Unexpected Love | JunHwan [EN...

By minhyo__

140K 10.8K 935

Terikat hubungan dengan seorang Goo 'nightmare' Junhoe bukanlah jalan hidup yang Jinhwan inginkan. Junhwan St... More

INTRO
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22 [END]

Chapter 16

4K 440 25
By minhyo__

Saat pagi datang, Junhoe masih bergumul di atas tempat tidur, ia berbalik balik mencari posisi nyaman.

Ada yang berbeda, pikirnya dengan mata yang masih tertutup. Tempat tidur kecil yang ia tempati bersama Jinhwan terasa luas, masih dengan mata tertutup, tangannya meraba-raba sekitarnya dan menemukan tak ada apapun disana, apalagi Jinhwan.

Dengan sangat terpaksa Junhoe membuka matanya perlahan, menguap sebentar hingga manik coklat itu benar-benar melebar hanya untuk mendapati ia sedirian di atas tempat tidur.

Manik coklat tajamnya seketika berkeliaran kesana sini di ruang itu mencari Jinhwan yang tiba-tiba menghilang, sekejap Junhoe bangkit dari tempat tidur dan mencari ke kamar mandi, namun nihil tak ada tanda tanda Jinhwan dimanapun.

Junhoe mulai panik, tak mempedulikan penampilannya yang kusut karena baru saja bangun tidur. Ia berlari keluar, kemana saja yang memungkinkan Jinhwan berada, dan hasil yang sama juga ia dapatkan, Jinhwan tak ada dimanapun, namja manis itu menghilang.

Masih dengan mengatur nafasnya yang terengah setelah lari panjang menyusuri setiap lorong dan kantin rumah sakit, Junhoe meraih ponselnya dan mencari kontak Jinhwan kemudian meletakan alat komunikasi itu ke telinga setelah menekan tombol dial.

Dan yang Junhoe dengar hanya suara operator yang menyatakan nomor yang ia hubungi sedang tidak aktif, desahan kasar meloloskan dirinya dari bibir Junhoe, kemudian ia mencari kontak lain dan membuat panggilan lagi.

"Halo, Jun_"

"Hyung! Jinhwan menghilang, dia tak ada dimanapun dan aku tak bisa menghubungi ponselnya!" Pekik Junhoe cepat, tanpa menunggu suara malas dan serak sang manager yang baru bangun tidur di seberang sana selesai.

Dan sebuah teriakan "Apa!" lah yang Junhoe dapat sebagai jawaban.

Junhoe menggigit bibirnya, kakinya ia hentak-hentakan kecil ke lantai, tanda ia tak sabar, ia panik, manik coklatnya masih berkeliaran kesana kemari berharap tiba-tiba Jinhwan muncul di ujung lorong.

Hingga kemudian suara namja cantik di seberang sana terdengar setelah terdiam beberapa saat.

"Hm begini, kau cari ke seluruh rumah sakit atau ke sekitar jalan dulu, dan aku pergi ke rumahmu mungkin Jinhwan pulang. Dan juga, kau hubungi Donghyuk, ada kemungkinan Jinhwan juga bersamanya, kan?"

"Ya hyung. Kau benar juga. Baiklah, aku akan mencoba mencarinya lagi," ucap Junhoe mengerti saran sang manager lalu tanpa buang waktu ia segera memutuskan sambungan telepon dan kembali berkeliaran disekitar rumah sakit. Jemari tak berhenti, ia kembali mencari kontak Donghyuk di ponselnya dan memanggil namja tinggi itu.

Reaksi yang sama seperti Yunhyeong juga Junhoe dapatkan dari Donghyuk, alih-alih dia tau kemana Jinhwan, namja manis itu justru lebih panik darinya.

Satu jam Junhoe habiskan hanya untuk berkeliaran di rumah sakit juga ke pinggir jalan untuk mencari Jinhwan, namun tetap hasilnya sama dengan satu jam yang lalu, usaha Junhoe sia-sia.

Namja bersurai hitam itu menghentikan langkahnya lalu memegang lututnya kelelahan, saat ia sibuk menormalkan kembali kerja paru-parunya yang terengah, ponselnya berbunyi, dan Junhoe cepat-cepat mengambil ponselnya dari saku celana, menemukan nama Donghyuk yang memanggilnya.

"Kau menemukannya, Donghyuk?" ucap Junhoe masih terengah.

"Belum. Aku sedang di rumahmu, kami menemukan sesuatu yang harus kau lihat," jawab suara di seberang sana, dan Junhoe yang sudah sangat khawatir pada Jinhwan langsung menuju mobilnya dan meninggalkan rumah sakit.

"Donghyuk! Yunhyeong hyung!" Panggil Junhoe saat tiba dirumah.

"Kami di sini Junhoe." Melepas sepatunya dengan tergesa dan menuju sumber suara sang manager yang memanggilnya dari kamar Jinhwan.

"Junhoe. Jinhwan tak menghilang, tapi dia sengaja pergi," ucap Yunhyeong sesaat setelah melihat Junhoe memasuki kamar Jinhwan, dan Yunhyeong menunjuk ke arah lemari pakaian Jinhwan yang kosong.

Sejenak Junhoe mengerjap tak percaya. "Maksudmu Jinhwan kabur, hyung?" kata Junhoe yang disambut anggukan sedih dari Donghyuk dan Yunhyeong.

Suasana mendadak hening, Junhoe terpaku di depan lemari kosong itu, yang entah kenapa terasa sakit untuknya mengetahui tak satupun barang barang milik Jinhwan yang tertinggal, tak satu pun, seakan Jinhwan memang berniat pergi dan tak akan kembali.

Sesaat manik tajam Junhoe lalu berkeliling melihat seluruh sudut kamar itu, mencari sesuatu yang bisa menjelaskan apa yang membuat Jinhwan pergi. Dan dugaan terkuat yang ia miliki adalah karena pengguguran itu.

Apa Jinhwan pergi karena itu? Karena tak menginginkan pengguguran itu? Batin Junhoe berkelebat.

Ia akan bahagia jika Jinhwan akhirnya menolak pengguguran bayinya, tapi bahagia itu hanya sedikit, bahagianya hanya sebagian kecil di sudut hatinya. Perasaan yang lebih mendominasinya kini adalah khawatir dan rasa bersalah, jika Jinhwan menolak untuk menggugurkan kandungan, mengapa ia memilih pergi, apa Jinhwan ketakutan untuk menolak hingga membuatnya merasa ingin kabur? Junhoe tau benar Jinhwan, Jinhwan akan ketakutan dengan sangat mudah jika ia merasa tertekan, dan yang terburuk adalah, ialah orang yang membuat Jinhwan melarikan diri, dirinya lah yang membuat Jinhwan ketakutan.

"Sepertinya sebelum pergi dari rumah sakit, ia sempat pulang kesini," gumam Donghyuk pelan, tak ada jawaban, Junhoe sibuk melarikan maniknya menatapi kamar itu, dan manik coklat gelap itu terhenti di satu tempat, pada sebuah meja nakas kecil disamping tempat tidur Jinhwan.

Perlahan kakinya mendekati meja kecil itu, terus menatap benda kecil yang tergeletak di atasnya, benda cantik yang justru membuat hatinya semakin terpukul keras saat melihat itu tak lagi terselip di jari Jinhwan, tapi ditinggalkannya begitu saja. Cincin kawin mereka.

Junhoe bahkan tak bisa berucap apapun lagi, hatinya terlalu terkejut dan terlalu sakit untuk digambarkan dengan kata-kata saja.

Jemarinya melayang perlahan memungut cincin indah yang berada tepat diatas sebuah selembar kertas yang sudah tercoret tulisan tangan Jinhwan. Kertas yang menjadi jawaban dari semua pertanyaan diotak Junhoe tentang alasan mengapa Jinhwan menghilang tiba-tiba.

Dalam diam Junhoe mengambil benda tipis itu lalu membacanya perlahan, dan disaat bersamaan, buliran tipis mengalir dari sudut matanya. Tanpa bisa Junhoe hentikan, ia mulai menangis.

***

Sepasang suami istri yang sudah bertahun tahun bersama itu duduk santai di teras samping rumah mereka, menikmati pagi bersama segelas teh hangat yang menangkan.

"Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkan Jinhwan, aku khawatir padanya, bukankah sudah lama sejak terakhir dia menghubungi kita?" gumam yeoja paruh baya menuangkan teh ke gelas kecil untuk diberikan pada sang suami.

Tuan Kim, suami wanita paruh baya itu hanya tersenyum menanggapi sang isteri yang memang selalu khawatir berlebihan itu.

"Dia pasti baik baik saja, kau hanya merindukannya. lagi pula mungkin dia sedang sibuk dengan suaminya disana. Kau pasti mengerti, kan? pengantin baru itu pasti sedang berbahagia hingga mereka melupakan kita," jawab sang ayah tenang sambil menyesap perlahan teh hangat nan wangi di tangannya.

"Benar juga, mungkin aku hanya merindukan anak kita. Tapi aku hanya ingin tau bagaimana keadaannya dan cucu kita, mmm, atau bagaimana jika kita yang menghubungi mereka?" Nyonya Kim menatap sang suami meminta persetujuan sebelum sebuah senyum terkembang di bibirnya saat menerima anggukan Tuan Kim.

"Ide yang bagus," jawab Tuan Kim antusias dan Nyonya Kim segera bangkit dari kursinya untuk mengambil telepon dari ruang tengah dan membawanya kembali ke teras samping.

Namun belum sempat ia mengambil telepon, suara bel dari pintu depan mereka terdengar.

Sepasang alis indah milik Nyonya Kim bertaut samar sambil berpikir siapa yang datang sepagi ini.

Dan saat pintu terbuka, Nyonya Kim hampir melompat senang saat menemukan siapa yang datang. Seperti keajaiban, orang yang sangat dirindukan beberapa hari ini tiba-tiba berdiri di hadapannya.

"Jinhwan, kau disi..." Kedua tangan Nyonya Kim sudah terbuka lebar, siap untuk membawa namja berperut besar itu ke pelukannya dengan erat, namun gerakannya tersentak, senyum bahagia di bibirnya seketika lenyap.

Wajah Jinhwan yang ia liat membuatnya sedikit terkejut, putranya yang ia tau berwajah manis dan berseri itu sangat terlihat buruk sekarang. Wajahnya pucat, mata kecil Jinhwan nan indah itu terdapat lingkaran hitam dan terlihat bengkak seperti sudah menangis untuk waktu yang lama.

"Apa yang terjadi, sayang?" tanyanya lembut dan dengan itu Jinhwan yang lebih dulu menghambur memeluk sang eomma.

Malam itu.

Setelah merasakan gerakan pertama bayinya, satu-satunya yang Jinhwan rasakan hanya rasa bersalah yang menghantam hatinya dengan hebat. Ia ketakutan, ia seperti melihat bayinya yang menatapnya marah.

Bayinya bergerak disaat-saat terakhir ia ingin melepaskannya, bayinya menunjukan dirinya pada Jinhwan. Kalau ia hidup, ia bergerak, bernyawa, sehat dan ia tumbuh di dalam tubuh Jinhwan.

Dan itu seperti menampar keras wajahnya, membangunkannya dari kebodohannya selama ini, bagaimana bisa ia berpikir untuk menggugurkan bayinya, bagaimana bisa ia berkeinginan untuk membunuh makhluk kecil nan lemah ini, anaknya sendiri, bayinya yang tumbuh dari darah dan dagingnya sendiri, yang bahkan tak bersalah sedikitpun atas apa yang terjadi antara ia dan Junhoe.

Bagaimana bisa selama ini berpikir untuk menghilangkan nyawa bayinya dan menjadi seorang ibu yang begitu keji.

Tubuh Jinhwan bergetar hebat dan buliran hangat dari maniknya yang berbinar ketakutan itu mulai meluruh, Jinhwan merasa ia menjadi orang terbodoh yang membiarkan semuanya terjadi sampai sejauh ini, ia tak bisa lagi berdiam diri, berbaring manis dan tidur nyenyak menunggu keesokan harinya bayinya akan dirampas darinya.

Satu-satunya yang ia inginkan adalah menjauh dari mereka semua, tak ada hal lain yang bisa Jinhwan pikirkan, bahkan jika untuk bicara baik-baik pada mereka kalau ia tak ingin menggugurkan bayinya, itu tak akan bekerja. Jinhwan pikir mereka tak akan mengerti itu, dan memaksanya untuk melakukannya lagi. Itulah yang sangat ia takutkan.

Bahkan jika ia mengatakan kalau ia mencintai Junhoe dan meminta Junhoe untuk mencintainya dan merawat anak mereka, itu hanya terdengar seperti omong-kosong yang menggelikan, bagaimana bisa ia bisa berharap Junhoe juga mencintainya selama ini, kehangatan Junhoe, sentuhan lembut Junhoe, itu hanya omong kosong.

Jika Junhoe juga mencintainya, Junhoe tak akan berdiam diri, ia tak akan membiarkan Jinhwan setuju untuk menggugurkan kandungannya, Junhoe akan berusaha menyelamatkan pernikahannya.

Dan semuanya sudah Jinhwan lihat, tak akan ada yang namanya cinta tumbuh perlahan di hubungan mereka, hubungan mereka hanya lah sebatas bisnis, tak lebih dari itu. Yang Jinhwan tau kini, Junhoe sudah mencoba untuk membuat Jinhwan menggugurkan bayinya, dan itu artinya Junhoe tak menginginkan bayinya. Semuanya sudah terjadi sejauh ini, sudah terlambat untuk menghentikannya secara baik-baik selain pergi membawa bayinya sejauh jauhnya.

Tak pikir panjang. Malam itu Jinhwan bangkit dari tempat tidur, menjauhkan tangan Junhoe yang memeluknya hangat saat Jinhwan mulai merasa berada di dekat Junhoe menjadi suatu hal yang memuakkan. Ia muak dengan semuanya kini. Junhoe, orang-orang yang membuatnya hampir membunuh bayinya, Jinhwan membencinya sekarang.

Meski Jinhwan tau benar, rasa bencinya pada Junhoe sekarang masih tak bisa melampaui rasa cintanya pada ayah biologis bayinya itu, tapi Jinhwan tak peduli lagi, ia siap jika setelah ini ia akan menanggung sakit karena tak bisa berhenti mencintai Junhoe, ia siap jika ia harus berjuang sendiri merawat bayinya, ia akan siap dengan setiap pertanyaan bayinya dimasa depan yang mungkin akan membuat hatinya sakit. Ia tak peduli apapun lagi, Jinhwan bisa melakukan semuanya asalkan tak ada seorangpun yang menyentuh bayinya atau mencoba menjauhkan bayinya darinya.

Lagipula, bukankah tak ada bedanya, dengan atau tanpa aborsi ia dan Junhoe tetap akan berakhir di meja perceraian. Jika ia melakukan atau melanggar perjanjian mereka tetap akan harus berpisah kan, jadi bukan suatu yang terlalu buruk jika Jinhwan memilih melanggar perjanjian mereka, melanggar perjanjian berarti mengakhiri semua ikatannya dengan Junhoe, mengakhiri tanggung jawab Junhoe padanya, dan dengan meninggalkan semuanya lah satu-satunya jalan keluar yang terbaik.

Sepanjang malam sunyi nan dingin, Jinhwan tak bisa berhenti menangis, ia melarikan mobilnya menembus jalanan tenang kota Seoul, tangannya yang mengendalikan setir terus bergetar hebat, membawa dirinya perlahan meninggalkan kota itu ditengah malam.

***










































Junhoe...

Aku harap kau tak terkejut dengan surat ini

Ya, aku pergi...

Maafkan aku karena pergi begitu saja

Ku yakin kau tau kenapa aku pergi, aku berubah pikiran, aku tak mau melakukannya lagi, aku tak mau mengikuti permainan memuakkan itu lagi, bagiku yang paling penting sekarang adalah bayiku.

Dia bergerak, aku merasakan dia menyentuhku, mungkin kau tak akan mengerti bagaimana rasanya, tak akan ada yang mengerti.

Jadi kuputuskan untuk membawa bayiku dan meninggalkan kalian semua karena aku tak mau menyesal seumur hidup karena membunuhnya.

Jangan khawatir, setelah ini aku tak akan mengganggumu atau muncul dihadapanmu lagi, kau bisa segera mengurus perceraian kita.

Kau tak perlu mencariku atau mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja dan akan tetap baik-baik saja jika kita tak bertemu.

Sekarang ku anggap perjanjian kita sudah selesai, kau bisa menjalani hidupmu dengan tenang begitu juga aku.

Selamat tinggal.

***

To Be Continued

Terimakasih sudah membaca & jangan lupa tinggalkan jejak 😊😊🙏🙏

Continue Reading

You'll Also Like

69.2K 5.8K 24
Berawal dari kisah masa lalu yang rumit, membuat Porchay harus menikah dengan Kim. Kehidupan pernikahan yang begitu sulit harus diterima Porchay untu...
163K 13.4K 68
kompilasi couple after marriage anak GMM gen z "Fou, kapan nih nyusul?" "Kalian tau nggak, itu loh Nunew anak komplek sebelah masa dia nikahnya sama...
10.1K 760 22
Hanya penggalan cerita hasil fantasi yang tertuang dalam narasi. Jangan berharap banyak
932K 45.1K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...