[16] Pertarungan Dingin

1.7K 134 10
                                    

Author pov

Darurat. Pasukan petarung dari The Castle hanya berjumlah 1/3 dari pasukan penyerang Defends Castle.

Sampai saat ini pertahanan hutan lindung sudah berhasil mereka tembus. Satu kawasan lagi, mereka akan sampai di kerajaan utama. Pecahlah peperangan besar jika hal itu akan terjadi.

Fauzi, walau terlihat sedikit gentar, ia tetap berusaha memimpin pasukannya dengan baik. Ia terus menyahutkan mode-mode pertahanan, dan berdiri di barisan paling depan saat mengawal yang lainnya.

"Ke arah Selatan! Cepat semua cepat! Aku bisa urus ini sendiri!" teriak Fauzi.

Hampir 10 orang penembak mengangguk dan mengikuti perintahnya.

Mereka semua meninggalkan Fauzi di kawasan yang sudah tersisir--aman. Ia terus berjalan waspada, sesekali ia memutar badan untuk melihat ke sekeliling. Sampai saat ini, semua aman.

Ia harus kembali menyusul pasukannya ke arah Selatan.

Buk

Sebuah bilah kayu besar tiba-tiba memukul punggungnya telak. Membuat Fauzi jatuh terjerembab, tak menyangka akan adanya serangan aneh yang muncul tiba-tiba.

"Sial," umpatnya saat melihat seseorang menunggangi kerbau, berdiri dengan angkuh di depannya.

"Siap untuk mati, kawan?" orang itu menatap Fauzi bengis.

"Tidak akan! Engkau lah yang akan menyiapkan kuburanmu sendiri!"

Fauzi langsung berdiri tegap, menguatkan kedua kakinya ke tanah. Kerbau itu mulai mengejarnya, Fauzi berlari secepat mungkin sambil sesekali melepaskan peluru ke arah mereka.

Ia tidak sadar bahwa orang itu telah menggiringnya pada jalan buntu.

Fauzi kembali menembak mereka, walau tembakkannya tidak tepat sasaran, setidaknya cukup membuat mereka oleng dan jatuh ke samping.

Fauzi terengah-engah, menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon besar. Ia tidak bisa lari lagi sekarang, ia harus menghadapi orang itu.

Kerbau putih besar itu mendengus, menggeleng2 kepalanya, menyingkirkan semua lumpur dari bulunya. Napasnya mendengus, seakan menatap Fauzi seperti santapan makan malamnya.

Dan benar saja, kerbau itu dengan sigap menerjang Fauzi yang mulai lelah. Fauzi langsung jatuh terjengkang, terhimpit di antara batu besar dan sebuah pohon.

Tanduk itu. Tanduk itu berada tidak lebih dari dua jengkal di depannya. Ia. Harus menembak kerbau sialan itu.

"Sial! Amunisi, amunisinya perlu 10 detik untuk re-load!" Fauzi terus mengumpat kasar.

10....9...8 sepuluh detik terlama dalam hidup Fauzi.

Bisa jadi 10 detik, hitungan mundur menuju kematiannya.

7....6...5...

Kerbau itu terus mendekat, seakan ikut merasakan bagaimana panasnya pertarungan antara tempat asalnya dengan The Castle.

Tiba-tiba seseorang yang tadi menunggangi kerbau itu berlari dari arah belakang kerbaunya. Ia pasti akan melompat melewati kerbau itu, dan dengan sigap menembbak tenggorokkan Fauzi dari jarak dekat jika hal itu akan terjadi.

Ia harus berpikir cepat. Cepat. Cepat.

3......

Ini pilihan terakhirnya. Fauzi harus memegang tanduk kerbau itu, untuk mengarahkan rahang bawahnya yang lunak semakin menjulur. Dengan begitu, pelurunya akan mudah menembus kepala kerbau itu, dan sedikit melumpuhkan orang tadi saat melompat di atasnya.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang