THE LORD NOBLASSE 2 ( The Dev...

Von PrincessKhaisy

395K 29.2K 4.1K

( Baca Dulu The Lord Noblasse 1) #highrankinfantasi Aku datang dimusim gugur tanpa ingatan kecuali kebencian ... Mehr

( Prologue) IM BACK !!
Perasaan
Im not yours
Arthur
Who Are You?
Mine
New Story
Keyakinan
Life without heart
Absurt
Our Childern
Pembunuhan pertama...
Back
Something Special
Dont say love to me!
King Of Salvador
Api, kepercayaan dan harapan
Kebenaran
Diary of The Prince
Ungkapan Hati
Maafkan aku
Menyesal
Till The End
Love
Pelayan Berdasi kupu kupu
Memolity
Masa lalu
Pengorbanan Terakhir
Kutukan Yang Abadi
ENDING
Cuplikan Ova

Still Me

11.9K 978 146
Von PrincessKhaisy

Pagi itu udara berhembus dingin..
sisa hujan semalam masih terlihat di sela sela rerumputan. Aira menatap pintu di depan kamarnya yang masih kosong, hanya beberapa pelayan yang lewat.
Penyesalannya atas sikap bodohnya pada Arthur semalam sungguh membuatnya tidak tenang.

Di mana dia sekarang?
Di mana Arthur?

Saat tengah melamun, tiba tiba Aiden yang berada di gendongannya menarik narik rambutnya.

" Pa.. pa." Ucapnya lucu.

Mata Aira nanar saat melihat siapa yang tengah melangkah menuju taman rumahnya.

" Itu bukan papa nak, itu orang jahat!" Kesal Aira kemudian membanting pintu kamarnya keras. Raidif yang bisa mendengar hal itu dari tempatnya berdiri dan hanya menatap kamar Aira pucat. Wajahnya tak terlihat seperti kemarin.

Matanya memerah dan wajahnya sangat pasi.

" Ada apa dengan diriku? Aku tidak pernah merasakan selelah ini. Rasanya seluruh tubuhku sakit." Ucapnya duduk di sebuah bangku panjang di taman itu, kulit pucatnya seolah berkilau terkena sinar matahari. Perlahan, dirogohnya sesuatu dari saku jaketnya, "Harmonika itu"

Seberkas ingatan menyeruak di otaknya.

" Ayah punya kado untukmu?" Bayangan raja salvador

" Apa itu ayah?"

" Taraaa!! Harmonika untuk anakku tercinta.. ini warisan keluarga kita!" Raja Salvador menyerahkan harmonika itu ke tangannya waktu itu

" Kenapa harus harmonika? Mengapa tidak pedang atau senjata saja yah?"

Mendengar pertanyaan itu raja Salvador mencium lembut kening putranya

" Ini agar mengingatkan kita sayang. sekuat apapun penguasa itu, musik adalah pengingat bahwa dia harus memiliki hati yang baik dan lembut. Kau tidak boleh menyakiti siapapun yang harus kau lindungi. Tunjukkan senjatamu di tempatnya dan tunjukkan belas kasihmu di tempatnya! Jangan pernah menjadi kejam!"



Tak terasa air mata jatuh dari mata emas Raidif. Dibelainya lembut harmonika itu lalu memposisikannya di bibirnya.

Sementara itu...

Aira yang berusaha menahan hatinya menyusui Aiden di ranjang. Bayangan sikap Raidif tadi malam benar benar membuatnya muak.

Hingga...

Deg

Nada itu?

Sayup sayup Aira tercekat.

Benar, nada itu?

Aira langsung meletakkan Aiden ke ranjang goyangnya lalu membuka pintu kamarnya setelah mendengar alunan harmonika itu.

Ini nada yang sama yang sering dimainkan Deril!
Ini benar benar sama!

Aira menatap ke arah Raidif yang tampak memejamkan matanya sembari meniup lembut harmonika di bibirnya. Beberapa pelayan tampak terpana dengan permainan sang pangeran. Dia terlihat seperti seorang peri yang berkilau dengan musik yang dia alunkan.

Aira gemetar.

Dia...

" Apakah dia..benar benar.. Deril?"  Kakinya tanpa sadar melangkah gontai mendekat ke arah Tuan muda itu.

Namun....

Saat dia hampir tiba,

" Nona." Seseorang menahan tangannya.

Aira tersentak dan menoleh.

" Arthur?" Aira pasi.

Arthur tersenyum manis padanya. Dia terlihat berbeda.

Tatapannya, senyumnya, Arthur terlihat sangat berbeda. Dia seolah lebih mempesona. Tapi tak cukup untuk membuat Aira berpaling. Cekalannya di tangan Aira juga terasa sangat kuat.

" Anda mau kemana nona?" Tanya Arthur dingin.

" A.. aku.. aku." Aira ragu. Dia kembali menatap ke arah Raidif yang tampak menyudahi permainannya. Dia tak mungkin jujur dan menyakiti hati Arthur lagi.

" Anda gugup?" Arthur menyindir

Ada apa dengannya?

" Aku.. aku mau .. aku.. aku ingin jalan jalan." Senyum Aira beralasan.

" Apa anda ingin menemui tuan Jack?" Tatapan Arthur meruncing.

" Tidak Arthur, aku hanya ingin jalan jalan."

Kenapa rasanya..
Aku takut? Ada aura aneh di mata Arthur
Sesuatu yang sangat dingin.

" Baguslah! Karna saya tidak suka anda terlalu dekat dengannya." Senyum Arthur manis. Aira mengangguk pelan kemudian menatap jauh ke arah Raidif yang tampak beranjak pergi dengan harmonika di tangannya.

" Mari kita menemui anak anak! Aku sangat merindukan mereka." Arthur memegang tangan Aira lembut lalu membawanya kembali ke kamar. Pemuda itu benar benar terlihat aneh. Dia hanya menatap Aiden setibanya di kamar. Mata ambernya seolah menyiratkan sesuatu pada bayi mungil itu. Perlahan, dia mengulas senyum tipis.

" Arthur semalam kau kemana?" Tanya Aira menyerahkan secangkir teh ke tangan pria berkemeja hitam itu.

" Kesebuah tempat." Senyumnya menjawab.

Aira duduk di sisinya lalu melihat guratan merah di leher Arthur.

" Kau.. kenapa.. bekas apa ini?" Aira memicing curiga menyentuh leher Arthur yang langsung berdiri menepis tangannya.

" Art.. kau tidak bersama wanita lain kan semalam?" Aira menatap Arthur tajam.

" Apa saya harus menjawabnya nona?" Pemuda berambut curly itu menatap Aira tajam. Gadis itu meradang. Dia menatap Arthur marah

" Kau lupa? Kau suamiku Arthur, kau tidak boleh sembarangan. Apa kau mengerti!" Urat leher Aira tercetak jelas. Tangannya mengepal marah.

" Saya ingat nona! Saya suami anda tapi anda belum menjadi istri bagi saya!" Senyum Arthur dingin.

Deg

Aira tercekat.

Arthur melangkah ke hadapan putri cantiknya itu.

" Saya sadar di mana posisi saya nona. Saya akan selalu di sisi anda. Tapi anda? Apa pernah anda sadar posisi anda?" Tanyanya pelan tapi terdengar menekan. Tangannya meraih wajah Aira lembut. Tangan yang hangat namun senyum di wajah pemuda itu sangat dingin.

" Ar.. thur." Aira tertahan saat perlahan Arthur mengecup bibirnya lembut. Diraihnya pinggang Aira mendekat. Pemuda itu menggigit perlahan bibir mungil Aira kemudian tersenyum melepasnya.

" Jangan terlalu berharap pada saya nona. Saya bukanlah Deril Anthonius." Ucapnya setengah berbisik membuat Aira mematung.

Dia..
Senyumnya..
Arthur..
Kenapa rasanya kau berubah?

" Arthur aku mohon maafkan aku."

" Sstt sudahlah." Pemuda berlesung pipit itu kemudian merapikan kemejanya lalu beranjak ke luar dari kamar Aira. Meninggalkan Aira yang terduduk lemah memegang bibirnya sendiri.

Aku..
Merasa aneh.

Sementara itu, di ruangan tuan Aaron,
Pria tua itu baru saja terbangun dan menikmati secangkir teh hangat dari tangan John pelayannya saat terdengar ketukan pintu dari luar.

" Masuk!" Perintah Aaron.

Matanya berbinar saat melihat siapa yang hadir di sana.

" Putraku!" Serunya senang melihat Arthur datang padanya.

Tak seperti biasanya, Arthur tersenyum lalu menunduk hormat pada pria berkuasa di hadapannya itu.

" Ada apa nak?" Tanya Aaron meraih tangan kokoh Arthur. Pemuda itu tersenyum lalu melirik ke arah John.

" Tuan.. saya ingin bicara sesuatu dengan anda. "

" Oh tentu.. tentu.. silahkan nak." Senang Aaron. Arthur kembali melirik John

" Hanya berdua tuan!" Sinis Arthur.

Aaron mengangguk pada John agar meninggalķannya bersama putranya.

" Sekarang katakan nak.. ada apa?" Senyum Aaron duduk di sisi tempat tidurnya. Arthur tersenyum manis lalu duduk di dekat pria tua tua itu. Menatapnya dalam.

" Apa kau ingin aku memaafkanmu ayah?" Tanya Arthur membuat Aaron gemetar.

" Kau panggil apa aku barusan? Coba ulangi lagi! Aku sangat senang mendengarmu memanggilku ayah." Senyum Aaron berbinar. Dibelainya lembut wajah Dingin putranya.

" Apa kau mau menerima maaf dariku?"

" Tentu Arthur. Kau putraku! Segalanya adalah demimu nak." Mata tua Aaron menatap Arthur penuh kasih.
Pemuda itu tersenyum sinis lalu menggenggam erat tangan Aaron

" Aku punya satu permintaan untukmu Tuan." Senyumnya manis.

***

Sementara di luar sana..

John mengerutkan keningnya heran.

Ada yang aneh dengan sikap anak itu
Sorot matanya berbeda
Tatapannya juga berbeda
Ah mungkin hanya firasatku saja. - Batinnya

Pria yang menghabiskan seluruh hidupnya mengabdi pada keluarga itu memutuskan untuk tidak memikirkannya dan melangkah ke arah dapur utama. Namun langkahnya terhenti saat melihat tuan Jack berdiri didekat pintu ruang keluarga dengan wajah pucat.

Dia memutuskan mendekat.

" Tuan apa anda butuh sesuatu?" Tanyanya ramah.

Raidif menoleh pelan, tatapan mata emasnya kosong. Wajahnya bahkan sangat pucat.

" Aku tidak butuh apapun pak tua. Aku hanya bingung." Jawabnya datar

" Bingung kenapa tuan?"

" Entahlah, apa tuan Aaron ada di kamarnya? Aku ingin berpamitan kembali ke rumahku. Sudah terlalu lama aku di sini."  Ucap Raidif masih dengan nada datar.

" Beliau sedang bersama tuan Arthur di ruangannya tuan." Jawab John hormat.

" Kalau begitu nanti saja." Raidif hendak berbalik. Namun...

DEG

" Aarrkkhh!"  Pemuda itu hampir limbung memegang dada kirinya.

" Tuan anda tidak apa apa?" John berusaha memapahnya.

" Tubuh anda hangat tuan. Apa anda butuh dokter?"

Apa katanya barusan?
Aku?
Hangat?
Tapi aku bukan manusia.

" Tidak, lepaskan aku! Aku bisa sendiri." Raidif menghempas pegangang John lalu beranjak dengan langkah sempoyongan membuat John bingung.

Dia kenapa?

Aku tidak mungkin hangat
Ada apa ini?
Apa yang terjadi padaku?

Raidif menuju ke arah kamarnya dengan pandangan berkunang kunang. Seluruh sendinya seolah melemah.

" Hai tuan, selamat datang!" Senyum Hans saat Raidif membuka pintu. Gadis itu tampak menyilangkan kaki di ranjangnya.

" Hans dari mana saja kau hah?" Bentak Raidif mendekati wanita itu dan menatapnya tajam.

Hans berdiri lalu tersenyum manis

" Tuan.. anda kenapa?" Tanyanya cemas

" Berlutut!" Bentak Raidif dengan mata memerah. Iblis itu langsung lunglai di bawah kakinya.

Perintah dan pengaruhnya masih sangat kuat. - Batinnya

" Aku mencium bau penghianat dari tubuhmu. Apa yang kau lakukan?" Tekan Raidif lagi

Hans menatap Raidif lalu tersenyum simpul.

" Apa anda tidak sadar tuan? Anda melemah." Ucapnya dengan mata merah menggoda.

" Berani sekali kau berkata begitu!"

" Anda memang melemah tuan. Menjadi iblis adalah keinginan murni dari setiap jiwa yg gelap. Jika keinginan itu lenyap maka anda hanya akan menjadi manusia lemah dan anda saat ini mulai lemah. Di mana tuanku yang kemarin?" Hans tersenyum

Mendengar itu, tangan Raidif mengepal erat. Matanya seolah berkilat

" Diam kau iblis! Berani sekali kau berkata begitu padaku. Aku Raidif Michael pewaris darah murni Salvador!" Taring mencuat dari bibirnya. Tangan kokohnya mencengkram dagu Hans kuat membuat gadis itu bergidik.

" Tuan tolong maafkan saya." Pintanya berkaca kaca

" Harusnya kau tahu aku tidak memaafkan!" Seringai Raidif kemudian menarik tubuh Hans dan mencium aroma lehernya.

" Dengarkan aku! Aku bahkan bisa mencium bau penghianatan dari tubuhmu. Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini Hans!" Bisik Raidif di telinganya.

Keringat dingin mengucur dari kening gadis itu.

" Tuan.. tolong saya tidak berniat untuk...

" Arkh ssshhh!" Hans memejamkan matanya saat sebuah taring mencuat menembus kulit lehernya. Raidif menghisap energinya tanpa ampun lalu mendorong tubuhnya ke ranjang.

" Ampuni saya tuan! Saya hanya.."

Belum sempat Hans melanjutkan.. Raidif sudah berdiri di hadapannya dengan pandangan mengerikan.

Dan...

" Hancur!" Perintahnya dengan seringai menakutkan, raut ketakutan terpancar di wajah Hans

" Tuan.. tolong.. maafkan saya.. tuan!"

Raidif tersenyum simpul. Jarinya menunjuk ke arah wanita yang terkapar di depannya.

" HANCUR!" Perintahnya sekali lagi

Lalu...

Sesuatu yang mengerikan terjadi. Jeritan memilukan saat perlahan lahan tubuh Hans mengelupas di depannya seolah menjadi irama yang indah. Iblis itu menjerit memohon ampun. Tapi perintah seorang vampir berdarah murni adalah mutlak. Hingga akhirnya dia hanya tinggal tulang belulang lalu hangus menjadi debu.

Inikah akhir dari seorang Hans?

" Berpikirlah sebelum kau mengatakan sesuatu tentangku! Ini akibatnya, aku tidak menyukai penghianat!" Ucap Raidif kemudian mencuci tangannya ke kamar mandi.

Beberapa saat kemudian,

" Tuan.. anda ditunggu di meja makan!" Ucap seorang pelayan setelah mengetuk pintu.

" Baiklah." Senyum Raidif yang tampak sudah rapi dengan jas hitamnya lalu mengikuti pelayan itu.

Setibanya di ruang makan,

Tatapannya langsung ter arah pada Aira yang memangku putrinya. Mata si kecil Dira menatapnya lekat. Seolah tahu kalau pria yang baru datang itu adalah ayah kandungnya. Sebaliknya Aira menatapnya dingin.

" Tuan selamat pagi. Semoga hari anda menyenangkan di sini." Ramah Aaron yang hanya dijawab dengan senyuman tipis oleh Raidif. Sekilas dia melirik ke arah Arthur yang sama sekali tak menyapanya.

Aku bisa mencium bau iblis dari tubuhnya - Batin Raidif

Tapi... saat suasana hening beberapa lama...

" Ayah sampai kapan dia di sini?" Pertanyaan Aira membuatnya terbatuk. Raidif tersenyum geli menyadari wanita itu masih marah padanya.

" Aira jaga ucapanmu nak." Ujar Aaron tak enak.

" Tapi aku benar kan ayah. Katanya bangsawan ratu. Aku heran kenapa dia bisa berlama lama di sini." Celetuk Aira dingin. Raidif menatapnya dengan seringai.

" Maafkan saya nona. Apa anda tidak melihat pakaian saya?" Ucapnya tenang. Aira menatap Raidif dari ujung rambut sampai ujung kaki

Tampan.. - Batinnya

Aku kan hanya ingin mendengar suaranya - Senyum Aira tipis.

" Memangnya kenapa? Biasa aja tuh?" Celoteh Aira kemudian menyuapkan bubur ke mulut dira.

" Ini pakaian resmi saya nona. Itu artinya sebentar lagi saya pulang. Anda tidak perlu cemas."

DEG

Mendengar itu sendok di tangan Aira terlepas. Dia menatap Raidif hampa

Pulang?
Tidak!

" Tuan mengapa secepat itu? Apa anda tidak lelah?" Tanya Aaron

" Saya terlalu sibuk dengan tugas saya tuan Aaron. Seperti yang dikatakan putri anda saya tidak bisa berlama lama di manapun!" Sindir Raidif menatap Aira

" Tapi kalau kau mau, kau bisa tinggal. Aku kan cuma nanya! Tersinggungan banget jadi orang." Celoteh Aira memalingkan wajahnya. Raidif tersenyum mendengarnya. Entah mengapa dia merasa senang dan terbiasa dengan sikap Aira yang seperti itu.

Pemuda itu menatap Aira, begitupula Aira.

Ada sesuatu dalam diriku yang selalu penuh tanya siapa wanita ini sebenarnya?

Hingga...

Deg

" Aarrkkkhhh!"

" Tuan anda tidak apa apa?" Tanya Aaron cemas saat Raidif memegang dadanya seolah kesakitan. Sebaliknya, Arthur hanya tersenyum melihatnya.

" Saya tidak apa apa! Sebaiknya saya pamit sekarang. Terimakasih untuk semuanya." Jawab Raidif pucat.

" Tapi tuan!!"

" Terimakasih atas semuanya tuan Aaron. Semoga kita bisa bertemu lagi." Elak Raidif tanpa basa basi kemudian berdiri dan meminta pelayannya menyiapkan mobil. Ia bergegas melangkah ke luar

Aira menatapnya hampa.
Menatap sosok itu melangkah menjauh. Lalu,

" Aira kau mau kemana?" Tanya Arthur menghadang.

" Aku ingin menanyakan sesuatu padanya." Jawab Aira menyerahkan Dira ke tangan Arthur lalu berlari mengejar Raidif ke luar ruangan.

Di mana dia?
Di mana?

Aira kehilangan jejak.

Tak terasa matanya berkaca kaca.

Dia di mana?

Aira terus melangkah menyusuri jalanan rumahnya menuju halaman. Mencari sosok Raidif

Hingga..

" Anda mencari saya nona?"

Aira menoleh, ia melihat Raidif tersenyum bersender pada tiang dengan tangan di dalam saku Jasnya.

Entah kenapa sikapnya yang seperti itu malah semakin membuatnya terlihat sama dengan Deril Anthonius.

" Tuan jack.. saya.. saya.. apa anda.. akan pergi?" Gugup Aira memingkas anak rambut ke belakang telinganya.

" Ehem." Jawab Raidif singkat

" Apa .. anda.. maksud saya anda." Aira gugup. Dia menggigit bibirnya, meremas gaunnya

Tapi tiba tiba..

" Kau tidak berubah. Kenapa saat gugup kau selalu menggigit bibirmu Nona, kebiasaanmu sejak kecil ternyata masih sama ya?" Ucap Raidif tanpa sadar.

DEG

Aira tercekat

Dari mana dia tahu?

Sepertinya, Raidif juga kaget dengan kata katanya sendiri.

" Dari mana kau tahu?" Aira gemetar.

" Entahlah, hanya sembarang mengatakan. Oiya saya hanya ingin menanyakan tentang harmonika ini. Dari mana anda mendapatkannya?" Raidif merogoh sesuatu dari sakunya lalu melangkah ke hadapan Aira.

" Ini milik mantan suamiku. Atau mungkin milikmu! Aku juga ingin bertanya. Permainan yang kamu mainkan kemarin.. nada itu?"

" Itu Lacy. Nada yang diajarkan ayah saya. Sebaiknya saya segera pergi." Senyum Raidif kemudian menyodorkan Harmonika itu ke tangan Aira. Aira menatapnya hampa lalu mengangguk pelan

Jauh dalam hati mereka berdua, sebenarnya mereka mulai meyakini
bahwa Raidif memanglah Berkaitan dengan Deril.

" Aira." Ucap Raidif saat Aira berpaling

Aira langsung menoleh mendengar Raidif memanggil namanya.
pemuda itu tersenyum

" Selamat tinggal!" Ucapnya kemudian

Karna aku tidak akan pernah ingat hal apapun tentangmu!
Tidak akan pernah!

Aira mematung menatap sosok Raidif berjalan menuju mobil yang menunggunya. Andai Aira punya cukup bukti agar bisa memeluknya hangat dan berkata jangan pergi.

Hingga...

" Tuan Jaaack!" Teriak Aira saat pemuda itu itu hendak masuk ke dalam mobilnya.

Raidif menoleh

" Apa kita masih bisa bertemu?" Tanya Aira meremas roknya gugup. Raidif tersenyum manis mendengarnya

" Tenang saja nona. Kita pasti akan segera bertemu." Jawabnya lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi. Meninggalkan Aira yang tersipu.

" Hati hati Deril." Bisiknya

BERSAMBUNG

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

924K 99.1K 73
Spin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucife...
2.2K 111 7
warning(s) : harsh words, kissing scenes, skinship, violence sexuality, and mature theme. Latar waktu tahun 1800. Kisah cinta sekaligus kehidupan ban...
5.6M 100K 7
TERSEDIA DI TOKO BUKU SELURUH INDONESIA Copyright © Queen Nakey Hanya tersisa 9 chapter "Aku akan melindungimu, melakukan segalanya demi kepentinganm...
Terjerat Masa Lalu Von za

Mystery / Thriller

11.5K 514 6
Psycho, thriller, misteri, romance. Bagaimana jika genre-genre tersebut disatupadukan menjadi sebuah serial cerpen bersambung?