The Castle

By Durimawar

60.7K 3.7K 198

Acara kunjungan sekolah yang mengganggu agenda hari Mingguku, ternyata membawa kami pada sebuah tempat tak te... More

[Author Note]
[1] Kunjungan Sekolah
[2] Pertemuan Tak Terduga
[3] Memori
[4] Latihan Pertama
[5] Di Balik Labirin
[6] Hilang
[7] Ambisi Petarung
[9] Puteri Katerina
[10] Halusinasi
[11] Lutfi, Aku, dan Katerina
[12] The Truth
[13] Kehilangan
[14] Kelabu
[15] Hari Penobatan
[16] Pertarungan Dingin
[17] Kelam
[18] Saat Semuanya Runtuh

[8] Day Off

2.2K 164 6
By Durimawar

Hari ini aku sedang tidak enak badan. Sejak pertarungan kemarin, aku memilih untuk pulang dan langsung tertidur setelah mengobrol dengan Faras dan Tia.

Saat bangun tidur, pusing seakan menyergap di kepalaku. Tubuhku serasa remuk bahkan terlalu lemas untuk sekedar berjalan. Tidak biasanya aku bisa seletih ini, padahal latihan fisik yang cukup keras selalu dengan mudah bisa kujalani. Faras dan Tia juga bilang kalau aku mengigau dalam tidur.

Jadi ya seharian ini aku hanya berbaring di kasur.

Tok tok tok

"Masuk aja Far, Ti" hirauku lemas.

Melihat sosok yang membuka pintu bukanlah Faras atau pun Tia, aku sedikit kaget dan mengerjapkan mata.

Fauzi berdiri canggung di ambang pintu, sebelum akhirnya ia melangkah masuk ke kamarku. Ia menarik kursi meja belajar dan duduk di sisi tempat tidurku. Tangannya membawa nampan kayu berisi makanan dan minuman. Ia duduk di sebelahku dan tersenyum lembut sambil mengusap dahiku.

"Masih gak enak badan ya sayang?" tanyanya.

"Yagitu deh hehehe" jawabku sambil tertawa datar.

"Ck... Ditanya kok jawabnya gitu" ucapnya pura-pura mendecak kesal.

"Tadi kamu gaada di ruang makan pas sarapan, aku tanya ke Faras katanya kamu sakit,"

"Jadi aku langsung cepet-cepet abisin makanan, trus bawain sarapan deh buat kamu. Pasti kamu belum makan kan?" lanjutnya lagi.

"Belum hehehe" jawabku.

"Suapin..." ucapku pelan.

Ia menatapku sekilas, sebelum akhirnya tertawa geli.

"Hahahah wah itu sih pasti, seneng banget aku nyuapin kamu. Oke buka mulutnya ya... Aaaaaaaaa"

"Aaaa.." aku membuka mulutku pelan.

Ia mengambil sesendok bubur dari mangkuk yang dibawanya. Tangannya terulur ke depan mulutku dengan perlahan. Mulutku terus terbuka menunggu makanan itu ---cepat-cepat untuk disuapkan---

Tetapi, tiba-tiba tangannya seakan menarik kembali sendok itu. Menariknya ke belakang, membuat kepalaku tanpa sadar terjulur ke depan mengikuti arah sendoknya. Saat kepalaku menjulur ke depan, ia menaruh kembali sendok itu ke dalam mangkok.

Dan tiba-tiba saja mencium keningku yang entah mengapa sudah berjarak 3cm di depannya.

Seketika itu pula pipiku bersemu merah. Aku menunduk berusaha menyembunyikan rona-rona memalukan ini dari pandangannya.

"Ish... Disuapin, bukan dicium tau mintanya" ucapku pura-pura jengkel.

"Gakpapa kan sekalian, sambil menyelam minum air hahaha" jawab Fauzi sambil tertawa jahil.

"Yaudah, siniin aku mau makan sendiri aja"

"Loh, gaboleh"

"Kamunya lama"

"Yaudah sini Aaaaaaaaaa"

"Gamau ah nanti dicium lagi"

"Enggak sayang"

Dengan cekatan, aku mengambil sendok dari tangannya dan menyuapkan isinya sendiri ke dalam mulutku.

"Nah kalo kayak gini kan enak hahahaha" ucapku sambil memeletkan lidah ke arahnya.

"Haha iya dehhh"

***

"Kamu ini loh, dari dulu masih aja keras kepala. Masa lagi sakit minta jalan-jalan ke taman?" ucap Fauzi setengah kesal.

Setelah acara suap-suapan yang berlangsung lama itu, entah kenapa rasanya aku sudah sangat bosan hanya berbaring di kamar. Jadi aku memintanya untuk menemaniku ke taman di belakang lapangan utama.

Aku baru tahu taman ini saat aku pulang sendirian dari ruang makan. Huh kalau saja aku tahu tempat ini dari dulu, mungkin aku akan menghabiskan waktu istirahatku di sini terus.

