THE LORD NOBLASSE 2 ( The Dev...

By PrincessKhaisy

395K 29.2K 4.1K

( Baca Dulu The Lord Noblasse 1) #highrankinfantasi Aku datang dimusim gugur tanpa ingatan kecuali kebencian ... More

( Prologue) IM BACK !!
Perasaan
Im not yours
Arthur
Who Are You?
Mine
New Story
Keyakinan
Life without heart
Still Me
Absurt
Our Childern
Pembunuhan pertama...
Back
Something Special
King Of Salvador
Api, kepercayaan dan harapan
Kebenaran
Diary of The Prince
Ungkapan Hati
Maafkan aku
Menyesal
Till The End
Love
Pelayan Berdasi kupu kupu
Memolity
Masa lalu
Pengorbanan Terakhir
Kutukan Yang Abadi
ENDING
Cuplikan Ova

Dont say love to me!

11.4K 965 189
By PrincessKhaisy

Suasana malam itu terasa semakin dingin bagi Aira.
Dia menangis memeluk tubuhnya sendiri dan terduduk lemah di lantai

" Aira ayolah jangan seperti ini." Ucap Arthur menyelimuti Aira dengan jaketnya.

" Jangan sentuh aku! Kau lihat tadi? Hah? Gara gara kau dia menolakku. Pergi kamu.. menjauh dariku!!" Aira menatap Arthur marah. Membuat pemuda itu berkaca kaca sedih

" Aira apa salahku?" Arthur pasi. Tangannya gemetar dan hatinya menangis. Mata ambernya memerah sedih, dia benar benar terluka dengan sikap Aira

" Menjauh darikuuu!! Pergiii!!!!" Teriak Aira kemudian berdiri dengan wajah berang. Wanita itu melepas cincin dari Arthur di jarinya lalu melemparnya ke wajah pemuda itu kasar

" Aira?"

" Aku ingin kita bercerai." Tekannya

Deg

" Kenapa kau selalu mengorbankanku? Apa aku pernah berbuat salah padamu? Aku sangat mencintaimu." Arthur mematung

" Tapi aku sudah tidak mencintaimu. Kau sadar itu? Kau tidak pantas di hatiku. Aku hanya mencintai Deril. Hanya Deril dan gara gara kau dia menjauhiku. Kenapa kau tidak pergi saja dari hidupku?" Bentak Aira kemudian berlari pergi melempar jaket Arthur ke lantai, membuat pria itu terduduk lemah di atas lututnya.

Kenapa?
Kemarin dia ingin aku selalu di sisinya
Saat tidak ada yang menyayanginya
Saat dia kehilangan segalanya
Dia memelukku
Tapi saat tahu itu Deril dia langsung membuangku
Kenapa sikapnya selalu begini padaku?
Kenapa?

Kenapa selalu aku?

Arthur menatap Aira yang semakin menjauh sementara air matanya meluncur turun

Tolong Aira jangan lakukan ini padaku..

Aku tidak ingin menyakitimu..

Aku tak ingin melukaimu

Flash back

Aira memeluk Raidif erat. Sementara Itu, Raidif tersenyum ke arah Arthur.

" Aku sangat merindukanmu Deril, sangat." Ucap Aira kembali memegang wajahnya.

" Kau dingin sekali sayang."

" Karna aku bukan manusia. Kau tahu itu kan?" Jawab Raidif dingin, menatap Aira nyalang. Benar dia memang berubah. Tubuhnya tidak sehangat Deril, kulitnya sangat pucat dan dingin, sorot matanya keemasan dan hanya bisa menatap dengan kebencian. Ada taring yang terlihat setiap kali dia bicara, seolah ingin menegaskan siapa dirinya sebenarnya.

" Aku tahu.. tapi aku mencemaskanmu, Deril... a..aku masih sangat mencintaimu. Kau..."

Belum selesai Aira bicara. Raidif menahan tangannya, lalu sedikit mendorong tubuhnya agar terlepas.

" Raidif?" Aira bingung menatap sosok rupawan yang seolah bersinar di bawah sinar bulan itu.

" Lalu kenapa? Kalau aku Deril kenapa? Cerita kita sudah berakhir. Kalaupun dulu aku sangat mencintaimu tapi sekarang semuanya berbeda. Aku rasa kau sudah tahu siapa aku sebenarnya, aku adalah pangeran yang hidup selama ratusan tahun dan menderita karna ulah keluargamu!" Tunjuk Raidif dengan raut wajah memerah membuat Aira berkaca kaca

" Raidif sayang.. bisakah kita melupakan itu semua? Bisakah kita memulai semuanya, aku kau dan anak anak kita." Pinta Aira penuh harap

" Apa? Lupakan? Apa kau pikir dendam di hatiku bisa hilang hanya karna sebagian diriku pernah mencintaimu? Hanya karna aku begitu bodoh menidurimu dan bahkan memiliki anak darimu? Aku pikir kau sadar dengan siapa kau bicara! AKU BEGINI KARNA ULAH KELUARGAMU! AKU BEGINI KARNA MEREKA. TIDAK HANYA DAMIAN YANG MENGHIANATIKU TAPI SEMUA KETURUNANNYA TERMASUK AYAHMU! 879 TAHUN AIRA. ITU BUKAN WAKTU YANG SEBENTAR. TAK CUKUP ITU, MEREKA JUGA MEMFITNAH AYAHKU. AYAHKU AIRA, DIA MANUSIA YANG SANGAT BAIK. Dan kau bilang lupakan?" Bentak Raidif menumpahkan segala emosinya membuat Aira menangis terdiam tak bisa berkata apapun. Kulit pucat Raidif memerah.

" Kau tahu? Tidak cukup mereka, kaupun juga menghianatiku." Tunjuk Raidif

Deg. Ucapan Raidif membuat Aira menggeleng

" Aku tidak pernah sekalipun berniat menghianatimu sayang. Tidak, kau satu satunya di hatiku." Tangisnya hendak memegang lengan Raidif. Tapi... pemuda itu menghempas tangannya kasar

" Lupakan Deril, aku Raidif dan aku tidak punya hati kecuali rasa dendam untuk menghancurkanmu." Tekannya

" Raidif aku mohon sayang, aku mohon.. aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa berpisah jauh darimu. Apa kau ingat kata katamu? Kau bilang aku segalanya kan? Aku alasanmu tersenyum, kau sangat mencintaiku.. apa kau ingat?" Aira menatap Raidif penuh harap.

Tak terasa air mata Raidif menetes. Ya.. dia ingat semuanya.

" Apa kau ingat? Kita melewati hari bahagia bersama. Saat aku hamil, saat kita menikah." Imbuh Aira.

Arthur hanya bisa diam tanpa berkata apapun, wajahnya pucat melihat Aira dan Deril. Dia tidak bisa melakukan apapun, walaupun hatinya begitu terluka melihat cinta Aira yang begitu besar untuk musuhnya.

Raidif menatap Aira kelu.

" Aku ingat. Aku sangat mengingatnya, tapi masa masa itu sudah berlalu. Di dalam ingatanku itu seperti orang lain. Orang lain yang begitu bodoh telah jatuh ke dalam pelukanmu." Jawabnya dingin

" Tidak.. kau tidak boleh seperti ini. Kau segalanya bagiku Raidif. Kau selalu yang pertama, ciuman pertamaku bahkan saat aku berusia 9 tahun dan itu denganmu. Kau juga yang pertama memilikiku sayang. Kau segalanya.. aku mohon lupakan dendam itu. Kita punya Aiden, kita punya Dira. mereka anak anakmu sayang, mereka membutuhkanmu, ayahnya." Aira menangis. Perlahan, dia meraba dada bidang deril

" Aku masih ada di hatimu kan sayang? Aku masih di sini kan? Aku bisa gila tanpamu. Raidif pleasee kembalilah padaku!" Aira gemetar menepuk dada Raidif. Ia benar benar merindukan sosok itu, terlihat ia sangat dan begitu mencintainya

Tapi

Tangan kokoh Raidif tiba tiba menahan pergelangan tangannya, lalu menghempasnya

" Tapi bukan hanya aku yang tidur denganmu Aira. Bukan hanya aku.. aku mungkin yang pertama tapi aku bukan yang terakhir. Ingat, kau punya suami, dan kau sudah menghianatiku. Apapun alasanmu kau menghianatiku. Kembalilah pada suamimu. Dunia memang seperti ini. Jangan terlalu mencintai seseorang karna mungkin dia akan menjadi musuhmu. Sama seperti aku, aku musuhmu. Kembalilah pada suamimu, peluk dia, berbahagialah bersamanya. Benar, berbahagialah dengannya sebelum aku menghancurkan kalian." Senyum Raidif di balik Air matanya.

" Tidak tidak.. maafkan aku Raidif. Sayang tolong jangan begini!" Aira mencoba menahan saat Raidif berbalik hendak beranjak.

Namun...

" Kuperintahkan kau melepaskanku dan diam di tempatmu!" Perintahnya tegas.

Deg

Aira tercekat, dia melemas dan seolah jatuh di atas lututnya

" Selamat tinggal Aira." Ucapnya. Aira bisa melihat mata Raidif membiru.

" Deril?"  Ucapnya getir

" Selamat tinggal." Perlahan tubuh Raidif melesat bagai asap lalu menghilang dari pandangan mata.

" Derill!!!" Teriak Aira frustasi

Flashback off

Malam itu berlalu begitu saja.
Sepanjang malam setelahnya Aira hanya bisa menangis di bawah guyuran shower. Dia bahkan mengabaikan tangisan putrinya yang kelaparan.

Aku kehilangan dia..
Hidupku juga tidak berarti
Aku bahkan kehilangan anakku
Aku kehilangan ayahku
Aku kehilangan hatiku.
Hatiku..

Aira melirik ke arah kaca di dekat pintu kamar mandinya. Perlahan, dalam keadaan basah kuyup wanita itu melangkah ke arah kaca, menatap bayangannya di cermin.

Dia seolah melihat bayangan Raidif di sana. Bayangan sorot mata emasnya yang tajam, seolah menatapnya hina

lupakan aku!

" Aaarkkkhhhhhh!" Aira berteriak mengambil botol pelembab wajah dan..

Prank!

Kaca itu hancur berkeping keping. Aira menatap pecahan kaca itu dengan pandangan kosong.

***


Kediaman Smith

" Kau tega sekali padaku, hampir semalaman kau membiarkanku kaku." Gerutu Aiden saat Raidif kembali. Pria yang dipanggilnya papa itu tampak tersenyum mengangkat sebelah alisnya.

" Aku bisa melakukan apa yang aku mau. Kalau kau putraku harusnya jangan banyak bicara. Bersikaplah sepertiku!" Jawabnya sinis

" Papa, kau tidak berbuat jahat pada mama kan?" Tanya pemuda bermata biru itu kepo. Raidif hanya meliriknya sekilas lalu tersenyum menuangkan anggur ke gelasnya

" Papa?" Aiden mengernyit melangkah ke arah ayahnya menuntut jawaban.

" Papa ayolah jawab!" Rengeknya

" Aiden! Kenapa kau begitu cerewet? Diamlah jangan papa papa terus. Kau seperti anak anak saja!" Bentak Raidif membuat Aiden mematung

" Ayolah... papa.. aku memang masih anak kecil. Bahkan aku masih menyusu pada mama kan." Celetuk Aiden membuat Raidif menatapnya tajam.

" Ok Ok aku diam." Aiden mengambil napas  lalu memalingkan wajah kesalnya.

Diliriknya Sang papa yang tampak meneguk anggur dari gelasnya tandas

" Papa.. apa kau menemui paman Arthur?" Tanyanya lagi. Baru beberapa detik berjanji untuk diam dia sudah bertanya lagi. Raidif memutar bola matanya kesal.

" Huft kau memang putra Aira. Kau bilang tadi akan diam tapi sekarang ngoceh lagi."

" Aku memang putra Aira. Tapi aku juga darahmu kan? Aku putra kalian berdua. Ayolah pa.. jangan sakiti mama lagi." Aiden berkaca kaca

" Aiden stop!" Raidif menatap Aiden tajam.

" Dengarkan aku baik baik, kau jangan bersikap seperti anak anak di depanku. Dan kau tidak boleh memanggilku papa mengerti?" Tekan Raidif. Dia kesal juga akhirnya

" Tapi aku kan anakmu pa?" Aiden mengedipkan matanya membuat Raidif mengacak rambutnya frustasi

Sepertinya anak ini adalah ujian terberat dalam hidupku..

" Maksudku, kau ini kan sudah remaja. Aku di sini dikenal dengan tuan Jack. Dan aku belum menikah. Tolonglah kau pasti mengerti hal sederhana ini kan. A n a k k u?" Senyum Raidif menepuk pundak putranya tapi penuh ketertekanan.

Aku tahu dia sedikit lemot dalam hal berpikir. Mungkin karna faktor usia
Bagaimana caranya agar aku bisa membuatnya mengerti?
Oh tuhaan kenapa sifatnya sama sekali tidak sama denganku?
Dia membuatku pusing, sama dengan ibunya.
Cerewet, keras kepala tapi cantik
dan ... menawan..

Raidif tersenyum membayangkan Aira ( Cie Raidif kejebak hatinya)

" Daddy kenapa kau senyam senyum, membayangkan ibu?" Tanya Aiden gamblang. Dan...

" Iya." Senyum Raidif tak sadar

" Ah tidak maksudku.. tidak.. dasar anak durhaka. Apa tadi ku bilang? Jangan banyak tanya!" Kesal Vampir berparas rupawan itu malu akhirnya.

" Ok daddy. Ok aku mengerti kok." Aiden mengangguk angguk

" Bagus.. eh kamu memanggilku apa barusan?" Raidif mengernyit

" DADDY! Bukankah kau melarangku menyebutmu papa?" Jawab Aiden dengan wajah tanpa dosa. Mendengar itu, Raidif kembali terduduk lemas dengan tangan di keningnya.

" Ah ya tuhaaann.. apakah begini tersiksanya batinku menjadi orang tua." Keluhnya stress

Padahal dulu aku sangat patuh pada ayah.
Karma apa yang sedang aku jalani ini?

Sementara itu, waktu terus berjalan.
matahari semakin meninggi

Arthur melangkah gontai dengan wajah kusut. Dia bahkan belum mengganti kemejanya. Langkahnya terhenti saat melewati kamar Aira.

Dia mendengar suara tangisan Dira. Tangannya gemetar ingin membuka pintu tapi takut Aira masih emosi.

Kenapa Dira terus menangis?

" Pelayan!"  Cegat Arthur pada pelayan yang tengah melangkah melewatinya

" Iya tuan." Senyum manisnya pada Arthur.

" Apa nona ada di dalam?" Tanyanya dengan gurat cemas

" Entahlah tuan. Saya tidak melihat nyonya sejak pagi."

" Ah ya tuhaaaannn." Arthur mengusap rambut curlynya ke belakang lalu membuka knop pintunya.

Ia melihat ke segala penjuru kamar, tapi sama sekali tidak menemukan Aira di sana. Perlahan, pria itu mendekat ke ranjang bayi Dira.

Ditatapnya wajah mungil yang memerah karna terus menangis itu.

" Sayang, kau kenapa? Apa kau baik baik saja?" Tanya Arthur lembut kemudian mengangkat tubuh mungil itu ke dadanya dan mengusap punggungnya penuh kasih

" Tenanglah.. jangan takut.. ada paman di sini nak." Arthur memeluk hangat Dira lalu mencium keningnya.

" Airaaaa!!" Teriaknya mencari Aira, melangkah menuju kamar mandi. Satu satunya ruangan di kamar megah itu yang tertutup. Sambil menggendong Dira, dia mengetuk pintu kamar mandi itu.

" Aira apa kau ada di dalam?" Tanyanya

Namun tak ada jawaban

" Aira? Dira haus." Ujar Arthur. Dan lagi lagi tak ada jawaban

Itu membuat Arthur cemas. Wajahnya berubah panik. Dia bergegas memutar knop pintu. Tapi... Terkunci?

Mata ambernya menatap pintu itu.

Perlahan, dia menurunkan Dira ke ranjang Aira lalu kembali ke pintu kamar mandi.

Matanya berkilat merah, ada kilatan di tangan kokohnya yang menunjuk ke arah knop pintu, dan..

Klek. Pintu itu terbuka pelan dengan sendirinya.

Tapi apa yang terjadi?

" Airaaaaaa!!!" Teriak Arthur panik saat melihat Aira terkapar bersimbah darah di lantai.

" Pelayaaannn!!!" Dia langsung berlari menggendong tubuh Aira yang dingin.

" Airaaaaaaa bangun, Aira ayo bangunn, pelayannnn." Teriak Arthur histeris, dia menangis sambil berlari menggendong tubuh Aira ke luar.

Ya, Aira membunuh dirinya sendiri.

Apa arti kehidupanku tanpamu
apa?

To be continued..

Continue Reading

You'll Also Like

102K 6.8K 28
cerita ini murni karangan sang penulis. • rion x caine • bxb ( boy lovers) • sedikit 18+ ya!? • cerita ini menceritakan sebuah kerajaan vampir yang...
MINE By Viara

Werewolf

189K 8.3K 9
BOOK #1 Pack Werewolf HIGHEST RANK #6 IN WEREWOLF 11-08-2017 HIGHEST RANK #2 IN WAR 25-10-18 . . . Anna Flora white tidak pernah menyangka bahwa ia d...
543K 28.4K 8
Series #1 Horor Bagaimana perasaanmu saat diikuti oleh makhluk tak kasat mata? Pasti menyeramkan bukan? Bagiku tidak, karena makhluk itu adalah paca...
875 96 12
Zeynithe terpilih bersama The Golden Ticket yang lain melakukan sebuah misi besar yang berbeda. Setelah memecahkan prompt, melakukan persiapan secara...