Reason Love (ff Sehun)

By Ohsem11

450K 26.7K 1.1K

END - Reason Love On Going - Another REASON LOVE •ReasonLove• Oh Sehun, seorang CEO muda berstatus duda dan m... More

1 - First Meet
2 - Second Meet
3 - Haowen Reason
4 - Because of Sema
5 - Because of Sema 2
6 - By side
7 - Jungkook
8 - I'll be there for you
9 - Careless
10 - Dream
11 - Secret Haowen
12 - Planing for..
13 - Who's she? Part 1
14 - Who is she? Part 2
15 - Hurt part 1
16 - Hurt part 2
17 - The happiness of you
18 - Your Mine (18+)
19 - Prepare
20 - See you, again
21 - Mommy!
23 - Shocking
24 - Jongdae : "will you marry me?"
25 - My fear
26 - Bye, my past (17+)
27 - Confession
28 - Dinner
29 - Know
30 - It's a long night part 1
31 - It's a long night part 2 (18+)
32 - Birthday
33 - Disappoint
34 - New person
35 - Not Fine
36 - Protect
37 - Haowen sick
38 - Truth
39 - Gomawo, Mianhae, Saranghae
40 - Something
41 - You are...
42 - Settled For Life
43 - Until? (18+)
44 - Should it go
45 - Pregnant vs Gone
46 - Sorry, my baby
47 - First role
48 - Before The Day
49 - THE DAY (Sema side)
Author, sorry
50 - She's GONE (Sehun side)
51 - Hurt
Author, sorry (lagi)
52 - Finally
53 - Happily Married
54 - Reason Love
55 - Endless happiness
Squel : A Perfect Family
part+ - The Scariest Part is Letting Go
Author : new story
Refresh story
Another REASON LOVE - Prolog
Another REASON LOVE - 1
Another REASON LOVE - 2
Another REASON LOVE - 3
Another REASON LOVE - 4
Another REASON LOVE - 5
Another REASON LOVE - 6
Another REASON LOVE - 7
Another REASON LOVE - 8
Another REASON LOVE - 9
AnotherREASONLOVE - 10
Another REASON LOVE - 11
Another REASON LOVE - 12
Another REASON LOVE - 13
Another REASON LOVE - 14
Another REASON LOVE - 15

22 - Accident

7.1K 458 4
By Ohsem11



Sema sedang sibuk menyiapkan pancake dan Haowen sedang bersenandung ria menyebut mommy saat Minsoek keluar dari kamarnya.

"Eoh Minsoek eoni?"

"Pagi Sem. Pagi Hao" sapa Minsoek sambil mendudukan dirinya di sebelah Haowen.

"Pagi Minsoek imo!" Pekik semangat Haowen dan di hadiahi acakan rambutnya oleh tangan Minsoek.

Sema menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan eoni nya itu. Aah.. Ia tahu, sepertinya Jongdae sudah menjalankan aksinya.

"Oppa belum bangun?"

"Dia tidak pulang dan aku tidak peduli" Minsoek menjawab dengan nada datar.

"Oh benarkah? Apa terjadi sesuatu padanya?" Sema hampir memekik kencang.

"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli" sedikit tekanan pada jawaban Minsoek.

Sema meronggoh ponselnya di saku dresnya untuk menghubungi Jongdae.

"Ponselnya tidak aktif eoni" Sema memberikan nada khawatir.

"Aku tahu, aku sudah mencobanya semalaman dan aku tidak peduli" kesal Minsoek mulai keluar dari suara bicaranya.

"Kenapa tumben sekali. Apa benar tidak terjadi sesuatu pada oppa? Semalam terlihat dia sangat buru-buru, eoni kemana Jongdae oppa semalam?"

"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli!" Minsoek menjatuhkan kepalanya pada meja makan dengan lipatan tangan menjadi tumpuan kepalanya.

"Aku tidak peduli. Aku tidak khawatir.. Bahkan aku tidak tidur semalam." Gumamnya, sangat jelas terdenar bahwa ia mengkhawatirkan Jongdae. Bahkan kalimat terakhirnya begitu lirih.

Ini kedua kalinya Jongdae menghilang dan sulit di hubungi. Terakhir terjadi karena ia jatuh sakit saat masih tinggal di flat seorang diri saat kuliah dulu. Ponselnya mati dan beruntung Minsoek segera cepat menemuinya.

"Aargh dimana bebek jelek itu!!"

Sehun baru turun saat Minsoek menjerit. Ia baru selesai mandi, rambutnya masih menitikan air dan di lehernya ada handuk kecil menggantung.

"Noona wae?" Tanya Sehun saat ia sudah duduk di samping Haowen.

Minsoek tidak menjawab. Sema yang angkat bicara, "Jongdae oppa tidak pulang semalam Sehun. Bahkan ponselnya tidak aktif, aku khawatir"

Bohong.

Minsoek masih bertumpu pada meja hingga ia tidak melihat bagaimana Sehun, Sema, bahkan Haowen menahan tawa.

"Benarkah? Apa perlu aku menyuruh orang-orangku mencarinya?"

Minsoek langsung menegakkan kepalanya.

"Tidak. Tidak. Itu tidak perlu. Biarkan dia sesukanya." Minsoek beranjak dari kursi.

"Eoni sarapan dulu!" Pinta Sema.

"Tidak Sem. Aku akan ke rumah teman kerjaku. Annyeong!" Minseok melambaikan tangannya tanpa berbalik untuk melihat Sema.

Setelah terdengar suara pintu tertutup, Sema dan Sehun tertawa. Haowen malah sibuk mengeringkan rambut daddy nya.

"Jongdae hyung sepertinya sudah memulai aksinya"

"Iya. Sepertinya begitu"

Sema meletakan tiga piring berisi pancake saus madu dan jus jeruk.

"Woaah! Pancake!" Haowen bersorak riang dan meninggalkan handuk yang ia pakai untuk mengeringkan rambut di kepala daddy nya lalu duduk manis di kursinya.

"Hao kau ini.."

"Percis saat kau masih kecil Sehun" suara itu tiba-tiba terdengar.

"Halmoeni!" Haowen kembali memekik.

"Aku bertemu Minsoek di depan dan dia menyuruhku langsung masuk"

"A-annyeonghaseoyo ahjumma" sapa Sema langsung membungkuk sopan dan Seonghyun membalasnya tak kalah sopan.

Seonghyun duduk di hadapan Haowen di samping Sema.

"Ahjumma aku akan buatkan pancake" Sema hendak beranjak tapi lengannya di tahan Seonghyun.

"Tidak usah. Aku sudah sarapan sebelum ke sini"

"O-oh baiklah.." Sema kembali duduk.

"Ada apa eomma menyusulku kemari?"

"Ish kau ini ketus sekali padaku. Eomma merindukan Haowen dan eomma ingin menyampaikan pesan dari kakekmu. Ponselmu tidak aktif jadi eomma menyusulmu kemari."

"Ah. Ponselku habis batrei eomma"

"Pantas saja.. Em. Sehun, sepertinya kakekmu sudah mengetahui hubunganmu dengan Sema jadi ia.. Ia ingin mengajakmu dan Sema makan malam lusa"

"Em.. Baiklah kami akan datang"

Sema membukatkan matanya mendengar jawaban tenang dari Sehun sedangkan ibunya sendiri terbata menyampaikan pesannya. Ada apa di balik semua ini?

"Apa kau.. Tidak menanyakan pendapatku?" Sema bertanya hati-hati.

Ia hanya ingin tahu bagaimana situasi ini dan nanti.

"Apa aku harus?" Sehun entah kenapa menjadi sangat datar.

"T-tidak" Sema menunduk.

"Aku sudah tahu jadwalmu sampai sebulan kedepan Sem. Dan aku menghafal dari setiap minggunya jadi.. Aku tidak perlu menanyakan apa kau bisa atau tidak bukan?"

"Wah! Daebak! Apa putraku menjadi mata-mata kali ini?" Seonghyun baru saja bersorak tidak percaya.

Haowen masih betah sendiri memakan pancakek yang menggiurkan di hadapannya tanpa peduli pada pembicaraan ketiga orang dewasa.

Sema hanya menatap Sehun dengan tatapan tidak percaya. Darimana Sehun dapat semua jadwalnya hingga sebulan ke depan? Dan kapan ia melakukannya?

Ingatkah Sema siapa Sehun ini?

A-ah tentu saja. Ia akan mendapatkannya dengan mudah melalui Joonmyeon sunbae.

"Baiklah.." Kata tersebut keluar bersama desahan dari mulut Sema.

Sehun dan Sema melanjutkan sarapannya.

Sema kini sedang membereskan piring yang sudah ia cuci saat Seonghyun mendekatinya.

"Sepertinya kau melakukan apa yang aku pinta Sem"

Sema mengangguk dan Seonghyun langsung memeluknya.

"A-ahjumma tanganku basah dan pakaianmu bisa ba-"

"Gomawo Sema. Gomawo.. Berhenti memanggilku ahjumma. Mulai sekarang kau memanggilku eomma oke? Aah.. Akhirnya putra dan cucuku memiliki wanita tepat" pelukan erat dari Seonghyun membuat Sema sedikit sesak.

Bukan hanya nafasnya karena terlalu erat terhimpit tapi juga hatinya. Berapa lama ia sudah tidak mendapat pelukan dari seorang ibu?

Luka lama yang terobati kembali di rasakan.

Dunia seakan sedang membuatnya melambung.

Tangan Sema terangkat untuk membalas pelukan Seonghyun.

"Gomawo. Eomma.."

"Mommy!" Pekik suara Haowen yang sudah tiba di dapur kembali

"Ish berhenti berteriak Hao, suaramu bisa serak" omel Sehun yang sedang menuntun Haowen.

"Ish biar dad. Aku kan ingin memanggil mommy"

"Mommy?" Seonghyun sudah melepaskan pelukannya pada Sema dan kini ia sedang memandang anak dan cucunya bingung.

Haowen berlari dan langsung memeluk pinggang Sema.

"Sema mommy sudah menjadi mommy Haowen halmoeni" jawab Haowen dengan tegas.

Seonghyun sempat terdiam tidak percaya, sampai anggukan dari Sehun dan senyuman dari Sema membuatnya..

"Omo! Omo! Omo! Ini berita besar! Akhirnya kedua namja es ini benar-benar meleleh. Apa aku harus merayakan ini?" Seonghyun terlihat antusias.

"Ya. Sepertinya kita harus merayakannya eomma. Kita ke rumah kakek sekarang" ujar Sehun yang sudah berdiri di samping Sema, merangkul pundak wanitanya.

"Ta-tapi aku harus ke rumah sakit Hun"

"Aku tahu. Kau ke rumah sakit. Aku, Haowen dan eomma akan ke rumah kakek."

"Shireo, aku masih ingin di sini dad" protes Haowen.

"Kau tahu kegiatan kakekmu itu Sehun. Ia tidak akan menerima tamunya sepagi ini. Jadi kita bisa menunggunya di sini kan?" Seonghyun terlalu mengetahui kebiasaan dari ayah mertuanya itu. Kakek Sehun, Oh Jumin.

Setiap pagi Jumin berolah raga berjalan kaki mengitari perkebunan dekat rumahnya, lalu sarapan berkualitasnya dan di lanjutkan dengan terapi untuk kakinya sampai pukul 11 siang ia baru mau menemui siapapun yang mengunjunginya. Termasuk anak dan cucunya sendiri.

"Baiklah" keputusan final Sehun.

~

Terlihat seorang pria sedang memutari toko bunga yang di ikuti oleh seorang wanita paruhbaya, pemilik toko bunga.

"Ahjumma. Aku ingin semua bunga tadi di rangkai begitu cantik."

"Iya saya mengerti tuan. Tanpa anda minta, saya akan merangkainya"

"Baiklah. Jam 5 sore aku ingin bunga-bunga itu sampai di rumahku."

Pelayan itu mengangguk patuh.

Drrt. Drrt.

Jongdae sedikit menjauh dari pelayan untuk mengangkat teleponnya dari Sema.

"Yeobseoyo"

"Yak oppa! Setidaknya beri tahu aku jika aksimu sudah memulai. Aku hampir kaget melihat wajah eoni yang berantakan tadi pagi"

"Benarkah?" Jongdae memekik senang.

"Ish kenapa oppa malah terdengar senang seperti itu?"

"Tentu saja aku senang. Itu berarti rencanaku berhasil. Dan kau tahu Sem? Teman Minsoek, Arra, dia bilang Minsoek sedang uring-uringan juga karena aku tidak bisa di hubungi. Dan sekarang ponselku sudah aktif, ia tidak meneleponku sekalipun"

"Wuaah.. Daebak! Selamat untukmu kalau begitu oppa. Kau berhasil membuat eoni marah, bahkan sangat marah sepertinya."

"Ish kau ini."

"Berdoalah semoga rencana nanti malam berjalan lancar oppa."

"Ya.. Semoga Minsoek tidak memberikan cubitan mautnya padaku"

Sema terkekeh.

"Kau dimana Sem?"

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit oppa"

"Oh. Semalam Sehun dan Haowen menginap?"

"Hm. Ada yang ingin aku ceritakan padaku oppa. Luangan waktumu besok"

"Ey tidak terbalik? Semenjak Sehun dan Haowen ada kau lebih sibuk pada mereka Sem"

"Hehe mian op-"

Ckiiit.

"AKH!"

"Sema! Sema! Yeobseoyo? Sema?!"

-beberapa saat sebelumnya-

"Kau dimana Sem?"

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit oppa"

Sema sedang menjalankan mobilnya dengan kecepatan ringan. Ia sedang menelepon jadi ia tidak ingin membahayakan pengendara lain.

"Oh. Semalam Sehun dan Haowen menginap?"

Sema memberi jeda sebelum menjawab. Pikirannya kembali teringat saat bagaimana Haowen memintanya memanggil mommy dan bagaimana Sehun meyakinkannya.

"Hm. Ada yang ingin aku ceritakan padaku oppa. Luangan waktumu besok"

"Ey tidak terbalik? Semenjak Sehun dan Haowen ada kau lebih sibuk pada mereka Sem"

"Hehe mian op-"

Ckiit.

Mobil di hadapan Sema tiba-tiba berhenti mendadak. Sema menginjak remnya mendadak tapi sial. Mobil di belakangnya sebuah truk, menghantam mobil belakangnya hingga ia dan mobil di depannya terdorong keras hingga berguling.

"AKH!"

"Sema! Sema! Yeobseoyo? Sema?!"

Beruntungnya mobil Sema kembali dengan posisi dengan semestinya, meski setelah berguling beberapa kali. Berbeda dengan mobil di depannya yang sudah berguling terbalik.

Sema merasakan seluruh tubuhnya sakit seperti ribuan ton telah meremukannya. Ia menutup matanya sejak saat truk di belakang mobil menghantamnya.

Dan kini, saat ia mencoba membuka matanya dan tersadar. Rasa sakit menerpanya dan dengungan di telinganya sangat memekik.

~

"Oh tidak Sema!" Jongdae kembali memekik saat panggilannya terputus. Ia yakin bahwa yang di dengarnya tadi adalah suara rem mobil dan tabrakan benda keras.

Ia kembali melihat ponselnya, tangannya gemetar, ia tidak bisa membayangkan dan ia tidak mau berfikir apa-apa selain.. Rasa khawatir pada Sema. Dan sekarang yang harus ia hubungi adalah Sehun. Hanya Sehun yang bisa dengan cepat melihat kondisi Sema saat ini. Ia sendiri sedang berada lumayan jauh dari rumahnya.

"Yeobseoyeo" sapa Sehun saat sambungan telepon ia angkat.

"Se-hun. Sema"

"Wae hyung? Kenapa suaramu bergetar seperti itu? Apa kau habis di marahi noona?" Sehun masih bisa terkekeh.

"Kau. Dimana?"

"Aku masih di rumahmu hyung. Haowen ti-"

"Telusuri jalan menuju rumah sakit. Sema.. Sema.. Sema menjerit dan aku mendengar suara rem dan benda bertabrakan. Sehun.. Sema. CEPAT TEMUKAN SEMA!" Jongdae menjerit di akhir kalimatnya.

Sehun merasa dadanya mendadak terhimpit, napasnya mendadak sesak mendengar omongan Jongdae. Pikirannya kini hanya tertuju pada Sema. Ia berlari menuju kamar Sema untuk mengambil kunci mobilnya lalu berlari kembali ke bawah.

"Eomma titip Haowen"

~

Ia mencium bau anyir darah dan bau mesin terbakar. Ia mengangkat tangannya agar bisa matanya melihat keadaan telapak tanganya yang terasa basah. Ternyata darah telah melumuri tangannya.

Telinganya sudah tidak berdengung. Samar-samar ia bisa mendengar teriakan seseorang meminta tolong. Ia harus kuat, ia harus bisa melawan rasa sakitnya. Seseorang seakan memanggilnya dan membutuhkan pertolongannya. Jiwa dokter Sema begitu tinggi.

Dengan tenaga yang tersisa ia membuka pintu mobil. Meski kakinya terasa linu saat pertama di gerakan ia memaksanya untuk bisa melangkah keluar.

Pandangan yang pertama ia lihat adalah sebuah mobil yang terjungkir terbalik di hadapannya. Sebuah tangan melambai dari pintu jendela kursi mengemudi. Sema bisa menguasai dirinya sendiri, ia berlari setengah terseok menghampiri mobil tersebut. Kakinya sepertinya terluka terkena pecahan kaca membuatnya sakit saat berjalan. Orang-orang berteriak melarangnya mendekati mobil tersebut karena khawatir akan meledak. Tapi Sema seolah tidak mendengar teriakan tersebut.

Wanita dengan wajah yang sudah berlumur darah dan air mata memohon pada Sema dengan sangat untuk menyelamatkan anaknya yang pingsan di belakang joknya. Sema melihat anak itu, anak perempuan sekitar berumur 3 tahun tergolek lemas dengan mata terpejam. Dia tidak berlumuran darah, hanya rambut panjangnya sudah berantakan dan sedikit goresan di lengannya.

Tanpa pikir panjang Sema bergerak untuk membuka pintu mobil yang sudah rusak parah dengan sekuat tenaga yang tersisa. Sema berhasil! Ia menarik tubuh kecil itu dan menggeletakannya di pinggir jalan sedikit menjauh dari mobil lalu ia kembali berjalan mendekati mobil untuk menyelamatkan wanita yang meminta pertolongannya tadi.

"Menjauh. Mobil. Uhuk! Bisa meledak. Kapan. Saja"

"Tidak. Kau harus keluar dari mobil ini. Ayo aku bantu!" Sema terus berusaha membuka pintu mobil tapi pintu telah rusak parah membuatnya susah untuk di buka.

"Pergilah."

Bum!

Ledakan kecil dari mesin mobil.

Semba sempat terperanjak hingga ia jatuh terduduk. Tapi ia bangkit lagi. Ia melihat celah dari jendela. Wanita yang terluka di dalam tidak begitu besar hingga kemungkinan ia bisa mengeluarkannya dari jendela mobil.

"Pergilah" wanita itu menolak untuk di tolong.

"Tidak!"

Sema masih berjuang melepaskan wanita itu dari kekungan mobilnya sendiri. Ada sesuatu yang menahan wanita itu saat ia mencoba menariknya. Dan itu sabuk! Sema melihat sabuk masih menahan tubuh wanita itu. Sema kembali kedalam mobilnya, mencari gunting yang memang tersedia di dalam tasnya. Ia memotong sabuk itu dengan tangan yang bergetar, keringat dingin mulai keluar, ia sempat menunduk melihat bagian pinggangnya yang terus merembeskan darah membuat kemeja orange yang ia pakai sudah berwarna merah pekat.

Sehun terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sampai ia melihat kerumunan orang di tengah jalan yang membuatnya tertohok saat melihat kondisi mobil yang sangat ia kenali.

"Oh tidak! Sema!"

Ia berlari sekuat tenaga mendekati mobil Sema. Meski sempat di hentikan oleh beberapa orang yang mengkhawtirkan mobil akan meledak.

"Minggir aku tidak pedulu! Sema ada di sa-" teriakannya terhenti saat sosok yang ia khawatirkan berdiri dari samping mobil yang terbalik.

Sema merangkul wanita yang sudah berlumuran darah itu. Sehun berlari mendekat, membantunya memapah wanita itu hingga menudukannya di samping anaknya yang masih tergeletak pingsan.

Sehun dengan rasa khawatir yang tersisa melihat keadaan wanitanya, Sema.

"Sema. Katakan sesuatu!" Oh air mata Sehun sudah menumpuk di pelupuk matanya.

"Ak-aku.."

Sehun menarik Sema kedalam pelukannya.
"Wajahmu pucat Sema. Kau mengeluarkan darah. Bertahanlah aku sudah memanggil ambulance"

"Se-hun. Appo. Hiks" dan Sema tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Luka-luka di tubuhnya terasa perih, kepalanya berdenyut dan tubuhnya lemas. Bahkan pandangannya sudah memudar.

"Bertahanlah Sema bertahanlah!"

Tapi Sema sudah tidak bisa menahannya. Mata yang sudah lemah itu perlahan tertutup. Tubuh yang sudah tidak bertenaga itu perlahan melemas.

"Oh tidak Sema! Bertahanlah sayang. Bertahanlah. Aku mohon Sema! Kau harus tetap sadar sayang!" Sehun mulai kalap saat tubuh yang ia rengkuh itu perlahan melemas.

"Se-hun"

"Sstt. Jangan memanggilku, kau hanya perlu bertahan sayang"

Sehun membawa tubuh Sema untuk berbaring di bawah. Tapi ia sama sekali tidak melepas rengkuhannya. Kini ia bisa melihat wajah Sema yang sudah melemah.

"Bertahanlah sayang" Sehun menangis.

Ini hari bahagianya. Ini hari pertamanya Sema menjadi mommy untuk Haowen. Ini awal kebahagiaanya bukan? Tapi kenapa keadaan Sema seperti ini? Sehun belum siap menerima duka lagi. Bukan. Ia malah tidak siap sama sekali.

"A-ku mencintai-" kesadaran Sema menurun.

"Sayang bangun sayang! SEMA!"



TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1M 83K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
70K 14.5K 161
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
289K 22.4K 103
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
802K 57.6K 47
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...