SAM & NAD 1

By flzkaw

76.8K 6.7K 951

[Update setiap Rabu & Minggu] Punya saudara memang menyenangkan, tetapi bagaimana kalau saudara tiri? Bagaim... More

Introduce
BAB 1 - Someone New
BAB 2 - The Ex(s)
BAB 3 - Accident
BAB 4 - First Move
BAB 5 - Bubur Ayam
BAB 6 - Bookstore
BAB 7 - Caramel Machiatto
BAB 8 - Jum'at Berkah
BAB 9 - Mission Started
BAB 10 - Pembawa Masalah
BAB 11 - Bukan Salah Kamu, Nad
BAB 12 - Si Bodoh Nadine
BAB 14 - Cinta Pertama, Cinta Kedua
BAB 15 - Boys Talks
BAB 16 - Bukan Sibling Goals
BAB 17 - Macanku, Samudraku
BAB 18 - Tak Gentar
BAB 19 - Menyangkal
BAB 20 - Kabur-kaburan
BAB 21 - Gue Kalah, Dra
BAB 22 - Behind The Scene
BAB 23 - Samudra Harus Tahu
BAB 24 - Ada Apa, Sih?
BAB 25 - Brengsek
BAB 26 - Usaha Samudra
BAB 27 - Persiapan Pembongkaran Rahasia
BAB 28 - Pembongkaran Rahasia, Dimulai!
BAB 29 - Selamat Ulang Tahun, Febby
BAB 30 - Permintaan Maaf
BAB 31 - Samudra Marah
BAB 32 - Reunion
BAB 33 - Mobil
BAB 34 - SNMPTN
BAB 35 - Ujian Nasional
Epilog
Lost & Found

BAB 13 - Gue Saudara Lo, Nad

1.9K 176 28
By flzkaw

Masih dengan sebuah toples dipangkuannya, Samudra duduk di atas kasur Nadine sambil memperhatikan saudaranya yang asik bermain laptop.

"Hitungan kelima lo nggak keluar, gue bener-bener bakal teriakin mama sama papa biar lo diusir," ancam Nadine.

Perasaan Nadine masih tak tenang, memang ini kesalahannya, tetapi karena Samudra juga kan Nadine sampai harus berbohong pada Rayn bahkan seperti menjatuhkan harga dirinya seperti itu.

Tidak sih, tidak bisa dibilang ini salah Samudra. Emang dasar saja Nadine kelewat kreatif sampai mengarang cerita sebegitu kerennya. Kalau ditanya siapa yang salah, ya Nadine lah orang paling salah.

"Kenapa diusir?" Samudra mengunyah cheese steak nya dengan irama beraturan, membuat Nadine kembali mengerang kesal.

"Gue bisa bilang ke Papa kalau lo macem-macem sama gue," Samudra masih terkekeh mendengar ancaman demi ancaman Nadine. "Gue lagi males ngomong sama lo, gue kesel sama lo."

Samudra berdecak kali ini, meletakan sembarang toplesnya kemudian meringsek maju mendekati Nadine. "Lo yang bocor, lo yang ngerusak rencana gue, lo juga yang marah sama gue? Situ sehat, neng?"

Nadine menarik guling kecil di sampingnya dan segera memukul kepala Samudra. "Iya, gara-gara itu semua harga diri gue jatoh di depan Rayn tahu nggak? Malu gua tuh," keluhnya sambil mengusap wajahnya.

"Emang lo ngomong apa sih?" Berpikir bahwa Nadine sudah mulai menghangat, Samudra membenarkan posisi duduknya kemudian memangku kembali toples keripiknya dan segera memperhatikan Nadine.

"Ngapain ambil posisi lagi, anjir? Pergi sana!" teriaknya membuat Samudra menghela napas panjang.

"Jelasin dulu apa susahnya, sih, Nad. Gue nggak minta lo datengin Rayn kali, nggak usah panik,"

"SIAPA YANG PANIK, GILA?"

Samudra terkekeh melihat Nadine yang kesal, bahkan perempuan itu sudah menutup laptopnya dan duduk berhadapan dengan Samudra.

"Oke, kita berteman malam ini." Samudra menyodorkan tangannya. "Apapun yang lo katakan sama Rayn kemarin siang, gue berterima kasih banget. Soalanya karena itu, Rayn nggak mempermalukan Febby."

Lihat? Dengar? Samudra sebegitunya dengan Febby. Bagaimana bisa Nadine sebodoh itu ingin menghancurkan kebahagiaan Samudra?

"Juga, Febby hampir mau ngejauhin gue. Gue nggak kebayang kalau Rayn datang terus benar-benar marah-marah bahkan maki-maki Febby saat itu. Bisa gue pastiin sih, kalau gue bakal hilang control tadi siang," lanjut Samudra membuat Nadine memainkan pipinya malas.

Sungguh, Nadine sedang malas sekali mala mini jika harus membahas soal Rayn dan Febby tadi siang.

"NADINE LO NGGA BISU KAN?"

Nadine sontak mengangkat bantalnya dan memukulkan pada kepala Samudra. "Sembarangan, anjir lo."

"Ya ngomong makanya," desak Samudra cepat.

"Berisik lo! Pergi sana, Rayn mau telepon malem ini. Sana pergi," usir Nadine buru-buru.

Samudra mendelik. "Eh anjir ini cewek dah," Samudra geleng-geleng kepala. "Cowok punya pacar gitu aja masih diharap-harapin. Gila nanti lo," lanjut Samudra membuat Nadine benar-benar naik pitam.

"SIALAN ANJIR LO. PERGI NGGAK?!"

Samudra berdecak, "Ini juga gue mau pergi, ngapain juga gue gaul sama PHO. Ntar ketularan jadi PHO gue. Ihiy, takut," Samudra menarik pintu kamar Nadine hendak keluar.

"NGACA GILA, LO LEBIH PHO. DASAR NGGAK TAHU DIRI," Bersamaan dengan itu Samudra membanting pintu kamar Nadine membuat Nadine menghela napas panjang.

Tangannya mengusap dadanya sendiri kemudian mengatur napasnya. Ia kesal dengan Samudra. Bagaimana bisa laki-laki itu tak berterima kasih secara berlebihan padanya? Bahkan Nadine rela menjatuhkan harga dirinya di depan Rayn, laki-laki yang notabene adalah cowok yang ia taksir. Demi siapa? Ini semua demi Samudra.

Benar saja, tak lama ponselnya berbunyi. Dirinya ragu, ingin mengangkat telepon Rayn, namun dirinjya tak siap. Terlalu malas mengingat statusnya. Calon perusak hubungan orang.

Namun saat tangannya membalik layar ponselnya yang sebelumnya terbalik, matanya membulat. Apa yang sebenarnya diinginkan laki-laki ini?

"Okey, jadi biar lo ngga kesel karena liat muka gue yang mungkin memang terlalu ganteng. Akhirnya gue memutuskan untuk membuang pulsa gue secara Cuma-Cuma buat teleponan sama lo. Supaya lo mau ngomong sama gue. Ngomong, Nad, jangan diem mulu."

Nadine menggeram. "Malu gue tuh, Dra sama Rayn." Nadine menginga-ingat percakapan terakhirnya benar-benar memalukan sekali.

"Wajar sih kalau lo malu, yang nggak wajar adalah lo nggak malu sama sekali. Padahal jelas-jelas lo itu calon-calon PHO."

Nadine mengerangm "Nggak usah ngehina, lo nggak ngaca emang main jalan sama Febby gitu aja?"

Samudra terkikik kemudian meminta maaf. "Oke, jadi apa yang lo bilang ke Rayn? Supaya besok kalau tiba-tiba kita ketemu di jalan, gue bisa waspada apa yang perlu gue omongin ke Rayn."

Nadine berdeham sekali, "Gue bilang, gue yang nyuruh lo pergi sama Febby. Supaya gue bisa pergi sama Rayn."

Hening.

Hening.

1 detik.

2 detik.

3

4

5

6 de-

"HAHAHAHA," tawa Samudra benar-benar meledak, membuat Nadine bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar kamar, menghampiri kamar Samudra yang pintunya terbuka kemudian langsung masuk dan memilih memukul kepala Samudra yang masih cekikikan tertawa.

"SAMUDRA!" pekik Nadine membuat Samudra buru-buru menutup kepalanya dari serangan bantal yang digunakan Nadine untuk memukulinya.

"Oke, maaf. Duduk," perintahnya membuat Nadine langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur Samudra.

"Gara-gara itu Rayn bisa nggak marah-marah?" Nadine menganggukan kepalanya cepat membuat Samudra terdiam sebentar.

"Rupanya Rayn benar-benar punya perasaan khusus buat lo Nad," Nadine mengangkat kedua bahunya tak acuh. Melihat betapa marahnya Rayn kemarin, membuat Nadine tersadar bahwa posisinya kalah telak dengan posisi Febby.

"Padahal di line lo udah bilang kalau Rayn serem banget," kata Samudra masih terlihat seperti sedang menganalisis sesuatu.

"Emang serem banget, anjir, sampe pas turun motor dia udah kayak mau langsung lari masuk ke dalem terus ngacak-ngacak itu kafe. Demi apapun serem," Nadine bersumpah, tak ada ekspresi yang lebih menyeramkan dari Rayn tadi siang.

"Eanjir, matiin teleponnya," pekik Samudra saat baru tersadar bahwa mereka sudah mengobrol secara langsung, tetapi tidak mematikan sambungan teleponnya.

"Ya salah lo anjir,"

"Oke, lanjut, terus pas lo ngomong gitu, tanggapan Rayn apa?"

Nadine terdiam sebentar, mengingat pasti apa yang diucapkan Rayn setelahnya. "Dia kayak ngerasa bersalah gitu sih, kesannya kayak ini semua salah dia."

Samudra terdiam menatap Nadine lama. Pikirannya seolah berputar cepat. "Kalau gue nyuruh lo ngejauhin Rayn, mau?"

Nadine mendelik pada Samudra, "Siapa juga yang deket sama Rayn sampai gue harus ngejauhin? Juga, lo siapa, sampai gue harus nurut sama lo?"

Dan tanpa sadar, Samudra meremas bantal digenggamannya. Jawaban Nadine benar-benar membuat Samudra marah.

***

HAAAEEE hehehe

Padahal rencana mau sehari sekali update, tetapi ternyata aku tak sanggup, kawan ehehe So this is the 13th . Jangan lupa komennya yang ramai kayak kemarin yaaa. Aku baru sadar, kalau mereka berempat lagi kumpul jadi satu part, lebih bikin kalian emosi, iya nggak? Atau aku salah? HAHAHA

Ayoo ayoo komentar!

OH IYAAA. BACA CERITA DI SEBELAH DONG, JUDULNYA WHAT I FOUND IN CAFE ITU CERITA SIMPLE BANGET, SEKALI BACA ABIS SIH MENURUTKU. JANGAN LUPA KOMENTARNYAAA :)

Senin, 19 Juni 2017

Continue Reading

You'll Also Like

ZiAron [END] By ✧

Teen Fiction

7.8M 734K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
293K 18.5K 25
Zerina Andrayanti Verbena tak pernah menyangka kalau sewaktu TK dulu dia pernah melamar seorang pemuda yang usianya terpaut sepuluh tahun di atasnya...