I'm not perfect Woman's!! {EN...

By Rawrr_Ri99

885K 61.6K 1.9K

Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan s... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47 [END]
Extra part

37

11.4K 857 44
By Rawrr_Ri99

Waktu berlalu dengan cepat, kini Sherren tengah memandang berbagai macam bunga dan tumbuhan yang berada di taman belakang rumahnya.

ya, dalam beberapa hari/ minggu ini, banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup nya, setelah Sherren kembali vit Sherren meminta untuk kembali pulang ke rumah nya.

tak mudah bagi Sherren agar ia kembali ke rumah nya, Jaxson dkk tak mengizinkan Sherren untuk kembali, mereka malah mengajak Sherren untuk tinggal bersama kedua orang tua Bima, Sherren sangat menolak karena bagaimanapun ia adalah orang asing.

jadi dengan berbagai syarat akhirnya Sherren di perbolehkan, dengan salah satu syarat bahwa Sherren harus memperbolehkan keenam laki-laki itu datang ke rumah Sherren setiap hari tanpa sedikitpun menolak.

Sherren sebenarnya tak enak karena mereka akan menemani Sherren sampai malam, setelah itu mereka akan pulang dan kembali lagi di pagi hari.

tapi dengan begitu Sherren tak merasa kesepian, ia senang akhirnya rumah yang terasa dingin sekarang perlahan menghangat dengan berbagai momen manis yang tercipta.

alasan Sherren mengizinkan mereka selalu ke rumah nya karena dengan adanya bi Marni sosok wanita paru baya yang di gaji Raja untuk menemani atau mengurus pekerjaan rumahnya membuat Sherren tak perlu was-was.

beliau hanya bekerja dari pagi sampai jam 9 malam, setelah itu bi Marni akan pulang kembali ke rumah nya yang tak jauh dari rumah Sherren.

semalam Sherren tak bisa tidur, ia selalu bermimpi bahwa dirinya yang dulu tengah terbujur kaku di atas brankar, Sherren tak tau pasti apa yang terjadi namun ia selalu berakhir tak bisa tidur.

"kapan aku bahagia? aku mau hidup normal" ucap Sherren parau yang sangat miris akan kehidupannya.

setiap malam ia selalu kesakitan, efek kemoterapi yang selama ini ia jalani nyatanya sangat menyiksa nya, rambut nya tak selebat dulu, tubuhnya terlihat semakin kurus, rasa mual selalu ia rasakan saat hendak memasukkan makanan kedalam mulutnya.

terkadang rasa nyeri di beberapa bagian tubuh nya selalu ia rasakan, Sherren tak bisa jujur mengenai kondisi nya yang sebenarnya, ia tak ingin keenam laki-laki yang selalu mendukung nya untuk sembuh merasa khawatir atau terbebani.

"kenapa harus nunggu?" sebuah suara dari belakang membuat lamunan Sherren buyar, saat Sherren berbalik dapat ia lihat sosok laki-laki tampan nan gagah dengan setelan hitam yang identik dengan gaya nya, Elang.

Elang tersenyum, ia melangkah menuju Sherren berada setelah itu duduk di samping Sherren dan menatap sang empu penuh kelembutan.

"Elang" ucap Sherren menatap Elang.

"kenapa kamu harus nunggu buat bahagia hm? selama ini kamu gak bahagia ya?" tanya Elang lembut sembari mengelus pipi tirus nan halus Sherren.

"enggak, maksud nya aku bahagia kok tapi..., a-aku" Sherren tak melanjutkan ucapannya karena ia sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan, di satu sisi ia bahagia namun di sisi lain ia tak merasakan nya.

"aku ngerti, kalau selama ini kamu gak bahagia, aku bakal bahagiain kamu" ucap Elang lembut sembari tersenyum tipis.

