Just Be Mine

By Natchadiary

733K 30.8K 1.4K

Just Be Mine "Just stay here don't go"- a teen fiction by Natchadiary Alur kehidupan Nats, seorang model yang... More

Hallo
[1] Nats Willona Lacrymoza
[2] Harris Arlando Lazuardi
[3] Lo tuh ya?!
[4] Evening in festival
[5] Sisi Lainnya
[6] Hate?!
[7] Meet Al and El
[8] Fabian Permana Lazuardi
[9] The Plan
[10] Supermarket
[11] Hukuman
[12] Makasih Ya?
[13] Ditembak (?)
[14] Welcome Miss Lazuardi
[15] Fisika
[16] Cinema Accident
[17] Awal mulai dekat
[19] Dekat (?)
[20] Sebuah Pernyataan
[21] Bangun Jarak
[21,5] Side Story - Risa : Cinta yang Tangguh
[22] Gavin's Bad Attitude and Crazy Coincidence
[23] Debaran itu?
[23,5] Side story - Fea : Cinta yang Salah
[24] Same Mistake
[25] Hurt
JUST BE MINE ALL CAST
[26] Percikan
[27] Lapangan Basket
[28] The Spontaneous Date
[29] Dia Harris?
[29,5] Side story Fea : Topeng yang Terbuka
[30] Karena Hujan
[30,5] Side Story Gavin - A Big Mistake
[31] Berteman dengan Waktu
[32] Takut Jatuh
[33] Dibalik Topeng
[33,5] Side Story Fea - Jiwa yang rapuh
[34] Peduli
[35] Dirimu dan Hujan
[36] Cupid Menyebalkan
[37] Pengakuan
[38] Manis
[39] Hati yang Terluka
[40] Luka Baru
[41] Harus Bagaimana?
[42] Karena Dia
[42] Keadaannya
[43] Plan Mission
[44] Tanpa Kata
[45] Jujur Pada Perasaan
[46] Buncahan Rasa
🤗New story 🤗
[47] Alasan Kita Putus
[48] Awal Sebuah Hubungan
[48,5] Side Story- About Harris
[49] Tidak Pantas Bersama
[50] Tentang Luka
[51] Dukungan Semesta
[52] Panah Satu Arah
[53] Kabut Masa Lalu
[54] Tentang Luka dan Tawa
[55] Terhubung atau Patah?
[56] Rumit yang Terpecah
Trailer 😘😘
[57] Ramai yang Mengertak Sepi
[58] Rasanya diacuhkan
[59] Kejelasan
[60] Rumit dalam Luka
[61] Waktu dan Emosi
[62] Berdamai dengan Lara
[63] Perfect
[64] Ending
Fun Fact Just be Mine
Cerita Remaja Bibang - Side story
Extra Chapter 1
Extra Chapter 2
Extra Chapter 3
Extra Chapter 4
Extra Chapter 5 - Final Ferse

[18] Sebuah Kenyataan

10.2K 409 5
By Natchadiary

18 :: Sebuah Kenyataan

"Kenapa mencintaimu harus sesakit ini? Mencintaimu bagaikan memeluk ratusan pecahan kaca yang hanya mampu menanamkan luka tanpa tau apa obatnya."- Fabian Lazuardi

-Just be Mine-

F

ABIAN hari ini melangkah kearah ruang osis  dengan tatapan aneh yang ia tujukan saat melihat sepasang insan yang tengah berdiri didepan kelas 11 IPA-1.

Tidak terlalu aneh memang. Tapi tetap saja bagi Fabian itu adalah hal yang aneh saat melihat cowok itu berjalan beriringan kearah kelas sang gadis sambil sesekali menggengam tangan gadis itu. Dan tepat saat sampai didepan pintu kelas gadis itu pemuda tampan tadi lantas mengacak rambut sang gadis dengan gemas dan berjalan meninggalkan anak perempuan yang tengah mencebikkan bibirnya kesal.

Kenapa mereka bisa akrab gitu?

Fabian membuang sebuah opini yang mendadak muncul diotaknya melihat kejadian tadi. Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya untuk membuka pintu ruangan osis Bibang. 

Cowok jangkung itu lalu duduk dikursi kebesaraannya dan menatap file-file dihadapannya. Walaupun tatapannya seolah mengarah pada lembaran kertas itu pikirannya tetap bercabang kemana-mana.

Tentu saja mengarah pada kejadian tadi itu yang benar-benar mengusik pikirannya. Tentang mereka yang saling mengumbar tawa dan menegaskan sebuah jalinan kalau dia tidak salah tanggap.

"Lo kenapa, man?" Tanya cowok tampan berwajah chinese dengan rambut hitamnya, Gabriel. Wakilnya dalam organisasi ini.  Cowok itu memang baru saja masuk keruangan ini dan melihat Fabian yang tengah melamun.

Merasa tak ada respon dari cowok jangkung itu membuatnya kesal, "Fab!" Ucapnya sambil menepuk bahu Fabian cukup keras.

"Eh? Kenapa Gab?" Tanya Fabian yang baru saja tersadar dari lamunanya dan mendapati Gabriel tengah menatapnya aneh.

Gabriel memutar bola matanya malas. "Emang ya jatuh cinta itu bikin orang linglung. Kayak lo ini," cibir Gabriel sambil terkekeh kecil lalu dengan santainya duduk diatas meja yang membuat Fabian mencibir pelan.

"Ngomong apa sih lo?" Fabian menatap heran sahabatnya yang satu itu.

"Halah. Gue tau lo pasti lagi mikirin si model itu kan? Itu si Nats?" Ucap Gabriel tepat pada sasaran.

"Jangan ngaco! Engga, gue tadi emang baru mikirin gimana kelanjutan persiapan pensi," kilah Fabian sambil menatap file-file itu.

"C'mon lo bukan pembohong yang handal, man. Tell me now, lo lagi mikirin dia kan?"

Fabian lalu menghela nafasnya kasar "You I'll right," gumamnya.

"Emang dia siapa lo sih, Fab? Gebetan?"

Fabian mengernyit seolah baru menyadari jika ada yang memperhatikan kedekatannya dengan Nats. "Cuma sahabatan doang. Baru kali ini gue punya sahabat cewek ya...sedeket sama dia."

"Seriusan?" Ucap Gabriel tak percaya.

"Euhmn..awalnya cuma deket biasa sih, terus ngga tau gimana bisa sahabatan. Tapi kalo lagi sama dia rasanya beda, Gab." Fabian menjawabnya dengan antusiasmenya.

Gabriel mengerjapkan matanya melihat eskpresi Fabian yang meletup-letup saat menceritakan Nats,"Do you love her?" Cecar Gabriel lagi membuat Fabian tersenyum kecil dan Gabriel dapat mengetahui arti senyuman kecil tadi.

"Ckck..gila emang pesonanya tuh model, sampe bisa bikin dua pangeran Lazuardi kepincut," ucap Gabriel sambil mengelengkan kepalanya pelan lalu terkekeh, "Tapi lo tau kalo Nats deket sama Harris?"

"Emang  iya?" Tanya Fabian seolah memastikan jika pendengarannya tidak terganggu dan dia mendengar jelas ucapan Gabriel barusan, tidak salah dengar kan?

Gabriel memutar bola matanya malas. Sahabatnya itu memang benaran kudet. "Katanya sahabatan masa ngga tau? Makanya jangan ngurusin file-file mulu, Pak." cibir Gabriel.

"Apa sih, Gab? Ga paham gue."

Cowok bermata sipit itu menghela napas pelan, dia lupa jika sahabatnya ini kurang peduli dengan gosip apapun yang tersebar dikalangan siswa siswi Bibang. "Mereka pacaran. Lo tau?" ucap Gabriel singkat.

"Guess who? Siapa yang pacaran?" Fabian semakin bingung apalagi dengan perubahan wajah Gabriel yang menjadi serius.

"Adek lo sama model itu," ucap Gabriel akhirnya dan itu berujung pada keterdiaman Fabian. "Ya Nats sama Harris."

"Lo bercanda kan? That's impossible, Gab." Fabian menjawabnya dengan tatapan sulit diartikan. "Ngga mungkin aja gitu kan?" sambungnya.

"Nothing's impossible, man. Im serious. Gue lagi ngga bercanda," balas Gabriel sambil menatap perubahan air muka Fabian.

"Tapi sejak kapan? I mean..mereka ngga pernah deket."

"Gue ngga tau kapan. Tapi yang jelas gue ngeliat, mereka akhir-akhir ini ya..deket, sering hangout sama pulsek bareng," balas Gabriel sambil menelan ludahnya, "Bahkan mereka udah show off didepan publik, man. Lo sih terlalu sibuk sama Osis, makanya sekali-sekali update gosip itu juga perlu, Fab."

-Just be Mine-

"ABIS dari mana lo?!" Ucap Fabian dengan nada sarcastic saat melihat Harris yang baru saja memasuki pintu rumah padahal jam sudah menunjukan pukul setengah satu dini hari.

Bukan hal yang mengejutkan Harris hanya terlihat dirumah jika menjelang pagi begini. Tapi tetap saja perkataan Gabriel siang tadi masih menganggunya, membuatnya ingin bertanya langsung pada si tokoh utama yang membuatnya bingung itu.

"Gue udah pernah bilang. Ini bukan urusan lo!" Bentak Harris pada Fabian yang tengah berdiri dihadapannya sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada bidangnya. "Urus hidup lo sendiri."

Fabian menatap Harris geram saat menyadari bau alkohol yang menyeruak dari tubuh anak laki-laki itu, nampaknya dia sedang dalam keadaan sober. "Udah berapa kali gue bilang, itu bukan tempat lo, Ris!" Balas Fabian dengan nada ketus.

"Ngga usah sok peduli sama gue!" Harris mengucapkannya sambil menunjuk keras Fabian. Beruntung kedua orang tua mereka tengah berada diluar kota jadi tak akan mendengar pertengkaran kedua putranya itu.

"Oh gitu? Tapi apa lo peduli sama perasaan cewek yang lo mainin Hah?!" Ucap Fabian sambil menatap tajam Harris. "Lo peduli?" tanyanya sinis.

"Lo ngga usah ikut campur, ANAK PAPA! Gue dari awal udah bilang BUKAN URUSAN LO. Ngerti bahasa manusia kan?" Cibir Harris dengan nada menyindir diakhir kalimatnya.

Fabian benar-benar muak dengan kelakuan Harris kali ini. Apalagi jika mengenai cewek menggemaskan satu itu. "Urusan lo kali ini urusan gue kalau itu menyangkut Nats. Puas lo jadiin dia mainan lo? Bangga?!"

"Apa peduli lo sama Nats? Dia pacar gue!" Seru Harris dengan emosinya yang siap meledak seketika. Dia tidak suka miliknya kembali diusik oleh kakaknya itu. Tidak sama sekali.

"Oh ya? Pacar mainan lo kan?" Ledek Fabian lagi. "Mana ada lo percaya sama cewek? Lo selalu jadiin mereka mainan lo. Mikir ngga?"

Harris menatap Fabian nyalang mendengarkan kalimat yang kembali menguak lukanya itu. Dia benci. "LO YANG UDAH REBUT KEPERCAYAAN GUE!" Bentak Harris sambil menarik kerah baju Fabian, hingga wajah mereka sejajar.

"Sama aja itu artinya opini lo ke mereka tetep sama. Lo selalu dingin sama cewek, kasar-"

Mendengar arah pembicaraan Fabian membuat Harris langsung menyambar perkataan cowok tampan itu, "GUE UDAH MUAK SAMA LO, ANAK PAPA!" Ucapnya lalu menghempaskan kerah baju Fabian yang dicengkramnya tadi lalu melangkah menaiki tangga ke arah kamarnya.

"Lo tuh selalu aja ya lari dari masalah, Ris!" Seru Fabian yang hanya diacuhkan cowok tampan itu.

Harris mengibaskan tangannya ke udara. Malas berdebat kembali dengan Kakaknya yang menyebalkan itu. Hash. "Terserah lo aja!" Balas Harris dengan acuhnya sambil tetap melangkah keatas tanpa melihat kearah Kakaknya itu.

Cowok tampan itu lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar keatas King sizenya. Hingga sebuah notif masuk dalam handphonenya yang berada dalam saku kemeja flanellnya itu.

LINE

Geogavin. P : [sent a picture]

Geogavin. P : seneng ngeliat cewe lo main kesini, ups pacar gue maksudnya

Sontak melihat foto yang dikirimkan Gavin membuat Harris langsung meremas benda berwarna gold itu dengan penuh emosinya.

Apalagi foto itu diambil dengan background suasana salah satu club di ibu kota. Harris benaran kesal dengan tingkah cowok menyebalkan satu itu. Dia pasti akan melakukan sesuatu pada cewek itu. Tidak, Harris tidak akan membiarkannya. Biar bagaimana pun Nats itu pacarnya, dan dia tidak suka musuhnya itu menganggunya.

Segera saja dia bangkit dari posisi tidurannya dan melangkah cepat keluar dari dalam kamarnya. Langkahnya bahkan terdengar beradu cepat menuruni tangga.

"Mau kemana lagi lo?" Ucap Fabian dengan nada sinisnya, cowok itu memang baru saja dari dapur untuk melumasi tenggorokannya dan membuatkan susu cokelat untuk adiknya, Tiffany yang tiba-tiba saja terbangun tengah malam begini.

"Bang Ai mau kemana?" Tanya gadis kecil yang duduk dimeja bar pantry dengan wajah ngantuknya. Dan oh ya, gadis mungil tadi memang selalu memanggil Harris dengan sebutan Ai dan Fabian dengan nama Ian.

"Pergi bentar ya, sayang." balas Harris sambil mengusap pelan rambut gadis kecil menggemaskan itu.

Tiffany menatap Harris dengan mata bulatnya yang nampak mengantuk. "Jangan pulang malem ya bang, kata bunda engga boleh soalnya," balas Tiffany. "Tif, suka takut kalo ngga ada bang Ai."

Harris menghela napasnya pelan. "Tiffany jangan bilangin bunda ya? Tiffany kan baik, adek abang yang cantik. Lagian ada bang Ian juga kok," ucapnya seraya bersikap lembut sambil mengontrol emosinya yang tengah membuncah.

"Tuh dengerin adek lo bilang," cibir Fabian dan Harris ini cuma baik dan lembut dengan Tiffany dan Bundanya, tidak dengannya dan Ayah mereka.

Mendengar cibiran Fabian barusan membuat Harris memutar bola matanya jengah. "Tiffany sayang sama Bang Ai aja jangan sama Bang Ian," ujarnya sembari menatap tajam Fabian. "Abang pergi dulu."

Fabian menggelengkan kepalanya tak habis pikir melihat Harris yang dengan tergesa-gesanya berlari keluar rumah lalu beberapa detik setelahnya suara motor cowok itu begitu cepat meninggalkan halaman rumah. Harris memang keras kepala.

Cukup mudah bagi seorang raja jalanan seperti Harris untuk sampai ke tempat yang ditujunya. Cowok tampan itu lalu segera menuju tempat gadisnya itu berada.

Harris lalu mengedarkan pandangannya kesegala penjuru lantai dua tempat hingar bingar itu. Matanya tak sengaja menemukan sosok gadis berambut hitam sepinggang dengan wajah blasterannya itu tengah duduk sudut ruangan dengan teman-teman artisnya. Selena.

"Nats mana?!" Sosornya langsung sembari menarik tangan Selena pelan.

"Harris? Lo ngapain disini?" Ucap Selena sambil mengikuti langkah Harris yang menariknya menjauh dari gerombolan teman-temannya tadi.

Harris melepaskan cekalan tangannya begitu mereka berdiri di dekat bar. "Jawab pertanyaan gue! Nats mana?!" Harris mengulang pertanyaannya dengan nada ketusnya.

"Weits santai, Ris." ucap Selena seraya terkekeh kecil menyadari nada protektif dalam suara cowok yang menjabat sebagai sepupunya itu, "Lo lagi ada masalah sama dia?"

"Gavin ada disini," ucap Harris singkat sambil menghembuskan nafasnya berat. "Bangsat."

"Ga...Gavin? Lo serius?!" Selena menyambar ucapan Harris dengan nada terkejutnya.

Tanpa mau banyak bicara Harris lalu melemparkan benda pipih berwarna gold tadi kearah Selena yang langsung ditangkap gadis itu dengan mudah. Ck..kebiasaan buruk Harris memang.

