[12] The Truth

1.8K 151 9
                                    

"Tetapi Katerina..." Lutfi menjawab sekuat tenaga, bahunya naik turun, napasnya menggebu-gebu menahan emosi.

"Ia tetaplah adikmu!"

"A-adik??" ulangku terbata-bata.

Adik!????????

"Katerina! Ayah memintamu untuk datang ke sini bukan untuk menyerangnya secara tiba-tiba!"

Sosok Raja Deandels muncul, membuat Katerina serta pasukannya mendadak bungkam dan membelah barisan saat Raja Deandels berjalan mendekat.

"Ayah? In your wildest dream, Sir"

Katerina melangkah maju, mendecakkan pinggangnya dan tersenyum hambar.

"Lepaskan mereka," ujar Raja Deandels memerintah.

Para pengawal itu langsung melepaskan kami berdua. Aku langsung berlari menghambur ke arah Lutfi. Ia merangkulku pelan, berusaha memberikan sinyal kepadaku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Cepat bawa Kirana ke dalam kerajaan!" perintah Raja Deandels lagi.

***

Ia membawaku naik ke sebuah kereta kuda yang tadi ditumpangi Raja Deandels. Aku hanya menyandarkan bahuku resah, menggigit-gigit bibirku dengan cemas.

Lutfi merengkuh jemarinya untuk menggenggam tanganku. Membuatku sedikit kaget, namun tidak melepaskan genggamannya dari tanganku.

Entah kenapa aku selalu merasa nyaman dan aman berada di sekitarnya. Dan aku harap ini hanyalah perasaan nyaman karena merasa dilindungi oleh figur seorang kakak. Mengingat umurnya terpaut 4 tahun di atasku.

"It's too much!" kupegang pelipisku yang terasa semakin berdenyut-denyut, memikirkan semua informasi-informasi abstrak yang seperti kepingan puzzle dalam ingatanku.

"Lo akan tahu tentang semuanya nanti, Na. Sebentar lagi kita sampai, dan gue mau lo tetap tenang, oke?"

Aku mengangguk pelan dan tersenyum singkat. Kereta kuda ini berjalan semakin cepat. Aku menerawang ke luar jendela, menyaksikan bayangan-bayangan pohon berkelebat dengan cepat.

Secepat inikah kehidupanku akan berubah?

***
"Kamu bersedih sayang?"

Sesosok bayangan hitam itu membelai lembut pundak Katerina kecil. Ia merangkulnya, seakan ingin meredam isak tangis yang sudah ditahan anak itu sedari tadi, atau bahkan sejak lama.

"Jangan bersedih.." ucap penyihir itu sumbang.

"Aku di sini, aku membantumu sayang"

Penyihir itu berlutut, menyamakan pandangannya dengan Katerina.

"Aku hanya ingin disayangi seperti mereka menyayangi adik baruku.." Katerina menggigit bibir bawahnya.

"Aku tahu," penyihir itu mengangguk paham.

"Memang salah ya kalau aku ini bukan anak kandung Ayah Deandels? Setidaknya aku masih anak kandung Ibuku kan? Jadi tentu saja itu bukan masalah yang besar untuk...."

"Ssstt" penyihir itu meletakkan telunjuknya di bibir Katerina.

"Begini, aku bisa saja menghilangkan adikmu itu dari The Castle, kurasa itu yang kau inginkan bukan?"

"Maka semuanya akan kembali seperti dulu. Semuanya, Katerina. Kasih sayang yang selama ini tidak pernah kau dapat lagi."

"Kau....kau serius?" tanya Katerina tergagap.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang