I'm not perfect Woman's!! {EN...

By Rawrr_Ri99

886K 61.6K 1.9K

Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan s... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47 [END]
Extra part

31

11.3K 889 23
By Rawrr_Ri99

keesokan harinya.

Sherren termenung di atas ranjang dengan tatapan kosong, sekarang bukan hanya kaki kanannya namun kedua tangannya pun harus ikut terborgol.

semalam, Sherren sempat membanting semua barang yang berada dalam ruangan tersebut, semua barang pecah, kamar berantakan bahkan pelayan yang di suruh Xavier untuk membawakannya makanan pun harus mendapat luka di keningnya.

sebenernya Sherren tak tega, namun demi kelancaran rencana nya ia harus bisa membuat Xavier muak akan dirinya, setelah itu melepaskan nya.

namun pikiran tersebut harus sirna, kala Xavier datang dengan senyuman yang terpampang apik di wajahnya, seraya berkata.

Flashback

"rencana mu sangat mudah di tebak, namun sangat di sayangkan aku harus menggagalkan nya"

ucap Xavier dengan menahan kedua tangan Sherren sekuat mungkin agar Sherren tak memberontak.

"lepasin Xav... aku gak mau di sini.." ucap Sherren parau dengan perlawanannya yang mulai melemah.

"gak akan aku lepasin sayang... kalau kamu gak mau di sini, besok kita pindah ke negara impian kita hm?" ucap Xavier lembut dan menatap Sherren dalam yang kini terdiam lantaran ucapan Xavier.

Klik

Sherren tersadar saat suara tersebut memasuki indra pendengarannya, ia membulatkan matanya tak percaya kala sebuah borgol telah terpampang apik mengunci kedua tangannya.

"kaget?" tanya Xavier main-main dengan tangan membelai lembut pipi Sherren.

"le-lepasin Xav... kenapa tangan aku harus di borgol? aku mohon lepasin..." ucap Sherren lemah dengan mata yang berkaca-kaca lantaran ia terlalu lelah.

"biar kamu gak banyak tingkah, shut.. tenang aja.. kamu gak perlu nangis, ada aku di sini hm?" ucap Xavier semakin mendekat kan tubuhnya.

Sherren menggeleng dengan air mata menggenang, ia mundur perlahan namun tangan Xavier dengan cepat meraih pinggangnya dan merengkuh erat tubuh kecilnya.

"Xav..." ucap Sherren mencoba melepaskan pelukannya namun nihil.

"hm? sekarang udah saatnya kamu tidur" ucap Xavier lembut dengan membelai lembut rambut Sherren.

sebelum Sherren menjawab, Xavier dengan cepat menyuntikkan cairan yang membuat Sherren tertidur nyenyak sampai kembali bangun di pagi hari.

Flashback end.

Sherren merasakan tubuhnya semakin lemas, ia belum memakan obatnya yang kini entah dimana keberadaan nya.

melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.09 AM. yang kemungkinan sebentar lagi Xavier akan datang membawakannya sarapan.

Sherren menyenderkan tubuhnya ke sandaran ranjangnya yang empuk, ia terdiam sembari melihat kearah jendela berukuran sedang yang menampilkan pemandangan berupa pepohonan.

Ceklek

seseorang masuk, dan dapat Sherren pastikan bahwa dia adalah Xavier, yang kini berjalan kearahnya.

Xavier menatap Sherren yang kini termenung tenang tanpa melihat kearah nya sedikit pun, Xavier menghela nafasnya dan duduk di atas ranjang yang sama dengan Sherren.

Sherren merasakan sosok Xavier duduk di sebelah kirinya, dan kini tengah memandang nya.

"sayang.." panggil Xavier yang tak di gubris Sherren sedikitpun.

"hey.." panggil Xavier lebih lembut sembari menggenggam tangan halus Sherren.

Sherren mulai menatap Xavier dengan lamat, ia masih bingung dengan masa lalu pemilik tubuh yang mampu membuat nya kesusahan.

"makan dulu ya?" bujuk Xavier karena semalam Sherren menolak makan malam nya.

Sherren tetap diam, ia tak sedikitpun mengalihkan tatapannya dari Xavier.

"Sherren" panggil Xavier lembut namun tegas karena Sherren tak merespon sedikit pun ucapan nya.

"kenapa?" tanya Sherren setelah lama terdiam.

"hm?" balas Xavier bingung akan ucapan Sherren.

"kenapa Xav..?" tanya Sherren sekali lagi.

"kenapa apanya Sher? mendingan sekarang kamu makan dulu ya? dari semalam kamu belum makan" ucap Xavier sabar.

"kenapa kamu lakuin ini sama aku Xavier...? aku ada salah sama kamu? kalau ada ayo omongin baik-baik, jangan kayak gini..." ucap Sherren pelan.

Xavier terdiam, ia menunduk menatap genggaman tangannya serta Sherren, Xavier mulai membawa tangan Sherren pelan dan dengan berani mengecup punggung tangan Sherren lama seraya menutup kedua matanya.

Sherren tak melawan, karena ia sudah lelah, yang ia lakukan hanya diam melihat apa yang dilakukan Xavier.

namun entah kenapa dari hati nya yang terdalam sedikit merasakan perasaan sakit, haru dan campur aduk yang tak dapat Sherren jelaskan.

Xavier mulai menatap Sherren, ia mengelus lembut pipi Sherren dengan jempol nya.

"kamu nanya kenapa aku lakuin ini? karena aku mau kamu Sher, aku cinta sa-" ucapan Xavier dengan cepat di potong oleh Sherren.

"itu bukan cinta, tapi obsesi Xavier..." ucap Sherren yang terdengar lelah.

"itu cinta, apa yang aku lakuin sekarang ke kamu itu sebagai bukti sebesar apa cinta aku sama kamu, dan jangan pernah raguin atau bahkan nyebut cinta aku ini sebagai obsesi" tekan Xavier dengan tatapan tegasnya.

"tapi cara kamu salah Xav.." ucap Sherren.

"gak salah sayang... dan stop panggil aku Xav atau Xavier, panggil aku Vier.., panggil aku dengan nama kesayangan yang kamu buat untuk aku" ucap Xavier dengan tangan berpindah mengelus rambut Sherren.

Sherren terdiam, ia tak sedikitpun mengalihkan pandangan nya atau bahkan berniat memotong ucapan Xavier.

"kamu gak inget janji kita dulu hm? kamu yang pertama buat janji itu, tapi kamu juga yang pertama ngingkarin nya, bahkan sekarang kamu tega bersikap seolah-olah gak kenal sama aku" ucap Xavier yang membuat Sherren semakin terdiam.

"sakit Sher.. hati aku sakit..., tapi aku maklumin karena gimanapun dulu aku salah..., apa yang aku perbuat pasti nyakitin kamu banget..." ucap Xavier.

"aku minta maaf ya?, jadi... sekarang mending kamu makan dulu hm? aku loh yang masakin khusus buat kamu, dulu kan kamu bilang kalau kamu suka cowok yang jago masak, jadi aku belajar masak demi kamu" ucap Xavier dengan ekspresi yang dengan cepat tergantikan.

Sherren semakin kebingungan akan tingkah serta ucapan yang Xavier lontarkan, ia semakin bingung akan tujuan Xavier menculiknya.

"Xav.." ucap Sherren pelan

"no no no, bukan Xav... tapi Vier.. hm?" ucap Xavier

Sherren hanya mengangguk pelan tanpa ingin membantahnya.

"Vier.." panggil Sherren yang membuat sang empu bahagia.

"kenapa sayang? ada yang kurang? atau kamu mau yang lain?" tanya Xavier yang menurut Sherren berlebihan.

