kau adalah anggota NIS yang menyamar di sekolah ku dan menuduh ku sebagai pelaku pembunuhan dan pengeboman itu, begitukah?". Lanjut Baekhyun, tersirat kekecewaan di dalam ucapannya dan itu terekam dengan apik oleh alat pendeteksi kebohongan dan pembaca pikiran itu.

Dan benar adanya, dari dalam layar komputer terekam gelombang emosi yang mengarah pada kecewa dibandingkan dengan marah atau takut ketahuan.

"Kau bilang ingin menjadi teman dekat ku tapi tak ku sangka kau ternyata - ".

"Byun Baekhyun, hanya jawab pertanyaan ku. Apa saja yang kau lakukan di sana?!!".

Ya, jadi namja yang duduk di kursi panas tadi adalah Baekhyun. Dengan dalih mengantarnya pulang setelah belajar kelompok, Chanyeol membawa si mungil ke markas NIS untuk diinterogasi.

"Astaga, aku bahkan sudah menjawabnya berulang kali. Kalau kau tak percaya tanyakan pada kepala sekolah dan Kyuhyun ssaem. Aku bahkan baru saja keluar dari ruangan itu dan akan pulang saat kau mencegat ku".

Masih, di layar komputer tak dapat menangkap gelombang kebohongan atau rasa takut dari Baekhyun. Tetap emosi luapan kekecewaan yang terdeteksi.

"Katakan dengan jujur sebelum aku melakukan apa yang tak seharusnya ku lakukan pada mu Baek, katakan!!".

"Aku sudah mengatakannya. Aku sudah jujur. Jika kau tak percaya ya sudah, aku lelah menjelaskannya pada mu jika aku tak tau apa-apa".

Mata sipit Baekhyun berkaca-kaca, kali ini ia sungguhan. Ia tak berpura-pura, ia hanya memikirkan tentang kebohongan ayahnya selama ini dan itu berhasil membuat orang-orang di balik kaca panik begitu menangkap gelombang emosi Baekhyun.

Disana terlihat sebuah kekecewaan yang begitu dalam.

"Katakan saja sialan!! Kau terlalu banyak bicara!!". Chanyeol menggebrak meja di hadapannya hingga tubuh mungil itu tersentak dan dalam sekali kedip air matanya turun.

Kang Seulgi, wanita dengan sikap keibuannya itu keluar dari ruang kontrol dan segera masuk ke ruang interogasi. Disana ia mendapati tubuh Baekhyun yang bergetar takut entah karena apa dan air matanya yang tak berhenti mengalir. "Jangan membentaknya Park Chanyeol. Kau membuatnya takut. Dia masih anak-anak". Seulgi langsung mendatangi Baekhyun dan melepas alat yang menempel di pelipis Baekhyun, menarik kepalanya lalu medekapnya dengan erat serta membisikkan kalimat penenang.

Seulgi merasa Baekhyun bukanlah pelakunya, bahkan dari pertama kali ia melihat Chanyeol membawanya masuk ke dalam sana nampak kebingungan si wajah manis Baekhyun.

'Tidak, aku tahu dia berbohong".

Mata bulat Chanyeol menatap tajam ke arah Baekhyun yang masih berada di dalam dekapan Seulgi, dalam hati ia bersyukur alat itu sudah di lepas jadi ia bisa bermain drama di sini.

"Aku melihat rekaman cctv sekolah dan kau - ". Telunjuk Chanyeol menunjuk Baekhyun yang masih gemetar takut dalam dekapan Seulgi, wanita berumur 29 tahun itu pernah bekerja di rumah sakit sebagai seorang psikolog sebelum manjadi anggota NIS, jadi ia sangat mengerti bagaimana keadaan Baekhyun secara psikis.

Dia masih anak-anak dan mendapat tuduhan seperti itu dari orang ia kenal sebagai temannya yang ternyata anggota NIS pasti membuat batinnya terguncang.

"Kau, Byun Baekhyun, kau keluar dari ruangan kepala sekolah bersama Lee Dongho kemudian aku tak tau kau pergi ke mana karena cctv sekolah di luar ruang kepala sekolah sedang dalam perbaikan. Lalu dilihat dari waktunya, sekitar 20 menit kemudian Lee Dongho tertembak di gudang belakang. 10 menit setelah aku dan Sehun mendengar suara tembakan itu aku melihat mu di lobby sekolah. Bisa kau jelaskan Byun Baekhyun?". Kalimat panjang Chanyeol membuat si mungil merasa tersudut tapi bukan Byun Baekhyun si otak jenius namanya kalau ia tak mengatasi masalah ini.

Kepala Baekhyun yang tadi disembunyikan di perut Seulgi ia angkat, menoleh ke arah Chanyeol yang masih menatapnya dengan tajam. Dengan tatapan kecewa yang begitu ketara Baekhyun menjawab apa yang ditanyakan oleh Chanyeol.

"Kau ingin aku menjelaskannya? Baiklah, dengarkan aku baik-baik Tuan Park Chanyeol. Tapi jika aku terbukti tidak bersalah jangan salahkan aku jika aku menganggap mu mati di kehidupan ku. Aku kecewa pada mu, sangat".

Cocot :

Pertama2 : aku minta maaf kalo gak ada feel di stiap ff ku krna aku bukan penulis handal. Aku cuman penulis amatir yg aneh yg bahkan gak bs milih diksi yg baik.

Kedua : tolong ttp hargai hsl krya ku dengan setidaknya tinggalkan jejak karna itu bs jd motivasi trsendiri buat ku.

Ketiga : makasih buat yg dah kasih voment, nagih buat update, masukin crita ku ke reading list/library, bahkan follow acc gak berfaedah ini.

Intinya I Love You All...

Mungkin aku akan hiatus lagi...
Tapi gak tau sampe kapan...

Keep healthy aeris!!
Annyeong...

Continue Reading

You'll Also Like

498K 5.3K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
49.9K 7.9K 83
Mereka meninggalkan kota tempat mereka dibesarkan, menuju tempat mereka dilahirkan, kembali menyusuri jalan dimana kisah kedua orang tua mereka terja...
52.1K 4.6K 37
[Kang Mina X Mark Lee] [COMPLETE] "As much as I wanted to tell you how I love you, I just-can't." -Kang Mina, trying to free herself from her ego and...
TEMPO ✓ By Na

Fanfiction

12.4K 1.2K 8
[ChanHun, Brotherhood] (the eerie mind to pass on) Sehun yang kabur untuk mendapatkan kehidupan 'normal'nya, dan Chanyeol yang akan melakukan apapu...