The Most Beautiful Angel

By windywananda_

278K 19.5K 698

Ketika aku menganggap tidak ada lagi yang peduli dengan hidupku. Namun, seseorang datang membawa semangat yan... More

The Cast
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10 ( Part 1 )
Chapter 10 ( Part 2 )
Chapter 11 ( Part 1 )
Chapter 11 ( Part 2 )
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19 ( Part 1 )
Chapter 19 ( Part 2 )
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24 ( Part 1 )
Chapter
Chapter 24 ( Part 2 )
Chapter 25
Chapter 26 ( Part 1 )
Bukan Update
Chapter 26 ( Part 2 )
Chapter 27 ( Part 1 )
Chapter 27 ( Part 2 )
Chapter 28 ( Part 1 )
Chapter 28 ( Part 2 )
Chapter 29 ( Part 1 )
Chapter 29 ( Part 2 )
Chapter 30 ( Part 1 )
Chapter 30 ( Part 2 )

Chapter 15

7.2K 525 10
By windywananda_

Pagi yang cerah dihari Minggu pagi kali ini. Ali masih nyaman berada didalam selimut tebal miliknya. Namun, tak berapa lama Bik Anna masuk kedalam kamar Ali. Ia membuka Gorden abu-abu yang berada didalam kamar Ali membuat sinar sang mentari pagi pun mulai masuk kedalam kamar melalui jendela besar kamar tersebut. Ali merasa tidurnya terusik oleh pantulan cahaya matahari pagi yang mengenai kelopak matanya. Ia pun mulai menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya.

"Pagi Aden," sapa Bik Anna saat Ali sudah bener-benar terbangun dari tidurnya.

"Pagi juga Bik," balas Ali dengan suara khas orang bangun tidur.

"Mau sarapan apa pagi ini?" tanya Bik Anna.

"Seperti biasa aja, Bik.." jawab Ali.

"Yaudah Bibik siapin dulu yaa.."

Setelah Bik Anna keluar dari kamarnya, Ali langsung mengambil handuk dan bergegas masuk kedalam kamar mandi.

Ali hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk membersihkan diri. Ia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Ia mengambil T-Shirt putih dan Ripped Jeans untuk menjadi outfit kali ini.

Setelah selesai Ali keluar dari kamar miliknya. Sebelum keluar dari kamar Ia sempat mengambil HandPhone dan dompet miliknya yang tergeletak begitu saja diatas meja belajar. Sesampainya diruang makan, Ali melihat Bi Anna dan beberapa Pelayan sedang menyiapkan sarapan untuknya. Ali duduk diantara banyaknya kursi yang berada di ruang makan.

"Aden mau sarapan Roti atau nasi goreng?" tanya Bi Anna.

"Nasi goreng aja deh, Bi.." Bi Anna pun menyedokan nasi goreng ke piring milik Ali.

"Bibi udah sarapan?" tanya Ali.

"Belum.. Nanti setelah Aden selesai sarapan baru Bibi makan," jawab Bi Anna.

"Sekarang Bibi makan bareng sama aku,"

"Tapi, Den.."

"Bi Anna.." panggilan Ali dengan nada memohon membuat Bi Anna akhirnya menemani anak dari majikannya itu untuk sarapan di meja makan walaupun Ia sebenarnya sedikit sungkan.

Ali dan Bi Anna pun sarapan bersama. Karna, sebenarnya Bi Anna sangat tau kalau Ali tidak bisa makan sendiri diruang makan sebesar ini. Setelah selesai sarapan, Bi Anna membersihkan piring setelah mereka sarapan. Ali melihat jam tangan yang melingkar ditangan kirinya sudah menunjukan pukul 09.00, Ia pergi meninggalkan ruang makan. Namun, sebelum itu Ia pamit kepada Bi Anna.

"Bi, aku pergi dulu yaa.." pamit Ali.

"Aden mau kemana?" tanya Bi Anna.

"Mau main ke rumah Ricky kalau gak Razzi, Bi.."

"Tapi, Aden udah minum.." belum sempat Bi Anna selesai berbicara Ali sudah mencium tangan Bi Anna.

"Aku berangkat Bi, Assalamu'alaikum.." Ali pun menuju teras rumahnya.

"Mang mobil mana yang udah dipanasin?" tanya Ali sambil memakai sepatu Sneakers putih kesayangannya.

"Baru yang ini doang, Den.." Mang Udin menunjuk mobil audi Hitam yang baru saja ia panaskan.

"Yaudah Ali mau pakai mobil yang ini saja,"

"Ini kunci mobilnya, Den.." Mang Udin memberikan kunci mobil tersebut ke Ali.

Setelah selesai memakai sepatu, Ali masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan rumah mewah milik sang Papa.

******

Ali menyusuri sepanjang jalan jakarta, sebenarnya Ia sendiri pun juga tidak tau kemana dirinya akan pergi. Namun, matanya terfokus dengan seorang gadis berbaju putih dan Ripped Jeans yang sedang berdiri disebuah halte.

Sepertinya Ia sedang menunggu angkutan umum yang akan lewat sana. Tetapi, Ali seperti mengenal gadis tersebut. Dengan penasaran Ali memberhentikan mobil miliknya dipinggir jalan dekat halte. Ia pun berjalan untuk menghampiri gadis tersebut. Disaat itu juga Ali mengingat satu nama.

"Prilly.." panggil Ali.

"Iyaa.. Loh Kak Ali, kok Kakak bisa ada disini?" tanya Prilly yang bingung dengan keberadaan Ali.

"Yang ada saya tanya kamu, ngapain kamu ada disini?" Ali malah berbalik tanya ke Prilly.

"Aku lagi nunggu Bus, Kak.."

"Nunggu Bus? Memangnya kamu mau kemana?"

"Aku ingin beli buku buat anak-anak jalanan yang kemarin aku ajarin Kak,"

"Kamu mau beli buku dimana?"

"Didekat Pasar Senen atau sekitaran Kota tua Kak. Disana banyak yang ngejual buku-buku pelajaran bekas tapi masih lumayan bagus Kak,"

"Kenapa kamu gak beli yang baru?"

"Bukannya kita gak mau beli yang baru Kak. Tapi, kadang anak-anak gak mau menerima buku yang baru.."

"Kayaknya gak ada Bus yang bakal lewat sini,"

"Mungkin Kak, aku udah hampir satu jam nunggu disini tapi gak ada juga Bus yang lewat.."

"Yaudah kamu, saya anterrin ke toko buku-nya aja.."

"Tidak usah Kak, saya tidak ingin merepotkan orang lain selama saya masih bisa melakukan semuanya sendiri.."

"Saya tidak tanya alasan kamu, sekarang kamu masuk ke mobil saya sebelum jalanan ini menjadi tambah macet.." suara klakson dari kendaraan lain membut Prilly bingung.

"Tapi, Kak..."

"Saya tidak terima penolakkan," sahut Ali yang langsung menarik tangan Prilly untuk masuk kedalam mobil miliknya.

Saat didalam mobil pun terjadi keheningan diantara mereka berdua. Prilly yang tidak menyukai suasana tersebut pun memilih untuk membuka suara.

"Kak.." panggil Prilly yang hanya dijawab anggukan oleh Ali.

"Emang gapapa kalau Kak Ali harus memgantar aku cari buku?" Ali pun hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

"Kakak emang gak ada acara hari ini?" Ali menggelengkan kepala sebagai jawaban untuk pertanyaan Prilly.

"Berasa ngomong sama tembok gue," kata Prilly dalam hati.

*****

Prilly dan Ali pun akhirnya sampai ditoko buku yang menjadi tujuan mereka. Setelah selesai memarkirkan mobil Ali dan Prilly berjalan menuju toko buku yang berada diujung jalan.

"Kita cari buku disini?" tanya Ali.

"Iyaa Kak, sekarang kita masuk kedalem aja.." Prilly mengajak Ali masuk kedalam toko buku.

"Siang Mbak Prilly.." sapa sang anak pemilik toko yang berada dikasir depan.

"Siang juga Vir.. Pesenan Mbak udah siap?"

"Sedikit lagi Mbak, cuma beberapa buku untuk kelas 6 dan SMP yang masih dicari sama Ibu.."

"Yaudah Mbak bantu Ibu cari buku dulu yaa.."

"Mbak Prilly.." panggil Vira saat Prilly ingin beranjak.

