PainHealer

By norsamora

84.6K 4.4K 191

[15+] PAIN SERIES #4 Aku hanya ingin membuat seseorang tersenyum tanpa membuat orang lain menangis. . . . Aku... More

Prolog
Betony
Camellia
Flax
Hyacinth
Forget-Me-Not
Spearmint
Sweet Pea
Fig
Gillyflower
Hydrangea
Rosemary
Mistletoe
Snowdrop
Love-lies-bleeding
Chrysanthemum
Rose Leaf
Daffodil
Love-in-a-mist
Sweet William
Iris
Dandelion
Zinnia
Lily of the Valley
Epilog

Oleander

3.2K 164 7
By norsamora


Oleander memiliki arti Peringatan. Ada banyak peringatan yang berguna agar kita lebih hati-hati dalam mengambil langkah selanjutnya, mungkin beberapa melarang kita melangkah sedikitpun. Tapi, beberapa peringatan sangatlah samar, menjadikannya ranjau yang mematikan saat terinjak. Oh, sayang, kuharap kamu dapat dipercaya tidak akan membunuhku dengan ranjau-ranjaumu.

***

AUTHOR POV

Hujan baru saja turun dari motor, dan entah dari mana Jasmine datang dan mendorong tubuhnya hingga termundur beberapa langkah. Bukannya marah, Hujan hanya menatap Jasmine dengan senyum simpul.

“Ada apa ini? Tiba-tiba menyerang seperti ngajak kelahi begitu,” ucap Hujan sangat tenang.

“Heh! Gak usah sok bego, ya!” Jasmine menarik kerah baju Hujan dan menatap lelaki itu dengan sorot kebencian. “Jangan kira gue gak tau apa yang lo rencanain ke Lily! Lo ada masalah sama gue doang, jadi gak usah libatkan orang lain.”

“Bukti?” tanya Hujan sembari menjauhkan tangan Jasmine dari kerah bajunya. Hujan merapikan seragamnya dengan gerakan teramat tenang, sangat kontras dengan Jasmine yang penuh emosi. “Gue gak terima tuduhan tanpa bukti.”

Jasmine terdiam. Tentu saja, Jasmine tidak punya bukti yang jelas. Semua tuduhan itu dia menyimpulkannya sendiri karena menurutnya sangat aneh melihat Hujan yang belakangan sangat dekat dengan Lily. Firasat Jasmine berkata kalau itu semua ada hubungannya dengan dendam Hujan terhadap dirinya.

“Gue bakal dapetin bukti kalau niat lo itu busuk!” seru Jasmine lalu berbalik badan meninggalkan Hujan sendirian disana.

Sepeninggalan Jasmine, Hujan menyeringai licik sejenak. Lalu, berjalan menuju kelas seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

***

“Guys, Bu Yuni hari ini gak masuk. So, kita free class lagi dong!” Fariz, sang ketua kelas, sontak membuat anak-anak dikelas bersorak bahagia.

Bukan kejutan lagi sebenarnya Bu Yuni tidak masuk, karna gerimis semenit saja pun beliau bisa tidak masuk. Tipikal guru yang disukai beberapa murid yang butuh sedikit waktu senggang disekolah.

Beberapa murid mulai berhambur. Entah itu ke kantin, bergosip, bermain game, ngerjakan PR yang dikumpul saat pelajaran berikutnya, atau tidur. Dan Lily masuk dalam jejeran yang tidur dikelas kalau saja Jasmine tidak mengganggunya.

“Jasmine, kamu bisa ribut sama Lia atau Anggi, ‘kan? Gak musti dengan Lily, ‘kan?!” Lily memandang Jasmine seakan gadis disebelahnya itu adalah hama paling mengganggu di dunia ini. “Sana pergi jauh-jauh!”

“Lo deket sama Hujan?” tanya Jasmine membuat Lily terdiam, juga membuat Lia dan Anggi berbalik badan kebelakang.

“Gosip itu bener?” Lia melotot tak percaya. “Beneran? Beneran?!”

Anggi menatap Lily curiga. “Gue lihat loh waktu lo dibonceng sama Kak Hujan.”

“I-itu bukan urusan kalian sama sekali!” Lily memukul meja didepannya dengan kepala menunduk untuk menyembunyikan wajah meronanya.

