[7] Ambisi Petarung

2.4K 165 5
                                    

Kami pun berjalanan berdua meninggalkan Lutfi. Sebenarnya dilihat dari penampilan Fauzi yang terlihat lelah dan dibanjiri peluh, aku tahu ia pasti baru saja selesai latihan.

Aku senang sekali mengetahui hal itu. Itu berarti ia rela tidak beristirahat dahulu dan memilih untuk menemaniku pulang hari ini.

"Tadi kamu pergi ke mana dengan Lutfi?" tanya Fauzi.

"Dia....bantuin aku untukbmeminta kembali remote yang waktu itu aku ceritakan ke kamu"

"Memang remot itu kenapa? Hilang?"

Aku hanya mengangguk lesu.

"Kenapa tidak minta tolong Tia dengan Faras?" tanyanya lagi.

"Itu dia, mereka mengira aku yang ngambil remote itu. Mereka menuduhku menghalangi mereka untuk pulang, karena mengira aku ingin berlama-lama di sini denganmu,"

Giliran Fauzi yang kini mengangguk pelan.

"Eh Ki," panggil Fauzi.

"Iya??"

"Aku mau mencalonkan diri lagi menjadi Ketua rombongan petarung kelas A" ucapnya.

"Wihh bagus berarti!"

"Tetapi kali ini petarungannya beda, kami dikirim ke wilayah Barat. Wilayah latihan paling berbahaya. Makanya testnya pun akan lebih susah" jelasnya.

"Aku yakin kamu pasti akan lolos, sama seperti sebelumnya"

"Kamu mau kan menungguku? Maksudku, kita mungkin tidak akan bertemu selama beberapa bulan karena aku akan mulai sibuk"

Hening sejenak meliputi kami berdua. Mulai sibuk? Sibuk seperti apa lagi yang sedang ia bicarakan?

"Iya tenang saja" ucapku sambil mengulum senyum paksaan.

"Tidak usah terlalu dipikirkan Ki," ia bertingkah canggung sambil mengusap-usap tengkuknya.

"Aku tisak akan meninggalkan kamu terlalu lama. Aku kan sayang sama kamu Ki"

Lagi-lagi aku mencubit pinggangnya geram.

***

"Udah siap Ki?"

"Busur udah, panah lancip, dua mata, sip udah semua nih" jawabku sambil memanggul tas lampir ke punggungku.

"Hati-hati ya! Semangat! Kamu jangan terlalu jauh dari aku ya, biar masih bisa ngawasin kamu kalo ada apa-apa" ucap Fauzi.

"Iya bawel" aku terkikik geli sambil kembali menyiapkan persenjataan.

Hari ini adalah hari pertamaku terjun langsung ke dalam petarungan. Ini juga pertarungan pertamaku dengan Fauzi.

Aku sebenarnya cukup gugup. Oke sangat gugup saat ini. Aku juga cukup kaget mengetahui informasi yang diberikan oleh Fauzi tadi. Bahwa kami sebagai klan petarung tidak boleh menyentuh tanduk kerbau milik musuh saat sedang bertarung.

Tidak boleh.

Ia bilang, tanduk itu sudah diberi mantra kutukan khusus untuk kalangan The Castle. Jadi, barang siapa saja yang menyentuh tanduk itu ia akan terkena kutukan yang mematikan.

Dan itu semakin membuatku takut.

Bagaimana tidak? Seorang anak yang dulunya hanya bermalas-malasan di sofa, bermain hp, dan membaca buku dengan santai kini dipaksa untuk bertarung sungguhan.

Sebuah peluit panjang langsung mengagetkan para petarung yang sedang bersiap-siap. Mereka langsung buru-buru mengemasi barang dan berlari menuju lapangan utama.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang