THE LORD NOBLASSE 2 ( The Dev...

By PrincessKhaisy

395K 29.2K 4.1K

( Baca Dulu The Lord Noblasse 1) #highrankinfantasi Aku datang dimusim gugur tanpa ingatan kecuali kebencian ... More

( Prologue) IM BACK !!
Perasaan
Im not yours
Arthur
Who Are You?
Mine
New Story
Keyakinan
Life without heart
Still Me
Absurt
Our Childern
Back
Something Special
Dont say love to me!
King Of Salvador
Api, kepercayaan dan harapan
Kebenaran
Diary of The Prince
Ungkapan Hati
Maafkan aku
Menyesal
Till The End
Love
Pelayan Berdasi kupu kupu
Memolity
Masa lalu
Pengorbanan Terakhir
Kutukan Yang Abadi
ENDING
Cuplikan Ova

Pembunuhan pertama...

9.1K 798 97
By PrincessKhaisy

Mau Noblasse 3? Gampang- Beli PBS di gramedia, dan  The Black Shadow. Harga terjangkau kok gak sampe 50an
Tag author di ig @vallenalice. Dapet TLN ebook part 3 ( Kisah Aiden )

***

Langkah Aira gontai menyusuri halaman rumahnya. Seolah seluruh sendinya terputus saat mendengar kabar itu. Bayangan masa kecilnya bersama sosok itu seolah menari nari di benaknya.

Dia seolah lunglai tak punya daya saat melihat ceceran darah masih tersisa di lantai sementara para pelayan masih mematung dengan wajah pucat. Seolah tak cukup tiang keluarganya runtuh, kini perlahan dindingpun ingin dirobohkan.

" Aira apa kau baik baik saja?" Tanya Arthur memegang pundaknya

" Katakan padaku Art. Bagaimana kejadiannya?" Tanya Aira pasi.

" Aku tidak tahu Aira, tidak ada yang tahu. Kami hanya mendengar suara dan mendapatinya terlempar dari lantai atas, kondisinya mengenaskan ada beberapa luka robek di wajah dan lehernya." Cerita Arthur membuat Aira gemetar

" Dia sudah seperti ayahku Art. Dia sudah seperti ayahku sejak aku masih kecil. Aku sangat menyayanginya. Siapa yang tega melakukan ini padanya?" Aira menangis sesak.

Arthur mengambil napas panjang lalu memeluk Aira ke dadanya. Dia mengerti apa yang dirasakan Aira. Gadis itu pasti sangat terpukul.

Senin, 02 januari

Sebuah suara keras datang bersama jeritan memekikkan telinga. Tepat beberapa saat setelah Aira menemui Raidif. John Abraham meninggal dunia secara mengenaskan. Pelayan setia tuan Aaron itu terlempar dari lantai teratas rumah megah Salvador.
Ini tragedi paling mengerikan, karna kondisi mayat yang tragis dan sebuah pesan yang tergores di nadinya

" Sang mata telah Mati! - Luka "

" Ayah? Dimana ayahku?" Tanya Aira cemas.

" Tuan berada di ruang jenazah. Sejak tadi beliau tidak mau meninggalkannya." Jawab Arthur

" Antarkan aku ke sana!"

♡♡♡

Ruangan itu cukup redup, Tak banyak cahaya mentari yang masuk.

Aaron mematung pucat, bibir tuanya gemetar menatap jenazah yang berlumur darah tak jauh di depannya, air matanyapun jatuh.

Dia adalah sahabat yang paling mengerti aku sejak aku kecil.
Saat semua orang memilih kakakku, hanya dia yang menemaniku.
Dia tidak pergi walau ribuan kali mendengar makianku, menyaksikan kejahatanku, amarahku, obsesiku
John.. bukan hanya pelayan bagiku.
Dia adalah nadi, kekuatan, semangat dan sahabat terdekatku.

Sahabatku..
Satu satunya..
Dia mataku!

" Ayah." Aira memeluk Aaron hangat. Pria tua itu menangis di pelukan putrinya

" Anakku, mereka membunuhnya. Tuan Raidif membunuhnya! Sebentar lagi dia pasti akan membunuhku. Dia pasti akan membunuhku. Dia akan membunuhku!" Ucap Aaron gemetar ketakutan

" Itu tidak mungkin ayah. Dia ada di rumahnya."

" Aira dia iblis! Dia bisa datang dan pergi kapan saja. dia pasti akan membunuhku." Aaron benar benar ketakutan

" Dia akan membunuhku." Ucapnya lagi.

Terlihat jelas dia dikejar rasa takut.

Keluargamu akan merasa di neraka! Kalian pantas mendapatkan yang lebih buruk dari pada kematian! Aira mengingat kata kata Raidif.

Arthur memegang pundaknya lembut.

" Apa dia yang melakukan semua ini Art?" Tanyanya seolah tak percaya.

Arthur tersenyum menenangkan

" Jangan berpikiran buruk dulu nona! Saya akan menjaga tuan Aaron di sini. tenanglah! Mungkin ini hanya sebuah kecelakaan." Hiburnya.

" Tapi tulisan itu, jelas dia dibunuh Arthur. Apa salah John padanya? Aku benar benar tak habis pikir." Aira bersender didada bidang suaminya. Arthur hanya diam tak bisa berkata apapun.

Sementara itu,

Kediaman Jack..

" Tuan.. anda ada di kamar anda? Saya kira anda dari mana. Soalnya tadi saya lihat kamar anda kosong." Tanya pria berbaju hitam yang biasa memenuhi permintaan Raidif. Kepala pelayan di rumah itu. Dia terlihat bingung karna mengira Tuannya tidak ada tapi tiba tiba terlihat santai berdiri di dekat ranjangnya dengan senyum misterius seperti biasanya.

" Ada apa?" Tanyanya dengan alis terangkat membuat kadar pesonanya bertambah beberapa derajat

" Saya ingin memberikan kabar tuan, kepala pelayan keluarga Salvador John meninggal dunia hari ini." Tuturnya

Mendengar itu, Raidif hanya mengangkat bahunya lalu merapikan kemejanya santai

" Tuan apa anda tidak terkejut?"

" Katakan saja padaku kalau yang meninggal itu nanti Aaron. Ini sama sekali tidak penting bagiku. Kau boleh pergi!" Ucapnya tanpa menoleh. Pelayan itupun menunduk hormat lalu melangkah ke luar.
Seperginya dia, Raidif mengulas

" Bagus!" Ucapnya lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang

" Lakukan tugasmu secepatnya lalu datanglah padaku!" Perintahnya dengan tatapan sulit ditebak.

" Baik Tuan." Sanggup suara di seberang sana lalu menutup ponselnya.

"Hahahaa ini baru menyenangkan! Aku yakin sekarang dia sangat ketakutan. Ck ck ck Aaron Damian." Tawa Raidif setelahnya. Pemuda itu melemparkan tubuhnya di ranjang dengan perasaan senang.

Akan aku hancurkan kalian
sampai ke akar!

***

Kediaman Salvador

malam mulai gelap, sementara Aaron sama sekali tak beranjak sejak pemakaman barusan. Dia masih mematung menatap makam pelayan setianya seolah tak percaya kalau John sudah tiada.

" Tuan apa anda butuh sesuatu?" Terdengar ada orang yg memegang pundaknya hangat. Aaron berbinar

" John?" Ucapnya menoleh. Tapi, raut wajahnya langsung pasi ketika melihat yang berdiri di sana Arthur, bukan John. Dia merindukan kebiasaannya bersama sang pelayan setia. Tanpa John, kakinya seolah pincang.

" Arthur jangan tinggalkan aku nak! Kau putraku. Lindungilah aku!" Pinta Aaron memegang tangan putranya. Arthur bisa merasakan Aaron gemetar. Pemuda itu tersenyum sinis

" Tenang saja! Aku akan di sisimu, aku bukan kau yang rela meninggalkan siapapun demi harta." Ucap Arthur dingin penuh sindiran

" Arthur apa maksudmu nak?" Aaron pucat. Dia tahu ada yang berbeda dari diri Arthur

" Tidak ada maksud apapun. Sebaiknya anda istirahat!" Jawab pemuda itu berdalih kemudian mengawali langkah, Aaron hanya menatapnya nanar lalu mengikuti langkah putranya menuju ruangannya.
Sesampainya di depan pintu kamar, Arthur membukakannya.

" Silahkan tuan! Saya akan memeriksa nona Aira dulu." Arthur hendak berpaling. Tapi Aaron menahan lengannya

" Apa kau tidak mau menemaniku nak? Aku sangat takut. John sudah tidak ada." Pintanya memelas.

Mendengar itu, Arthur tersenyum

" Andai saja ayah saya menemani saya saat saya merasakan ketakutan dulu." Ucapnya lagi lagi menyindir. Aaron menunduk mengerti. Arthur menarik napas panjang menatap wajah tua Aaron

" Baiklah tuan saya akan kembali ke mari secepatnya." Ucapnya lagi merasa kasian pada si tua itu.

" Tolong bawa Aiden bersamamu ya! Aku ingin bermain dengan cucuku itu." Pinta Aaron.

Arthur hanya menunduk hormat lalu melangkah pergi tanpa mengiyakan.

Dia melangkah menuju kamar Aira. Tak ada yang melihat di sepanjang jalan, pemuda itu menarik napas lalu tersenyum sendiri. Entah apa yang dia pikirkan. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar Aira yang tampak masih terbuka.

" Arthur." Senyum Aira menatap suaminya. Arthur menunduk hormat lalu melangkah masuk

" Apa anda baik baik saja nona? Tuan Aaron ingin saya menemaninya." Arthur membelai rambut halus Dira yang duduk di pangkuan ibunya.

" Aku baik baik saja. Ayah pasti sangat shock, dia sangat dekat dengan John. Kalau bisa kau temani dia aku tak mau terjadi apapun padanya." Senyum Aira manis. Arthur mengangguk

" Nona, tuan ingin saya membawa Aiden. Kalau anda mengizinkan." Ucap Arthur. Aiden yang berguling guling dengan mainannya menatap Arthur dengan kerutan lucu di keningnya. Seolah mengerti dan seolah tak mau di bawa Arthur.

" Bawalah! Tolong jaga dia dengan baik ya." Senyum Aira

" Tentu nona. Akan saya korbankan jiwa saya demi keselamatannya." Sanggup Arthur tulus. Mendengar itu, Aira memegang tangan Arthur lembut

" Kau benar benar orang yang baik." Ucapnya. Arthur hanya menjawabnya dengan senyuman lalu menggendong Aiden.

" Kalau begitu saya permisi dulu!" Pamitnya lalu melangkah ke luar.

Aira tersenyum melepas kepergian Arthur dan putranya. Ia kemudian kembali bermain dengan Dira.

Di sepanjang jalan..
Aiden menatap Arthur tajam

" Hei apa kau tahu kau sangat mirip dengan ayahmu? Jangan buat kenakalan apapun lagi karna suasana hatiku sedang tidak enak, kau mengerti bocah nakal? Menurut saja kali ini!" Ancam Arthur pada bayi yang masih berusia 1,5 tahun itu.

" Bbbbreefffssshhh."  Aiden memonyongkan bibirnya sembari menyemburkan gelembung ludah

" Ish anak nakal, kau benar benar benih iblis menyebalkan itu! Menyebalkan!" Gertak Arthur mengabaikan. Bayi itu mengerutkan keningnya lalu menunjukkan gusinya yang masih belum tumbuh gigi. Mungkin dia mengancam akan menggigit Arthur sama seperti monyet peliharaan John kalau marah. Padahal giginya saja belum menampakkan wujud.

" Apa? Apa kau mau menggigitku? Gigimu saja belum tumbuh!" Celetuk Arthur kemudian tersenyum. Bagaimanapun, tingkah bayi itu lucu baginya.

Tak lama kemudian, mereka sampai di ruangan Aaron. Pria tua itu tampak sangat senang bermain dengan cucunya. Mata tuanya menatap ke arah Arthur yang masih berdiri manatapnya hampa

" Arthur aku ingin sekali mengumumkan bahwa kau adalah anakku." Ucapan Aaron membuat Arthur menarik napas

" Lalu apa? Apa yang akan anda jelaskan pada Aira? Apa anda mau membuatnya sedih lagi hmm?" Tanya pemuda itu dingin

" Tapi ini semua hakmu nak."

" Aku tidak peduli! Lupakan saja dan biarkan begini. Aku lebih suka jadi pelayan dari pada kau melukai hati Aira lagi!" Jawab Arthur tegas

Aaron menatapnya nanar. Bagaimana bisa dia memiliki putra sebaik itu?

Malampun beranjak semakin larut.
Entah kenapa udara malam itu sangat dingin. Seluruh pelayan dan penjaga terlelap tidur dalam sekejab. Ini tak seperti biasanya.

Seseorang dengan long coat hitam seolah melayang di udara menatap kediaman Salvador dengan mata emasnya, mengawasi. Seringai menakutkan menghiasi wajah tampannya.

" Rupanya ada yang ingin main main denganku." Gumamnya pelan lalu melesat cepat bagai angin.

Beberapa saat kemudian,

Mata Aira terbuka..

" Mama.." Dia seolah mendengar teriakan Aiden kecil. Keringat dingin mengucur di keningnya. Sayup sayup, dia mendengar suara ribut di luar.

" Aiden.. ya tuhan!!!" Aira bergegas berlari ke luar. Benar saja, semua pelayan tampak kebingungan dan panik. Beberapa di antara mereka ketakutan

" Ada apa?" Tanya Aira cemas.

" Nona.. maafkan saya.. tuan Aaron.. tuan Aaroon.."

" Kenapa ayahku katakan!!" Aira meradang

Pelayan itu menatap Aira ketakutan

" Jawab aku!" Bentak Aira panik. Matanya berkaca kaca.

" Tuan A.. aron..."

" Ayah!!" Aira yang tak tahan langsung berlari ke arah ruang kamar sang ayah. Langkahnya tertahan saat melihat darah tercecer di mana mana, di lantai, di tiang, di semua tempat bahkan sebelum masuk ke kamar.

" Nona tolong anda jangan dulu mendekat!" Pinta seseorang berseragam hitam menahan Aira

" Lepaskan aku! Apa kau mau aku bunuh?" Aira berontak histeris

Ayah
Ayah
Ayah..

Aira mendorong orang orang yang menghalangi langkahnya menyingkir dari jalannya. Ia gontai

Kondisinya sangat mengenaskan
Mayatnya sama sekali tidak berbentuk!
Ya, hanta wajahnya saja yang dibiarkan utuh
Pembunuhnya seolah sengaja membiarkan wajahnya dikenali.
Sepertinya dia sangat membenci tuan Aaron
Kejam sekali, ususnya terburai!
Ya, Tangannya terpotong potong
Jantungnya entah ada di mana!

Ini sangat mengerikan.

" Ayaaahhh!!!" Teriak Aira histeris setibanya di ambang pintu

Bagaimana tidak, dia melihat seorang petugas keamanan memegang kepala ayahnya dengan mata tuanya yang masih terbuka

" Ayaahhh!!!" Teriak Aira berlari sesak

" Nona tolonglah.. nona jangan mendekat!!"

