DESTINO, YES SILBATOS 『✓』

By softfrilovie

89.6K 9.5K 2.4K

🌠PCY x JEJ🌠 [BELUM REVISI, ISI KONTEN MASIH SAMA SEPERTI SAAT PERTAMA KALI DIPUBLISH TAHUN 2016: BAHASA BER... More

Prolog
Author's Note
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
Thirty Eight
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two (END)
Epilog
🎁Kado dari Author🎁

Nineteen

2.4K 235 42
By softfrilovie

Warning 17+ !!!

–oOo–

Chanyeol POV

Aku memeluk pinggang Eunji erat dengan posisiku yang masih berada dibawahnya. Dapat kurasakan debaran jantung Eunji yang memompa cepat seperti jantungku. Gadis itu tak menanggapi ucapanku sebelumnya yang mengatakan bahwa aku siap menjadi ayah, yang kulihat hanya rona kemerahan di pipinya yang tembem. Apa ia pikir aku  bergurau dengan ucapanku?

"Yeobo.." Kupanggil Eunji dengan suaraku yang mulai serak, kebiasaanku ketika sedang merasa 'tertantang'. Eunji terlihat takut menatap mataku. Ia bergerak gelisah dengan beberapa bulir keringat yang jatuh ke wajahku. Aku tersenyum.

"Separah itukah kau gugup? Keringatmu sampai menetes ke wajahku." ujarku diselingi senyum kecil, berusaha membuat suasana sedikit cair. Gadis itu diam  masih enggan menatap mataku. Karena merasa diacuhkan, langsung saja kubalik posisi kami. Kini giliranku yang menindihnya. Eunji tak melayangkan protes. Sepertinya istriku benar-benar telah jatuh ke dalam pelukanku.

"Yeobo.."

Tak ada jawaban.

"Bolehkah aku menciummu?" aku menatap wajah Eunji dengan jarak yang tidak seberapa tersisa itu. Wajahnya memerah lagi, sangat lucu. "Jika kau tidak mau juga tidak–" kuhentikan ucapanku ketika Eunji menganggukan kepala. Seulas senyum kembali kutampakkan.
Aku bersyukur perjuanganku selama ini untuk mendapatkan Eunji akhirnya terbalas. Kini ia telah menerimaku.

Karena sudah mendapat persetujuan, aku pun mulai mendekatkan wajahku ke arah Eunji, mengikis jarak diantara kami. Kurasakan hangat terpaan nafas gadis itu yang menggelitik hormonku untuk bangkit.

Kukecup singkat bibir plum istriku sebagai pembukaan. Kemudian aku mengulum lembut bibirnya, kulakukan dengan sangat hati-hati. Kubuka sebentar mataku disela-sela ciuman kami, melihat mata Eunji terpejam rapat dengan wajah semerah kepiting rebus. Pfftt sebenarnya aku ingin tertawa, tapi aku tak mau merusak momen romantis kami. Bisa-bisa Eunji tak membolehkanku menciumnya lagi jika aku melakukan itu.

Setelah puas menatap wajah Eunji yang terlihat lucu disela-sela ciuman kami, aku kembali memejamkan mata dan mulai bermain sedikit liar. Tidak ada salahnya kan aku bermain panas, lagipula Eunji sudah resmi menjadi istriku.

Kudengar erangan pelan Eunji ketika aku menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya, bermain di dalam sana. Awalnya Eunji tak merespon permainanku. Tapi lambat laun, Eunji mulai menanggapiku. Ia membalas lidahku yang bergerayang di dalam mulutnya. Pada dasarnya, aku adalah tipe lelaki yang tidak mudah tergoda. tapi entah mengapa jika aku melakukannya dengan Eunji, rasanya hormon priaku bekerja dua kali lebih cepat. Bahkan sekarang libidoku mulai naik. Dan kurasa Eunji menyadarinya, karena tiba-tiba saja gadis itu berhenti membalas permainan lidahku.

Akhirnya aku kembali bermain sendiri. Sedikit kecewa, tapi ini jauh lebih baik daripada Eunji melepaskan ciuman kami. Tunggu sebentar, sudah berapa lama kami berciuman? Sepertinya sekarang Eunjiku sudah pandai mengambil nafas panjang-panjang. Sungguh bagus!

Eunji kembali bergerak gelisah dibawahku. Dengan terpaksa, aku melepaskan ciuman kami. Kutatap wajah Eunji lembut. Ia menaikkan tangan mengusap bibirnya yang basah olehku. Aku tersenyum kemudian menggantikannya, kuusap bibirnya menghilangkan bekas ciuman kami.

"Emh.. " Eunji berdehem pelan ketika kami hanya saling diam dengan posisi masih sama seperti semula. Eunji menghadapkan wajahnya ke samping, tidak melakukan kontak mata denganku. Mungkin karena malu.

"Yeobo! Coba kalungkan tanganmu di leherku." Eunji mengernyitkan alis menghadapku selepas aku mengucapkan permintaan aneh itu. Bukan apa-apa, aku memang menyukai hal itu, ketika ia mengalungkan tangannya di leherku sama seperti malam itu ketika untuk pertama kalinya Eunji duduk dipangkuanku sambil mengalungkan tangannya. Aku sering terbayang-bayang kejadian itu.

Tanpa sepatah katapun, Eunji menuruti permintaanku. Gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leherku. Aku tersenyum lebar sedangkan Eunji malah menggembungkan pipinya yang memerah membuatku gemas setengah mati.

"Apa kau sedang menggodaku?" Eunji terlihat bingung atas pertanyaan randomku. Mungkin ia tak tahu jika aku tergoda melihat ekspresi menggemaskannya itu. Tanpa pikir panjang lagi, aku segera mencium Eunji sembari sesekali menghisap bibirnya. Kurasakan tangan Eunji makin erat melingkari leherku. Semakin lama, permainanku semakin panas. Dan Eunji setia membalasnya membuatku tambah 'semangat'.

Jangan salahkan hormonku, tiba-tiba saja perasaan ingin melakukan 'itu' dengan istriku mengambang ke permukaan, membuatku tak tenang. Aku tak tahan terlalu lama menahan nafsu. Kulepaskan pangutan bibir kami. Eunji menatapku.

"Aku ingin melakukannya." ujarku to the point. Tidak kusangka istriku benar-benar polos, ia bahkan tak mengerti arti ucapanku. "Mari berhubungan layaknya suami-istri sungguhan. Aku janji tidak akan membuatmu hamil." masa bodoh dengan peraturan sekolah. Selama Eunji tidak hamil, kami aman. Tidak perlu sampai klimaks, yang penting kami melakukannya. Eunji terlihat terkejut, matanya membulat. Tangannya yang semula melingkar erat di leherku perlahan melonggar. Bodohnya aku, mana mungkin Eunji mau.

Dan lebih bodohnya lagi, aku masih menunggu Eunji menjawab tawaranku. Meski aku tahu ia tak mungkin menerimanya.

"Bagaimana jika aku hamil?" suara Eunji sangat pelan, aku nyaris tak mendengarnya. Ini pertanda baik, sepertinya Eunji sedikit tertarik dengan tawaranku.

"Kau tidak akan hamil jika aku tidak mengeluarkan cairan– emphh" ucapanku terpotong, Eunji membekap mulutku dengan tangannya. 

"Bisakah kau menjaga ucapanmu? Itu terdengar menjijikan!" aku diam. Apanya yang menjijikan? Bukankah tidak masalah membicarakan hal seperti itu pada istri sendiri?

"Baiklah baiklah aku minta maaf! Kau mau kan? Aku janji tidak akan membuatmu hamil." Eunji terlihat berpikir, gadis itu kembali memalingkan wajahnya ke samping. Apa sesulit itu permintaanku? Padahal kami suami-istri, berhubungan intim seharusnya adalah hal yang lumrah, meskipun kami masih sekolah.

Sial! Kenapa lama sekali istriku ini berpikir? Apa dia tidak tahu betapa susahnya suaminya menahan nafsu dengan posisi kami yang sangat mendukung ini.

Eunji menghadapkan wajahnya ke arahku. Dengan harapan tinggi, kutunggu Eunji membuka mulut untuk menjawab tawaranku.

"Jika aku hamil, aku akan melubangi kepalamu dengan pisau dan mencongkel isinya menggunakan sendok."aku bergidik ngeri mendengar ucapan sarkartis Eunji. Ucapannya terdengar seperti psychopath lepas dari karantina. Tapi setelah itu, aku tersenyum lebar. Dari ucapan mengerikannya, sebenarnya mengandung arti setuju. Tanpa sadar senyumku seperti tak mau pudar.

"Aku janji!"

Chanyeol POV END

–oOo–

Eunji menyandarkan kepalanya di meja. Gadis itu menggigit bibir bawahnya frustasi. Eunji benar-benar tak bisa fokus mendengarkan Jeon songsaengnim menjelaskan di depan kelas. Pikirannya terus melayang-layang pada kejadian semalam ketika gadis itu menyetujui ucapan Chanyeol yang berakhir dengan melakukan hubungan suami-istri. Eunji meremas pelan perutnya, berharap jangan sampai ada apa-apa di dalam sana. Bukannya Eunji tidak menginginkannya, ia hanya belum siap jika saja ia harus hamil. Eunji terus berdoa semoga hal itu tak terjadi. Padahal Chanyeol telah menepati ucapannya, pria itu tidak mengeluarkan 'sesuatu' yang dilarang Eunji untuk disebutkan itu di dalam. Tapi, tetap saja perasaan Eunji tidak tenang.

Akhirnya Jeon songsaengnim keluar dari kelas. Eunji masih uring-uringan ketika Chorong dan Bomi memghampiri gadis itu.

"Yak Jung Eunji kau kenapa? Kau  tidak terlihat cerah ceria seperti biasanya." Ujar Chorong sembari menyelidik raut wajah Eunji.

"Jangan bilang kau marahan dengan Chanyeol? Padahal semalam kalian terlihat sangat mesra." Cibir Bomi mengingatkan Eunji pada kejadian semalam ketika mereka menonton di bioskop.

"Mwoya? Sungguh kalian marahan? Belum pacaran saja sudah marah-marahan, bagaimana kalau kalian sudah pacaran? Harusnya kau mencontoh hubunganku dan Suho." Ujar Chorong sedikit menyombongkan hubungannya dengan Suho yang memang belum pernah disinggahi masalah. Bomi memutar mata malas disamping Chorong. Sedangkan Eunji hanya diam menatap dua orang itu.

"Argghh! aku harus bagaimana? Bagaimana jika hal itu terjadi padaku?" Eunji meremas pelan rambutnya. Kedua sahabat Eunji mengerutkan alis bingung, sama sekali tak mengerti ucapan Eunji.

"Memangnya apa yang akan terjadi padamu ji-ah?" Eunji tak menanggapi pertanyaan Bomi. Gadis itu meletakkan wajahnya ke meja sembari mengelus-elus permukaan meja layaknya orang yang ditimpa frustasi berkepanjangan. Chorong dan Bomi saling bertukar pandang dengan raut bingung.

"Oh god, tolong sembuhkan temanku ini dari segala penyakit yang dideritanya." Bomi menaikkan kedua tangannya ke atas seolah-olah berdoa. Bukannya tertarik akan ucapan Eunji yang sebenarnya adalah sebuah kunci, Bomi malah menjadikan kelakuan aneh Eunji sekarang menjadi lelucon garing. Meski garing, Chorong selalu tertawa untuk merespon kalimat Bomi.

"Lupakan! Kalian tidak mungkin mengerti."

–oOo–

1 Bulan Kemudian...

Eunji memegang perutnya. Gadis itu memejamkan mata beberapa kali merasakan mual di perutnya. Eunji tak tahan, gadis itu segera mengambil langkah panjang menuju kamar mandi.

Chanyeol yang baru melangkahkan kakinya ke kamar selepas pulang dari rumah Baekhyun terlihat bingung. Pria itu menghampiri Eunji yang dilihatnya tergesa-gesa ke kamar mandi. Karena pintu kamar mandi tidak ditutup, Chanyeol menyusul Eunji. Pria itu membulatkan mata kaget melihat Eunji menumpahkan isi perutnya di kloset.

"Kau kenapa? Kau sakit?" Chanyeol berjongkok. Pria itu menekan-nekan leher istrinya, membantu gadis itu. Eunji masih berpegangan pada pinggir kloset sembari menundukkan wajahnya bersiap memuntahkan kembali isi perutnya. Chanyeol makin tak tenang, pria itu menyampirkan rambut Eunji.

Eunji memencet tombol di atas kloset kemudian melap ujung bibirnya merasakan pahit sehabis memuntahkan makanan yang baru beberapa menit yang lalu ia makan.

Chanyeol memegang tangan istrinya, membawa gadis itu menuju ranjang. Eunji duduk dihadapan Chanyeol. Wajah gadis itu sedikit pucat.

"Kau sakit? Kenapa bisa muntah? Kau sudah daritadi muntah? Mau kupanggilkan dokter?" pertanyaan beruntun Chanyeol dijawab dengan gelengan kepala oleh Eunji. Gadis itu merasa baik-baik saja meski masih sedikit mual. Eunji tak tahu pasti alasannya. Tapi, sejak semalam Eunji tak bisa tidur tenang karena merasa ada yang menjanggal. Ia merasa pusing dan mual.

"Kau yakin tidak mau kupanggilkan dokter?" Ulang Chanyeol kembali memastikan. Perasaan Chanyeol tak bisa tenang. Ia sangat khawatir, ia tidak pernah melihat Eunji sakit, ini pertama kalinya semenjak ia mengenal Eunji. Eunji menggeleng pelan sembari tersenyum.

"Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya kelelahan."

"Kalau begitu istirahat dulu. Tidak usah banyak gerak." Chanyeol menarik selimut Eunji ke atas, membiarkan istrinya berbaring nyaman di atas kasur.

"Yeol aku belum membuatkanmu sarapan." Eunji berniat kembali duduk ketika ingat bahwa ia beluk membuatkan makanan apapun untuk Chanyeol. Pria itu pasti lapar.

"Tidurlah! Aku bisa membuat makanan sendiri. Memangnya aku bayi yang harus dibuatkan sarapan terus-terusan?" Chanyeol menahan pergerakan Eunji, menyuruh gadis itu kembali berbaring. Chanyeol menyalakan pendingin ruangan ketika melihat Eunji mengeluarkan banyak keringat.

"Kau tidak perlu menjagaku terus-terusan! Pergilah ke dapur dan buat sesuatu. Kau pasti lapar." Eunji menatap mata Chanyeol seraya tersenyum tipis. Eunji tidak mau jika Chanyeol harus menahan laparnya hanya untuk menemani gadis itu.

"Tapi yeobo–"

"Asal kau tahu, aku juga bukan bayi." Eunji terkekeh pelan meniru ucapan Chanyeol sebelumnya. Chanyeol tersenyum lembut mengusap rambut istrinya sebelum keluar dari kamar untuk membuat makanan.

Kini Eunji tinggal sendiri di kamar. Gadis itu memikirkan apa alasan ia bisa seperti sekarang. Eunji berbalik badan meraih ponselnya yang diletakkan di samping kasur. Eunji mengetikkan beberapa huruf disana.

🔍Search : gejala pusing, mual.

Eunji menggeser layarnya ke bawah ketika hasil pencarian google chrome yang muncul aneh-aneh. Gadis itu berniat menutup laman web sebelum matanya tertuju pada sebaris kalimat yang terdapat di salah satu blog.

Pusing, mual karena hamil.

Eunji meneguk ludah samar.
Perasaannya tiba-tiba berkecamuk. Eunji menekan judul blog itu. Dengan buliran keringat yang mulai bercucuran, Eunji menunggu laman tersebut loading.

"Yeobo dimana kau menyimpan garamnya?" Eunji menyembunyikan ponselnya dibalik selimut ketika melihat Chanyeol berdiri di ambang pintu kamar.

"Kau kenapa? Apa aku mengagetkanmu?"

"A–ani! aku tidak apa-apa! garamnya ada di laci kedua dari bawah, laci tepat diatas kompor." Eunji sedikit terbata. Ia kaget ketika dengan tiba-tiba Chanyeol membuka pintu kamar ditengah kegiatannya.

"Hmm baiklah. Aku buat makanan dulu, istirahat yang benar ya istriku." Chanyeol tersenyum lebar sebelum kembali menutup pintu kamar mereka.

Eunji menghembuskan nafas lega. Gadis itu kembali mengambil ponselnya.

"Aku hamil?"

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

219K 23.5K 26
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
1.8K 217 38
"Saya bukan mas-mas." Yudhis "Saya ngga mau panggil nama langsung. Berasa jadi anak durhaka tau!" Raya
20.8K 2.2K 36
⚠️⛔ Mature Content, Romance, Family⛔⚠️ Jimin terjebak dalam dunia yang tak pernah ia ketahui. Di kejar layaknya buronan hingga ia dipertemukan dengan...
26K 3.2K 30
keseharian aku sama kak brian deh pokoknya