Selena lalu menekan tombol on pada ponsel itu yang langsung menunjukan aplikasi chatting berwarna hijau. Line.

Mata almond gadis itu secara otomatis membulat saat menemukan gambar apa yang dikirim cowok bernama Geogavin itu beberapa menit yang lalu dan suasana itu persis juga saat dirinya bersama Nats beberapa saat yang lalu.

"Damn it! Gimana bisa?" Ucap Selena tak percaya, "Nats lagi ke toilet"

"Bangsat!" ucap Harris sambil meraih ponselnya pada genggaman tangan Selena dan bergegas menuju toilet dalam club ini.

-Just be Mine-

"PUAS lo mesra-mesraan sama Harris, babe?" Ucap Gavin sambil menghadang langkah Nats yang baru saja keluar dari koridor toilet. Dia sengaja mengikuti Nats dan menunggu cewek itu keluar dengan sendirinya.

"Minggir lo!" Seru Nats sambil menggeser langkahnya tapi Gavin tak semudah itu melepaskan Nats lagi. Cowok tampan itu selalu menghadang langkah Nats.

"Mau lo apa hah?!" Bentak Nats lagi dengan kesal.

Bukannya membalas Gavin malah menunjukan senyuman miringnya dan menarik gadis itu secepat kilat dan memepet tubuh gadis itu pada dinding di belakang mereka lalu menggunakan kedua tangannya untuk membuat garis teritorial antara dirinya dengan Nats.

Nats sontak membulatkan matanya melihat wajah Gavin yang tepat beberapa centi didepan wajahnya, "Gavin, please." ucap Nats dengan nada bergetar. "Lepasin gue."

"Lo lucu Nats," balas Gavin sambil terkekeh.  "Sayangnya kita putus, ya?" Lanjutnya sambil mengusap pipi Nats pelan. "Gue masih sayang sama lo padahal."

"Apa mau lo, Ga? Lo ngikutin gue?" Ucap Nats sambil mengenyahkan tangan Gavin yang berada di pipinya.

Gavin tersenyum samar menatap gadis manis ini. "Bahkan gue ngikutin lo sejak Selena kerumah lo, sampe akhirnya disini. Segitu cintanya gue sama lo ya hmm.."

"Lo beneran sakit, Ga." Nats membalasnya sambil menghembuskan napasnya lelah. "Lo gila." ujarnya dengan nada kesalnya.

"Gue rela jadi gila. Asalkan bisa bikin lo balik kepelukan gue lagi, Nats." Ucap Gavin dengan nada frustasi sambil mengacak rambut coklatnya.

Tak dapat dipungkiri jika debaran kecil itu masih ada dalam jantung Nats mendengar penuturan cowok tampan dihadapannya kini. Cowok menyebalkan yang masih mempunyai tempat tersembunyi dalam hatinya.

Jika saja waktu berihak pada mereka. Tapi sayangnya juga waktu yang membuat kepercayaan Nats pada Gavin sampai pada titik nol. Hilang sepenuhnya apalagi melihat hubungan cowok itu dengan sahabatnya dulu. Nats benci mengingatnya.

"Ga, please..lo bikin gue takut sekarang," ucap Nats sambil menatap manik mata hazel yang menjadi candunya. Dulu.

"Gue ngga semenakutkan itu, babe." bisik Gavin tepat ditelinga Nats membuat gadis itu menutup matanya, "Jangan takut gitu. Gue ngga suka," ucap Gavin pelan.

Nats perlahan membuka matanya dan apa yang terjadi selanjutnya membuatnya menegang seketika. Saat menyadari bibir Gavin menempel diatas bibirnya. Melumatnya atas bawah dengan kasar seolah menyalurkan setiap kekecewaan dan kekesalan cowok itu padanya.

Gavin menciumnya. Mungkin dulu itu yang diharapkan Nats. Tapi sekarang? Gadis itu teramat benci dengan ciuman cowok itu. Apalagi Gavin yang terus saja mengigit bibir bawahnya agar mau memberi akses cowok itu. Nats sangat benci.

"Hmmmmpt!"

Nats terus saja berusaha mendorong dada cowok itu agar menjauh darinya tapi tetap saja Gavin lebih kuat darinya.

Gavin lalu mengurai ciumannya dan tersenyum lebar menatap Nats. "Pergi, Ga!" Seru Nats sambil mati-matian menahan air matanya yang hendak membludak, "Pergi!"

"Huft..mungkin cukup sampe sini aja ya? Bye babe," balas Gavin sambil menjawil dagu Nats pelan lalu melangkah pergi meninggalkan Nats yang merosot ditempatnya.

Gadis itu menekuk lututnya, beruntung dia memakai celana jeans panjang malam ini. Bahu gadis itu nampak terguncang naik turun. Tangisnya pecah seketika.

Nats menyadari jika dirinya terlalu lemah dihadapan Gavin saat ini. Dengan kasar diusapnya bibirnya, ia merasa dilecehkan kini. Ciuman cowok itu kembali mengulas luka yang selama ini di tutupnya rapat-rapat. Membuatnya begitu lelah merasakan sakit itu kembali.

Melihat sosok yang dicarinya sedari tadi tengah bersembunyi dibalik keramaian dengan menekuk lututnya membuat Harris mengepalkan tangannya kuat. Gavin pasti sudah mencuri startnya lebih dulu. Shit!

Cowok itu lalu segera berlari kearah gadis itu walaupun mendapat banyak cacian dari setiap orang yang tak sengaja tertabrak olehnya.

"Hey, are you okay?" Ucapnya sambil menepuk bahu Nats yang masih terduduk dilantai. "Nats ini gue, bangun." Harris lalu menarik tangan Nats pelan agar cewek itu bangkit berdiri. "Lo kenapa Hei?"

Merasa mengenal suara itu membuat Nats mendongakan kepalanya dan menatap pemilik suara bass dihadapannya kini. Tanpa aba-aba gadis itu lalu memeluk cowok itu.

Harris sempat terhuyung saat menyadari perlakuan Nats yang tiba-tiba memeluknya dan menumpahkan tangisnya dalam pelukannya kini.

"Nats?" Ucap Harris pelan.

"Please, biarin gue kayak gini bentar aja," balas Nats dengan suara bergetarnya dan melesakan wajahnya pada dada bidang Harris, mencari kenyamanan disana.

Harris hanya menganguk pelan sambil menopang dagunya pada puncak kepala Nats, tangannya lalu terulur untuk mengusap punggung gadisnya itu pelan.

Demi Tuhan rasanya Harris juga merasakan sesak ketika melihat cewek itu menangis sedemikian rupa. Rasanya dia ingin melindungi Nats.

Beberapa menit Nats masih nyaman dalam posisi itu. Seolah tak menyadari jika mereka saat ini tengah berada diantara suara dentuman musik yang menggebu dalam ruangan ini. Nats lalu mengurai pelukannya dengan wajah basah kuyup dan mata sembabnya.

"Lo kenapa?" Balas Harris sambil mengusap sisa air mata pada sudut mata Nats. Tanpa dijawab pun Harris tau penyebab semua ini memang Gavin. "Bilang lo diapain sama si bangsat?!"

Nats menggeleng lalu mengulas senyuman tipisnya. "Anterin gue pulang ya?" Balas Nats dengan suara lirihnya. "Gue ceritain nanti."

Kenapa melihat kesedihan yang bercampur dengan kekecewaan dalam raut wajah Nats membuat Harris seolah ingin melindunginya? Mati-matian dia menahan keinginanya untuk melayangkan tinjuannya pada wajah Gavin saat ini.

Harris mengangguk pelan lalu menggenggam tangan Nats dan melangkah keluar dari dalam club itu.

"Lo pake motor Kak?" Tanya Nats saat melihat kembali korban tabrakannya dulu ada didepannya kini. Motor sport Harris.

"Hmm." balas Harris singkat. Dia lalu menarik tangan Nats hingga membuat Nats mendekat ke arahnya lalu dengan cekatannya memasangkan sebuah helm pada kepala Nats.

"Thanks," balas Nats sembari tersenyum ke arah Harris.

"Naik buruan."

Nats lalu naik keatas motor sport Harris dengan tangannya yang bertumpu pada bahu Harris. Anehnya seolah ada getaran listrik yang mengalir saat Harris memegang tangan Nats yang berada dibahunya, menjaga keseimbangan gadis itu.

Harris lalu menstarter motornya dengan kecepatan sedang menembus jalanan yang mulai sepi karena jam sudah menunjukan pukul dua dini hari.

Ada sensasi aneh yang dirasakan Nats saat dibonceng Harris. Entah apa itu yang pasti berbeda saat dirinya dibonceng Fabian.

"Kenapa gue bisa dicap sebagai pacar ketua bad boy? Padahal kakaknya yang good boy aja ada," batin Nats. "Gue ngga tega nyakitin dia rasanya, Tuhann.."

Sementara Harris yang menyadari Nats dari tadi diam saja sambil mencengkram ujung kemeja flanelnya membuat Harris menerbitkan smirk devilnya.

Cowok itu lalu menambah laju kendaraannya hingga jarum spedometernya menanjak naik, membuat Nats terlonjak hingga dengan spontanitas gadis itu melingkarkan tangannya memeluk perut Harris.

Harris tersenyum kecil melihat pantulan wajah Nats dari kaca spionnya. Wajah terkejut gadis itu benaran menggemaskan. Lagipula dia nampaknya nyaman-nyaman saja kelihatannya memeluknya begini.

"Kak jangan anterin gue pulang dulu. Rumah gue sepi soalnya," ucap Nats sambil menopang dagunya pada pundak Harris. "Gue males sendirian."

"Bawel."

"Ish! Hobby banget ngatain gue bawel," cibir Nats kesal.

"Masih mending ya gue ngga ngatain lo kaleng rombeng," balas Harris sambil terkekeh kecil.

"Semerdeka lo aja, Kak." Nats tertawa mendengarnya. Heran kemana perginya rasa sakitnya tadi? Kenapa perasaan dingin itu dengan mudahnya menjelma menjadi hangat yang menelusup hatinya hanya karena Harris?

-Just be Mine-

"MASIH jauh ngga sih, Kak?" Nats berucap sambil mengatur napasnya, kakinya terasa pegal saat ini. Asal kalian tau saja mereka berdua sudah menaiki puluhan anak tangga di ruko kosong ini.

Harris tersenyum meledek melihat reaksi Nats. "Katanya ngga mau pulang," cibir Harris.

"Ya..emang sih. Tapi capek," ucap Nats sambil memengang kedua lututnya.

"Gitu aja ngeluh. Tinggal lima anak tangga lagi," ucap Harris sambil menarik tangan Nats hingga akhirnya mereka sampai ketitik paling puncak ruko itu, tepat dilantai lima.

Tak sebersit satu pernyataan dalam otak Nats jika Harris akan membawanya ketempat setinggi ini dengan bersusah payah menaiki anak tangga sebanyak tadi.

Anak perempuan itu lalu duduk berjongkok dengan nafas yang terengah-engah. Sementara Harris sibuk menggelar tikar diatas lantai semen rooftop gedung ini.

"Kak ngapain sih?" Tanya Nats dengan suara putus-putus.

Bukannya membalas cowok tampan itu malah membaringkan dirinya diatas tikar yang dibentangkannya tadi sambil menatap kearah angkasa.

"Ish! Jawab Kak," balas Nats sambil bangkit berdiri dan menghampiri Harris.

"Udah deh, sini." Harris membalasnya sambil menepuk space kosong disampingnya.

Nats lalu memandang ngeri kearah Harris. "Tenang aja elah. Gue ngga bakal ngapa-ngapain lo," balas Harris yang menyadari tatapan menyelidik Nats. "Pede banget lo."

Mendengarnya membuat Nats memutar bola matanya malas lalu berbaring tepat disamping Harris. Gadis itu lalu mengikuti arah pandangan Harris yang mengarah keangkasa. Langit malam ini cukup cerah walaupun hanya ada beberapa bintang saja dan bulan purnama yang mulai tersamarkan awan mengingat sekarang sudah dini hari.

"Dari mana lo tau tempat ini, Kak?" Tanya Nats tanpa mengalihkan pandangannya dari langit yang terhampar luas bak lukisan Affandi pada sebuah kanvas. "Bagus banget."

"Bunda sama bokap yang nemuin tempat ini. Dan karena tempat ini ya..bersejarah bagi mereka akhirnya dibeli sih, tapi emang sengaja ngga dipake," jelas Harris

Nats menoleh ke arah Harris. "Ih..mesti nyokap sama bokap lo  pasangan yang romantis ya," ucap Nats sambil tersenyum menatap Harris.

"Ya begitulah," balas Harris dengan nada tercekatnya, "dulu sebelum ada orang yang renggut kebahagiaan itu," batinnya.

"Ngga kayak nyokap sama bonyok gue," balas Nats. "Mereka jarang ketemu sekarang."

"Bokap lo kemana emang?" Harris lalu memalingkan wajahnya kearah Nats.

"Bokap lagi ngurusin perusahaannya yang di Jepang. Sedangkan nyokap gue sekarang jadi managernya kita bertiga, ya mereka sama-sama sibuk sekarang," ucap Nats seraya menatap Harris.

"Tapi ya gitu..sekalinya ketemu bokap sama nyokap gue itu kayak manisan, sweet gila. Sampe ngiri gue ngeliatnya." Nats bercerita sambari terkekeh mengingat kebersamaan keluarganya yang jarang terjadi itu.

"Tapi sekarang ngga iri lagi ya kan? Secara ada pacar lo yang ganteng ini," balas Harris sambil menyentil kening Nats pelan lalu tertawa lebar.

Nats menatap bingung kearah Harris yang nampak beda malam ini. "Kenapa? Terpesona lo?"

"Diiih! Narsis!" Balas Nats. "Engga gue heran aja lo kenapa jadi narsis gini ya, Kak? Aneh tau ngga. Biasanya juga sengak pengen makan orang."

"Percaya atau ngga percaya gue dulu ngga sedingin sekarang. Keadaan yang udah nutup gue," batin Harris sambil tersenyum miris.

Harris lalu memejamkan matanya mengingat kejadian yang membuat dadanya seolah terhimpit dengan fakta itu. Cowok tampan itu lalu menghembuskan nafasnya pelan, meresapi rasa sakit itu. Perasaan hampa yang seolah mengurungnya erat dalam dekapannya. Sesak.

"Kak, are you okay? Tell me now, lo kenapa?" Tanya Nats dengan nadanya yang terlihat khawatir melihat mata hitam pekat yang biasanya setajam elang itu kini menjadi sorot kesedihan. "Kenapa? Cerita aja."

"I'm fine, babe. Perhatian ya lo?" Balas Harris sambil perlahan membuka matanya lalu menatap Nats dengan intens.

Menyelami manik mata hitam legam yang teduh itu membuat Harris seolah terikat dalam manik mata indah itu. Kedua remaja itu seolah membiarkan angin membelai wajah keduanya mengisi kesunyian yang tercipta kini.

"Huammm.." ucap Nats sambil memutus kontak mata diantara mereka, jujur dia salah tingkah ditatap seintens itu oleh Harris. "Gue ngantuk, Kak."

Harris menatap gemas gadis disampingnya itu lalu menutup mata gadis itu dengan telapak tangannya, "Yaudah tidur."

"Tapi kak.." bantah Nats yang langsung disambar Harris.

"Gue ngga suka dibantah, Yang. Turutin gue atau..."

"Iya bawel," balas Nats yang merasakan pipinya mulai memanas dipanggil seperti itu oleh Harris. Rasanya aneh. Nyaman saja.

Hash, pikirannya mulai ngelantur kemana-mana. Hanya karena Harris begini. Menyebalkan.

Bersambung

Cuma revisi aja hehe.

Makasih ya yang udah mau kasih voments buat cerita ini. It means a lot for me!

Yang jadi siderrs keluar yuuk gemes aja gitu mhuehehehe

Yaudah see ya 😘😘

Salam dari Nats, cewek yang baru aja terserang virus baper

Continue Reading

You'll Also Like

114K 1.7K 8
Follow akun penulis ya, biar nyaman. Sudah terbit, tersedia bentuk novel dapat membeli di shoppie dan wa +62818331696 Kak Diana. Ebook juga tersedia ...
4.5M 189K 49
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.6M 86.9K 54
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
461 64 6
Sesosok manusia bernama Elang yang selalu menolak keberadaan Jesslyn, cewek cantik berambut sebahu yang mengagumi Elang sejak dia pertama kali masuk...