" Dimana anakku? Di mana Arthur? Ya tuhann ayaaaahhh! Siapa yang melakukan hal ini pada ayahku siapaaa?" Aira lunglai ke lantai yang bagai di pel dengan genangan darah. Bau amis menyengat di mana mana.

Beberapa pelayan langsung memapahnya.

" Itu tuan Arthur nona!" Tunjuk mereka pada sesosok tubuh yang tebaring tak berdaya. Kemeja putihnya penuh dengan darah

" Ada luka menganga di kepalanya, lehernya terkoyak dan beberapa luka lain. Tuan Arthur belum sadarkan diri sejak kami tiba." Tutur para pelayan itu.

" Anakku.. anakku.. Aiden.. di mana dia?"

Semuanya pasi. Tak ada satupun yang menjawab pertanyaan Aira

" KATAKAN DIMANA ANAKKU? APA KALIAN TULI?" Teriak Aira. Wanita itu kemudian berlari ke seluruh ruang kamar

" Aiden sayang.. kau di mana!!!" Teriaknya di setiap sudut

" Nona.. tuan muda Aiden tidak ditemukan dimanapun!"

Deg

Aira pasi. Wajahnya semakin pucat, tubuhnya gemetar

" Tidak.. tidak.. dia.. dia.."

Dan...

Brug
Aira terkulai tak sadarkan diri.

Malam itu bagaikan mimpi buruk baginya.
Bahkan nerakapun tidak pernah dia mimpikan seburuk itu
Kematian sang ayah yang mengenaskan secara tiba tiba, darah yang tercecer di mana mana.
mahluk apa yang dengan setega itu membantai ayahnya?
Hanya ada satu tanda yang membuat hati Aira semakin tercabik mencoba tak percaya. Tulisan di lengan kiri Arthur

" Kepala sudah mati, kenali musuhmu! - Luka"

***

Aira tidak tahu harus bertanya pada siapa. Buah hati tercintanya pun raib.
Itu membuat goncangan besar di jiwanya.
Satu satunya kunci segalany adalah Arthur. Tapi dia malah kritis dan tak sadarkan diri sejak perintiwa itu.

Tragedi malam itu seolah membuat Aira membisu. Dia hanya diam mematung sembari menatap pemakaman ayah tercintanya.

" Aku akan membalas siapapun yang melakukan ini padaku! Pada keluargaku. Ayah.. dia harus membayar apa yang dia lakukan kepadamu. Aku berjanji!" Janji Aira menangis di depan nisan ayahnya.

" Dia harus membayarnya!" Dia terisak

Sementara itu..

Raidif tersenyum dari balik mobil mewahnya yang baru saja mendarat di depan kediaman Salvador.
Pemuda itu tampak elegant mengenakan kemeja hitam yang membuat kulitnya seakan bersinar.

" Tuan apa anda yakin akan menemui keluarga Salvador?" Tanya pelayan yang biasa melayaninya

" Tentu, bukankah menyenangkan melihat ketakutan di wajah mereka?" Senyum Raidif sinis. Dia kemudian memakai kacamata hitamnya dan turun dari mobil.

Siapa sebenarnya yang aku layani? Tuan Jack terlihat seperti Iblis yang kejam - Batin pelayan itu.

Bersambung
cup jauh dari vampire terkece di dunia. #mulai sarap

Ada yang suka horror yuk merapat di Soul

Continue Reading

You'll Also Like

15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
37.4M 2.3M 45
🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayoritas seperti itu. Merokok? Pasti. Suka bo...
6.1M 325K 14
Ketika lelaki yang ia cintai menolak pernyataan cintanya, Caca bertekad untuk menaklukkan hati lelaki itu. Lagipula, sebelum janur kuning melengkung...
27.6M 544K 59
Warning⚠ 21+++ >Dibawah umur menjauh yaahh >Bijak dalam membaca entar gak kuat :) >Banyak typo bertebaran >Banyak umpatan kasar ~~~~~~~ D...