"Iyaa, kenapa Vir?" saat Vira akan menanyakan sesuatu kepada Prilly seorang laki-laki yang membuat Vira penasaran terlebih dahulu memanggi Prilly dan mengurungkan Vira untuk bertanya.

"Prill.."

"Iyaa, kenapa Kak?"

"Aku mau liat-liat kebagian sana dulu.." Aki menunjuk sebuah rak yang berisi buku Manajemen bisnis.

"Yaudah iyaa gapapa kok Kak.." Ali pun beranjak dari situ dan pergi kebagian yang tadi Ia maksud.

"Mbak.." panggil Vira yang membuat Prilly tersadar dari lamunannya sendiri.

"Itu pacar Mbak Prilly yaa? Kok Vira belum pernah ngeliat yaa?" lanjut Vira yang membuat Prilly langsung menatap tajam kearah Vira.

"Ngaco ngomongnya.."

"Aku ngomong sesuai dengan kenyataan, Mbak Prilly tuh kalau ngeliat dia itu beda banget.."

"Gak lah Vira, dia itu Kakak kelas sekaligus cucu dari pemilik sekolah yang jadi sekolah aku sekarang.."

"Ohh, jadi dia orang kaya Mbak?"

"Bukan Kaya lagi Vir, rumahnya aja besarnya kayak istana di dongeng-dongeng.."

"Prill.." panggil seseorang perempuan yang berada dibelakang Prilly.

"Ibu.. Apa kabar?" tanya Prilly kepada Ibu pemilik toko buku. Dan, Prilly pun mencium tangan Ibu pemilik toko buku tersebut.

"Baik kok, ini bukunya udah siap semua tinggal Ibu bungkus dikardus aja.."

"Yaudah Ibu bungkus aja semuanya. Aku mau nyamper temen aku dulu yaa,"

"Temen apa temen?" sahut Vira.

"Temen Vira.." balas Prilly.

"Temen apa Demen?" ledek Vira lagi.

"Tau ahh, bete aku ngomong sama kamu Vir.."

"Yakin cuma temen? Kok pake bajunya bisa samaan gitu. Janjian gitu biar Couple?" tanpa sadar Prilly melihat style yang Ia pakai pada hari ini, apakah benar yang dikatakan oleh Vira bahwa baju mereka senada.

"Apaan sih Vir, kok makin ngaco sih?" Prilly pun pergi begitu saja meninggalkan Vira yang masih saja meledek dirinya.

Prilly berkeliling toko buku untuk mencari keberadaan Ali. Dan, akhirnya Prilly menemukan Ali dibagian Biografi pantas saja Ia tidak menemukan Ali ditumpukan buku bagian Manajemen bisnis. Ia sedang membaca buku sangat tebal berjudul B.J. Habibie.

"Kak.." panggil Prilly dan mengamati baju yang dipakai Ali hari ini. Benar saja kata Vira baju yang Ia pakai hari ini sama dengan Ali.

"Kenapa?" Tanya Ali tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang Ia baca.

"Masih mau disini atau kita mau langsung pulang aja?"

"Kita disini dulu gapapa kan?" tanya Ali tanpa meoleh kearah Prilly dan fokus dengan buku yang sedang Ia baca saat ini.

"Iyaa, gapapa kok Kak. Yaudah aku ada dibagian Novel sana yaa," kata Prilly dan meninggalkan Ali yang sedang sibuk dengan buku dibacanya.

Setelah 30 menit berlalu, Ali pun menghampiri Prilly yang sedang membaca Novel berjudul Dilan tahun 1990 dengan serius. Sampai Prilly tidak menyadari Ali sudah berada didepan dirinya.

"Biasa aja kali mukanya?"

"Kak Ali, bikin kaget aja sih.."

"Masih lama?"

"Sedikit lagi Kak,"

"Sedikit dari mana? Ini masih banyak banget juga,"

"Yaudah yuk pulang, kapan-kapan aja aku beli Novel ini.."

"Tapi, aku ke toilet sebentar. Kakak duluan aja, kalau gak tunggu aku dikasir.."