Sherren tertegun, ia menatap manik tajam milik Elang yang kini menatapnya penuh kelembutan, jujur saja Sherren yang dulu tak pernah mendapatkan perhatian seperti yang Elang lakukan kepada dirinya sebelumnya.

kecuali ayahnya, Sherren yang dulu beruntung karena memiliki ayah yang sangat menyayangi dirinya, sosok ayah yang selalu memastikan keadaan putri nya baik-baik saja, sosok ayah yang selalu memperlakukan nya layaknya seorang princess, sosok ayah yang selalu memberikan pelukan hangat untuknya.

"kenapa hm? ada masalah? cerita ke aku" ucap Elang lembut saat melihat wajah Sherren sedikit murung.

"aku kangen ayah, aku kangen di peluk sama ayah, biasanya kalau aku lagi sedih ayah selalu ngehibur aku, terus ngajak aku jalan-jalan keliling komplek, sampai ibu aku cemburu karena ayah lebih deket sama aku yang notabene nya anak sendiri"

Elang tetap mendengar ucapan Sherren dengan menatap ekspresi Sherren yang seketika antusias saat menceritakan mendiang ayahnya, namun kembali berubah sendu.

"tapi... sekarang udah gak bisa, aku udah gak bisa ngerasain hal itu lagi, aku udah kehilangan keluarga aku" yang di maksud Sherren adalah keluarga nya yang dulu, sedangkan Elang berpikir bahwa yang Sherren ceritakan adalah keluarga nya yang sekarang (keluarga 'Sherren' yang udah almarhum).

"Sher" ucap Elang sembari menangkup wajah Sherren lembut dan membawanya menghadap kearah dirinya.

"udah aku bilang aku bakal ngebahagiain kamu, aku bisa ngasih pelukan hangat buat kamu, aku bisa ngajak kamu keliling komplek, kota, atau bahkan pulau, aku bisa Sher, aku bahkan bisa ngasih kamu semuanya sekalipun itu nyawa aku, asal kamu bahagia Sherren"

ucapan Elang lagi-lagi membuat Sherren tertegun dan hatinya menghangat, dapat Sherren lihat mata tajam itu penuh kelembutan dn keseriusan, tak lupa juga kini tangan besar Elang mengusap lembut pipinya menggunakan ibu jari nya.

"kamu gak perlu sampai ngasih semuanya, apalagi nyawa kamu" balas Sherren halus dan memegang tangan Elang yang bertengger di pipi nya.

"yang penting kamu bahagia" ucap Elang sembari tersenyum dan membawa tangan kanan Sherren untuk ia genggam dengan tangan nya yang besar.

Sherren tersenyum menatap Elang, hatinya semakin menghangat sama seperti tangan kanannya yang kini ikut menghangat, Sherren tak bisa berkata-kata kembali.

setelah itu hening, keduanya duduk diam dengan tangan di posisi yang sama sedang kan tubuh keduanya duduk menghadap ke arah taman.

"oh iya, yang lain kemana? kok kamu sendiri?" tanya Sherren yang baru sadar bahwa Elang datang sendiri, sedangkan yang lain belum terlihat sedikitpun batang hidungnya.

"coba kamu liat jam nya" titah Elang lembut, Sherren merogoh saku celana santai nya, namun ia lupa bahwa sejak insiden itu, ia sudah tak memegang ponselnya.

"ponsel aku kan gak ada" ucap Sherren dengan wajah cemberutnya, Elang terkekeh ia pun memperlihatkan jam yang tertera di layar handphone nya kepada Sherren.

"jam 07.58? kamu datang nya pagi banget" ucap Sherren menatap Elang, memang biasanya keenam laki-laki itu akan datang kerumahnya di jam 8 pas, namun tak di sangka bahwa Elang akan datang terlebih dahulu daripada kelima temannya yang lain.

"demi kamu, aku gak mau kamu sampai kesepian, cukup malam aja karena kita gak bisa tidur di sini, kalau sekarang kamu harus sama aku atau sama yang lain" ucap Elang menatap hangat Sherren.

"tapi kan ada bi Marni, jadi aku gak kesepian" ucap Sherren

"gak tiap hari kan? dan gak selalu ada nemenin kamu, sekarang aja bi Marni udah izin dari pagi banget, itupun setelah masakin sarapan buat kamu" ucap Elang penuh perhatian.

"em, iya juga" ucap Sherren sedikit gugup.

"kamu belum makan ya? ayo makan dulu" ucap Elang sembari berdiri diikuti Sherren setelah itu menggenggam tangan Sherren melangkah masuk menuju meja makan yang berada di dapur.

"Lang, aku makannya nanti aja" cegah Sherren lembut saat sudah sampai di meja makan, mendengar ucapan Sherren, Elang menghentikan aksinya yang hendak menarik sebuah kursi.

"kenapa? mending sekarang ya? aku gak mau kamu kenapa-napa lagi" ucap Elang lembut, namun Sherren menggeleng menolak.

Elang hendak berbicara kembali namun sebuah teriakkan yang berasal dari pintu utama, membuat Elang dan Sherren melihat kearah pintu utama yang cukup terlihat dari dapur.

"SHERREN I'M COMING BABE!!"

"geuleuh bangsat!!"

"suka-suka aing nya nyett"

Cakra memukul Bagas dengan penuh rasa kesal, ia kesal akan Bagas yang berteriak tadi, sedangkan Raja, Arga dan Jaxson menatap datar kedua temannya.

Sherren melangkah menghampiri kelima nya, ia tersenyum dan terkekeh akan tingkah Bagas serta Cakra.

"Sherren" panggil Jaxson lembut dengan tangan melambai dan sebuah senyuman terpampang indah di wajah tampan nya.

Sherren balas melambai dan tersenyum, sama hal nya dengan Arga dan Raja yang hanya tersenyum.

"Sherren, gimana keadaan kamu?" tanya Cakra dengan rambut yang acak-acakan setelah dia saling jambak dengan Bagas yang kini meringis sakit karena tulang keringnya di tendang oleh Cakra.

"aku udah mendingan kok" balas Sherren lembut.

"owh syukur deh" Cakra menghela nafasnya lega mengetahui kondisi Sherren.

"ayo masuk" ajak Sherren yang diangguki oleh kelima nya dan berjalan di belakang Sherren.

"ELANG?!" teriak Bagas membuat teman-temannya meringis, sedangkan Sherren kembali terkekeh dan menggeleng pelan.

"biasa aja monyet!!" ucap Cakra dengan meraup wajah Bagas.

Sherren melangkah dan duduk lesehan di atas karpet bulu bersama Elang diikuti dengan yang lainnya.

"Lang? kok udah di sini aja?" tanya Arga menatap Elang penuh tanya.

"SSG" balas Elang singkat, padat dan datar.

"ha?" Bagas memasang ekspresi bodoh nya yang lagi-lagi membuat Cakra kesal.

"SUKA-SUKA GUE TOLOL!" akhirnya kesabaran Cakra habis, ia dengan tega meneriaki Bagas yang duduk di samping nya.

"BIASA AJA BANGSAT!!" Bagas meneriaki balik Cakra setelah itu menerjang tubuh Cakra sampai sang empu terlentang.

"turun anjing!! Bagas!!" teriak Cakra saat Bagas kembali menjambak rambutnya.

Sherren menatap keduanya dengan heran, sedangkan Raja dan Elang menatap datar tak berniat untuk memisahkan keduanya, oleh sebab itu Jaxson serta Arga menghela nafas dan mulai memisahkan keduanya.

"lepas Gas!" titah Jaxson mencoba melepaskan tangan Bagas yang kini mencengkram leher Cakra sampai membuat sang empu meringis kesakitan.

"Bagas!! sadar!!" teriak Arga dengan sekuat tenaga menarik tubuh Bagas, kelima laki-laki itu tau dan sadar bahwa trauma Bagas tengah kambuh, maka dari itu Bagas terlihat seperti kesetanan.

"arghh Gas!! Bagas!! sakit anjing" teriak Cakra mencoba menyadarkan Bagas.

Sherren panik melihat keadaan tersebut, ia dengan pelan namun khawatir menanyakan tentang kondisi Bagas kepada Elang serta Raja yang duduk di dekat nya.

"Bagas kenapa Lang?" tanya Sherren panik penuh ke khawatiran.

"trauma dia kambuh" balas Elang dan menatap Bagas yang kini tengah di pegang oleh Arga dan terlihat bahwa sang empu sedang di liputi emosi.

"trauma? Bagas trauman kenapa?" tanya Sherren pelan.

"karena keluarga nya sendiri, Bagas bakal emosi banget kalau ada yang neriakin dia tepat di telinga nya atau mungkin di jarak yang deket banget sama dia" penjelasan dari Raja di angguki oleh Elang, Sherren menatap sendu Bagas yang sudah lebih tenang tak emosi kembali.

"lo oke?" tanya Arga ragu melihat Bagas yang terdiam dengan nafas tersengal-sengal.

Bagas mengangguk dan menatap Cakra penuh penyesalan yang kini Cakra sendiri pun tengah terdiam menenangkan dirinya.

Sherren melangkah menuju Bagas dan Arga berada.

"Gas? Bagas" panggil Sherren lembut dengan ragu memegang pundak Bagas.

"Ya?" Bagas tersadar dari keterdiamannya, ia menatap Sherren sendu.

"Ikut aku yuk, ke dapur" ajak Sherren lembut dengan senyuman cantik di wajahnya.

Bagas terdiam linglung, begitupun dengan yang lain, mereka bingung lantaran Sherren secara tiba-tiba mengajak Bagas ke dapur.

"Kamu mau ngapain ke dapur?" tanya Arga heran.

"Rahasia" balas Sherren jahil dan langsung menarik lengan Bagas melangkah menuju dapur.

"Jangan ada yang ikut ya? sebentar kok" ucap Sherren yang membuat kelimanya terdiam tak membantah.

Sherren melangkah menuju dapur bersama Bagas, setelah sampai Sherren melepaskan genggamannya dan berjalan menuju lemari mini yang berisi obat P3K serta yang lainnya.

"Sher, ngapain ngajak aku ke dapur" tanya Bagas heran yang telah sadar sepenuhnya.

Sherren berbalik menatap Bagas dengan hangat tak lupa juga senyuman nya, di tangan Sherren juga terdapat kotak P3K yang lengkap.

"Bagas kamu pasti lagi gak baik-baik aja kan? kamu bisa cerita ke aku" ucap Sherren lembut dan mendekat kearah Bagas.

Bagas yang mendengar pun gelagapan sendiri dan mencoba menghindari topik yang di tanyakan Sherren kepadanya.

"E-enggak kata siapa? aku bai-"

"Kalau gak mau gak papa, aku gak maksa kok" balas Sherren lembut namun mampu membuat Bagas menyerah.

"Aku gak suka kalau ada yang neriakin aku di jarak yang deket banget kayak Cakra tadi"

Melihat Sherren yang memperhatikan nya namun masih mendengarkan nya membuat Bagas menghela nafas dan mulai menceritakan hal yang membuatnya trauma.

singkatnya, Bagas anak yang tak di harapkan, keluarganya membenci dirinya dengan alasan bahwa dia bukan terlahir sebagai perempuan tetapi sebagai laki-laki.

Bagas mempunyai kakak laki-laki, namun sangat di sayangkan kakak nya pun ikut membenci dirinya.

dari kecil Bagas selalu di tuntut oleh kedua orangtuanya untuk melebihi kecerdasan sang kakak, selain itu kadang kala ibunya diam-diam menyuruh Bagas untuk memakai makeup.

Bagas tentu menolak karena ia laki-laki, maka dari itu ibunya semakin membencinya, sang ayah yang selalu memukulnya dan sang kakak yang tak peduli kepadanya.

penyebab utama trauma Bagas muncul karena kedua orangtuanya selalu meneriaki nya tepat di dekatnya atau telinga nya.

teriakkan yang berisi makian, hinaan serta cacian mampu membuat rasa benci Bagas akan keluarganya menguap dan traumnya muncul.

trauma yang membuat Bagas kehilangan kontrol akan dirinya sendiri, trauma yang mampu membuat Bagas kehilangan dirinya sendiri.

trauma itupun yang membuat Bagas tega mencekik dan menghajar ibunya sampai ia harus keluar dari rumah nya dan tinggal di apartemen.

tadinya Bagas akan di coret dari kartu keluarga nya sendiri, namun ia sangat beruntung karena kakek dari pihak ayah yang sangat menyayangi nya mempertahankan dirinya.

Bagas hidup pun karena uang kakeknya yang tinggal di Scotlandia, kakeknya tak terlalu mengekang nya maka dari itu Bagas merasa bebas.

mendengar cerita Bagas, Sherren pun mendekap hangat tubuh bongsor Bagas dengan penuh kelembutan.

"pasti semuanya berat, tapi kamu hebat Gas" ucapan Sherren membuat Bagas terharu dan mengeratkan pelukannya.

"aku harus minta maaf sama Cakra, karena gimanapun dia pasti gak sengaja" ucap Bagas melepaskan pelukannya.

"hm kamu bener, ayo aku juga mau ngobatin Cakra" ajak Sherren.

"biar aku aja" Bagas hendak mengambil kotak P3K dalam genggaman Sherren namun sang empu menggeleng dan melangkah mendahului Bagas.

----------------------------------------------------

"shh pelan dong Ga"

pada akhirnya Arga lah yang mengobati Cakra setelah sang empu melarang Sherren.

"ini juga pelan bego" balas Arga sedikit sewot.

"gue beneran minta maaf Cak" ucapan Bagas membuat Cakra sedikit muak.

"ck udah berapa kali gue bilang, gue gak papa dan lo di maafin, udah sekarang lo diem oke?" ucap Cakra jengah.

"tapi Cak-"

"ahk kumaha sia we lier aing"

karena kebanyakan mabar online dengan anak bandung akhirnya Cakra hapal dengan bahasa mereka begitu pun Bagas yang terkadang belajar dari Cakra.

"Sher udah makan?" tanya Raja lembut kepada Sherren yang sedari tadi terdiam.

Sherren menggelengkan kepalanya pelan yang membuat Raja serta Jaxson khawatir.

"ini udah hampir siang, kok kamu belum makan? gimana kalau kamu makin sakit hm?" tanya Jaxson penuh ke khawatiran.

"aku selalu mual" tak ada pilihan lain Sherren jujur tentang salah satu efek kemoterapi.

"tapi kamu harus tetep makan biar perut kamu gak kosong, paksain ya?" tanya Raja lembut.

"biar aku bawain makanan nya" ucap Elang dan tak banyak kata ia melangkah menuju dapur mengambil makanan untuk Sherren.
















Next??

jujur aja aku orang sunda hhe jadi ada sedikit bahasa sunda nya.

geuleuh bangsat = jijik bangsat.

suka-suka aing nya nyet= suka-suka gue ya nyet.

ahk kumaha sia we lier aing= ahk gimana lo aja pusing gue.

mungkin nanti ada beberapa ekspetasi kalian yang gak bisa aku penuhin, jadi maaf banget ya.

apabila ada kesalahan kata atau typo mohon tandain 😉✨

janlup vote+Komen 💗
makasih 💗💗💗💗

Continue Reading

You'll Also Like

67.8K 6.2K 152
Judul asli : 豪门替身前夫 Author: 奶牛贝贝 " Mantan Suami Keluarga Kaya " Selama tiga tahun, Yun Xiao menggunakan metode yang berbeda untuk menanamkan pada Ta...
339K 21.4K 55
Ini tentang seorang anak perempuan yang hidup tapi berkali-kali dimatikan, anak perempuan yang mentalnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri, dan an...
1.1M 142K 39
Ainsley Catlyn gadis 17 tahun yang meninggal ditangan ayahnya saat sang ayah mabuk. Kehidupan Ainsley tidak lepas dari kekerasan fisik yang selalu ay...
Changed (Hiatus) By Éros

Historical Fiction

8.3K 855 17
Dasar perempuan! Ribet! Itulah yang kupikirkan kala adik perempuan ku terus mencak-mencak sendirian perkara ending novel bacaannya tidak sesuai denga...