“Lo beruntung banget, Ly.” Anggi menumpu wajahnya dengan kedua tangan. “Gue denger dari kakak sepupu gue di kelas 11, katanya Kak Hujan itu jarang banget deket sama cewek. Suatu keajaiban kalau Kak Hujan deket sama cewek loh.”

“Hah? Beruntung apanya?” Jasmine terlihat tidak setuju sama sekali. “Gue gak setuju kalau Lily deket-deket sama tuh cowok brengsek.”

“Kenapa? Lo cemburu, Min?” tanya Anggi lagi-lagi menatap dengan sorot curiga. Tentunya kali ini tatapan tersebut diberikan pada Jasmine.

“Cemburu? Lo semua gila?” Jasmine memutar bola mata dengan malas. “Kalian percaya gak kalo gue bilang tuh brengsek ada niat jahat sama Lily?”

“Enggak,” kor Lia dan Anggi bersamaan membuat Jasmine berdecak sebal.

“Kok lo bisa mikir begitu?” tanya Anggi penasaran. “Kak Hujan rasanya gak ada bakat jadi antagonis deh. Waktu MOS aja dia baik banget sama junior.”

“Oh iya, lo gak ikut MOS kemaren. Jadi, lo gak tau gimana Kak Hujan waktu ngeMOS anak-anak kelas 10. Btw, lo mau denger gak?” tawar Lia menatap Lily yang terlihat tertarik tidak tertarik mendengarkannya. “Sebelum turun jabatan, Kak Hujan masih sempat jadi ketos pas MOS. Sumpah deh ya, Kak Hujan itu baaaiiikkkk bangeeeettttt!!!” Lia melebih-lebihkan dua kata di akhir kalimatnya.

“Iya, iya! Masa waktu ada panitia yang keterlaluan sama junior, Kak Hujan langsung turun tangan dan negur panitia itu. Belum lagi senyumnya Kak Hujan itu bikin adem banget kayak hujan di tengah kemarau! Gak salah deh itu orang tuanya ngasih nama anaknya Hujan.”

“Yah, Kak Hujan memang baik …,” gumam Lily sedikit malu.

Jasmine tersentak mendengar penuturan dari Lily. “Woi, jangan ketipu sama tuh orang! Dia itu manipulatif!” Jasmine menggebrak mejanya dengan kesal. “Please, kalian dengerin gue kali ini.”

“Bisakah kamu diam sedikit? Daritadi sangat mengganggu!” bentak Lily entah kenapa sangat marah kali ini. “Kamu gak punya kerjaan lain daripada mengusik hidup orang lain? Sana, cari kegiatan yang lebih bermanfaat!” usir Lily dengan keras, cukup membuat kelas hening untuk beberapa saat.

“Intinya, gue sudah ngasih peringatan buat lo, ya.” Jasmine mengeluarkan kotak rokok dari saku roknya dan memainkannya. Jasmine bangkit dari kursinya lalu berjalan meninggalkan kelas dengan santai.

***

“Hari ini lo harus pulang sama gue!” perintah Sauzan membuat Lily tidak jadi memasukkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

“Pergi dan jangan membuat nafsu makan Lily hilang,” balas Lily sengit.

Sauzan menarik kursi kosong dihadapan Lily sebelum mendaratkan bokongnya disana. “Gue gak terima penolakan. Kalo lo berani nolak, gue jamin bakal tabrak lo dari belakang!” ancam Sauzan. Setelah itu, dengan seenaknya ia pergi meninggalkan Lily.

Lily membanting sendoknya hingga berbenturan cukup nyaring dengan piring berisi nasi goreng itu. Nafsu makan Lily sirna begitu saja setelah mendengar ancaman tersebut.

***

Anak-anak cewek menahan pekikan saat melihat Hujan memasuki kelas mereka. Untunglah kelas untuk pelajaran terakhir sedang kosong karena guru yang mengajar ada urusan penting. Tak sampai disitu, mereka semakin gatal untuk menjerit saat melihat objek yang Hujan tuju adalah seorang siswi yang tertidur dengan pulasnya.

“Mau apa lo?” tanya Jasmine penuh aura permusuhan.

“Bisa minggir dulu gak? Gue mau bangunin teman sebangku lo itu,” ucap Hujan sambil menunjuk Lily yang tertidur dengan kedua telinga disumpal earphone.

Sebelum Jasmine melancarkan penolakan, tanpa diduga Lia dan Anggi sudah menariknya untuk menjauh agar Hujan mendapatkan akses mendekati Lily.

“KALIAN APA-APAAN, HAH?!” amuk Jasmine semakin menjadi begitu melihat Hujan menepuk-nepuk pipi Lily dengan lembut.

“Udah lo diem aja! Orang lagi pedekate juga,” ucap Anggi semakin mengeratkan cengkaramannya di tangan Jasmine. Anggi memiliki tenaga yang sangat kuat karena pernah menjadi juara Taekwondo se-Provinsi sewaktu SMP.

“Ngghhh ….” Lily melenguh pelan lalu mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Lily yang belum sepenuhnya sadar memandang datar sosok Hujan yang berada dihadapannya.

“Sebentar lagi pulang sekolah. Bagaimana kalau kamu nanti aku antar pulang?” tawar Hujan membuat hampir seluruh siswi di kelas itu menahan jeritan karena rasa iri dan tak percaya.

“Eh?” Lily seketika menegakkan tubuh, dan kesadarannya pun kembali sepenuhnya. “D-d-diantar pu
-pulang … lagi?” Lily terbelalak tak percaya dengan jantung yang berdebar tak karuan.

“Iya, gimana? Kamu mau, ‘kan?” tanya Hujan memasang wajah memohon yang mustahil sekali untuk ditolak, sekalipun dengan Lily. Maka dari itu, Lily mengangguk dengan wajah yang sudah memerah seperti tomat matang.

“APA?! WOY, JANGAN MAU PULANG SAMA IBLIS, LY!”  jerit Jasmine membuat Lily tersentak dan Hujan menoleh kearahnya. “KENAPA LO LIHAT-LIHAT? GAK SUKA? MEMANG KENYATAANNYA LO ITU IBLIS, BRENGSEK!!!”

“Lo ini sebenarnya kenapa sih, Min!” Lia menatap tak suka kearah Jasmine yang sangat brutal di dalam tahanannya dan Anggi. “Lo yang paling keukeuh mau jadi temen Lily. Tapi, lo yang kayak gini malah bikin eneg tau gak! Gak cuma Lily, orang lain yang lihat juga sebel jadinya sama lo.”

“Kalian semua gak tahu aja busuknya cowok itu gimana,” jawab Jasmine dengan suara sedikit bergetar. “Jangan mau masuk perangkapnya! Dia cowok gak bener!”

“Rasa cemburu lo tuh yang gak bener,” timpal Fariz bersidekap dada. “Lo suka sama Kak Hujan terus benci karena Kak Hujan lebih suka sama Lily? Teman macam apa lo, Jasmine Nandita?” tanya Fariz mengundang desas desus di dalam kelas semakin rusuh.

“Sekali lagi, gue sudah peringatkan kalau orang yang kalian bela hari ini benar-benar busuk.” Jasmine tersenyum miring terkesan mengejek. “Kalian lupa kalau  di dunia ini banyak antagonis yang berwajah malaikat? Cih, dasar orang-orang bodoh.”

“Banyak juga antagonis bertingkah anarkis dan penampilan urakan sepertimu,” ucap Lily dingin. “Bertingkah seenaknya, ikut campur di dalam kehidupan orang lain, dan sekarang mau menjatuhkan orang lain? Sadar dong kalau kelakuanmu lebih menjijikan dari antagonis manapun.”

Semua orang terdiam mendengar kalimat jahat nan dingin itu dari mulut Lily. Mereka semua mungkin mengenal Lily sebagai pribadi bermulut pedas dengan tingkah cukup menyebalkan. Tapi, mereka sama sekali tidak menyangka Lily memiliki sisi lain dari dalam dirinya yang seperti itu.

Jasmine mengangguk paham. “Oke, gue ngerti sekarang.” Jasmine melepaskan diri dari tahanan Lia dan Anggi, lalu ia berjalan keluar kelas dengan keadaan setengah sadar. Beberapa orang menatap jijik kearahnya, dan beberapa lagi berbisik-bisik dengan raut tak suka. Sangat jelas, di dalam kelas itu tidak ada yang menyukai sosok Jasmine.

