I Feel The Love (Playstore)

Da dianjesika

1.9M 117K 4K

Sudah dipindahkan ke Dreame. Novel dewasa. Sebelumnya, Devika merasa hidupnya sangat bahagia dan sempurna. Di... Altro

Prolog
Bagian - 1
Bagian - 2
Bagian - 3
Bagian - 4
Bagian - 5
Bagian - 7
Bagian - 8
Bagian - 9
Bagian - 10
Bagian - 11
Bagian - 12
Bagian - 13
Bagian - 14
Bagian - 15
Bagian-16
Bagian - 17
Bagian - 18
Bagian - 19
Bagian - 20
Bagian - 21
Bagian - 22
Bagian - 23
Bagian - 24
Bagian - 25
Coba Tilik Bentar, boleh?
Bagian - 26
Bagian - 27
Bagian - 28
Bagian - 29
Bagian - 30
Bagian - 31
Bagian - 32
Epilog
Open PO
E-Book

Bagian - 6

60.5K 3.6K 49
Da dianjesika

Typo banyak, bantu koreksi ya!! Thank you😙😙












Fabian memarkirkan mobil sport hitamnya di garasi. Sudah larut sekarang, hampir pukul dua belas malam. Fabian terlebih dulu mengantarkan Monica ke apartemen perempuan itu, setelahnya ia baru memutuskan untuk pulang. Bukan ke apartemennya melainkan ke rumah orang tua angkatnya.

Malam ini Fabian cukup sibuk. Dimulai dari makan malam dengan keluarga Ferdyansah, berlanjut dengan bincang-bincang yang sebenarnya membuatnya bosan namun tak punya pilihan lain selain mendengarkan. Dan yang paling membuatnya tidak suka adalah putri keluarga Ferdyansah yang tergila-gila padanya. Fabian melihat jelas hal itu dari bagaimana Monica menatapnya, tersenyum padanya dan nada suara wanita itu saat berbicara padanya.

Menolak ajakan sopan putri partner bisnisnya sangat tidak sopan, apalagi ayah dari gadis itu terlihat antusias dengan kedekatan putrinya dengan Fabian. Fabian tidak mempunyai alasan yang cocok untuk menolak ketika Monica mengajaknya jalan-jalan di taman hotel tempat mereka makan malam.

Di sanalah media menemukan mereka, dalam sekejap Monica dan Fabian menerima rentetan pertanyaan tentang hubungan mereka. Fabian yang sudah terbiasa dengan media, sangat tenang menghadapinya. Dengan penuh pengendalian diri ia menjawab beberapa pertanyaan yang dirasanya pantas untuk dijawab, kemudian bungkam ketika pertanyaan berikutnya perihal hubungannya dengan Monica.

Fabian kerab tampil bersama dengan wanita, hampir setiap saat wanita yang digandengnya berbeda. Fabian tidak pernah mempublikasikan hubungannya, karena memang ia tak pernah punya kekasih. Semua wanita-wanita itu hanyalah teman satu malamnya. Fabian membiarkan media berspekulasi tentang kehidupan asmaranya. Seperti sekarang ini, ia yakin kalau pemberitaan tentang dirinya sudah ada di media. Entah apa yang mereka sebutkan di sana ia tidak peduli. Mungkin saja mereka mengatakan kalau Monica adalah kekasihnya, lebih baik lagi calon istrinya.

Baginya itu tidak masalah. Selama pemberitaan itu tidak mempengaruhi bisnisnya, terserah pada mereka mau memberitakan apa tentang dirinya.

Membuka pintu mobil, Fabian keluar lalu melangkah memasuki kediaman orangtua angkatnya yang akhir-akhir ini sudah jarang ia kunjungi sejak bisnisnya membuatnya sibuk. Kalau tidak karena ibunya yang  memintanya datang, Fabian tidak akan kemari.

Fabian membuka pintu kamar ibu angkatnya dengan pelan, takut membangunkan wanita yang telah membesarkannya itu. Namun ternyata wanita itu belum tidur, ia sedang membaca buku di atas tempat tidur dengan selimut menutupi setengah tubuhnya.

"Kupikir kau tidak akan datang," katanya, saat melihat Fabian di depan pintunya. Ia menutup bukunya kemudian meletakkannya di atas meja di sampingnya. "Masuklah, aku sudah rindu padamu."

Fabian berjalan masuk. "Kenapa Mama belum tidur?" Ia mengambil duduk di samping Ibunya, memperhatikan wajah wanita itu yang kurang sehat. "Sekarang sudah larut, Ma."

"Aku tahu, tapi aku menunggumu. Ada yang ingin kukatakan padamu."

"Apa yang begitu mendesak sampai tidak bisa menunggu sampai besok? Mama bisa masuk rumah sakit lagi kalau tidak menjaga kesehatan seperti ini."

"Aku tahu," wanita itu meletakkan tangannya di atas tangan Fabian, matanya menatap lembut pada pria itu. "Kau sekarang sudah dewasa ternyata! Padahal aku seperti baru kemarin menemukanmu."

Fabian tidak ingin mengingat masa kecilnya yang menyedihkan. Tuhan tahu betapa bersyukurnya ia karena wanita yang dipanggilnya mama ini telah menyelamatkannya. Karena itulah ia bekerja keras untuk mempertahankan perusahaan keluarga Bachtiar setelah ayah angkatnya meninggal karena serangan jantung sepuluh tahun lalu. Ibunya yang sekarang sudah ia anggap sebagai Ibu kandungnya, walaupun tidak ada ikatan darah di antara mereka.

"Kalau tidak ada yang penting yang akan Mama katakan, sebaiknya Mama tidur. Besok kita bicara." Fabian menarik selimut hendak menutupi tubuh ibunya namun wanita itu menolak.

"Siapa wanita itu?" tanyanya.

"Wanita yang mana?"

"Yang bersamamu di Tv, katanya tunanganmu. Kau bertunangan tapi kau tidak memberitahu Ibumu sendiri?" Suara ibunya sedih.

Fabian menghela napas. "Namanya Monica," katanya menjelaskan. "Dia bukan tunanganku, media hanya melebih-lebihkan."

"Kalian pacaran?"

"Tidak, Ma."

"Lalu kenapa kalian di sana? Kulihat kau dan dia berpakaian rapi seperti akan kencan, kalau tidak ada hubungan apa-apa, lalu?"

"Sebenarnya aku ada undangan makan malam dari pak Ferdyansah, dan Monica ada di sana. Dia memintaku menemaninya jalan-jalan di taman hotel, aku tidak mungkin menolak. Itu pasti terlihat tidak sopan."

"Oh," wanita itu berseru mengerti. "Kau suka padanya?"

Fabian menggeleng, pria itu melepaskan jasnya lalu meletakkan di pangkuan.

"Lalu siapa yang kau sukai?"

"Tidak ada." Jawabnya. Itu benar, belum ada satu wanita pun yang membuatnya tertarik untuk berhubungan lebih dari sekedar seks. Sempat hatinya terusik mengingat wajah Devika, pipi putih memerah perempuan itu dan bibirnya yang mungil. Untuk waktu yang singkat ia pikir ia menaruh rasa yang lebih pada Devika, tapi itu sebelum perempuan itu mengiriminya pesan aneh yang membuat Fabian kesal.

Fabian tidak menyukai perempuan barbar dan bermulut pedas. Ia suka wanita lembut, sabar dan penyayang. Cukup dirinya saja yang tidak memiliki sisi lembut, kalau perempuan yang menjadi calon istrinya nanti haruslah feminin dan pandai memasak.

Devika jelas tidak memiliki semua kriteria itu.

"Kau tidak berencana menikah, Fabian? Umurmu sudah tidak muda lagi, mau sampai kapan kau melajang seperti ini?"