"Aku kan bosen tiduran muluu" jawabku sambil megerutkan bibirku cemberut.

"Ehhh ehehe iya-iya boleh kok Ki, haish jelek kamu kalo cemberut kayak gitu" ucapnya seakan berhasil terhasut oleh wajah memelasku.

Aku tersenyum ke arahnya. Sambil menarik napas panjang, aku berusaha menikmati atmosfer ketenangan di taman ini.

"Tumben, kamu lagi gak sibuk nih?" tanyaku.

"Gak kok gapapa, sekali-sekali aku mau nemenin kamu aja"

Aku hanya manggut-manggut pelan.

"Makasih ya..."

"Untuk?" tanyanya sambil mengerlingkan mata.

"Iya... Untuk waktu yang udah kamu luangin buat aku"

"Waktu, sesuatu yang jarang banget bisa kamu kasih ke aku" lanjutku pelan.

Ia sedikit kaget mendengar ucapanku.

"Maaf ya Ki" entah sudah berapa kali kata itu terucap dari bibirnya.

"Mau gimana lagi? Aku kan harus ngikutin tes pemilihan ketua itu. Gak baik juga aku udah kelas A tapi malah malas-malasan gitu mau tes"

"Iya aku ngerti kok"

"Maaf ya, aku jadi gaenak kalo udah ngomongin ginian. Kesannya aku ganggu kamu banget..." ucapku lirih.

"Enggak kok Ki"

"Aku justru sayang banget sama kamu Ki. Mungkin ini hal kedua yang sering aku bilang ke kamu setelah kata maaf" ujarnya sambil menerawang ke atas.

"Aku janji, sehabis pertarungan di blok Barat itu selesai, aku bakal sepenuhnya luangin waktu buat kamu"

"Aku janji aku gak akan ninggalin kamu" ujarnya.

"Janji ya?" ucapku sambil mengacungkan kelingkingku.

"Janji" jawabnya sambil menautkan kelingkingnya.

Dan di situlah. Tepat di mana sebuah penghargaan telah dinobatkan kepadaku. 'Orang Paling Bahagia Sedunia'
Dengan seseorang yang dicintainya, di taman yang tenang dan seindah ini.

***

"Far, Ti ayo buruan setengah jam lagi kan ada jadwal latihan" seruku di ambang pintu.

"Bentarrr tunggu dulu ye, gue lagi nyiapin tas" jawab Tia dari dalam.

Aku hanya tersenyum kecil melihat mereka yang suka sibuk sendiri kalau mau latihan. Menyiapkan ini-itu, membuatku geleng-geleng kepala melihat persiapan mereka.

Tetapi setidaknya hari ini kami berangkat bersama. Sudah seminggu aku selalu berangkat sendirian karena kejadian hilangnya remote sialan itu.

"Yuk berangkat Ki, bengong mulu" tegur Faras sambil mengunci pintu.

"Eh, ngomong-ngomong udah sehatan?" tanya Faras.

"Iya nih, baru juga kemaren sakit" sahut Tia.

"Udah gak papa kok, sehat nih sehatt" jawabku sambil mengepalkan tanganku ke udara.

"Yeeee semangat dia kalo urusan diajarin Fauzi" ejek Tia.

"Eh! Enggak kok, ih ngarang aja"

"Enggak tapi mukanya merah gituuu" sahut Faras ikut-ikutan.

"Ngambek nih!"

"Yeeee bodo!"

Kami bertiga tertawa lepas. Sudah lama rasanya kami tidak saling mengejek, dan tertawa sebahagia ini. Tentu saja, tertawa selepas ini membuat beban-bebanku seakan terangkat untuk sementara.

"Gue kangen deh masa-masa kayak gini" celetuk Tia.

"Hahaha sama!" ucapku dan Faras berbarengan.

"Kalian harus jaga diri baik-baik ya. Defends Castle lagi melancarkan serangan yang bertubi-tubi di hutan lindung," ucap Faras.

"Dan aku mau, kalian harus selamat di tiap petarungan yang akan kita lewatin"

"Iya mamahhhh" jawab Tia setengah bercanda.

"Dan inget..." lanjutku.

"Jangan pernah sekali pun megang tanduk kerbau tunggangan mereka" ucapku singkat.




A.n

Hello hello
Gimana nih ceritanya?
Aku nungguin vote dan comment dari kalian ya!
Next part akan aku lanjutin kalo vote-nya udah 25.
Byeeeee

Continue Reading

You'll Also Like

97.9K 8.1K 14
"Kalau aku mau putus, gimana?" "Sayang, lo tahu, kan, kalau gue nggak akan kabulin itu? Lo punya gue! Dan, lo nggak akan bisa kemana-mana dengan gela...
549K 60.2K 65
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...
1.3M 123K 73
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
1.8M 119K 70
Seorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yan...