Sherren menghela nafas, ia hanya berniat meminta tas miliknya karena dalam tas tersebut terdapat obat milik nya, dan makanan yang Xavier antarpun lumayan banyak jenisnya, dari nasi goreng, pudding, cake serta jus alpukat tak lupa air mineral yang kini tersedia di hadapan Sherren dan di simpan di meja lipat mini.

"bukan, aku cuman mau minta tas aku" ucap Sherren pelan yang membuat Xavier seketika diam dengan ekspresi dinginnya.

"mau ngapain? tas kamu ada sama aku, pokoknya barang kamu bakal aku simpen dan gak boleh kamu ambil" ucap Xavier tegas.

"tapi, aku mohon Vier... ada barang berharga dalam tas aku.. aku cuman mau barang itu.." ucap Sherren memohon karena bagaimanapun ia harus mendapatkan obatnya kembali.

"barang apa? dari siapa? seberharga apa barang itu Sher? pasti barang yang kamu maksud tuh barang yang di kasih sama cowok-cowok keparat itu kan?" ucap Xavier tajam yang membuat Sherren menggeleng panik.

"bu-bukan Vier... aku mohon aku cuman butuh barang itu.. dan a-aku janji gak bakal ngelawan kamu lagi" terpaksa, dengan berat hati Sherren mengatakan nya.

"cih, aku gak akan pernah percaya kalau kamu udah berani bilang janji ke aku, karena aku tau pasti ujung-ujungnya kamu ngingkarin janji yang kamu buat, iya kan Sher?" ucap Xavier dingin.

"enggak Vier... aku janji bakal nurutin kamu, aku gak bakal ngelawan lagi, aku mohon Vier.. aku cuman mau barang itu.." ucap Sherren memohon.

Xavier terdiam, ia memperhatikan wajah Sherren yang memucat dan memelas ke arah nya.

tak ada pilihan lain, Xavier mengangguk kan kepalanya dan untuk pertama kalinya Xavier melihat jelas senyuman tulus dari wajah cantik Sherren.

"makasih.." ucap Sherren pelan, ia tak punya pilihan lain, untuk kedepannya ia akan pikirkan lagi.

"makan yang banyak" ucap Xavier lembut dan senang saat melihat Sherren memakan masakan nya dengan lahap.

Sherren dengan lahap menghabiskan makanan nya, Sherren lapar karena semalam ia menolak jatah makan nya, dan makanan yang dibuat oleh Xavier merupakan makanan favoritnya yang menurutnya sangat enak.

setelah selesai, Sherren sempat mengobrol kecil dengan Xavier, yang dimana Xavier lah yang banyak bertanya kepada nya sedangkan ia sendiri hanya menjawab seadanya.

setelah itu Xavier pamit untuk ke dapur dan pergi untuk membawa tas Sherren yang Xavier simpan di ruang kerjanya.

Sherren kembali menyandarkan tubuhnya, kamarnya sunyi dan sedikit gelap.

Sherren mulai berpikir bagaimana ia menghadapi Xavier di kemudian hari, dan bagaimana ia bisa terlepas dari belenggu yang Xavier ciptakan.

Sherren masih bingung dan tak paham dengan apa yang terjadi pada dirinya, apalagi Sherren tak tau masalah apa yang menimpanya dan  Xavier serta Adel di masa lalu.

ia tak mendapat ingatan apapun dari pemilik tubuh aslinya, ia bahkan tak mendapat petunjuk sedikitpun.

"kabar mereka gimana ya..." ucap Sherren saat Ke-enam laki-laki yang selalu bersama nya muncul dalam benaknya.

Sherren berpikir apakah mereka menyadari ketidak beradaannya? kalau pun sadar, apakah mereka mencari nya?.

"aku harap mereka baik-baik aja" ucap Sherren setelah itu matanya mulai menutup perlahan kala rasa kantuk melanda dirinya.

---------------------------------------------------
Rumah sakit Mutiara Bakti

Pukul, 09.30 AM.

Bagas menatap tubuh Cakra yang terbaring lemah si atas brankar ruangan ICU dengan berbagai jenis selang terpasang di tubuhnya.

pagi tadi, dokter melaporkan bahwa kondisi Cakra sudah stabil dan kemungkinan besar beberapa hari/waktu Cakra akan segera siuman.

Bagas dan yang lainnya bernafas lega, mereka senang dan bahagia karena salah satu sahabat mereka dapat bertahan.

"Cak.. kapan lo bangun?" ucap Bagas pelan menghentikan kursi roda nya tepat di samping brankar Cakra.

"gue kesepian Cak.., gue gak bisa tau kalau ngomong sama tuh manusia-manusia batu, yang ada gue banyak di kacangin" curhat Bagas kala mengingat Ke-empat temannya yang lain lebih sibuk dengan dunia mereka, jikapun tengah membahas sesuatu pasti Bagas tak paham akan pembahasan itu.

"kalau boleh jujur, cuman lo doang temen bangsat yang se jalan sama gue, omongan, humor, pokoknya kita sama bangsat nya deh Cak" ucap Bagas.

"jadi gue mohon, lo cepet bangun ya? soalnya gak mudeng gue kalau lama-kelamaan ngomong sama tuh manusia-manusia batu" ucap Bagas diakhiri helaan nafasnya.

"tapi Cak.. gue kesel tau sama keluarga anjing lo itu!! kenapa sih mereka selalu bedain lo sama adik lo? apalagi adik lo?! gue gedek tau sama cebol yang mukanya songong kayak dia!! minta di gibeg tuh bocah!!" emosi Bagas kala mengingat ekspresi Shaka yang menurut nya sangat menyebalkan.

"masa mereka gak peduli sama keadaan lo?! apaan benget tuh keluarga lo?! keluarga sampah tau gak?!! tapi gue salut sama lo yang udah bertahan sampai sekarang, gue bangga punya temen kayak lo yang berhasil ngelewatin semuanya" ucap Bagas bangga.

"huh.. tapi Cak, lo jangan sedih ya? Sherren... Sherren hilang..., kemungkinan besar Sherren di culik sama Xavier.." ucap Bagas parau kala mengingat belum mendapatkan keberadaan Sherren sedikitpun.

"kita semua lagi berusaha nyari dia.., tapi sampai sekarang bang Bima sama Galang belum nemuin keberadaan Sherren, gue sama yang lain mau bantu juga, tapi kata bang Bima kita harus sembuh dulu, setelah itu kita baru bisa bantu nyari Sherren"

"lo juga kalau mau nyari.. harus bangun dulu ya? secepatnya jangan lama-lama.., ekhem gue yakin Sherren bakal baik-baik aja, dan secepat nya kita bakal temuin dia" Ucap Bagas setelah itu bangkit dan mulai berpamitan kepada Cakra meskipun tanpa mendapat respon sedikitpun dari sang empu.

Bagas kembali ke ruangannya dengan kursi rodanya, teman-temannya telah lebih dahulu pergi dari ruangan Cakra, sengaja meninggalkan Bagas yang terlihat masih terpukul akan kondisi sang sahabat.

Bagas melihat Raja dan Elang yang kini menatapnya dengan posisi rebahan di ranjang mereka masing-masing.

"bantuin gue dong..." ucap Bagas memelas kala tangannya pegal akibat mendorong kursi roda nya terlalu lama.

Raja dan Elang hanya memperhatikan tanpa berniat bangun sedikitpun.

"ihk.. bantuin gue..." tampang memelas dan sok imut milik Bagas mampu membuat Raja serta Elang kompak menutupi seluruh tubuh mereka dengan selimut tanpa mempedulikan Bagas.

"anjir lah, tega banget sama temen sendiri" dumel Bagas dengan terpaksa memajukan kursi roda nya menuju brankar miliknya, setelah sampai dengan perlahan Bagas menaikki Brankar nya, setelah itu Bagas memilih untuk tidur.