Setelah Prilly pergi, Ali mengambil Novel yang tadi dibaca oleh Prilly. Bukan hanya Novel yang dibaca Prilly tadi, namun 2 Novel yang menjadi kelanjutan cerita Novel tersebut. Ali membawa buku tersebut ke kasir sebelum Prilly kembali dari toilet.

"Ini semuanya Kak?" Ali hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Vira.

"Semuanya jadi Rp. 315.000,- Kak.." Ali memberikan 4 lembar seratus ribu.

"Kembalinya buat jajan kamu aja Vir.." sahut Ali yang membuat Vira menjadi salah tingkah.

"Hayoo.. Kenapa senyum-senyum gak jelas kayak gitu?" Prilly mengagetkan Vira sedang menatap Ali yang sedang mengobrol dengan Ibu-nya diluar toko.

"Kak Ali mana?" tanya Prilly yang tidak melihat keberadaan Ali.

"Tuh.." Vira menunjuk Ali yang sedang membawa dua tumpuk kardus ditangannya. Sepertinya Ia pergi duluan menuju mobil.

"Semua jadi berapa Vir?"

"Jadi, Rp. 1.500.000,- Mbak.." Prilly pun memberikan sebesar nominal yang tadi disebutkan oleh Vira.

"Yaudah Mbak pulang yaa, salam juga buat Ibu.."

Prilly pun keluar dari toko buku dan menuju tempat mobil Ali terparkir. Setelah meletakkan kardus yang berisi buku dibagasi Mobil. Prilly segera masuk kedalam mobil dan melihat Ali sudah berada didalam.

"Udah selesai Kak, mau langsung pulang atau gimana?"

Ali tak langsung menjawab, Ia melirik jam yang melingkar indah ditangan kirinya. Setelah itu, Ia pun menjalankan mobil miliknya menyusuri kota Jakarta yang menjelang sore hari. Setelah menempuh waktu sekitar 45 menit, ternyata Ali membawa Prilly kedaerah Kota Tua Jakarta.

"Kita kesini dulu gapapa?" tanya Ali.

"Gapapa kok Kak, tapi aku kasih kabar ke sahabat aku dulu yaa.." Prilly pun keluar dari mobil Ali. Sedangkan Ali, Ia mengambil kamera yang berada di bagasi mobilnya.

Ali pun menghampiri Prilly, yang sepertinya sudah selesai menelfon.

"Udah?"

"Udah kok Kak, sekarang waktunya kita jalan-jalan.."

"Kok jadi kamu yang..." belum selesai Ali berbicara namun sudah terlebih dahulu dipotong oleh Prilly.

"Sorry Kak.."

Mereka berdua berjalan-jalan sekitaran Kota Tua, memasuki beberapa museum yang berada disana. Ali pun mencuri gambar Prilly dengan berbagai macam pose yang tidak Prilly sadar.

"Kak liat deh ini gelangnya lucu banget, Couple gini lagi modelnya.." Prilly memperlihatkan kepada Ali sepasang gelang Couple berwarna merah maroon.

"Kenapa? Mau beli.."

"Hmmm.." bukannya menjawab Prilly malah melamun memperhatikan gelang tersebut.

"Saya ke toilet sebentar.." pamit Ali yang langsung meninggalkan Prilly begitu saja.

Prilly pun akhirnya membeli gelang tersebut dan sebuah gantungan kunci berbentuk hewan kesukaannya.

Setelah selesai membeli barang tersebut, Prilly mencari bangku taman untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang sudah mulai lelah karna kegiatan sehariannya ini. Baru saja duduk, Prilly melihat seorang anak kecil sedang menangis. Karna, merasaka kasian Prilly pun menghampiri anak kecil tersebut.

"Heyy, sayang.. Kamu kenapa nangis?" tanya Prilly sambil mengusap rambut anak kecil tersebut dengan penuh kasih sayang.

"Aku pengen gelembung balon kayak itu Kak, tapi aku gak ada uang.."

"Emangnya kamu kesini sama siapa?"

"Sama nenek aku Kak,"

"Sekarang Nenek kamu dimana?"

Anak kecil tersebut menunjuk seorang Nenek tua berumur lebih dari setengah abad sedang berjualan nasi uduk. Prilly pun merasa kasihan kepada Nenek tua dan anak kecil tersebut. Akhirnya, Prilly membelikan gelembung balon untuk anak kecil tersebut. Dan, mereka berdua akhirnya bermain bersama-sama. Sampai ada yang menepuk pundak Prilly pelan.

"Kak Ali?"

"Kamu disuruh tunggu disana malah gak ada,"

"Maaf Kak, tadi aku kasihan liat anak kecil itu nangis.."

"Emang kenapa dia bisa sampe nangis?"

"Dia pengen gelembung balon tapi gak ada uang. Yaudah aku beliin aja.."

"Makan dulu yuk Kak, kita makan disana aja. Tempat Nenek-nya dia jualan.." ajak Prilly menunjuk Nenek dari anak kecil tersebut. Sedangkan Ali, Ia hanya mengangguk saja sebagai jawaban dari pernyataan Prilly.

"Sayang udah dulu yuk main-nya, nanti dilanjut lagi. Kakak sama temen Kakak mau makan ditempat Nenek kamu dulu,"

"Iyaa Kak, tadi Nenek juga pesen katanya Anisa gak boleh main lama-lama.."

"Ohh jadi nama kamu Anisa?"

"Iyaa Kak, kalau Kakak namanya siapa?"

"Kenalin nama Aku Prilly, boleh panggil Prilly boleh juga Ily.."

"Okee Kak Ily, kalau ini namanya siapa?" Anisa menunjuk Ali yang sedang menatap kearahnya.

"Kenalin nama aku Ali," Ali mensejajarkan tubuhnya dengan ukuran tubuh Anisa.

"Kak Ali ganteng,"

"Kecil-kecil udah genit aja yaa ," Ali mencubit kedua pipi Anisa.

"Sakit Kak," Anisa meringis karna cubitan Ali.

"Kita jadi makan gak?" kata Prilly yang membuat Ali dan Anisa menatap kearahnya.

"Kak Ali," panggil Anisa.

"Boleh minta gendong sampe ketempat Nenek?" pinta Anisa dengan menunjukan muka polosnya.

"Boleh lah.." Ali mengacak poni Anisa.

"Asikk.."

"Prilly bisa tolong pegang Kamera saya?" Prilly hanya mengangguk saja. Ali pun memberikan Kamera kesayangan miliknya kepada Prilly.

Ali pun menggendong Anisa, sedangkan Prilly kaget melihat isi Kamera Ali. Bukannya Prilly lancang, namun Ali memberikan Kamera kepadanya dalam posisi hidup dan menampilkan fotonya yang sedang bermain gelembung dengan Anisa tadi. Sambil berjalan kearah warung Nenek Anisa ia melihat-lihat isi dari galeri Kamera Ali. Dan, ternyata banyak Photonya yang diambil secara diam-diam. Karna, tidak ingin ketahuan akhirnya Prilly mematikan Kamera milik Ali.

"Anisa kamu digendong sama siapa?" tanya Nenek Anisa yang terkejut melihat kedatangan cucu-nya bersama Ali dan Prilly.

"Kenalin Nek, ini Kak Ali sama Kak Ily. Mereka berdua cocok yaa Nek kalau pacaran,"

"Masih kecil juga, udah main pacar-pacaran aja.." Ali mencubit pipi Anisa gemas.

"Kalian berdua mau makan Nasi uduk Nenek?" tanya Nenek Anisa.

"Boleh Nek," sahut Prilly yang berada dibelakang Ali.

Selama Nenek Anisa menyiapkan makanan untuk mereka, Ali bercanda dengan Anisa. Terlihat sekali Ali sangat menyukai anak kecil. Sedangkan Prilly, Ia sedang memikirkan isi dari Kamera milik Ali.

"Ini dimakan dulu,"

Selama makan Ali, Prilly, dan Nenek Anisa pun bertukar cerita. Prilly merasa senang bisa melihat senyum Ali yang begitu lepas.

"Kamu kenapa liatin saya kayak gitu?" tanya Ali yang membuat Prilly tersedak karna kaget.

"Nih minum dulu," Ali memberikan segelas air putih kepada Prilly.

"Nak Prilly gapapa?" tanya Nenek Anisa yang khawatir.

"Gapapa kok Nek, cuma kaget aja tadi.."

"Ohhh yasudah dilanjut lagi makannya," balas Nenek Anisa dengan senyuman tulus.

*****

Ali dan Prilly telah sampai didepan rumah Prilly. Prilly pun belum beranjak dari dalam mobil Ali. Sampai Ia membuka suara untuk menghilangkan keheningan yang terjadi diantara mereka berdua.

"Kak.." Ali yang merasa dipanggil oleh Prilly hanya menolehkan kepalanya untuk menghadap kearah Prilly.

"Makasih untuk hari ini? Makasih juga untuk waktu Kak Ali yang udah mau nemenin aku seharian ini. Dan, sebagai tanda terima kasih aku. Ini untuk Kak Ali dan jaga baik-baik ya Kak.." Prilly memberikan gelang dan sebuah gantungan berbentuk hewan kesukaannya yaitu Panda.

"Maksudnya?" tanya Ali bingung.

"Iyaa, ini untuk Kakak sebagai tanda terima kasih untuk hari ini.." Ali pun menerima pemberian dari Prilly tersebut.

"Yaudah Kak, aku keluar dulu yaa. Kak Ali hati-hati dijalan, bawa mobilnya jangan ngebut. Assalamu'alaikum.." Prilly pun keluar dari mobil Ali.

Ali menatap Prilly yang mulai masuk kedalam halaman rumahnya. Sampai Ali teringat dengan sebuah novel yang dibeli Ali untuk diberikan kepada Prilly. Ali pun keluar dari mobil dan menghampiri Prilly untuk memberikan novel tersebut.

"Prill.." panggil Ali yang membuat Prilly menoleh kearahnya.

"Ini untuk kamu," Ali memberikan Paperbag coklat kepada Prilly yang berisi novel tersebut.

"Untuk Aku, ini apa Kak?" tanya Prilly bingung.

"Kamu bukanya nanti aja. Saya pamit Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.." jawab Prilly pelan.

Ali pun mendekatkan wajahnya kearah Prilly yang membuat Prilly menjadi tegang dibuatnya. Karna, jarak yang semakin dekat Prilly sampai memejamkan matanya semakin erat.

"Good Night, Have a nice dream Bie.." setelah membisikkan itu Ali langsung beranjak dari sana dan melajukan mobilnya meninggal rumah Prilly.

Sedangkan Prilly, Ia masih memejamkan matanya karna perkataan Ali tadi. Tak lama Ia merasakan keningnya dicium oleh seseorang. Prilly pun secara refleks membuka matanya.

"Kak Ito?" Prilly bingung dengan keberadaan Hito yang sudah berada didepannya.

"Kamu ngapain didepan rumah sendirian? Mata pake ditutup segala ada apaan sih?"

"Kok jadi Kak Ito yang ada didepan gue? Bukannya tadi Kak Ali ya? Terus yang ngucappin Good Night ke gue Kak Ali apa Kak Ito yaa?" kata Prilly dalam hati.

"Heh!! Ditanya bukannya dijawab malah ngelamun, kamu kenapa sih Dek?" tanya Hito yang melihat Prilly seperti orang kebingungan.

"Gapapa kok Kak, Kak ito dari mana kok jam segini baru pulang?"

"Iyaa, tadi dosen Kakak minta jamnya diganti jadi Sore.." Prilly pun hanya mengangguk saja.

"Yaudah ayok masuk, ngapain masih disini aja.." ajak Hito.

"Kak.." panggil Prilly dengan nada manja.

"Kenapa?"

"Gendong.." sahut Prilly dengan wajah memohon.

"Masih bisa jalan kan?"

"Kaki aku sakit, seharian muter-muter nyari buku.."

"Lebay,"

"Kak Ito gendong, kaki aku sakit beneran.." rengek Prilly yang membuat Hito mau tak mau menuruti kemauan sang Adik tersayang.

"Yaudah naik cepetan," Hito berjongkok didepan Prilly yang membuat Ia memekik kegirangan. Hito hanya menggelengkan kepala melihag kelakuan sang Adik.

Saat masuk rumah diruang keluarga terdapat Ayah dan Bunda yang sedang menonton TV.

"Assalamu'alaikum," ucap Prilly dan Hito bersamaan.

"Wa'alaikumsalam," sahut Ayah dan Bunda.