"Ayolah, Ma! Umurku baru tiga puluh lebih sedikit, itu masih muda untuk seorang pengusaha sepertiku. Masih banyak yang perlu kulakukan sebelum berkubang dalam kehidupan rumit yang orang-orang sebut sebagai rumah tangga."

Wanita itu menatap putranya dengan tidak suka. "Umurku sudah tua! Aku ingin mempunyai cucu sebelum menyusul Ayahmu."

"Apa yang Mama katakan? Kelihatannya kesehatan Mama memburuk, akan lebih baik kalau sekarang Mama tidur." Fabian berdiri,  merasa pembicaraan ini jika dilanjutkan akan semakin menyudutkannya. Ia tidak ingin melihat wajah ibunya yang berharap, tapi bayangan mempunyai istri dan hidupnya terkekang sudah mampu membuatnya gila setengah mati.

"Jangan menghindar, Fabian! Aku tidak mau tidur sebelum kau berjanji akan mengenalkanku pada pacarmu."

"Aku tidak punya pacar, Ma."

"Makanya cari."

Fabian mengerang frustasi. "Ok, aku akan mengajak kekasihku untuk bertemu Mama."

Wanita itu tersenyum senang. "Kapan?"

Fabian terlihat berpikir sejenak lalu menjawab. "Dua atau tiga tahun lagi."

"Apa? Kenapa selama itu?" Protes ibunya. "Aku tidak yakin masih hidup saat itu."

"Mama apa-apaan sih? Tidak lucu sama sekali." Fabian menatap tajam.

"Mama cuma pengin cucu, Fabian."

Fabian menutup matanya dan menghela napas lalu menatap kembali ibunya. "Baiklah, aku akan SEGERA mencari pacar! Sekarang Ibu tidur, ok?"

Wanita itu mengangguk. "Tidak perlu cantik yang seperti artis, yang penting dia harus menyayangimu dengan tulus, dan membuatmu bahagia."

Fabian mengecup kening ibunya dengan sayang kemudian keluar dari kamar tersebut. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba pusing, ternyata hanya untuk itu ibunya menyuruhnya pulang.

***

Devika keluar dari kamarnya sambil menguap. Masih dengan mengenakan piyama upin ipinnya ia turun menuju dapur, hendak mencari sesuatu yang dingin. Seperti jus jeruk.

Ia membuka lemari es dan menemukan yang dicarinya. Tanpa menuangkannya ke dalam gelas, Devika meneguk langsung. Salah satu kebiasaan buruknya yang tidak pernah berubah.

"Aahhh, segarnya," gumamnya kemudian seraya mengembalikan botol jus jeruk yang tinggal setengah.

Pemberitaan tentang Fabian dan tunangannya masih belum sepenuhnya ia lupakan. Namun ia berusaha dengan keras menekan perasaan ingin membunuh pria itu, karena pasti tidak akan baik untuknya jika Fabian celaka.

Devika berjalan ke ruang tamu dan terkejut saat menemukan Fabian sedang berdiri dengan tegap di sana. Pria itu men-scan tubuhnya dari atas ke bawah kemudian kembali ke atas.

"Kau benar-benar pemalas," tegurnya. "Jam segini dan kau masih belum mandi, ck..ck."

Devika mengerucutkan bibirnya, tidak suka dengan keberadaan pria itu di rumahnya setelah tadi malam menghabiskan makan malam romantis dengan tunangannya.

"Mau apa kau ke sini?" nada suaranya tajam.

Fabian melangkah, mendekat pada Devika yang bersedekap hingga payudaranya naik. "Bertemu dengan Ayahmu," jawabnya santai, tapi sekarang Devika yang berubah cemas dan ketakutan.

"Kau tidak mengatakan tentang aku...kau...kita yang..." perempuan itu tergagap.

"Tenang saja, aku tidak akan mengatakannya! Tidak ada untungnya bagiku. Aku datang untuk memberitahukan padanya kalau hutangnya sudah lunas karena---" kalimat Fabian terputus saat tiba-tiba Devika menariknya dan membawanya naik menuju kamarnya.

"Kau sudah gila?" bentak Fabian setelah sampai di kamar perempuan itu.

"Kau yang gila," balas Devika meneriaki. "Kau mau pembicaraamu didengar pelayan, bisa saja Ayahku tiba-tiba datang dan mendengarnya."

"Ayahmu sudah pergi ke kantor, banyak pekerjaan yang menantinya.''

Ayahnya sudah pergi?
''Lalu kenapa kau masih di sini?" Geram Devika, menjauh beberapa meter dari pria itu.

Fabian tersenyum. "Tentu saja menemuimu."

"Jangan mendekat," gumam Devika ketika Fabian berjalan ke arahnya. "Kubilang jangan mendekat." Tapi Fabian terus berjalan.

Devika terus mundur sampai menyentuh kaki tempat tidur tidur. "Ap..apa yang ingin kau lakukan?" tanya Devika ketakutan saat melihat Fabian membuka satu persatu kancing kemeja pria itu.

"Menurutmu apa?" Pria itu memandang tubuh Devika yang hanya mengenakan hotpans upin ipin dan bajunya pun sangat tipis. "Kau lumayan menggoda dengan pakaian itu."

"Jangan macam-macam! Ini masih pagi dan ini rumahku, kau tidak bisa melakukannya di sini."

"Siapa bilang?" Fabian mendorong tubuh Devika hingga terbaring di ranjang, perempuan itu menjerit namun langsung dibungkam Fabian dengan mulutnya. "Aku bisa melakukannya di mana pun yang kuinginkan dan kau tidak bisa menolak. Dan satu lagi,.. sampai sekarang kejantananku masih sehat dan fit, aku berani jamin kau akan berteriak nikmat karena aksinya sebentar lagi."

"Kau menjijikan!" Desis Devika.

Fabian menyeringai. "Kita lihat apakah mulut manismu itu masih bisa berkata demikian setelah aku melakukan ini." Fabian menarik baju Devika keatas hingga memperlihatkan payudaranya yang telanjang. "Wah!! Kau biasa tanpa bra?" Fabian tersenyum mesum pada Devika.

Devika membuang muka karena malu, dalam hati merutuki kebrengsekkan Fabian.

"Dia menegang, putingmu." Dengan santainya Fabian bersuara, sedangkan Devika sudah hampir mengamuk.

Ketika Devika akan bersuara, mengumpat pada pria itu, bibirnya sontak membisu tatkala mulut Fabian menyelimuti putingnya yang mengeras. Yah, pria itu benar. Bahkan putingnya tidak bisa menolak cumbuan Fabian. Tubuhya menginginkan sentuhan hangat dan sedikit kasar dari Fabian.



Tbc...

Continua a leggere

Ti piacerà anche

Titik Nadir Da Hilda Wardani

Romanzi rosa / ChickLit

4.3M 479K 50
Deva, cowok dengan segabrek reputasi buruk di kampus. Namanya mengudara seantreo Fakultas Ekonomi sampai Fakultas tetangga. Entah siapa yang mengawal...
Dikejar Jodoh Da KillMill

Romanzi rosa / ChickLit

607K 85K 36
Mili sangat membenci kondisi ini. Di usianya yang baru 22 tahun, dia dikejar-kejar oleh Mamanya yang ingin menjodohkannya karena Mili harus menikah s...
BETWEEN US Da Pramareyhan

Romanzi rosa / ChickLit

2.4M 13K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
Miss Kinanti Jadi Istri Da Hallodita

Romanzi rosa / ChickLit

25.8K 4.2K 28
Di tengah rasa gundahnya menginjak usia 35 tahun masih berstatus jomblo, Kinanti lagi-lagi harus menelan kenyataan pahit. Bagaimana tidak, pria yang...