--------------------------------------------------
Ruang Jaxson dan Arga.

"gimana bang? udah ada petunjuk?" tanya Arga kepada Bima yang kini duduk di sebuah sofa.

"ada, tim detektif yang bokap gue sewa dapetin handphone ini di semak-semak gak jauh dari mall tempat terakhir yang Sherren datengin" jelas Bima sembari mengangkat sebuah handphone dalam bungkusan plastik.

"itu handphone Sherren bang" ucap Jaxson antusias kala barang yang di tunjukkan Bima sangat ia kenali.

"sengaja gue bawa, dan tanyain ke kalian siapa tau aja ini bukan punya Sherren" ucap Bima.

"itu beneran punya Sherren bang, dan kenapa bisa ada di semak-semak?" tanya Arga yang membuat Bima berpikir keras.

"bisa jadi handphone nya di buang atau mungkin ke lempar?" ucap Galang yang duduk di sebelah Bima.

"hm, bisa jadi dan gak menutup kemungkinan juga kalau handphone punya Sherren itu di buang" timpal Bima.

"huh.. pokoknya kalian tenang aja, yang penting sekarang fokus ke diri kalian dulu, gue sama Galang secepatnya bakal nemuin Sherren" ucap Bima yang diangguki lemas oleh Jaxson dan Arga.

------------------------------------------------------

Italia

kini Adel menikmati liburannya bersama kedua orangtuanya, ia dan ibunya banyak menghamburkan uang demi kesenangan nya.

sedangkan ayahnya hanya mengikuti tanpa bisa membantah ataupun menolak keinginan putri serta istrinya.

Adel banyak menghabiskan waktu dengan berbelanja, mengunjungi tempat-tempat terkenal di Italia serta malam nya Adel akan pergi ke sebuah club malam.

ibu dan ayahnya tak ikut dengan alasan akan menghabiskan waktu berdua, jadi dengan senang hati Adel pergi bersenang-senang sendiri.

Adel mendatangi sebuah club malam tersebut untuk bersenang-senang bersama beberapa pria tampan nan panas di club tersebut.

Adel dengan berani memakai baju ketat dan kurang bahan yang mampu mengekspos beberapa bagian tubuhnya.

bahkan tak segan-segan Adel bermabuk-mabukkan tanpa sepengetahuan orang tuanya karena apabila Adel mabuk, Adel akan menginap di sebuah hotel dengan beberapa alasan kepada orangtuanya.

Adel bersenang-senang tanpa mempedulikan Galang, Adel bersenang-senang tanpa mempedulikan masalah yang ia tinggalkan di negara kelahirannya.

sebuah masalah yang dapat menghancurkan nya serta orang-orang terdekatnya.









Next?

Sorry baru up, sekarang lagi sibuk banget soalnya.

btw hayuk follow hehe.

apabila ada kesalahan kata atau typo mohon tandain 😉

janlup vote+Komen 💗💗
makasih💗💗💗

Continue Reading

You'll Also Like

ARGANATA By .

Teen Fiction

1.2K 846 17
Arga terjebak dalam kehidupan yang mencekam, apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupannya? Arga kehilangan masa mudanya, masa dimana semua anak rem...
1.1M 142K 39
Ainsley Catlyn gadis 17 tahun yang meninggal ditangan ayahnya saat sang ayah mabuk. Kehidupan Ainsley tidak lepas dari kekerasan fisik yang selalu ay...
67.8K 6.2K 152
Judul asli : 豪门替身前夫 Author: 奶牛贝贝 " Mantan Suami Keluarga Kaya " Selama tiga tahun, Yun Xiao menggunakan metode yang berbeda untuk menanamkan pada Ta...
1.3M 123K 26
Namira entah bagaimana dia masuk ke dalam sebuah novel Tampa judul, yang baru dia menamatkan bacaannya tadi malam. Tapi ketika dia membuka matanya la...