Married With Senior

By Cintaprita

56.1M 3M 219K

Mika, seorang gadis pembuat onar, sementara Angkasa adalah ketua OSIS yang paling disukai di sekolah mereka... More

[02] Akward
[03] Kiss my lips
[04] Ternyebelin
[05] Gaun dan undangan
[06] Wedding
[07] After wedding
[08] Kiss me now
[09] I will kill you
[10] Cewek emang rumit
[11] Gara-gara sebatang rokok
[12] I hate you, Boy
[13] Kawan-kawan bangsat
[14] Because your smile
[15] Cewek caper
[16] atur jadwal
[17] Kerja kelompok
[18] Hangout 1
[19] hangout 2
[20] Chit chat
[21] Malam mingguan
[22] Jujur
[23] Demi Lo
[24] Finally
[25] you don't judge me
[26] Q-time
[27] What happen?
[28] stay
BACA GUYS!!
[29] Shit
[30] D-day
[31] Jam istirahat
[32] Terbagi dua
[33] gabut bareng Ibay
[34] hot news
[35] Ketakutan
[36] berdua
[37] Ragu
[38] Bingung
[39] Terlanjur
A/N
[40] Dianter Satya
[41] Sorry 1
[41] Sorry 2
[42] Bucin
A /N.2
[43] A Mistake
CAST
[44] Nenek lampir
[45] The Chance
[46] Delicate
[47] Happiness
[48] New York
[49] New york 2
[50] Graduation party
[51] Sampai jumpa kembali
GRUP CHAT
[52] See you again
[53] UAS
[54] Pembagian Rapot
[55] Excited
[56] About Rangga
[57] Bestfriend
[58] Ospek
[59] Anak Kuliahan
[60] Who she?
[61] Believe or Not?
[62] Break?
[63] What The...?
[64] NO!!
[65] After he left
[66] He is back
Pre-QnA
[67] Jawaban dari sebuah penantian
[68] Obat patah hati
[69] Berhak bahagia
[70] benar-benar berakhir?
A/N. 3
CAST MWS
QnA
SEQUEL MWS
⚠️HAH? DI SERIES-IN?!!⚠️
SPECIAL CHAPTER
SUDAH TAYANG!!
PUBLISH SAMPE TAMAT, YAY OR NAY??

[01] Awalan

2.3M 117K 7.4K
By Cintaprita

Ini work pertama aku yg mana belum mengenal EYD dan lain-lainnya. Jadi mohon di mengerti dengan segala kesalahan EYD dan TYPO yang pasti banyak banget. Aku terlalu malas buat ngerevisi cerita ini karena emang udah ada VERSI NOVELNYA, jadi kalo mau baca versi enaknya beli aja NOVELNYA.
Intinya kalau suka ya BACA, kalau pusing sama EYD yg gak jelas mending tinggalin aja.

-SEKIAN DAN TERIMA KASIH-






Mika enggak tahu apa yang harus dilakukannya ketika Ia mendapati telepon yang menyampaikan bahwa Papanya masuk rumah sakit. Dengan menenteng ranselnya swmbarang Mika berjalan tergesa melewati sepanjang koridor kelas.

-BRUK-

"Aduhhh...." Ringis Mika ketika dirasa pantatnya menyentuh lantai dengan keras.

"Di koridor dilarang lari." Ujar seorang Cowok dengan nada datarnya.

Mika mendongak langsung saja suasana hatinya jadi tambah badmood. "Lo suka yak sama Gue. Seneng banget ngurusin hidup Gue." Ujar Mika sewot lantas berdiri. Tak ada bantuan sedikitpun dari sang penabrak atau barang uluran tanganpun tak Ia dapatkan.

Cowok itu berdecak. "Panjangin tuh Rok. Yang sekolah disini tuh semuanya Cewek terhormat. Terkecuali Lo bukan Siswi disini."

