The Castle

By Durimawar

60.7K 3.7K 198

Acara kunjungan sekolah yang mengganggu agenda hari Mingguku, ternyata membawa kami pada sebuah tempat tak te... More

[Author Note]
[1] Kunjungan Sekolah
[2] Pertemuan Tak Terduga
[3] Memori
[4] Latihan Pertama
[5] Di Balik Labirin
[6] Hilang
[7] Ambisi Petarung
[8] Day Off
[9] Puteri Katerina
[10] Halusinasi
[11] Lutfi, Aku, dan Katerina
[13] Kehilangan
[14] Kelabu
[15] Hari Penobatan
[16] Pertarungan Dingin
[17] Kelam
[18] Saat Semuanya Runtuh

[12] The Truth

1.8K 151 9
By Durimawar

"Tetapi Katerina..." Lutfi menjawab sekuat tenaga, bahunya naik turun, napasnya menggebu-gebu menahan emosi.

"Ia tetaplah adikmu!"

"A-adik??" ulangku terbata-bata.

Adik!????????

"Katerina! Ayah memintamu untuk datang ke sini bukan untuk menyerangnya secara tiba-tiba!"

Sosok Raja Deandels muncul, membuat Katerina serta pasukannya mendadak bungkam dan membelah barisan saat Raja Deandels berjalan mendekat.

"Ayah? In your wildest dream, Sir"

Katerina melangkah maju, mendecakkan pinggangnya dan tersenyum hambar.

"Lepaskan mereka," ujar Raja Deandels memerintah.

Para pengawal itu langsung melepaskan kami berdua. Aku langsung berlari menghambur ke arah Lutfi. Ia merangkulku pelan, berusaha memberikan sinyal kepadaku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Cepat bawa Kirana ke dalam kerajaan!" perintah Raja Deandels lagi.

***

Ia membawaku naik ke sebuah kereta kuda yang tadi ditumpangi Raja Deandels. Aku hanya menyandarkan bahuku resah, menggigit-gigit bibirku dengan cemas.

Lutfi merengkuh jemarinya untuk menggenggam tanganku. Membuatku sedikit kaget, namun tidak melepaskan genggamannya dari tanganku.

Entah kenapa aku selalu merasa nyaman dan aman berada di sekitarnya. Dan aku harap ini hanyalah perasaan nyaman karena merasa dilindungi oleh figur seorang kakak. Mengingat umurnya terpaut 4 tahun di atasku.

"It's too much!" kupegang pelipisku yang terasa semakin berdenyut-denyut, memikirkan semua informasi-informasi abstrak yang seperti kepingan puzzle dalam ingatanku.

"Lo akan tahu tentang semuanya nanti, Na. Sebentar lagi kita sampai, dan gue mau lo tetap tenang, oke?"

Aku mengangguk pelan dan tersenyum singkat. Kereta kuda ini berjalan semakin cepat. Aku menerawang ke luar jendela, menyaksikan bayangan-bayangan pohon berkelebat dengan cepat.

Secepat inikah kehidupanku akan berubah?

***
"Kamu bersedih sayang?"

Sesosok bayangan hitam itu membelai lembut pundak Katerina kecil. Ia merangkulnya, seakan ingin meredam isak tangis yang sudah ditahan anak itu sedari tadi, atau bahkan sejak lama.

"Jangan bersedih.." ucap penyihir itu sumbang.

"Aku di sini, aku membantumu sayang"

Penyihir itu berlutut, menyamakan pandangannya dengan Katerina.

"Aku hanya ingin disayangi seperti mereka menyayangi adik baruku.." Katerina menggigit bibir bawahnya.

"Aku tahu," penyihir itu mengangguk paham.

"Memang salah ya kalau aku ini bukan anak kandung Ayah Deandels? Setidaknya aku masih anak kandung Ibuku kan? Jadi tentu saja itu bukan masalah yang besar untuk...."

"Ssstt" penyihir itu meletakkan telunjuknya di bibir Katerina.

"Begini, aku bisa saja menghilangkan adikmu itu dari The Castle, kurasa itu yang kau inginkan bukan?"

"Maka semuanya akan kembali seperti dulu. Semuanya, Katerina. Kasih sayang yang selama ini tidak pernah kau dapat lagi."

"Kau....kau serius?" tanya Katerina tergagap.

"Kamu bisa memegang janjiku, anak manis"

Penyihir itu tersenyum penuh kemenangan. Mudah saja tentunya membuat seorang anak lugu percaya akan janji-janji manisnya.

Dengan menghilangnya Puteri Kirana, Holoscus Castle tidak akan jadi menikahkannya dengan putra mereka untuk memperkuat kerajaan.

Penyihir itu dapat kembali menggerogoti kerajaan The Castle dari dalam. Menghancurkannya pelan-pelan. Karena ia lah, keturunan ke-6 penasihat kerajaan yang sempat naik tahta menjadi seorang raja. Begitu pula dengan mimpinya. Sebentar lagi, ia harap tidak akan menyandang nama seorang penasihat kerajaan lagi.

*

"Ibu..... Katerina..minta maaf, aku sangat menyesal, aku mohon jangan salahkan dirimu sendiri di depan Ayah..."

Penyihir itu menepati janjinya. Tepat pada ulang tahun Kirana yang yang ke-6, ia menghilang di tempat tidurnya.

Semua orang terhenyak saat hendak memberikan kejutan padanya di tengah malam, namun tidak menemukan apa pun selain bantal serta sprei tidurnya yang masih tersusun rapih.

Berita itu dengan cepat menyebar dan secepat itu pula semua orang seperti dirundung kabut kesedihan. Puteri kesayangan mereka telah hilang tanpa jejak sedikit pun.

Katerina menceritakan perjanjiannya dengan penyihir, atau penasihat kerajaan yang berkhianat itu pada Ratu Hadeline.

Tidak ada tatapan benci sedikit pun dari sorot mata Ratu Hadeline saat mengetahui hal itu. Ia justru menangis, merasa menjadi ibu paling buruk di dunia.

"Ibu tidak ingin kamu terus-menerus merasa sakit dan merasa tidak disayangi, Katerina"

"Biarkan ibu mengakui semua perbuatanmu, biarkan ibu yang menanggung semua resiko buruknya,"

"Tapi...ibu.."

"Tidak apa-apa sayang. Terkadang, kita memang harus berkorban untuk seseorang yang benar-benar kita sayangi,"

"Dan ibu ingin engkau tahu, bahwa ibu tentu sangat menyayangimu Katerina"[].

***
Aku terbangun dari tidurku. Kini halusinasi itu semakin jelas. Memaparkan semua kejadian-kejadian masa laluku secara gamblang. Membuatku tidak percaya dengan kemampuan diriku sendiri.

Kemampuan mengendalikan mimpi.

Perlahan aku duduk dan menyandar di kerangka tempat tidur. Aku dan Lutfi sudah sampai di kerajaan. Ibu Melinda menyapaku hangat, merangkulku seakan aku ini benar-benar tamu yang sangat diinginkan. Selain menjadi klan penjaga kuda, ia adalah kepala pelayan yang setia di The Castle.

Dan disitulah ia menceritakan semuanya.

Tentang mimpiku.

Tentang semua halusinasi yang selalu aku abaikan.

Ia bilang aku memiliki kemampuan mengendalikan mimpi, seperti kemampuan Ratu Hadeline, ibuku.

Setiap keturunan asli kerajaan pasti memiliki kemampuan khusus yang dimilikinya sejak lahir. Namun, hal ini tidak dimiliki Puteri Katerina. Untuk mendapatkan garis keturunan kemampuan khusus, kita harus memiliki kedua orang tua yang berkemampuan khusus pula.

Dan Katerina bukanlah anak kandung Raja Deandels.

