[9] Puteri Katerina

2.1K 164 3
                                    

"Pedang!"

"Ya! Siap!" seluruh pasukan paling kiri berteriak serempak.

"Penembak!"

"Ya! Siap!" senapan laras panjang terangkat, diikuti oleh seruan para pasukannya.

"Pemanah!"

"Ya! Siap!" pasukanku langsung menyahut dengan serempak.

"Baik! Semua dengarkan instruksi dari saya dengan sungguh-sungguh!" ujar Fauzi sembari berjalan mengitari barisan-barisan petarung.

"Semua petarung harus selalu bersiaga di daerah yang lemah akan pertahanan! Fokus mereka adalah membiarkan satu dua orang lolos menyusup, dan membukakan pintu masuk yang lebih besar,"

"Motif dari serangan bertubi-tubi ini dimulai saat salah seorang utusan mereka mengunjungi Raja Deandels. Dan saya yakin, hal ini ada hubungannya dengan masa lalu keluarga The Castle"

"Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, lindungilah keluarga kerajaan lebih dari apa pun!"

"Baik! Itu saja yang dapat saya sampaikan!"

Ia menjelaskan secara singkat dan jelas, serta menutup pembicaraannya dengan tegas.

Walaupun pemilihan ketua itu masih dalam pelaksanaan, dalam pertarungan kali ini Fauzi kembali dipercaya untuk memimpin pasukan.

Dan ini adalah pertarunganku yang kedua. Kami semua dikirim ke hutan lindung wilayah Timur, tempat yang sudah diperingati sinyal waspada oleh para mata-mata.

Aku memang belum sepenuhnya sembuh dari sakitku kemarin. Tetapi, aku tidak boleh memanjakan diriku di tempat yang sekeras ini. Lagipula aku ini bukan pasukan pedang yang membutuhkan tenaga ekstra, dan bertarung langsung dengan jarak yang sangat dekat. Jadi, aku akan memilih mode bertahan untuk pertarungan kali ini. Setidaknya untuk menghindarkan kelengahanku yang masih tidak enak badan.

Sambil mengedarkan pandanganku ke sekitar hutan lindung yang ditumbuhi oleh pepohonan tua, aku meneliti setiap ruang yang dapat kugunakan sebagai benteng pertahanan.

Melihat sebuah pohon besar yang tak jauh dari tempatku berdiri, aku langsung berlari dan bersembunyi di sana.

Sambil menunggu aba-aba, sebuah anak panah runcing sudah terpasang sempurna di busur kokoh milikku ini. Buku-buku jariku menegang, karena menggenggam kayu busur terlalu kuat. Aku harus selalu siaga jika melihat ada musuh yang lewat. Di tempat seperti ini, para musuh sangat mudah berkamuflase dibalik rindangnya pepohonan. Kalau mataku tidak jeli, mereka pasti akan lolos dengan mudah.

Sccctaarrrrr

Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas dihadapanku. Itu adalah bayangan anak panah yang dilesatkan oleh pemanah yang lain. Kuacungkan busurku ke depan, mewanti-wanti pergerakan lawan yang mulai dapat kukenali.

Saat melihat bulu-bulu putih yang berjalan diantara rumput-rumput panjang, aku langsung mengenali bahwa itu adalah kerbau tunggangan mereka. Kulesatkan anak panahku ke arah salah satu kaki kerbau itu. Tepat sasaran. Anak panahku sukses menancap di kaki kerbau itu, membuatnya tersentak sebelum akhirnya jatuh berdebum. Ikut menjatuhkan penunggangnya secara refleks.

Dan secepat kilat pula seseorang klan petarung kami melompat keluar persembunyian. Dia adalah petarung pedang. Petarung itu menyabetkan pedang panjangnya, menuai pertikaian sengit antara ia dan penunggang kerbau tadi.

Aku masih terus melancarkan serangan yang melemahkan pergerakan lawan. Derap kerbau-kerbau mereka semakin keras terdengar. Namun staminaku mulai menurun, dapat kurasakan pandanganku yang seringkali kabur dan berkunang-kunang.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang