Teach Me to Love as (Gay)

By al-al12

601K 51.8K 8.3K

Anthony gay selama belasan tahun. Dan baru bisa jujur kepada kedua orangtuanya akhir-akhir ini. Kondisi perek... More

1. Coming Out
2. Arial
4. The Beginning
5. Surprised
6. Theodore
7. Serangan Maut
8. a Refusal
9. Ambigay
10. Confession
11. Big Deal (again)
12. Cobaan Terberat
13. Kontradiksi
14. Sarkasme Romantisme
15. Aku, Kamu, dan Oreo
16. Isi Hati
17. Titik Balik Om Roti Sobek
18. Togetherness part 1
19. Togetherness part 2
20. Jealousy
21. Big Disaster
22. Sepotong Kenangan
23. Demon
24. The Beginning II
25. Harapan Baru
26. Pertemuan
27. Madu dan Racun
28. Keputusan
29. Togetherness part 3
30. Togetherness part 4
31. The Last Togetherness
End

3. Anak itu ... sialan!

25.9K 2K 186
By al-al12



Bapak yang berprofesi sebagai pegawai pemerintah daerah memang sanggup membiayai Anthoni kuliah. Namun, pemuda mungil jurusan Sastra Jepang tingkat akhir itu, nggak mau membebani Bapak untuk biaya keperluannya sehari-hari di kota. Maka dari itu, guna membantu meringankan beban Bapak, Anthoni memutuskan bekerja di salah satu tempat penjualan DVD terkenal di kotanya kuliah.

Anthoni sudah mengganti seragamnya. Untung hari ini Mas Charli―pemilik toko DVD―nggak meliburkan Anthoni, sehingga cowo manis itu mempunyai kesibukan daripada berdiam diri di kamar kos dan mendapat serangan jantung akibat ulah Arial yang mengebat-ngebitkan jantungnya.

Anthoni membersihkan rak-rak pendisplay-an. Kadang memberitahu pelanggan yang tanya kepadanya letak DVD yang dicari. Alunan musik Kesempurnaan Cinta yang lagi hits akhir-akhir ini mengalun dari speaker-speaker yang digantung di langit-langit. Sesekali Anthoni menyanyikan lirik yang kebetulan dia hapal.

Berada di pelukanmu

Mengajarkanku apa artinya kenyamanan

Kesempurnaan cinta

Anthoni tersipu sendiri. Senyum-senyum nggak jelas sendiri. Membayangkan jika Arial menembaknya. Lalu saling berpelukan karena Anthoni pasti akan menerimanya. Berciuman. Bersenggama eh ... terlalu cepat. Ber ... apa ya?

BRUAAAK

Tiba-tiba terdengar suara kaset-kaset yang berjatuhan. Anthoni menoleh ke sumber suara. Lalu menggeram penuh emosi. Di sana, tak jauh dari tempatnya membersihkan rak, satu shelving DVD terjatuh ke lantai. Kepingan-kepingan DVD-nya berhamburan. Para pengunjung mendekat ingin tahu. Pun Anthoni, yang ingin menjatuhkan eksekusinya pada si 'tersangka'.

Rak itu baru saja dibersihkan Anthoni. Dan sekarang main diberantakkan begitu saja? Oh pemuda kecil itu marah.

"Kamu...," Anthoni mengacungkan kain serbetnya. "Tersangka utamanya, kan?"

Yang dituding dengan kata 'kamu', dan disangka pelaku adalah bocah laki-laki memakai seragam SMA lusuh. Tinggi bocah itu ... Masha Allah. Anthoni yang udah berusia di atas dua puluh aja hanya sampai pundaknya. Di situ Anthoni merasa ... kadang dunia nggak adil.

"Bersihkan ini semua!" suara cempreng Anthoni memekakkan telinga, menenggelamkan suara Risky Febian yang masih mengalun di speaker. "Ayo buruan!" Anthoni menuntut. Berkacak pinggang.

Beberapa orang di sekitar Anthoni dan si 'tersangka' mesem-mesem melihat tingkah Anthoni yang makin terlihat lucu jika marah.

"DVD yang rusak wajib kamu ganti semua!" Anthoni masih menyalak.

Bocah SMA di hadapan Anthoni mendengus sombong. Dagunya terangkat penuh. Dia ... benar-benar kurang ajar. Berani-beraninya dia menantang anak kuliahan. Anak bau kencur juga sok berkuasa.

Anthoni maju. Ikut-ikutan mengangkat dagu. Kemudian berkacak pinggang. Lihatlah, Dek. Gue juga bisa kayak lo.

"Cepat beresin!"

Kerumunan pengunjung yang melihat ingin tahu semakin banyak. Membentuk lingkaran di mana Anthoni dan si bocah tersangka berada di tengahnya.

Si cowo dalang keributan itu masih bergeming. Bersedekap. Balik menantang Anthoni. Melangkah mendekat. Dan Anthoni terintimidasi. Meneguk ludah. Bocah itu ... jauh lebih besar dan tinggi dari dugaannya. Wajahnya tampan, sih. Rambutnya berantakan ala-ala bad boy gitu. Di kuncir kuda sekenanya, hingga anak-anak rambut yang nggak terikat, terlepas di balik kuping dan di depan dahi. Keren lah, tapi sumpah, sengaknya minta ampun.

Saat si bocah SMA itu berdiri menjulang di depan Anthoni, aroma cokelat memenuhi hidung Anthoni. Anthoni terpejam sesaat. Anthoni! Buka matamu! Sekarang bukan saatnya mengagumi sosok anak tengil itu. Lihatlah dia. Menjengkelkan banget gitu kan? Jangan tergiur, Nak. Jangan tergiur.

"Lo ... lo ... harus beresin ini semua!" Anthoni bersuara gugup. Jakun imutnya naik-turun. Matanya berotasi tidak tenang.

Anak tengil itu menautkan kedua alis tebalnya. Hidung besar dan bangir itu mengendus-endus kembang kempis. Keningnya yang tersembunyi di balik surai tampak berkerut.

"Ogah!"

Cuma satu kata. Ya, satu kata. Lalu anak SMA itu minggat. Meninggalkan Anthoni. meninggalkan para pengunjung yang udah menontonnya dari tadi. Meninggalkan serakan DVD di lantai.

Kurang ajar! Keterlaluan! Cuma satu kata tapi menjatuhkan harga diri Anthoni sebagai pramuniaga! Benar-benar minta digantung. Dikuliti. Anthoni marah. Tersinggung luar biasa. Dizalimi sedemikian rupa. Anthoni mengejar. Langkah kaki kecilnya bergerak cepat.

Saat berada di dekat sang perusuh, tanpa pikir panjang Anthoni langsung menyabetkan kain serbetnya ke punggung dia. Membuat cowok ingusan itu berhenti seketika. Berbalik badan. Menggeram murka.

"Mau lo apa?" dia mendesis keji. Oh Anthoni sangat nggak suka digituin.

"Kamu harus bereskan kaset-kaset yang kamu hamburkan!"

"Ogah!" ya ampun, kosakata itu sangat menyakiti hati Anthoni.

"Kamu nggak pernah diajari unggah-ungguh sama orangtuamu, ya? Kalau ngomong ama orang yang lebih dewasa itu harus sopan!" Anthoni nyaris berteriak. Mengentakkan kedua kaki nggak terima.

"Siapa yang lebih tua?" masih dikeluarkan dengan nada dingin yang sangat merendahkan dari mulut siswa itu, Anthoni semakin merasa dilecehkan.

"Kira-kira siapa yang lebih tua di antara kita? Kamu hanya anak ingusan kemarin sore yang bertingkah ngeselin."

"Lo...," cowok itu menekan pundak Anthoni kuat, "anak SD nggak usah banyak bicara."

Apa dia bilang? Anak SD? Anak SD rasa sempak? Oh ... Anthoni gemas. Dia sudah direndahkan sebagai pramuniaga. Dan sekarang dihina dengan dikatain masih anak SD. Lo bilang gue masih SD. Gue bisa buntingin lo seandainya lo punya rahim. Batin Anthoni nggak masuk akal.

"Aku bukan anak SD." Anthoni mencicit. Gigi kelincinya bergemelatukan. Mata hitamnya yang selalu terlihat berair, tampak melotot. Bibir tipisnya dia gigit. Anthoni dengan pose seperti ini malah terlihat semakin menggemaskan.

"Lalu apa?" cowok itu menyeringai. "Oh gue tahu," dia mengelus-elus dagunya. "Playgroup."

Hancur sudah image Anthoni sebagai anak kuliahan. Dia tersinggung bukan main. Pikiran Anthoni kalut. Teraduk-aduk. Dia mendekati remaja gigantisme tersebut. Lalu menggigit lengannya tanpa ampun.

Anak SMA itu terkejut. Berteriak lantang. Tangannya yang besar menghalau kepala Anthoni. Kemudian mendorongnya menjauh, hingga gigitan Anthoni membabi buta di lengannya terlepas. Anak itu terlihat jengkel. Sebel. Gondok. Dan sebangsanya. Dia mengusap lengannya kesal. Matanya menatap Anthoni nggak terima.

"Kenapa? Sakit? Hati aku lebih sakit tauk, kamu lecehkan seperti itu! Makanya, kamu harus bersihin DVD-DVD yang udah kamu hamburin!" Anthoni masih belum ikhlas. Ya iya lah, belum ikhlas. Hasil kerjanya sesorean ini harus berantakan hanya karena bocah ingusan itu.

"Lo benar-benar membuat waktu gue terbuang tahu nggak," si kerdil―pemikiran iri hati Anthoni―berbalut seragam putih abu-abu tersebut berbalik dan meninggalkan Anthoni.

Eh ... kok gini? Kan dia harus bertanggung jawab. Eh kok malah pergi? Dia tersangka utama....

Anthoni mengejar lagi. Nyampe di dekat pintu geser, Anthoni serta merta mencekal lengan liat cowo nakal tersebut. Kemudian menariknya kembali ke dalam. Ke TKP berhamburnya DVD-DVD Anthoni. Anthoni kewalahan. Tentu saja. Dia mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menggeret sang kebo―iya, cowo tadi berat dan gedhenya sekebo.

Mengeluarkan tenaga dalam guna mampu menyeret sang tersangka, Anthoni masih nggak mau menyerah. Sementara remaja berseragam lusuh itu hanya senyum-senyum nggak jelas. Bergeming di tempat. Sama sekali nggak bergeser. Oh ayolah ... kekuatan Anthoni hanya seperti butiran debu. Oke ini memang lebai, tapi kenyataannya Anthoni emang tak sanggup menarik seinchi pun tubuh giantnya.

Remaja tersebut tersenyum menyeringai. Ide jahil muncul. Dalam sekali gerakan, genggaman tangan Anthoni berpindah ke dalam genggaman tangannya yang lebar. Lalu, bye-bye adek playgroup ... dia melepas genggamannya. Anthoni tersungkur. Terhempas di ubin. Bunyinya gedebuk mengerikan. Tulang-tulangnya―yang diduga masih rawan―bersuara kratak-kratak.

Oh itu sangat keterlaluan. Tapi remaja itu malah senang. Tersenyum keji. Kemudian enyah meninggalkan Anthoni yang kesakitan.

"Kurang ajar!" Anthoni memberengut. Matanya berkaca-kaca. Saat dia membalik tubuhnya, si cowo tengil ngeselin minta ditiup ubun-ubunnya itu telah keluar dari toko. Anthoni mau menangis. Air matanya satu per satu berjatuhan.

Dia berusaha mencoba berdiri dengan susah payah. Lalu, ultimatum itu dijatuhkan tepat di atas kepala Anthoni.

Mas Charli udah berdiri bertolak pinggang di balik punggung Anthoni.

"Eh Mas Charli...," Anthoni nyengir. Mengusap air matanya.

Mas Charli terlihat geram. Matanya nyalang menatap tubuh mungil Anthoni.

"Kamu...," penuh penekanan Mas Charli menyembur Anthoni. "Dipecat."

.

.

.

.

==

Hai-hai, yawlah kira-kira ada yang kangen nggak sih dengan sayah dan si ganteng ChristianJCB

Sayah dan pasangan duet sayah yang soo  sexy datang lagi doong

Vote, komen, review, uneg-uneg, curhatan, kami tunggu yaaaah.

oh la la

Salam dari kami

Malagoar & ChristianJCB

Continue Reading

You'll Also Like

12.9K 2.1K 37
Can iseng dm Tin. Ketika Tin nanggepin, kok Can jadi baper? Boy x Boy 🔞🔞🔞🔞🔞
687K 57.8K 64
"Lo udah berusaha semampu yang lo bisa, dan itu cukup. Arsa, lo nggak perlu nyalahin diri sendiri atas masalah yang nggak sanggup lo tangani. Lo ngga...
3.5M 52.2K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
120K 9.6K 16
Annyeong, yorobun! Hola! Ini adalah cerita pertamaku di Wattpad. Mungkin ini rada absurd dan gaje, tapi coba kalian baca aja deh. Mendekati hari ibu...