[6] Hilang

2.2K 172 4
                                    

"KIRANAAAAAA"

Baru saja aku membuka mata sembari mengumpulkan nyawa. Tetapi suara nyaring Tia tiba-tiba terdengar memekakkan telinga.

"Diam...kamu mengganggu pagiku saja"

"Ye ye yeee yeee" ucapnya girang.

Bukannya diam, ia malah memelukku senang. Ia berjoget tidak jelas membuatku sontak bertanya-tanya.

"Kamu kenapa Ti?"

"Yah, masa kamu tidak ingat Ki? Ini sudah hari ketujuh kita di The Castle!" jawab Tia senang.

Hah, seminggu? Cepat sekali rasanya hari demi hari berlalu. Padahal, rasanya baru kemarin kami tiba-tiba berada di sini. Baru-baru ini pula aku mulai merasa nyaman tinggal di The Castle.

Seakan tahu ke mana arah pembicaraan ini akan menuju, aku menunduk menatap sprei kasurku lamat-lamat.

Itu berarti mereka akan mengajakku pulang.

"Mengapa kamu diam saja? Kamu senang kan?" tanya Tia sambil mengguncang-guncang bahuku.

"Eh iya kok!" ucapku sambil tersenyum.

"Duh si Faras ke mana ya, mengambil flashdisk saja lama sekali"

Tia mulai bangkit dan berjalan mondar-mandir tidak sabaran di depanku.

Wajah Tia berangsur-angsur menjadi sumringah saat dilihatnya Faras berjalan mendekat ke arah kami. Namun aku menangkap ekspresi aneh yang ditunjukkan oleh Faras kepada kami. Tepatnya, tatapan geram yang hanya ia tujukan padaku.

"Mana fla...." Pertanyaan Tia seketika terputus.

"Ki! Aku tidak main-main ya!" Faras memotong pertanyaan Tia.

Ia berbicara membentak dengan nada tinggi. Seakan menggebu-gebu, ia langsung berteriak menghampiriku. Aku semakin bingung melihat sikap anehnya.

"Kenapa Far? Ada apa?" tanyaku cemas sembari bangkit untuk menghampirinya.

"Kamu yang kenapa Ki!" ia menatapku tajam, mendorong bahuku.

"Kamu kan yang menghilangkan flashdisk itu?" tanyanya geram.

Flashdisk itu hilang?

"Hah? Flashdisknya itu hilang Far? Ki, bener kamu yang mengambilnya?" mendengar hal itu, Tia langsung gelagapan.

"Mengapa kalian berasumsi seperti itu? Demi Tuhan aku tidak mengambilnya Far!" belaku.

"Bohong! Ini pasti karena Fauzi kan?" tanya Faras tak percaya.

"Sama sekali tidak! Apa hubungannya dengan Fauzi?"

"Ki, jangan karena kamu senang bertemu Fauzi lagi, kamu sampai mengorbankan sahabatmu demi dia" ucap Tia lirih.

***

Aku berani bersumpah, bukan aku yang mengambil flashdisk atau remote sialan itu. Senyaman apa pun aku di sini. Sesenang apa pun aku bertemu dengan Fauzi. Aku tidak akan sampai hati untuk menghalalkan segala cara agar kami tidak bisa pulang.

Siapa pula yang tidak merindukan keluarganya? Siapa pula yang rela menetap di negeri antah berantah dengan harapan pulang yang semakin kecil? Tidak ada.

Aku masih ingin dibuatkan sarapan oleh ibuku. Aku masih ingin diantar pulang oleh ayahku. Bahkan aku masih sangat ingin melanjutkan hidupku kembali di sana.

Aku pun ingin pulang, sama seperti mereka.

"Ngapain kamu sendirian di sini?"

Sebuah suara tiba-tiba terdengar mengagetkanku. Sontak membuatku menoleh ke sumber suara.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang