THE LORD NOBLASSE 2 ( The Dev...

By PrincessKhaisy

395K 29.2K 4.1K

( Baca Dulu The Lord Noblasse 1) #highrankinfantasi Aku datang dimusim gugur tanpa ingatan kecuali kebencian ... More

( Prologue) IM BACK !!
Perasaan
Im not yours
Arthur
Who Are You?
Mine
New Story
Keyakinan
Life without heart
Still Me
Absurt
Our Childern
Pembunuhan pertama...
Back
Something Special
Dont say love to me!
King Of Salvador
Api, kepercayaan dan harapan
Kebenaran
Diary of The Prince
Ungkapan Hati
Maafkan aku
Menyesal
Till The End
Love
Pelayan Berdasi kupu kupu
Memolity
Pengorbanan Terakhir
Kutukan Yang Abadi
ENDING
Cuplikan Ova

Masa lalu

8.4K 799 119
By PrincessKhaisy

" Papaa...papa.. ampunn.. ampun paa. ampun." Keluh Aiden memegang telinganya yang terangkat tinggi. Dan

Bruak. Tubuhnya terhempas ke sebuah sofa empuk di ruang tengah. Pemuda itu mendengus manyun dengan wajah tertunduk takut pada sosok di depannya.

" Kau benar benar memalukan Aiden, hanya demi sebuah coklat kau berbuat hal yang aneh aneh pada putri. Aahh ya tuhaann!!!" Kesal Raidif mengusap rambutnya frustasi.

" Kenapa pa? Kan lebih parah papa. Aku kan cuma nyontoh aja. Nah waktu itu apa coba yang papa lakuin?" Celetuk Aiden berbisik. Raidif membelalakkan matanya agar putranya diam

" Peace!" Aiden mengangkat ke dua jarinya takut.

" Sekarang siapkan mobil. Kita kembali ke Rumah!" Tekan Raidif.

" Sekarang pa?" Aiden mengedipkan matanya sok imut

" Bukan! Minggu depan!" Kesal Raidif lalu memingkas lengannya.

" I... iya pa.. iya.. sabar dikit napa ish dasar orang tua, emosinya kesulut terus?" Gerutu Aiden lalu cepat cepat bergegas setelah menjulurkan lidahnya.

" Ah ya tuhaaa..n mahluk apa yang telah aku ciptakan dari darahku ini." Keluh Pria berkemeja hitam itu lalu merobohkan dirinya ke sofa.

Beberapa saat kemudian..

Tap Tap Tap.. (Suara langkah)

Mata hitamnya menatap ke arah tangga. Sedikit tersentak saat melihat siapa yang melangkah di sana.

Aira?

Benar, itu Aira..

Raidif terhenyak melihat Aira melangkah dengan begitu anggun bak putri kerajaan. Gaun merah menggoda menghiasi tubuhnya. dia terlihat sangat cantik.

Apa lagi ini.. huft- Batin Raidif mulai tak tahan

Tapi tak bisa dipungkiri memang mantan istrinya itu terlihat sangat cantik dan berkelas.

" Pangeran, kenapa kau di sini? Kenapa tidak istirahat saja di kamarmu?" Senyum Aira sok manis. Persis seperti wanita bangsawan yang seolah baru mengenal Raidif.
Kening Raidif berkedut

Pemuda itu tak menjawab malah meletakkan ke dua tangannya di bawah dagu, terlihat sangat cute.

" Pangeran apa kau butuh sesuatu?" Aira duduk di samping Raidif dan bersikap sangat elegan namun justru aneh di mata pria itu

Apa apaan wanita ini?
Tadi anaknya
Sekarang ibunya.
Apa ini yang dia maksud mulai dari awal?
Dia pura pura tidak mengenalku

Raidif tetap saja tidak menjawab.

Hingga...

" Hei kamu tuli ya!!" Bentak Aira tak tahan. Mendengar itu, Raidif mengangkat sebelah alisnya menatap Aira lalu tersenyum

" Hmm kamu bicara padaku?" Tanya Raidif

" Dasar es, yaiyalah masak pada tembok. Ngeselin banget sih kamu. gak peka!" Teriak Aira memerah.

" Kamu tu yang aneh." Balas pemuda itu membuat Aira semakin panas.

" Apa kamu bilang? Aneh?" Aira meremas remas jarinya kesal

Raidif tersenyum sinis. Hingga..

" Papa...mobilnya sudah siap." Ucap Aiden berlari ke sana membuat suasana seketika menjadi canggung. Raidif berdiri.

" Kalian mau ke mana?" Tanya Aira enggan

Raidif menoleh dengan coolnya

" Pulang." Jawabnya

Deg

" Pulang? Maksudmu pergi dari sini?" Aira mulai memerah
Aiden yang mengerti hanya memilih menarik napas panjang

" Kalau mama mau biar papa menginap di sini bersamamu." Celetuknya nimbrung

" Apa?" Raidif membelalakkan matanya pada putranya itu.

" Kau memang anak pintar Aiden." Senyum Aira.

" Gak.. jangan mimpi. Ayo cepat kita PULANG!" Kesal Raidif. Sebelum...

Deg

Aira menahan tangannya. Aiden tersenyum melihat sikap ke dua orang tuanya itu.

" Aku mohon tinggallah!" Pinta Aira.

" Kalau begitu aku ke mobil duluan ya cie cie." Celetuk Aiden dengan riangnya kemudian berlari bak anak anak yang sangat bahagia.

" Aiden..!!!" Teriakan Raidif tertahan. Saat...

" Ssssttttttt.. aku sudah berdandan secantik ini dan kau mau pergi. Kau ini manusia apa batu?" Tanya Aira membelai wajah Raidif dengan nada sexi.

" Apa peduliku!" Raidif memalingkan wajah

Aira mengedipkan matanya

" Tinggallah di sini, setidaknya untuk malam ini. Apa pangeran Raidif yang baik hati tega membiarkan gadis cantik yang meminta perlindungan ditinggal seorang diri?" Ujarnya berdiri begitu dekat

" Cantik?" Raidif mengernyit dengan senyum menghina

" Iya cantik. Bukankah aku lebih cantik dari semua gadis yang pernah kau goda pangeran hmm?" Aira menyentuh bibir Raidif dengan jarinya.

" Kau." Raidif terbata.

" Ya?" Aira membelai pundak kokohnya

" Benar.. benar..." Raidif menatap Aira dalam

" Katakan saja sayang.." Aira menahan napas

" Kau..

" Ya?"

" Benar benar mengerikan!" Tawa Raidif kemudian.

Aira memerah.
Usahanya merayu hancur berantakan.
Sang pangeran malah tertawa terbahak bahak di depannya

" Dasar siluman gak pekaaaa!!" Teriak wanita itu akhirnya dengan mata berkaca kaca

" Dih siapa suruh jadi wanita murahan, berkelas dari mananya orang gaunnya aja merah begitu. Norak tau! Udah gitu pake bulu mata palsu segala.. hahaha.. sumpah kamu terlihat aneh Aira." Tawa Raidif sukses membuat Aira melepas sepatunya dan...

Tok.

" Aaawwww." Raidif memegang ubun ubunnya yang terasa nyut nyut

" Hei apa apaan kamu!"

" Biarin.. biar tu kepala beresan dikit. Dasar gak peka. Aku benci kamu Raidif. Mau berantem hah? Kamu manusia paling jelek di dunia paling batuuuu!!" Kesal Aira terisak.

" Dasar manja!"

" Benalu."

" Nenek sihir."

" Pergi saja kamu. Aku kutuk kamu jadi batu.. hiks." Aira memerah

Namunn....

" Papaaaaaaaaaaaa!!!"

Deg

Pertengkaran mereka seketika terhenti saat mendengar suara jeritan itu. Jeritan anak mereka

" Aiden?"

" Papaaaaaaaaa aaaarrkkkhhh!!" Suara itu terdengar lagi. Dan..

Prank

" Anakku?" Cemas Aira

Mereka berdua segera berlari ke luar.

" Di mana Aiden?" Tanya Raidif pada supir yang mengantarnya

" Tadi dia masuk ke dalam rumah tuan setelah itu dia tidak kembali lagi." Jawabnya. Aira menggigit kuku jarinya cemas.

" Rai.. anak kita."

" Hans... jangan jangannn.. ini ulahnya." Ucap Raidif menebak

" Raidif.. kita harus mencarinya.. ayo.." Aira mulai menangis.

Melihat itu, Raidif memeluknya hangat

" Tenanglah, aku bahkan tidak bisa mencium baunya. Ayo kita cari bersama di semua ruangan." Ucapnya menenangkan.

Aira mengangguk lalu mengikuti langkah Raidif ke dalam rumah

" Aidennn!!"

" Aideeeennnn!!!"

Teriak mereka.

Tak ada jawaban..

Pelayanpun tak ada yang melihatnya. Itu menambah kecemasan di hati ke duanya.

" Di mana anak itu? Semua ruangan sudah kita cari." Raidif mengepal emosi.

" Tidak.. masih ada lagi.. ruang bawah tanah." Celetuk Aira. Raidif mengernyit.

" Kau ingat ruangan waktu ayah sering menghukum kita dulu?"

Raidif mrngangguk

" Mungkin Aiden..."

" Ayo kita ke sana!" Ajak Raidif.

Merekapun menuruni tangga menuju ruangan paling gelap di rumah itu. Raidif memegang dadanya yang seolah merasakan kecemasan luar biasa, begitu pula Aira. Tanpa sadar mereka saling bergenggaman tangan menyusuri jalan jalan gelap hingga sampai di ruangan yang dimaksud.

" Aidennn!!" Teriak Raidif

" Kita masuk saja Raidif, ayolah aku takut terjadi apa apa pada anak kita." Panik Aira merangkul lengan Raidif.

Tanpa mereka tau, seseorang tersenyum memperhatikan mereka.
Kemudian..

Tap.. tap.. tap..

Raidif melangkah masuk ke dalam ruangan pengap di depannya

" Aiden.. sayang.. kau di mana?" Teriak Aira gugup. Sebelum....

Kreeekkkk|  BRaKkkk.

Pintu itu terbanting dari luar.

Klek. Terdengar suara seseorang mengunci pintu.

" Hei!" Teriak Raidif seketika berbalik mencoba membuka pintu itu.

" Buka pintunyaaa!" Teriaknya pucat.

" Heii ayolah.. jangan bercanda begini!!" Celetuk Aira.

Dan..

" Hahaha maaf pa.. ma.. untuk saat ini lebih baik kalian tinggal di dalam dulu." Terdengar suara gelak tawa dari luar

" Aidennn!!!" Raidif mengepal marah.

" Nanti kau boleh marah pa, nikmatilah masa masa bersama kalian ya. Aku harap ke luar dari sana kalian tidak akan bertengkar lagi. Maaf, hanya ruangan ini yang terbuat dari tembaga murni. Selamat berbulan madu. Byeeee."

Tap Tap Tap (Suara langkah kaki menjauh)

" Dasar cucu Aaron! Aku bersumpah akan kubuat kau membayar semua ini Aiden dasar anak durhakaaa!" Kesal Raidif menendang pintunya

" Hei jangan menyebut nama Ayahku. Dia kan anakmu! Kelakuannya sama denganmu!" Celetuk Aira berkacak pinggang. Mendengar itu, Raidif menoleh, menatap gadis itu dari balik gelap

" Ini semua gara gara dia lahir darimu!" Tekan Raidif menarik slayernya kesal.

" Apa? Maaf ya tuan vampire yang mulia, kalau kau hebat kenapa kau tidak bisa membuka pintu ini hmmmmm dasar lembek!" Maki Aira mendorong dada Raidif.

" Kalau tidak karna air suci darimu dan suami tercintamu itu aku tidak akan begini, manja!" Balas Raidif.

Aira terdiam.

" Sekarang menjauhlah dariku. Aku tidak ingin mendengar suaramu. Kondisi ini sudah cukup buruk!!" Tekan Raidif lalu melepas kancing kemeja atasnya dan melangkah ke pojok ruangan lalu duduk di sana.

Airapun melakukan hal yang sama. Dudun di pojok yang berseberangan, sesekali wanita itu menatap Raidif samar. Kondisi ini benar benar sama dengan masa kecilnya dulu bersama Deril.

1, 2, 3 entah berapa jam kemudian. Aira mulai mendengar bunyi bunyi aneh, entah itu tikus atau bunyi sesuatu yang melata. Aira menggigit bibirnya takut.

Kenapa rasanya suasana semakin gelap ya..

Apa si tengil itu sudah tidur?
Dia vampire jenis apaan sih?
Perasaan di buku komik vampire tidak tidur deh.

" Raidif.. kamu sudah tidur?"

Tak ada jawaban.

" Ya.. maklum deh.. vampire kan biasa tidur di tempat kotor kayak gini, peti mati, parit, got? ruang bawah tanah."

" Ssstttt? diam dan pendam saja imajinasi tingkat tinggimu itu. Aku mau tidur." Potong Raidif memotong

Ah Syukurlah..
Dia belum tidur

Aira tersenyum girang.

Beberapa waktu kemudian..

" Raidif.. sstttt."

Tak ada jawaban.

" Raidif... a..aku.."

Aira gengsi..

Tetap tak ada jawaban

" Ya tuhaaan gelap sekali, apa ada satu mahluk di dunia ini yang peduli pada penderitaanku ini.. hiks?" Gerutu Aira.

Dan..

Klek

Aira tersenyum saat melihat lampu senter dari korek api yang dinyalakan Raidif.

Dia masih sama..
Selalu membawa senter itu

" Raidif kenapa kau selalu membawa korek senter? Kau tidak merokok kan." Senyum Aira tersipu.

Dia bisa melihat Raidif tampak elegant bersandar ke tembok dengan mata terpejam.

Kapan sih dia berhenti terlihat begitu tampan? -Batin Aira.

" Apa kau tidak bisa berhenti bicara?"

Glek

Sinis banget jawabannya

" Raidif.. akuu.."

" Kalau kau bicara lagi senternya aku matikan."

Aira manyun

Dia terpaksa diam. Beberapa saat, semuanya menjadi hening kembali.
Aira mengusap lengannya takut.
Sesekali, dia melirik ke arah Raidif yang tampak tenang.

Apakah dia sudah tidur?

Perlahan, Aira berdiri, melangkah pelan tanpa suara lalu duduk di sisi pangeran berdarah murni itu.

Dia memang tampan- Senyum Aira kagum.

Apa dia sudah tidur ya?

" Raidif?" Bisik Aira pelan.

Tak ada jawaban.

Aira tersenyum

Pasti tidur..

Dia kemudian menidurkan kepalanya di paha pria itu. Aira tersenyum senang.
Hingga.....

Deg

Deg

Napasnya seolah tercekat saat Raidif memegang pundaknya lalu mengangkat tubuhnya pelan. Aira menatap wajah Raidif yang juga menatapnya

" Kemarilah!!" Senyum pemuda itu manis merentangkan tangannya. Aira tersenyum senang lalu memeluknya erat

" Tidurlah, sekarang kau masih merasa takut?" Tanya Raidif.

Aira tersenyum menggeleng kemudian mempererat pelukannya. Menghirup Aroma khas dari parfum pria yang dicintainya, itu membuatnya tenang.

" Makanya jangan manja, kau tahu ruang bawah tanah tempatku disiksa Damian dulu jauh lebih mengerikan dari ini. Ada banyak mayat yang busuk di sana. Dibandingkan ruangan itu, ini masih sangat mewah. Mereka bahkan memotong lidahku dan membuatku buta." Ucap Raidif mengenang.

Aira menatap wajahnya

" Apa kau takut?" Tanyanya sedih

" Kalaupun aku takut, tak ada yang mendengarku." Jawab Raidif menatap Aira yang semakin erat memeluknya.

Perlahan, Aira membelai wajahnya hangat. Namun..

" Jangan mengambil kesempatan gadis mesum." Celetuk Raidif menahan tangannya. Aira tersenyum kikuk lalu kembali memeluknya erat.

Kekasihku..
Apa boleh aku sebut begitu?
Pangeranku..
Ingin sekali aku mengatakan..
Bahwa..
Aku sangat mencintaimu..
Aku tak akan melepaskanmu
Lagi..

Aira tersenyum dalam pelukan Raidif yang kembali menyandarkan kepalanya ke tembok.

Pada akhirnya..
Aku tidak membalas dendamku..
Aku relakan penyiksaan bertahun tahun yang aku terima demi membayar cinta ini..
Kumohon tuhan..
Lindungi wanita ini setelah aku pergi.

Tes.. Tes..

Aira mengernyit merasakan sesuatu jatuh di pipinya.

" Raidif?" Aira melepas pelukan itu kemudian menatap mata Raidif yang menangis

" Aira.. aku.. aku sangat mencintaimu.. aku jatuh cinta padamu.. aku mohon.. jangan khianati aku seperti apa yang dilakukan nenek moyangmu." Ucap Raidif tanpa diduga duga. Aira langsung memerah mendengar pengakuan yang dinantinya itu.

" Raidif." Ucapnya tak mampu berkata kata lagi.

Pemuda di depannya tersenyum lalu membelai wajahnya

" Apa ini mimpi? Apa kau sedang menggodaku?" Tanya Aira ragu

Raidif tersenyum manis, yang sumpah demi apa dia terlihat jauh lebih tampan dari balik cahaya senter yang redup, sangat menawan

" Tidak Aira.. ini.. isi hatiku.. aku kalah." Jawabnya kemudian memegang pipi Aira dingin. Aira tersenyum memegang tangan kokoh Raidif di pipinya. Perasaannya seolah melayang jauh apalagi saat pangeran berusia 817 tahun itu mencium bibirnya lembut

Aira meraih tengkuknya lalu membalasnya, ciuman yang berlangsung cukup mesra

" Rai.. a.. aku .. aku.. " Aira mencium lehernya. Napasnya mulai memburu

" Aku sangat menginginkanmu." Bisik Aira membuat Raidif tersenyum.

" Dasar gadis mesum." Ujarnya kembali meraih dagu Aira lalu kembali menciumnya sementara Aira melepas kancing kemejanya pelan.

Raidif memeluknya hangat.

***

Saat suara kokok ayam mulai terdengar, Aira mulai terbangun, dia tersenyum merasakan semuanya seolah mimpi yang indah.

Benarkah.. semalam dia...

Perlahan Aira melihat ke dalam dirinya dan sosok yang masih tertidur memeluknya. Raidif bahkan masih setengah telanjang. Aira mencium pelan pundak kokoh pria yang dulu musuh bebuyutannya itu.

Dia sedingin ini?

Aira merapikan dirinya lalu meraih kemeja Raidif. Dia mencium kemeja itu penuh perasaan.

Mengingat kenangan semalam

" Raidif.. kenapa?" Tanya Aira saat cumbuan mereka semakin panas dan Raidif menahan dirinya semalam

" Aku tidak bisa Aira."

" Kenapa? Apa kau tidak mau kita bercinta? Apa kau.."

" Bukan.. bukan begitu.. tapi.."

" Tapi apa Raidif?" Tanya Aira menatap tubuh Raidif lekat.

" Aku tidak terbiasa tidur dengan wanita yang bukan istriku." Senyum Raidif membuat Aira tersipu

" Kalau begitu.. maukah kau menikah denganku Raidif?" Tanya Aira. Raidif tertawa mengangkat alisnya

" Kau melamarku Aira?"

" Tidak ada cara lain pangeran. Karna kau begitu menggoda." Aira memeluk Raidif erat.

Aira tersenyum mengingat semuanya.
Malam yang begitu romantis, pelukan mesra.

" Raidif sayang.. ayo bangunlah.. mungkin Aiden akan mendengarkan kita." Bisik Aira lalu mencium leher pucat pria bermata biru itu.

Tapi..

Dia dingin sekali..
Aku tahu dia dingin..
Tapi..

Aira mencoba membalik tubuh Raidif. Dan...

" Raidif?" Aira memegang mulutnya kaget saat melihat hampir separuh tubuh prianya itu membiru.

" Sayang.. sayang.. ayo bangun!!! Raidiifff!!!" Aira mengguncang tubuhnya.

Tak ada jawaban.

Aira menangis melihat darah segar mengalir dari mulut, hidung dan telinganya.

" Raidiiiiiiifffff ....... Aidennnnnn toloooonggg Aideeenn!!!" Teriak Aira histeris

Dan saat aku pergi..
Tolong jaga dia..
Tuhan..

Bersambung,

Continue Reading

You'll Also Like

15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
395K 29.2K 32
( Baca Dulu The Lord Noblasse 1) #highrankinfantasi Aku datang dimusim gugur tanpa ingatan kecuali kebencian tak ada cinta dihatiku tak ada kehidupan...
2.7M 40.6K 6
π˜Όπ™£π™œπ™šπ™‘ π™‡π™–π™‘π™žπ™¨π™– π˜½π™šπ™§π™©, wanita karir paling sukses di usia 24 tahun yang lama men-jomblo karena sifatnya yang 'sangat pemilih', namun tidak...
48.6M 4.2M 35
[Telah Dibukukan, Tidak tersedia di Gramedia] ❝Untukmu, Na Jaemin. Laki-laki tak sempurna Sang pengagum hujan dan sajak❞ ©tx421cph