"Hito ada apa dengan Adik kamu? Kok sampai digendong seperti itu?" tanya Bunda Bella yang khawatir.

"Gak Bunda, Prilly gapapa kok. Cuma manja-nya aja yang lagi kumat.." Hito pun menurunkan sang Adik dari gendongannya dan Prilly pun langsung menghambur kedalam pelukan sang Bunda.

"Gimana? Buku yang dicari ada semua?" tanya Ayah Reza.

"Ada kok Yah,"

"Terus buku-nya sekarang ada dimana?" tanya Bunda Bella yang tidak melihat Prilly membawa apapun selain Paperbag coklat yang dibawanya.

"Ada di..." Prilly berhenti sejenak mengingat buku yang baru saja Ia beli tadi siang.

"Astaga Bunda.. Bukunya ada dimobil Kak Ali," teriak Prilly tiba-tiba.

"Kak Ali? Siapa tuh Kak Ali?" tanya Ayah Reza.

"Dia itu..." saat Hito akan menjawab Prilly berlari mendekati Hito dan terlebih dahulu menutup mulut sang Kakak sebelum semuanya terbongkar.

"Kakak kelas aku disekolah Yah," sahut Prilly dengan cepat.

"Yakin cuma Kakak kelas doang?" ledek Bunda Bella.

"Yakin kok Bunda, iyaa kan Kak Ito?" Prilly meminta bantuan Hito agar bisa memastikan sang Bunda.

"Iyaa kok Bunda cuma Kakak kelas," kata Hito yang langsung memeluk Prilly.

"Tuh denger kata Kak Ito, Yah.. Bun.." balas Prilly.

"Tapi.."

"Tapi apa Hito?" tanya sang Ayah kepada Hito.

"Tapi, udah mulai ada rasa suka Yah.." sahut Hito

"Kak Ito mahh, aku ngambek sama Kakak. Yah, Bun.. Aku ke kamar mau mandi dulu," Prilly kesal kepada dan langsung masuk kedalam kamar.

******

Di lain tempat Ali baru saja sampai dirumah dan langsung disambut Bik Anna didepan pintu rumah.

"Aden kemana aja?"

"Jalan-jalan aja kok Bik, emangnya kenapa?"

"Tadi, Den Razzi dan Den Ricky dateng kesini, sama.." Bik tidak langsung melanjutkan bicaranya.

"Sama siapa Bik?"

"Sama..."

"Bik Anna, siapa lagi yang dateng selain Razzi sama Ricky?"

"Pak Hendra, Den.."

"Ngapain Pak Hendra dateng kesini Bik?"

"Bibik juga tidak tau, maksud dari kedatangan Pak Hendra apa kemari?"

"Terus dia gak nitip pesen apa-apa?"

"Tadi, karna Aden tidak ada dirumah besok Beliau akan datang kemari lagi?"

"Yaudah kita liat besok aja, Ali mau bersih-bersih dulu.."

"Aden mau makan malam? Akan Bibik siapkan,"

"Gak usah Bik, tadi Ali udah makan bareng sama temen. Yaudah Ali keatas dulu ya Bik.."

Ali pun segera pergi ke kamar miliknya yang berada dilantai dua rumahnya. Namun, saat membuka kamarnya Ali sangat kaget melihat 2 sahabatnya yang berada dikamar sedang bermain Playstation miliknya.

"Bagus yaa, orang yang punya kamar lagi pergi malah main di kamarnya.."

"Ehhh Ali udah pulang, sini ikut gabung Li.."

"Gak makasih, gue mau mandi.."

Ali beranjak dari depan pintu kamarnya untuk meletakkan Kamera kesayangannya dan langsung masuk ke kamar mandi. Hanya butuh waktu 30 menit untuk Ali membersihkan diri, dan sekarang Ia tampak lebih segar dari sebelumnya. Ali memakai T-shirt hitam dan celana pendek berwarna maroon.

"Arab.." panggil Razzi saat Ali keluar dari kamar mandi.

"Kenapa?"

"Bokap lu dari tadi telfon tuhh,"

"Kenapa gak diangkat aja?"

"Iyaa itu kan Privasi Li. Walaupun kita jadi sahabat lu udah lama, untuk ngangkat telfon dari Bokap lu sih makasih yaa.."

"Emang sahabat yang baik yaa, kalian udah makan malem?"

"Udah dong Li, sampe jatah makan lu aja gue juga abisin.." sahut Razzi dengan cepat.

"Itu mah lu aja yang gak tau diri," balas Ricky menyenggol tangan Razzi.

Tak lama HandPhone milik Ali berbunyi kembali, pertanda ada sebuah panggilan masuk. Ali menuju nakas samping tempat tidurnya untuk melihat siapa yang menelfonnya dimalam hari. Dan, benar saja kata Razzi orang tua Ali kembali menelfonnya.

"Udah angkat aja sih Li, siapa tau pentingkan.." kata Ricky yang menatap kearahnya.

"Tapi, gue lagi males ngomong sama Bokap Ky.."

"Angkat aja, kasian bokap udah nelfon lu dari tadi.."

Akhirnya Ali mengangkat telfon dari sang Ayah yang sudah menelfon dirinya sejak tadi.

"Ass..."

"Kenapa ditelfon dari tadi gak diangkat?"

"Assalamu'alaikum Dad.."

"Wa'alaikumsalam.. Maaf nak, Daddy khawatir sama kamu gara-gara kamu ditelfon dari tadi gak diangkat. Daddy jadi lupa untuk mengucapkan salam.."

"Iyaa gapapa kok Dad, ada apa telfon Ali malem-malem?"

"Tadi, Pak Hendra bilang sama Daddy beliau sudah datang kerumah tapi kamu tidak ada.."

"Iyaaa, tadi Bik Anna juga Bilang sama Ali. Emang ada apa sih Dad?"

"Pak Hendra cuma mau menyampaikan permintaan maaf Daddy. Kalau misalnya.."

"Dad udah malem Ali ngantuk.."

"Tapi, Daddy belum selesai berbicara nak.."

"Ali udah ngantuk Dad, disini juga udah malem.."

"Tapi..."

"Daddy jangan lupa sholat, makan, sama istirahat yaa Dad. Daddy juga harus jaga kesehatan kalau Daddy sakit kapan ketemu sama Ali. Assalamu'alaikum Dad..."

Ali memutuskan telfon secara sepihak, Ia merasa kecewa kepada kedua orang tuanya yang tidak pernah mempunyai waktu untuk sekedar menemuinya.

"Gak usah pulang aja sekalian, nanti pulangnya kalau dirumah ini udah ada bendera kuning sama karangan bunga yang berjejer rapi didepan rumah," kata Ali yang membuat Razzi dan Ricky menatap tajam kearah dirinya.

"Itu omongan bisa dijaga gak? Jangan seenaknya aja kalau ngomong," kata Ricky dengan serius.

"Tau lu Li, kalau misalnya malaikat lewat terus nyawa lu beneran dicabut gimana?" lanjut Razzi yang membuag Ricky menatap kesal kearah Razzi.

"Ini juga kalau ngomong gak difilter dulu,"

"Biarin aja lah Ky, mereka juga gak perduli sama gue kan?

"Mungkin.."

"Mungkin apa Zi, mungkin kalau pekerjaan mereka lebih penting dari anaknya sendiri?" Sahut Ali yang membuat Razzi dan Ricky seketika terdiam.

"Muhammad Ali Syarief," panggil Ricky dengan tegas.

"Udah lah Ky, gue mau tidur. Kalian berdua jangan malem-malem tidurnya.." balas Ali yang mulai masuk kedalam selimut tebalnya.

"Tapi kan Li, lu belum minum obat.." kata Razzi.

"Itu obat juga gak bakal ngaruh dibadan gue,"

Razzi dan Ricky pun terdiam lagi mendengar perkataan Ali barusan. Akhirnya, mereka berdua membiarkan Ali untuk beristirahat. Sepertinya, Ali sangat lelah hari ini namun Razzi dan Ricky melihat sedikit gurat kebahagiaan dari wajah Ali yang Dingin.

#Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

152K 15.2K 27
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
93.7K 10.6K 32
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
69.8K 6.4K 31
Cerita fanfic ini akan fokus kepada kehidupan Hong Haein dan Baek Hyun Woo sebelum mereka menikah kembali, ketika menikah, dan setelah mereka menikah...
93.8K 9.3K 38
FIKSI