“Kak Hujan, maaf atas kelakuan Jasmine yang gak sopan banget tadi.” Gina, wakil ketua kelas, berucap dengan nada tidak enak. “Bad girl ecek-ecek itu memang suka seenaknya.”

Gina memang terkenal paling membenci Jasmine di dalam kelas. Biasanya, Anggi dan Lia akan membela Jasmine. Namun, kali ini mereka berdua bungkam karena untuk pertama kalinya mereka setuju dengan apa yang diucapkan oleh Gina.

“Sudahlah tidak apa-apa,” ucap Hujan yang sedari tadi hanya diam menyimak kejadian demi kejadian barusan. “Kalian tidak seharusnya bersikap kasar. Begitu-begitu dia itu teman sekelas kalian loh.”

“Bagaimana bisa tuh cewek urakan ngatain Kak Hujan seperti tadi?” Gina berdecak sebal. Beberapa orang terdengar menyeruakan rasa setuju mereka, termasuk Lia dan Anggi.

“Jasmine memang gak jelas banget dari awal,” ucap Fariz. “Dia lupa siapa yang gagalin niat jahat panitia MOS terhadap kelasnya apa, ya?!”

Jasmine dan Fariz adalah teman satu kelas waktu MOS. Fariz masih ingat jelas bagaimana tegasnya Hujan menggagalkan rencana aneh-aneh panitia MOS terhadap kelasnya. Dari situ Fariz percaya kalau tidak selamanya panitia MOS itu buruk dimatanya.

“Sudah, tidak baik membicarakan teman kalian sejahat itu.” Hujan tersenyum tipis. “Ah, Kakak izin bawa Lily pulang duluan, ya?” Hujan mengubah senyum tipis itu menjadi senyum hangat.

Rasa iri ditunjukkan beberapa siswi secara terang-terangan. Ada juga yang meleleh dan terdiam di tempat karna mendapatkan senyuman dari siswa yang masuk dalam jejeran paling di incar satu sekolah. Hal itu pun juga berpengaruh pada Lily yang merapikan alat tulisnya dengan tangan gemetar.

“Sudah?” tanya Hujan kepada Lily yang sudah selesai bersiap. “Ayo, kita pulang.” Hujan sedikit menyingkir, mempersilahkan Lily untuk jalan terlebih dahulu.

Dengan sedikit kikuk, Lily berjalan keluar kelas. Diikuti Hujan yang telah berjalan tepat disampingnya. Sekali lagi desas-desus terdengar di seantero kelas. Belum lagi beberapa orang di dalam kelas itu adalah biang dari gosip sekolah.

Saat sudah berada di luar kelas Lily, Hujan berdehem pelan sebelum membuka percakapan kembali. “Maaf ya, sepertinya aku membuatmu tidak nyaman.”

“E-enggak kok.” Lily reflek menggeleng kuat. “Kak Hu-hujan tidak perlu meminta maaf s-sama Lily.”

“Lily, ada yang mau aku tanyakan.”

“Apa, Kak?”

“Bagaimana reputasi Jasmine dikelas? Sepertinya tidak ada yang menyukainya di kelas.”

“Eh?” Lily menghentikan langkahnya. Ada rasa mengganjal yang tidak menyenangkan saat ia mendengar Hujan menanyakan sesuatu tentang Jasmine. Entahlah, tapi Lily merasa sangat kesal dengan arah pembicaraan yang dibawa oleh Hujan, yakni tentang perempuan lain.

“Ada apa?” Hujan ikut menghentikan langkahnya. “Kalau tidak mau jawab sih tidak apa-apa. Aku tidak memaksa kok.”

Maunya Lily memang tidak menjawab, tapi wajah Hujan yang terlihat sedikit kecewa malah membuat Lily jadi merasa bersalah dan melakukan hal yang berlawanan dengan niat awalnya.

“Yah, bisa dibilang Jasmine tidak disukai anak-anak di kelas. Gak cuma di kelas, tapi anak-anak di luar kelas juga kelihatan gak suka dengannya.” Lily memulai cerita dengan enggan. “Jasmine sangat suka mencari masalah, poinnya juga sangat banyak, dan para guru pun tidak menyukainya.”

“Kamu teman sebangkunya, ‘kan? Apa kamu tidak menyukainya juga?” tanya Hujan dengan raut penasaran.

Lily berfikir sejenak sebelum menjawab. Lily memperhatikan ekspresi kakak kelas dihadapannya yang begitu jelas menantikan jawabannya. Lalu, terlintas di dalam pikiran Lily tentang semenarik apa topik mengenai Jasmine menurut Hujan? Memikirkannya saja membuat Lily sangat kesal.

“Ya, aku tidak menyukainya. Justru, aku sangat membenci Jasmine.”

***

Secepat kilat Sauzan berlari menuju kelas Lily sambil merutuk guru Matematika yang lupa waktu ketika mengajar di kelas. Jadi, yang seharusnya kelas bubar pukul setengah 3 siang malah menjadi pukul 3 lewat 10 menit.

“Shit!” Sauzan merasakan kedua kakinya lemas melihat ruang kelas Lily kosong melompong. Tentu saja, yang piket sekalipun pastinya sudah pulang daritadi. Ngapain coba lama-lama disekolah?

Sauzan berjalan menyusuri koridor dengan harapan semoga Lily pulang sendiri, tidak diantar oleh Kakaknya. Sauzan tidak peduli bagaimana dan naik apa Lily pulang, yang ia pedulikan hanyalah Kakaknya, Hujan, tidak turun tangan lebih jauh dan mengacaukan lebih banyak rencananya.

“Gosip itu kayaknya beneran deh.”

“Ih, masa sih?! Kak Hujan itu untouchable banget loh masalahnya!”

Sontak Sauzan menghentikan langkahnya dan memilih untuk mendengarkan percakapan dua siswi yang tengah bergosip di dalam toilet. Sauzan mungkin akan dikira mesum akibat berada di sekitar toilet perempuan. Tapi, ia sama sekali tidak peduli hal tersebut.

“Tadi temen gue cerita kalo anak dikelasnya di ajak pulang bareng sama Kak Hujan. Ini Kak Hujan loh. Kak Hujan!”

“Gak mungkin kali! Lo tahu Kak Rini yang cantiknya badai banget itu, ‘kan? Kak Rini katanya sampai mohon-mohon biar jadian sama Kak Hujan. Tapi, Kak Hujan tetap gak terima.”

“Tapi, seriusan deh, anak kelas sebelah yang namanya Lily itu sudah dua kali di antar pulang sama Kak Hujan loh gosipnya. Bahkan nih ya Kak Hujan kabarnya rebutan sama Kak Sauzan buat dapetin Lily!”

“Idih, sok cantik banget sih! Mana sih anaknya yang namanya Lily-Lily itu?”.

“Bukan sok cantik tapi memang beneran cantik. Kabarnya sih anak orang kaya tapi songong abis.”

“Pastilah songong! Merasa cantik banget tuh pasti direbutin dua cogan sekolah. Ewh!”

Sauzan menjauh dari lokasi begitu semua keraguannya terjawab. Sayangnya, semua ketakutannya menjadi kenyataan dan doanya sama sekali tidak terkabulkan. Hari itu, Sauzan menyadari satu hal yang mengerikan; Hujan sudah bergerak terlalu cepat.

***

Lily mematung di tempat begitu ia melihat Oliver berdiri di depan pagar rumah. Lily memang pulang sedikit terlambat karena harus berteduh dulu karena hujan yang turun mendadak.

Dengan rasa gugup yang mendominasi dirinya, Lily turun dari jok belakang motor Hujan dan berjalan mendekati Ayahhnya yang menatap mereka berdua dengan tatapan menyelidik.

“Ayah, ngapain di depan pagar begini?” tanya Lily sedikit berbisik. Bukannya menjawab, Oliver menarik tangan Lily agar berpindah kebelakang tubuhnya.

“Anak muda, siapa kamu?” tanya Oliver penuh intimidasi melihat sosok Hujan yang wajahnya tertutup dengan helm berkaca gelap.

Hujan turun dari motornya dan melepas helm yang menutupi wajahnya. Setelah itu, dengan sopan Hujan mendekat kearah Oliver dan tersenyum sopan. “Selamat sore, Om. Perkenalkan, nama saya Hujan Markab Agusta, kakak kelas Lily di sekolah.”

“Markab? Kamu anaknya Tuan Arjuna Markab?” tanya Oliver dengan mata terbelalak. Tentu saja reaksi itu mengundang kebingungan dari Lily yang tak tahu apa-apa mengenai perihal Ayahnya mengenal Hujan lebih dulu.

“Iya, lebih tepatnya saya anak sulung dari Tuan Arjuna Markab.” Hujan menunduk sedikit dengan aura yang sangat mempesona dan juga karisma yang begitu kuat.

     Semakin lama Lily semakin sadar jika kakak kelasnya ini berbahaya untuk perasaannya yang mendadak lemah.

“Wah, suatu kehormatan bisa bertemu denganmu, Hujan.” Oliver menepuk pundak kanan Hujan dengan gestur bersahabat. Berbeda jauh dari sebelumnya. “Jujur, saya masih sangat kagum dengan kejeniusanmu itu loh sampai sekarang.”

“Biasa saja, Om.” Hujan tertawa ringan dengan suara yang lembut. “Kapan-kapan saya berkunjung lagi. Sebelumnya, saya minta maaf sudah mengantar pulang Lily sedikit terlambat. Tadi mendadak hujan dan kalau di terobos bisa membuat Lily sakit.”

Mendengar hal itu lantas membuat Lily terbang. Belum lagi ketika ia menangkap Hujan tengah meliriknya dan tersenyum simpul. Tidak diragukan lagi, Hujan memang berbahaya untuk ketenangan degup jantung Lily.

“Ya sudah, saya balik dulu, Om.” Hujan bersaliman dengan Oliver, dan hal itu tak ayal membuat Oliver tersentuh dengan anak lelaki yang sangat sopan kepadanya itu. Diam-diam, Oliver sedikit berharap Rion bisa sekalem dan sesopan Hujan.

“Salam untuk Ayah dan Ibumu, ya.” Oliver berucap dan dibalas anggukan dari Hujan sebelum lelaki itu memakai helmnya kembali.

Lily mengerutkan kening melihat Oliver yang tersenyum lebar kearahnya setelah Hujan sudah melaju pergi untuk pulang. Tak sampai disitu, Oliver tiba-tiba memeluk dirinya dengan erat.

“Ayah gak nyangka kamu bisa temenan sama anak sulung Tuan Arjuna!” seru Oliver setelah melepaskan pelukan erat nan dadakan itu. “Kamu benar-benar pintar mencari teman sekaligus gebetan.”

“Tunggu, Ayah kok bisa kenal dengan Kak Hujan sih?” tanya Lily mengungkapkan kebingungannya.

“Oh, tentu saja Ayah kenal. Siapa sih yang tidak kenal dengan anak sulung Tuan Arjuna yang sangat jenius itu? Waktu masih berusia 14 tahun, ia pernah menjadi pemimpin sementara dan hasilnya benar-benar jauh lebih baik dari ekspetasi. Ada banyak peningkatan saat Hujan memimpin. Belum lagi kecakapannya di tiap pertemuan yang diadakan.”

“Sehebat itu?” Lily mendadak merasa tidak berguna mendengar cerita tersebut.

“Iya, rencananya tuh dulu Hujan mau langsung di rekrut sebagai pemimpin resmi Markab Corp loh. Tapi, entah kenapa semuanya batal begitu saja dan Hujan tidak pernah kelihatan lagi.” Oliver kembali tersenyum senang. “Dan hari ini Ayah sama sekali tidak menyangka bisa bertemu anak inspiratif itu lagi. Daripada waktu dulu, Hujan kelihatan jauh lebih tampan dan berkarisma sekarang.”

Lily mengangguk paham lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan Oliver dengan senyum terkulum. Lily merasa sangat bangga bisa mengagumi laki-laki hebat seperti Hujan, dan ia pun senang dengan respon baik Ayahnya terhadap Hujan.

Perasaan Lily terus menerus tumbuh tanpa peringatan sedikitpun.

***

#CATATAN MORA#

Maaf untuk keterlambatan updatenya T.T

Iya, Mora kayaknya bakal susah untuk update cepat karena jadwal yang padat.

Sekali lagi, Mora mohon maaf untuk keterlambatan update yang membuat Mora bahkan lupa ini ceritanya bagaimana ….

See you next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
1.7M 109K 46
Selamat membaca cerita Angkasa dan Raisa❤❤ Bercerita tentang. Angkasa Saputra Wiratama. Murid laki-laki paling berpengaruh di SMA Merah Putih. Selain...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...