I'm not perfect Woman's!! {EN...

By Rawrr_Ri99

888K 61.7K 1.9K

Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan s... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
47 [END]
Extra part

46

8.7K 688 46
By Rawrr_Ri99

tak terasa ujian kelulusan telah keenam nya lalui, kini keenam laki-laki tersebut tengah menemani Sherren di sebuah taman rumah sakit yang entah kenapa terasa lebih indah, bahkan cuaca pun terasa mendukung aktivitas mereka.

"sejuk banget kan di sini?" Sherren bertanya dengan senyuman indah yang tak sedikitpun luntur.

"iya, tapi agak panas Sher" adu Bagas dengan muka cemberut yang di balas kekehan merdu oleh Sherren.

"pindah tempat yuk?" ajak Arga yang diangguki Sherren dan yang lainnya.

kini mereka memilih berteduh di bawah pohon rindang yang sangat nyaman menurut Sherren, dari posisi mereka pun dapat Sherren lihat beberapa anak mau itu pasien atau bukan, tengah bermain bersama.

canda tawa anak-anak tersebut mengisi kekosongan di antara ke tujuh nya, cuaca pagi hari yang membuat Sherren betah berada di taman.

"anak-anak nya lucu, mereka gemesin" ucapan Sherren membuat Arga memandang nya dan tersenyum lembut.

"kamu juga gak kalah lucu sama gemesin dari mereka" ucapan Arga membuat Sherren melihat kearah nya dan tertawa.

"aku gak lucu tau, mereka lucu nya tuh beda dari orang dewasa, seru ya kalau kita tetep kecil kayak mereka, gak gede-gede kayak sekarang" ucap Sherren sembari melihat anak-anak sekitar 5-7 tahunan tengah tertawa riang.

"mana bisa gitu Sher" Jaxson tersenyum gemas dan menjawil pelan hidung Sherren.

"nanti kalau kalian udah nikah, mau punya anak berapa?" tanya Sherren yang membuat keenam laki-laki itu diam sejenak.

"aku sih mau nya 2" ucap Cakra setelah berpikir bahwa dua anak saja sudah cukup menurut nya.

"kembar atau gimana?" tanya Sherren antusias.

"emm, mau nya yang pertama cowok yang kedua cewek dan gak kembar, tapi gak tau deh, lagian masih jauh kayak nya buat mikirin punya anak" balasan Cakra membuat Sherren mengangguk.

"iya juga ya, perjalanan kalian masih panjang, tapi gak salah juga sih kalau dari sekarang udah punya pikiran kayak gitu, itu juga kan salah satu keinginan kamu di masa depan nanti" jelas Sherren.

"iya ya, terus nanti kamu mau punya anak berapa?" pertanyaan Cakra sangat tak pas bagi kelima laki-laki lainnya, tapi bagi Sherren itu bukan apa-apa.

"kalau di kasih kesempatan, aku mau punya anak 2 atau gak 3 tapi gak tau deh bingung" ucapan Sherren di akhiri dengan cengiran lucu nya.

"kalau yang lain?" tanya Sherren kembali.

"sama kayak kamu, 2 atau gak ya 3 anak" balas Arga enteng.

"aku juga sama"

"aku juga"

"apalagi aku, kita sama"

mendengar ucapan Arga, Raja, Elang dan Jaxson membuat Sherren terdiam dan menghembuskan nafasnya pelan kala tau maksud omongan keempat nya.

sedangkan Bagas dan Cakra hanya mendengus malas melihat tingkah keempat laki-laki itu.

"kalau aku sih gimana nanti istri aku aja, kan dia yang hamil anak aku, aku juga gak mau kalau nanti dia nya kesakitan gara-gara aku minta banyak anak, 1 anak aja aku udah bersyukur Sher" ucapan Bagas membuat Sherren takjub, ia pun dengan bahagia meminta Bagas mendekat kearah dirinya.

cup

dan tanpa di sangka, Sherren mengecup pelan pipi Bagas dengan perasaan bangga dan bahagia, tanpa menghiraukan kelima laki-laki lainnya yang sedang murung, Sherren menatap Bagas antusias.

"maaf ya aku lancang, tapi itu hadiah dari aku buat kamu, karena kamu bakal jadi calon suami dan calon ayah terbaik di masa depan nanti"

Bagas yang mendengar pun tersipu malu, ia dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dan tersenyum tak jelas.

"Sher.. aku enggak?" tanya Arga memelas.

"hm? enggak apa?" tanya Sherren yang pura-pura tak tau.

"Sher.., masa Bagas doang.., aku enggak di cup ya?" kini giliran Cakra yang protes karena iri melihat Bagas yang kini nyengir tak jelas.

"nanti ya" balasan singkat dari Sherren membuat kelima laki-laki lainnya murung dan sedikit uring-uringan, kecuali Bagas yang masih nyengir tam jelas.

"nyengir lo nyet" ucap Cakra sewot kepada Bagas.

"dih iri ya?"

"bacot!"

"dih"

Bagas menatap malas Cakra dan mulai menetralkan rasa malu yang berada dalam dirinya.

"udah dong jangan uring-uringan kayak gitu, nanti aku kasih kalian hadiah ya? malu tau di liatin anak kecil" ucapan Sherren hanya mampu di turuti oleh kelima nya dan kembali bersikap normal.

namun tak lama dari itu, seorang anak laki-laki sekitar umur 5 tahun tengah berjalan menuju mereka dengan setangkai bunga mawar putih di tangannya.

anak tersebut melangkah menuju Sherren berada dengan mata berbinar dan senyuman indah diwajahnya, Sherren yang melihat hal tersebut pun membalas senyuman sang anak.

"ibu peli ini bunga untuk bu peli yang cantik!"

ucapan anak yang masih cadel tersebut membuat Sherren terpekik bahagia, ia dengan lembut menerima bunga tersebut dan menarik pelan tangan nya agar lebih dekat.

"ibu peri? tapi kakak bukan ibu peri, kakak juga gak cantik" ucap Sherren lembut dengan wajah di buat-buat agar cemberut.

"ibu peli itu ibu peli!!, ibu peli juga cantik" balas anak tersebut dengan ekspresi lucu nya dan di balas kekehan oleh Sherren.

"makasih kalau gitu, kamu juga tampan, nama kamu siapa?" tanya Sherren lembut kepada anak laki-laki di depannya yang terlihat susah untuk menyebut kan hurup 'R'.

"nama aku Lion!!"

"Lion?"

terlihat anak tersebut menggeleng tak setuju akan ucapan Sherren.

"bukan.., tapi Lion!"

Cakra yang sedari tadi menyimak memilih membuka suara.

"iya Lion! salah nya di mana bocil.." ucap Cakra gemas.

"ihk Lion.., bukan Lion.." terlihat mata anak tersebut mulai berkaca-kaca, Sherren dengan cepat mengelus kepala anak tersebut.

"angkat Lion ke sini dong" pinta Sherren kepada Elang yang di turuti oleh sang empu, kini anak tersebut telah duduk di pangkuan Sherren, dengan lembut Sherren membawa anak tersebut ke dalam pelukannya.

"cup cup, udah ya jangan nangis" ucap Sherren menenangkan.

"tapi kakak nya nakal.., Lion gak suka" mendengar ucapan anak tersebut, Cakra berdecak tak suka.

"apasih, masa gitu doang di bilang nakal, lagian kan cuma nanya" ucap Cakra sewot yang di balas tabokan dari Bagas.

anak tersebut hampir menangis namun dengan cepat Sherren cegah, dan mulai mengajak ngobrol kembali anak tersebut.

"diem lo!!, nyaut aja sama bocil" ucap Bagas yang di balas lirikan malas oleh Cakra.

"jadi nama kamu Rion ya?" tanya Sherren lembut yang di balas anggukan penuh semangat oleh anak laki-laki tersebut, Rion.

obrolan antara Sherren dan Rion pun mengalir, sesekali keenam laki-laki itu mengajak Sherren kembali namun Sherren menolak.

"ibu peli.., bunga nya simpen ya.., kata temen aku itu hadiah untuk ibu peli.."

"hadiah?"

"iya.., kalena ibu peli baik.., cantik, ibu peli juga penyayang..., Lion sama temen-temen juga suka sama bu peli.."

"kok bisa temen-temen kamu suka sama bu peri? kan gak pernah ketemu?" tanya Arga lembut yang kini anak tersebut sudah dalam gendongan nya.

"tadi lagi main.. terus liat bu peli, temen-temen aku nyuluh aku buat kasih bunga nya ke bu peli, katanya meleka suka sama bu peli"

ucapan anak tersebut membuat hati Sherren menghangat.

"tapi.., kata temen aku yang pelempuan, kenapa bu peli nya gak punya lambut?"

Deg

hening, semua terdiam seketika saat mendapatkan pertanyaan polos dari anak bernama Rion tersebut.

Sherren tersenyum sendu, ia dengan lembut mengelus kepala Rion tanpa mengatakan hal apapun, sedangkan Jaxson yang peka mulai menjawab pertanyaan Rion.

"Rion..., ibu peri punya rambut kok, tapi rambut nya ke tutup sama ini, jadi Rion sama temen-temen Rion gak bisa liat rambut ibu peri" jelas Jaxson lembut sembari menunjuk kupluk yang terpasang apik di kepala Sherren.

"kenapa halus di sembunyiin? kan Lion mau liat bial temen-temen Lion ili"

"rambut ibu peri tuh langka, rambut nya cantik secantik ibu peri, rambut nya indah, wangi, lembut lagi, jadi kakak-kakak ini nyembunyiin rambut ibu peri, biar gak di liat banyak orang"

satu tetes air mata Sherren kembali lolos setelah mendengar ucapan Jaxson yang terdengar tulus, namun dengan cepat ia hapus dan tutupi dengan sebuah senyuman.

"nanti ibu peri kasih liat rambut ibu peri khusus buat Rion"

mendengar ucapan Sherren membuat Rion kegirangan, tak lama seorang perawat yang mendampingi Rion menyusul anak tersebut, dan setelah berpamitan akhirnya Rion pergi.

"nanti aku minta vas bunga dan diisi air ya? aku takut bunga nya mati" ucap Sherren yang di angguki keenam nya.

"kita pergi ya Sher, udara nya dingin loh" ajak Bagas sembari mengeratkan jaket nya.

"dingin? adem kok" bantah Sherren saat merasakan udara tetap terasa nyaman baginya.

"udahan ya di taman nya, gak baik lama-lama di luar"

mendengar ucapan Elang, akhirnya Sherren mengiyakan ucapan tersebut, dengan pelan Raja mendorong kursi roda Sherren, dalam hening mereka menikmati perjalanan menuju ruangan Sherren, yang entah kenapa lorong tersebut terasa panjang.

di pertengahan jalan, Sherren merasakan jantungnya berdetak kencang, rongga pernapasan terasa tersumbat, kepalanya terasa di hantam beribu-ribu ton batu, cairan merah pun kembali keluar dari kedua lubang hidung nya setelah sekian lama.

Sherren meremat dada nya kencang, ia membuka mulut mencoba meraih oksigen, keenam laki-laki itu panik, Arga dengan cepat menggendong tubuh Sherren ala bridal style.

"se-sak... hah.."

air mata Arga lolos begitu saja melihat perempuan tercinta nya kesulitan bernafas, kelima laki-laki lainnya berlari menyusul Arga, setelah lumayan dekat dengan ruangan, Bagas dan Cakra berlari mencari dokter.

Arga dengan pelan menurunkan tubuh Sherren di atas ranjang, ia dengan panik meneliti sekitar untuk mencari sebuah oksigen.

"ta-tahan Sher..., aku mohon.." Elang menggenggam erat tangan Sherren yang meremat kencang seprei ranjang tersebut.

"DOKTER!"

Jaxson berteriak frustasi saat melihat dari jauh sang dokter serta beberapa perawat berlari kencang, tak lupa dengan Bagas dan Cakra yang keadaan nya sudah kacau.

sebelum Arga memasang kan oksigen tersebut, tangan nya dengan cepat di cegah dan oksigen di ambil alih oleh seorang dokter yang dari awal menangani Sherren.

"mohon kalian keluar terlebih dahulu" ucap sang dokter, yang fokus memasang kan masker oksigen kepada Sherren di bantu oleh sang perawat.

"tapi-"

"ayo keluar"

Arga, Jaxson dan Elang berjalan lesu mengikuti langkah Raja menuju keluar, di kursi tunggu sudah terdapat Bagas serta Cakra yang terdiam dengan ekspresi khawatir.

"gue udah ngabarin bang Bima" ucapan Bagas di angguki oleh yang lainnya.

Bima tengah di sibukkan dengan meeting yang perusahaan ayah nya adakan.

lima menit berlalu, sang dokter akhirnya keluar bertepatan dengan Bima yang datang dengan tergesa.

"gimana dok, keadaan Sherren?" tanya Arga tak sabar.

"kondisi nya kembali menurun, dari awal sudah saya jelaskan bahwa penderita leukimia kemungkinan kecil untuk bisa selamat" ucapan sang dokter membuat Elang emosi.

"apa maksud ucapan lo?!!" ucap Elang emosi dengan dan ingin melangkah maju namun di tahan oleh Bagas.

"tenang Lang, jangan emosi dulu"

Bima yang melihat hanya mampu menghela nafasnya kasar dan meminta sang dokter untuk kembali melanjutkan ucapannya.

"virus yang ada dalam tubuh pasien memang terbilang cukup lambat untuk menyebar, namun jika lama-kelamaan di diamkan virus tersebut akan semakin ganas, dan saat pasien melakukan kemoterapi sangat di sayangkan hanya beberapa persen kemo tersebut berhasil menghambat penyebaran virus tersebut, jadi untuk sekarang saya akan berusaha dan selebihnya kita serahkan kepada Tuhan"

hati mereka semakin tak karuan saat mendengar hal tersebut, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya mampu membuat pikiran mereka kalut.

"sekarang pasien tengah tak sadar kan diri, kalian bisa menjenguk nya tapi saya mohon untuk tak berisik dan terlalu banyak orang" jelas dokter tersebut.

"baik dok, terimakasih" balas Bima yang di angguki oleh dokter tersebut dan pergi bersama beberapa perawat di belakang nya.

"kalian berempat masuk duluan, abang, Bagas, sama Cakra mau jemput dulu om Dimas sama tante Sinta" ucapan Bima di turuti oleh keempat nya, melihat keempat laki-laki itu sudah masuk, Bima pun memandang Bagas serta Cakra.

"kalian ikut abang dulu, ini penting"

setelah itu Bima, Bagas, dan Cakra pun melangkah dengan terburu-buru menuju parkiran.

------------------------------------------------------

"Sher.., jangan kayak gini.., aku takut.." Arga menggenggam tangan Sherren yang terasa sedikit dingin.

ia dan ke tiga temannya yang lain berjanji untuk tak menangis lantaran Sherren tak menyukai hal tersebut.

keempat nya dengan jelas melihat sosok terkasih kembali terbaring tak sadar kan diri dengan masker oksigen dan selang infus yang kini terpasang apik di punggung tangan kiri nya.

"gimana kalau sesuatu yang buruk terjadi sama Sherren?" ucapan Jaxson membuat ke tiga nya tersulut emosi.

"apa maksud lo hah?! sesuatu apa yang lo maksud Jaxson?!" tanya Elang marah akan ketua nya tersebut.

"jaga bicara lo Jaxson, gak bakal ada sesuatu yang buruk terjadi sama Sherren, kalau pun ada..., biar gue yang kena sesuatu itu.., jangan Sherren..." ucapan Raja melemah, ia menundukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca.

"sorry.., gue.., gue kalut.." ucap Jaxson menyesal.

ruangan kembali hening, keempat laki-laki itu memilih diam dan menatap sosok Sherren yang kini terbaring lemah.

--------------------------------------------------------

"om!! tante!!"

mendengar panggilan dari Bima, Sinta dan Dimas pun menoleh kearah suara tersebut, dan dapat mereka lihat bahwa ke tiga laki-laki yang kini tengah berlari terlihat panik.

kini mereka tengah berada di perusahaan Dimas, karena Sinta ingin menjenguk kembali Sherren akhirnya Dimas meminta Bima untuk sekalian menjemput Sinta.

"kalian kenapa lari? ada apa?" tanya Sinta.

setelah menetralkan nafasnya, Bima pun menjawab pertanyaan Sinta.

"tan..., Sherren.., Sherren drop, dia lagi gak baik-baik aja" ucapan Bima membuat Sinta terdiam kaget.

"sekarang kita pergi" dengan tegas dan lugas Dimas beserta yang lainnya mulai pergi menuju rumah sakit dengan mobil Bima.

tak menunggu waktu lama akhirnya mereka sampai, namun saat langkah Sinta serta Dima hampir sampai pintu, keduanya terlebih dahulu di tahan oleh Bima.

"di dalem ada Arga, Jaxson, Raja sama Elang, gak papa kan om, tante tunggu dulu di luar sebentar bareng kita?" ucapan Bima yang di mengerti keduanya pun di iyakan.

"bang gue mau liat Sherren.." ucap Cakra gusar dengan mata berkaca-kaca.

"jangan dulu ya Cak, gue mohon buat ngerti.., sebentar aja" ucap Bima.

"tapi bang.., gue gak tenang.." entah kenapa perasaan Cakra terasa gusar tak jelas.

"Cak.., gue ngerti, gue yakin kita masih punya kesempatan buat ketemu Sherren" ucap Bagas menenangkan Cakra sampai sang empu terdiam kembali.

Sedangkan di dalam ruangan Sherren.

mata indah Sherren telah terbuka, Sherren menatap sayu keempat laki-laki yang kini mengelilingi nya dengan tampang khawatir.

"Sher.., akhirnya kamu sadar, aku panggilin dokter ya" ucapan Jaxson di balas gelengan pelan oleh Sherren.

Sherren dengan pelan membuka masker oksigen yang terpasang di sekitaran mulut serta hidung nya, menghiraukan larangan dari Arga.

setelah terlepas, senyuman indah yang terpatri di bibir pucat nya kini terlihat jelas oleh keempat nya.

"makasih ya.." ucapan Sherren yang terdengar lemah mampu memberikan efek nyeri di ulu hati keempat nya.

"kenapa harus makasih hm? kamu gak perlu berterima kasih Sherren.." ucap Elang lembut dengan mengecup punggung tangan Sherren.

"makasih karena kalian mau nemenin aku berjuang sejauh ini.., makasih kalian selalu ada buat aku.." ucapan Sherren masih terdengar lemah.

"gak perlu berterima kasih.., gak perlu sayang.." Sherren tersenyum mendengar panggilan sayang yang Elang lontarkan dengan tulus nan lembut.

"aku tau.. perasaan kalian berempat dari jauh hari.., sebelum Raja sama Elang ngungkapin hal tersebut.." keempat laki-laki itu terdiam, menunggu kelanjutan dari Sherren.

"jangan tanya aku tau darimana.., yang pasti.., aku juga sayang sama kalian.., untuk cinta..., aku juga cinta sama kalian..., maaf kalau terkesan gampangan atau murahan.., tapi.. emang itu yang aku rasain"

"kalau aku harus milih diantara kalian... aku gak bisa.., maaf.., kalian bisa ngejauh dari aku.., kalian bisa benci sama aku.., aku rela.., karena aku gak mau kalau ada yang tersakiti nantinya"

tanpa sadar air mata Sherren menetes, apa yang ia ucapkan memang benar adanya, tak ada kebohongan sedikit pun, di saat ia masih memiliki kesempatan, ia akan mengungkapkan hal yang mengganjal di hatinya.

Elang yang sadar dari keterdiamannya mulai tersenyum dan berpindah mengecup kening Sherren dengan di iringi senyum lembutnya.

"aku gak benci sama kamu, aku gak bakal jauh dari kamu, kamu gak murahan ataupun gampangan, kamu istimewa Sherren, makasih udah mau jujur tentang perasaan kamu ke kita" ucap Elang dan menatap Sherren penuh kasih sayang.

"Sher.., aku juga gak bakalan benci sama kamu, makasih juga udah jujur ke kita tentang perasaan kamu" ucap Arga lembut yang di angguki oleh Jaxson.

"Sher.., kamu gak perlu milih diantara kita, kamu cuman perlu nge izinin permintaan aku hm?" ucapan Raja membuat Sherren bingung.

Raja menatap ketiga temannya lain, melihat ketiga nya sumringah, Raja pun mulai mengucap suatu hal yang membuat Sherren terkejut.

"izinin aku, sama ketiga temen aku buat jadi pendamping hidup kamu.., selamanya"

Sherren sangat terkejut dan tak menyangka akan hal tersebut, tak pernah terpikir dalam benaknya untuk menggaet keempat nya.

"a-aku.., ta-tapi.."

"gak papa Sher, kalau kamu keberatan gak papa, jangan di izinin" ucap Jaxson lembut, dan membuat Sherren terdiam, setelah beberapa pertimbangan akhirnya Sherren mengiyakan hal tersebut.

"aku izinin.., tapi aku gak tau berapa lama aku bertahan.., kalau kemungkinan aku gak bisa sama kalian.., cari perempuan lain yang bisa mengayomi kalian hm?" ucapan Sherren membuat keempat nya menggeleng.

"enggak, gak akan, kamu pasti bakal bertahan" ucapan Arga hanya di balas semoga oleh Sherren.

sampai akhirnya, Sherren meminta Cakra serta Bagas untuk masuk dan bertemu dengannya.

saat masuk, bukan hanya Bagas serta Cakra, namun Bima, Sinta dan seorang laki-laki paru baya ikut masuk kedalam ruangan nya.

Bagas dan Cakra bak seorang anak yang rindu dengan ibunya pun memeluk Sherren pelan, mereka menangis, berucap takut kepada Sherren.

setelah menenangkan kedua bocah tersebut, Sinta langsung mengajak Sherren mengobrol, mencoba mencegah sesuatu, tak lupa Sinta mengenalkan Dimas, ayah dari Galang.

waktu berlalu begitu saja, sore hari pun tiba, Sinta serta Dimas memilih berpamitan dengan Sinta yang entah kenapa sedikit tak rela.

dalam ruangan tersebut terdapat tujuh laki-laki yang lebih memilih menjaga Sherren, sedangkan sang empu hanya mampu menatap sendu ke tujuh nya.

"Lang.." meskipun pelan, Elang masih bisa mendengar nya, ia pun dengan cepat menghampiri Sherren.

"kenapa? butuh sesuatu sayang?" tanya Elang lembut, Sherren pun tersenyum.

"boleh minta peluk sama kalian? sebentar aja.." ucapan Sherren terdengar oleh semua nya, dan tanpa kata mereka pun mendekat kearah Sherren.

"boleh.., mau lama juga gak papa" balas Bagas yang di senyumi oleh Sherren.

Sherren terlebih dahulu memeluk tubuh Elang tak lupa Sherren menambahkan kecupan di pipi Elang, menghiraukan Elang yang kini terdiam mematung, Sherren lanjut memeluk Raja tak lupa juga sebuah kecupan di pipi nya.

kegiatan tersebut berlanjut kepada Arga, Jaxson, Cakra serta Bagas, dan saat giliran Bima, Sherren terlebih dahulu menatap lamat wajah tampan Bima, tak lama memeluk nya cukup erat, setelah meminta izin akhirnya Sherren mengecup pipi kanan Bima.

"janji sama aku, kalian harus bahagia, apapun yang terjadi nanti di masa depan kalian harus tetap kuat"

"raih cita-cita kalian, penuhin semua keinginan kalian meskipun itu suatu hal kecil, kalian harus tetap hidup jangan gampang nyerah hm?, kalau kalian gak punya tempat mengadu, masih ada Tuhan yang selalu siap jadi tempat aduan kalian"

ucapan Sherren membuat ketujuh laki-laki itu tak tenang, entah kenapa Sherren berbicara seperti itu seakan-akan ingin pergi jauh dari mereka.

"kok ngomong gitu..?" Cakra yang sedang sensitif pun menatap Sherren dengan mata berkaca-kaca.

"ngingetin doang" balas Sherren membuat yang lainnya hanya mampu menghela nafas.




















maaf kalau nanti nya ada yang kecewa sama ending yang aku buat.

btw panjang banget ya hhe

tetap semangat dan bahagia.

apabila ada kesalahan kata atau typo mohon tandain 😉✨

janlup vote+Komen 💗💗
makasih 💗💗

Continue Reading

You'll Also Like

928K 49.5K 38
Rexi Cecilia. Gadis pendiam yang menyukai novel transmigrasi. Selalu berharap dirinya bisa merasakan bagaimana transmigrasi itu. Agatha Dian Quinsha...
1.1M 142K 39
Ainsley Catlyn gadis 17 tahun yang meninggal ditangan ayahnya saat sang ayah mabuk. Kehidupan Ainsley tidak lepas dari kekerasan fisik yang selalu ay...
67.8K 6.2K 152
Judul asli : 豪门替身前夫 Author: 奶牛贝贝 " Mantan Suami Keluarga Kaya " Selama tiga tahun, Yun Xiao menggunakan metode yang berbeda untuk menanamkan pada Ta...
1.3M 123K 26
Namira entah bagaimana dia masuk ke dalam sebuah novel Tampa judul, yang baru dia menamatkan bacaannya tadi malam. Tapi ketika dia membuka matanya la...