YOU

By Inaka13

26K 1.6K 64

Tentang mu, tentang perasaanmu. Tentang apa yang kamu harapkan, tentang apa yang kamu impikan. Masa lalu mu... More

Prolog
First
Second
Fourth
fifth
Sixth
Seventh
Eigth
Nineth
Tenth
Eleventh
Twelve
Thirtheenth
fourteenth
Fifteenth
Sixteenth
Seventeenth
Eighteenth
Nineteenth
Twentieth

Third

1.3K 95 4
By Inaka13

Kalian tau apa yang terjadi saat insiden pintu terkunci itu?

Anya terduduk di atas meja, bersandar pada dinding. Sementara Gerald masih bergelut dengan gagang pintu dan peniti di genggamannya.

"Kalau lo gak ngajak gue ke ruangan ini, kita pasti gak bakal terkunci disini sekarang." Celetuk Anya.

"Kalau lo gak nyari masalah sama gue, gue gak bakal ngajak lo ke ruangan ini."

"Kalau-"

"Anya! lo bisa diem kan? Lo mau peniti ini gue pake buat ngunci mulut lo itu?" Bentak gerald, membuat lagi-lagi nyali Anya menciut.

Anya terdiam, cukup lama , sampai kemudian melakukan hal konyol yang dapat menyulut emosi Gerald.

"Aku punya teman..man..man..man. Teman sepermainan..nan..nan..nan. Di mana ada dia selalu menindasku. Dia anak Galak, dan enggak punya hati..Pa-"

"Anya, lo menggonggong? Jangan ya? masih merdu gonggongan anjing tetangga sebelah rumah gue."

Anya mendelik tak terima, "Gini-gini gue juara lomba nyanyi lo."

"Siapa?" Tanya Gerald, masih mencoba membuka gagang pintu itu menggunakan peniti di genggamannya.

"Gu-"

"Nanya."

"Oke..Oke.. up to you"

Karena merasa bosan, Anya melompat dari meja dan berjalan ke arah tempat penyimpanan Eksperimen.

Tak lama, Anya kembali membawa sesuatu di genggamannya.

"Ini apa?" Tanya Anya.

Gerald menoleh dengan wajah kesalnya. "Lo bisa gak sih, diem sebentar aja?"

"Gue cuma pengen tau, Rald. Sensi banget." Anya berbalik, menaruh barang yang ia bawa dengan menghentakkan kakinya sekeras mungkin.

Anya duduk, dengan melipat kedua kakinya di atas meja. "Gue gak tau apa hubungannya gagang pintu sama peniti"

Gerald menoleh, "Jadi lo gak tau fungsi lain peniti ini?"

"Gue gak tau, karena sampai detik ini pun buktinya belum ada." Anya menekankan kata 'Belum ada' seraya melirik Gerald sekilas, lalu menoleh ke arah lain, menahan tawanya.

Merasa gerah, Gerald berdiri, membuka satu persatu kancing seragamnya dan melemparnya pada Anya.

Anya menoleh dengan kedua alis menukik dan bibir cemberutnya.

Saat mengambil ancang-ancang untuk mengomeli cowok itu, Gerald mendelik ke arah Anya, tatapannya tajam. "Kalau gitu-"

Anya menyadari pergerakan Gerald yang semakin mendekat ke arah Anya. Sepuluh menit lagi menunjukkan pukul 8 sore. Dan mereka masih terkunci disini, di Laboratorium Kimia.

"Kenapa kerjaan lo gak di lanjutin ?" Tanya Anya, was-was karena Gerald semakin mendekat.

"Lo mau ngapa-"

Gerald merebahkan dirinya di Meja dekat Anya. "Jangan ke-GR an. Gue gak nafsu sama body macem triplek kayak lo." Jelas Gerald dengan mata terpejam dan kedua tangan Gerald menyangga kepalanya.

Anya mendelik, lalu menendang pinggang Gerald yang di balas dengan geraman Gerald padanya.

"Kayak Singa, Galak banget, Bang." Celetuk Anya, "Terus sekarang kita gi-Auww"

Anya memegangi perutnya yang terasa melilit, "Rald. Tolong gue"

Tidak ada jawaban dari Gerald, lantas Anya menendang pinggang Gerald dengan sisa tenaga yang ia punya.

Masih sama, tidak ada jawaban.

"Dasar! ganteng-ganteng kebo-Auuw" Kali ini perut Anya terasa sakit luar biasa.

Sepuluh menit berlalu, Anya mencoba memejamkan matanya namun tidak bisa. Suaranya serak, Anya mengeluarkan keringat dingin karena mati-matian menahan sakit di sekitar perutnya.

Tak lama, Gerald terbangun, menggaruk kepalanya seraya menoleh ke arah Anya.