Jujur Mika teramat tersinggung akan ucapan Cowok yang ada dihadapannya. Ingin sekali Mika memakannya hidup-hidup. "Sekolah tuh yang dipake otak. Mau Gue pake rok pendek kek bikini kek terserah Gue. Hidup hidup Gue. Yang bayar sekolah disini juga nyokap bokap Gue. Bukan Lo. So, jangan ikut campur hidup Gue."

Cowok yang berdiri dihadapannya tak sedikitpun menunjukan ekspresi amarah ataupun senyuman. Mika jadi kesal sendiri sudah berbicara dengan manusia tembok.

"Susah bilangin Cewek macem Lo yang emang dasarnya enggak punya aturan." Sindirmya secara terang-terangan.

Seolah tersiram bensin api dikepala Mika makin berkobar. "YAUDAH LO JANGAN URUSIN HIDUP GUE. GAMPANGKAN?!"

Cowok itu berdecak pelan. "Jangan geer. Disini Gue sebagai Ketua osis. Kalo ada yang salah menurut mata Gue. Gue berhak benerin kesalahan itu."

Mika mendelik sinis.

"SA!" Panggilan dari arah berlawanan menginterupsi perdebatan sengit yang tengah terjadi.

Sa atau yang lebih lengkapnya Angkasa pramodya putra. Angkasa menoleh, dan mendapati Ryan teman sekelasnya yang memanggilnya.

Ryan berjalan mendekat. "Tadi kata Pak Maryanto Lo disuruh ke ruangannya."

Angkasa diam sebentar lalu selanjutnya mengangguk paham.

"Eh ada Mika." Ujar Ryan dengan cengirannya.

Mika tersenyum ramah pada Ryan. Prinsipnya orang baik ya dibaikin lagi. Orang jahat ya bales jahat. It's so simple.

Tanpa berucap terimakasih atau ucapan pamit lainnya Angkasa berjalan begitu saja melewati kedua orang manusia yang ada dihadapannya.

Mika mengelus perutnya yang rata beberapa kali sambil bergumam amit-amit.

Ryan yang melihat kelakuan Mika lantas tertawa lebar. "Yaelah Cogan macem Angkasa Lo amit-amitin. Yang lain mah pada ngedo'a supaya bisa jodoh sama Dia."

Mika bergidik ngeri membayangkan dirinya berjodoh dengan Cowok macem Angkasa. "Amit-amit deh. Mendingan Gue jombs seumur idup daripada jodoh sama Dia."

Ryan lagi-lagi tertawa. "Awas aja Lo bilang gini eh besoknya kalian jadian."

"Kak ngomong Lo bikin Gue merinding."

Ryan menghentikan tawanya. Lalu baru tersadar bahwa Cewek dihadapannya mengenakan ransel di saat jam pelajaran masih berlangsung.

"Lo mau kemana?"

Mika menepuk jidatnya. "Ya ampun Gue lupa. Gue ada urusan. Gue duluan ya Kak." Barulah setelah berucap demikian Mika memacu larinya dengan sekuat tenaga. Yang membuat Ryan memgerutkan dahi tanda tak mengerti.

○ ○ ○

"Ma, Papa kenapa?" Tanya Mika ketika baru saja menginjakan kaki ke dalam ruang rawat Papanya.

Peni menunduk jelas tergambar raut kesedihan di wajahnya.

"Papa tadi kena serangan jantung." Ujar Peni lantas mengeluarkan kembai air matanya.

Mika syok bukan main. Bukannya Papanya sebelumnya belum pernah terserang penyakit demikian. Dan selama ini terlihat bahwa Papanya baik-baik saja.

"Kok bisa Ma?" Mika menatap nanar pada sosok pria paruh baya yang tengah terlelap diatas ranjang rumah sakit dengan bantuan selang oksigen dihidungnya.

Peni semakin terisak oleh karena itu Mika berinisiatip dengan memeluknya lalu mengelus pundaknya berusah menenangkan sang Mama. Senakal apapun Mika diluaran sana Ia akan jadi anjing penurut ketika berada dirumah atau masih berada dijangkauan orang tuanya.

"Papa ditipu dan mengalami kerugian besar yang menyebabkan perusahaan Papa hampir bangkrut."

Mata Mika melebar. Ia teramat terkejut akan penjelasan Mamanya barusan.

-uhuk...uhuk...-

Pelukan Mika terlepas. Dan segera saja Ia menghampiri Papanya. Mika duduk disamping Papanya. Lalu menggenggam lengannya berusah menguatkan.

"Papa mau minum?" Tanya Mika lembut.

Papanya menggeleng samar. Tampaknya Ia ingin berucap namun agak susah sebab terhalang oleh alat pernapasan yang menempel diantara mulut dan hidungnya.

Dengan inisiatif Mika membantu Papanya untuk membuka alat pernapasan tersebut.

"Mika." Ujar Papanya lirih.

"Iya Pa." Senakal-nakalnya Mika Ia tak akan pernah berani berkata kasar pada orang tuanya.

"Papa mau minta tolong sama Kamu."

"Minta tolong apa Pa. Kalo bisa Mika bakal tolong."

"Temuin temen Papa dan tolong tagih janjinya."

Alis Mika bertaut. Teman Papanya kan banyak.

"Namanya Wirawan."

Mika mengangguk dan bersiap mendengarkan apa yang akan Papanya ucapkan selanjutnya.

"Tolong tagih janjinya." Ujar Papanya semakin lirih.

"Janji apa Pa?"

Pandu tak berucap Ia hanya tersenyum lirih semakin lama matanya kian menutup. Mika syok akan apa yang terjadi.

"Ma. Papa Ma. Papa kenapa?" Tanya Mika histeris.

Peni dengan segera menekan tombol pagiilan yang ada diruangan tersebut. Dan tak menunggu lama dokter dan para suster memasuki ruangan.

Mika tak bisa berbuat apa selain keluar dari ruangan ini bersama sang Mama.

○ ○ ○

"Pak Pandu tidak Papa. Beliu kembali tertidur karena efek obat yang telah kami berikan." Ujar Dokter yang barusan Memeriksa keadaan Pandu.

Baik Mika ataupun Peni sama-sama bernapas lega.

"Makasih dok."

○ ○ ○

"Kamu anaknya Pandu?" Tanya seorang pria paruh baya yang Mika ketahui bernama Wirawan. Setelah mencari kesana-kemari akhirnya Mika mengetahui perusahaan milik Wirawan dan tanpa fikir panjang Ia lantas menghampirinya.

"Iya Om." Jawabnya dengan harap-harap cemas.

Wirawan mengelus dagunya pelan. "Sudah lama Saya tidak bertemu dengan Dia. Bagaimana kabarnya?"

Mika menunduk memandang rok span abunya yang teramat pendek. "Ma.. maksud Saya kesini... Sa... Saya mm__

Wirawan tersenyum lembut. "Katakan saja jangan ragu, nak."

Mika mengangguk. "Saya ditugaskan oleh Papa untuk menagih janji Om." Ujar Mika lantang.

Wirawan tertegun. Ia diam sejenak Mika jadi harap-harap cemas.

Wirawan menghela napas. "Memangnya Kamu sudah siap?" Tanyanya penuh empati.

Mika yang tak berpikiran panjang lantas Ia mengangguki saja. Makin cepat makin baik fikirnya.

Wirawan berdiri. "Oke kalo begitu. Satu minggu lagi Saya akan kerumah keluarga kamu dan merundingkan semua ini."

Lagi-lagi Mika mengangguk. "Terima kasih Om."

Wirawan tersenyum senang. "Saya sangat bahagia mendengar kabar ini. Sejak dulu Papamu yang selalu jual mahal pada Saya." Wirawan terkekeh.

"Jangan lupa sampaikan pada Papamu persiapkan dirinya untuk bertemu Saya."

Mika mengangguk.



Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 268K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
681K 31.7K 47
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
2.4M 127K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
856K 61.9K 35
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...