Ratu Hadeline sebelumnya telah menikah dengan seorang raja lain, raja biasa yang tidak memiliki garis keturunan khusus.

Lalu, Ibu Melinda memintaku berbaring, menyanyikan lullaby yang selalu ia senandungkan saat menidurkanku sewaktu kecil. Dan tidak salah lagi, lagu itu memang terdengar sedikit familiar di telingaku. Dalam beberapa menit aku pun terlelap.

Dan berhasil memimpikan masa laluku.

"Apa gerangan yang engkau mimpikan Kirana?" Ibu Melinda menatapku cemas.

Entahlah aku harus memulai darimana. Aku sendiri masih kaget dan belum terbiasa dengan semuanya.

"Siapakah Farandes?" tanyaku pada Ibu Melinda.

Penyihir itu bernama Farandes, setidaknya itu panggilannya sebagai seorang penasihat kerajaan.

"Seorang penasihat kerajaan,"

Tepat sekali.

"Ia sudah dihukum gantung sekitar 5 tahun yang lalu" lanjut Ibu Melinda.

"Kau memimpikan tentangnya?" tanya Lutfi di samping kananku.

Aku mengangguk cepat.

"Ia adalah seorang pengkhianat yang telah melenyapkanmu dari The Castle, dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ibumu sendiri yang menyuruh Farandes untuk melakukan hal itu,"

"Tidak ada yang tahu akan hal ini selain para penghuni kerajaan utama. Rahasia ini disimpan rapat-rapat meskipun Ratu Hadeline telah pergi dan membangun Defends Castle,"

"Bukan," ucapku memotong.

"Katerina lah yang melakukan itu."

"Katerina?" Ibu Melinda terhenyak.

"Sudah kuduga, gadis manisku itu sudah sejak dulu berubah menjadi wanita yang kejam dan hanya memikirkan dirinya sendiri." jawab Ibu Melinda sedikit kaget, namun seakan sudah memprediksi hal ini.

"Apa kau bilang? Katerina?" Lutfi menatapku tak percaya.

"Iya, Ratu Hadeline berusaha menutupi hal itu dengan mengaku bahwa ia lah yang menyuruh Farandes"

"Tetapi Katerina tidak bermaksud seperti itu bukan?" elak Lutfi.

"Aku tahu, ia hanya termakan buaian Si Bengis Farandes kan?" balasku.

"Aku memang sedih melihatnya selalu murung dan sering menyendiri semenjak kelahiranmu," ucap Ibu Melinda.

"Yah, kau tahu Raja Deandels tentu saja lebih menyayangi anak kandungnya sendiri. Ia bahkan sudah menulis kebijakan khusus saat ia meninggal, putri keduanya lah yang akan naik tahta menggantikan posisinya," jelas Ibu Melinda.

Aku? Menjadi seorang ratu?

"Namun ketentuan kerajaan tetap berlaku, seorang puteri tidak bisa memimpin sendirian menjadi seorang ratu di kerajaannya sendiri. Ia harus didampingi seorang raja. Sehingga Kerajaan Holoscus yang memiliki seorang putra tunggal, sepakat menikahkannya denganmu saat kalian sudah besar nanti."

"Kalian?" tanyaku bingung.

"Iya, kamu dan Pangeran Lutfi. Kamu sudah tahu bahwa ia adalah Pangeran dari Kerajaan Holoscus bukan?"

Pangeran?

***
A.n

Ini part paling susah yang aku buat.....yaampun susah banget...direvisi berapa kali ya.

Vote dan comment jangan lupa ya!

Next part ada bonus.

Continue Reading

You'll Also Like

338K 23.1K 24
Kanara menyadari dirinya memasuki dunia novel dan lebih parahnya lagi Kanara berperan sebagai selingkuhan teman protagonis pria yang berujung di camp...
2.1M 189K 39
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
3M 197K 48
Elisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialny...
519K 57.6K 64
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...