"Nya, Gue dobrak aja pintunya ya? Besok gue menghadap ke kepala sekolah buat ganti rugi pintu laboratorium"

Anya mengangguk, masih memejamkan matanya.

Merasa ada sesuatu yang aneh, Geral mendekat. Di lihatnya Anya meremas perutnya sendiri dan dahinya berkeringat. "Coba lo rebahin diri lo."

Anya menggeleng, karena hanya itu yang ia bisa lakukan.

"Coba, Nya." Perintah Gerald dengan nanda dinginnya.

Perlahan, Anya merebahkan dirinya di meja. "Coba lo tunjukin dimana sumber sakitnya."

Dengan sisa kekuatannya, Anya menggerakan tangannya, memegangi bagian perutnya.

"Lo gak kenapa. Yang perlu lo lakuin hirup nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Gue mau nyoba ngedobrak pintu dulu."

Gerald beranjak dari sana, meninggalkan Anya. Sementara Anya, mencoba instruksi yang Gerald berikan padanya.

Anya tersenyum karena beberapa menit setelah itu perutnya merasa lebih baik.

Anya berdiri, merasa sedikit pusing namun ia mencoba melawannya. "Rald, bisa?"

Gerald menoleh, "Ini masih gue coba. Lo minggir."

Anya memperhatikan Gerald yang mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang dan berlari mendobrak pintu.

Pintu laboraturium terbuka, dengan gagang pintu yang terbang entah kemana.

Anya terkikik, "itu terlalu ekstrim."

"Nya," Panggil Gerald setelah membersihkan kotoran di bajunya.

"Kenapa?" Tanya Anya.

"Lo tau kenapa lo sakit perut barusan?"

Anya menggeleng, "Mungkin, gue telat makan."

"Bukan." Jelas Gerald. "Lo menstruasi."

**

Gerald salah tingkah karena lirikan pedagang wanita itu.

"Yang bersayap kan?" Tanya wanita itu, dengan nada menggoda.

Gerald mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Saat pedagang itu menyerahkan barang yang ia perlukan, Gerald mengucapkan terima kasih lantas beranjak dari sana dengan motor besarnya.

"Anya." Panggil Gerald setelah sampai di toilet wanita.

Kepala Anya menyembul dari dalam toilet. "Udah yang bersayap kan?" Tanya Anya, mengepakkan tangannya seraya nyengir tanpa dosa.

"Udah, ck." Gerald menyerahkan sesuatu yang berada di kantong kresek hitam dengan melihat ke arah lain.

"Rald."

"Apa lagi?" Tanya Gerald, sewot.

"Anterin gue pulang ya?" Tanya Anya setelah menutup pintu toilet.

Gerald tidak menjawab, ia bersandar di dinding sebelah pintu toilet dengan tangan terlipat di depan dada.

"Rald? Lo masih di sana kan?. Lo tadi udah janji gak bakal ninggalin gue sendiri. Gerald?"

Gerald menoleh ke arah pintu, "Gue disini."

"Anterin gue pulang ya?"

Gerald berdehem, bersamaan dengan pintu toilet yang terbuka.

"Jins lo berat banget, astaga." Komentar Anya, menatap dirinya sendiri yang mengenakan celana jins Gerald yang Anya pinjam.

Tidak merespon, Gerald berlalu dari toilet. Anya tersenyum kemudian mengikuti langkah Gerald.

**

"Yang bener dong bawa motornya. Lo baru belajar bawa motor besar ya?"

"Motor gue oleng karena lo megang gue, bodoh. Jangan nyentuh-nyentuh gue, Anya!"

Anya menyingkirkan tangannya dari bahu Gerald. "Lo ngebut, gue kan takut jatuh." Bela Anya, seraya menyengir.

"Kalau lo megang gue lagi, gue jatuhin lo. Lo belum tau rasanya ngangkat pake motor gede kan?"

"Oke! Gue gak megang lo lagi." Anya mengangkat tangannya di udara, takut dengan ancaman Gerald.

Begitu sampai di kontrakan Anya, Gerald langsung pergi setelah menurunkan Anya tanpa mengucapkan apapun.

Anya tersenyum sumringah, bahkan senyumnya masih terpatri sampai keesokan harinya.

Karena bagi Anya, ini lebih dari cukup untuk awal dari perjuangannya.

***

a.n

Gue seneng bisa upload chapter ini. yang udah baca MWI16YO, mampir kesini ya? karena gue bakalan berusahan buat cerita ini lebih menarik dari cerita gue sebelumnya.

Regards,

Inaka13

25102015

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 258K 58
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
5.3M 226K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

394K 19.1K 47
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
642K 34.5K 75
The endβœ“ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] β€’β€’β€’ Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...