I'm not perfect Woman's!! {EN...

By Rawrr_Ri99

885K 61.5K 1.9K

Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan s... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47 [END]
Extra part

25

12.6K 982 25
By Rawrr_Ri99

Rabu, Pukul 17.25 PM.

kini Sherren beserta Jaxson dkk tengah duduk di ruang santai rumah Sherren.

suasana cukup canggung, tak ada percakapan seperti biasa, Sherren melihat mereka satu persatu dengan senyuman sendu di wajahnya.

beralih kini Sherren menatap kearah Elang yang tak melihat kearahnya, Sherren menghembuskan nafas pelan dan mulai bangkit.

mereka masih mengenakan seragam sekolah termasuk Sherren, karena saat bel pulang berbunyi Sherren dan yang lainnya langsung pergi kerumahnya.

"mau kemana?" tanya Arga mencekal lengan kanan Sherren dan mendongak kan kepalanya.

"aku mau ke kamar dulu ngambil sesuatu, kamu sama yang lainnya duduk dulu di sini" setelah mengucapkan nya, Sherren langsung melangkah menuju kamarnya.

keenam laki-laki tersebut melihat punggung Sherren yang perlahan hilang di balik pintu kamar.

"perasaan gue gak enak" ucap Bagas lirih yang masih mampu di dengar teman-temannya.

"gue yakin ini bukan kabar buruk" ucap Jaxson mencoba meyakinkan yang lainnya.

sedangkan di sisi Sherren, kini sang empu dengan perlahan melangkah menuju nakas untuk mengambil sesuatu yang dapat menjawab semua pertanyaan Jaxson dkk.

Sherren ingin menangis saja rasanya, saat perasaan sesak kembali menghantamnya, namun sekuat mungkin ia tahan dan mengabaikan perasaan sesak yang hinggap di dadanya.

menghembuskan nafas berat, kini Sherren memantapkan diri keluar kamarnya dengan sesuatu di tangannya.

melihat keenam laki-laki yang masih setia menunggunya membuat ia tersenyum miris dan dengan perlahan melangkah menuju ke tempat semula.

Sherren datang dan perlahan duduk di antara mereka, dengan perlahan pula Sherren meletakkan sesuatu itu di tengah-tengah mereka dengan kepala menunduk.

keenam laki-laki tersebut dapat melihat jelas apa yang di letakkan Sherren di tengah-tengah mereka.

"surat medis?" tanya Arga heran.

Sherren yang mendengarnya tak kuasa untuk menjawab apalagi mendongak kan kepalanya.

"maksudnya apa Sher?" tanya Jaxson saat otaknya tiba-tiba sedikit blank.

"itu jawaban dari pertanyaan kalian waktu di sekolah" balas Sherren pelan dengan posisi yang masih sama namun kini terlihat Sherren mengepal kan tangannya menahan rasa sesak yang kembali datang.

melihat teman-temannya yang berdiam diri, Raja dengan cepat mengambil kertas medis yang Sherren letakkan.

setelah terbuka, dapat mereka lihat tubuh Raja menegang dengan tangan mulai meremat kertas medis hasil pemeriksaan milik Sherren.

wajahnya masih terlihat datar, namun sorot matanya terlihat jelas bahwa ia terkejut dan sedikit menyendu.

Elang yang berada di sebelahnya dengan cepat menyambar kertas yang di pegang Raja, setelah melihatnya ekspresi Elang campur aduk.

teman-temannya yang lain mulai mengerubungi Elang untuk melihat kertas medis yang dimana di jelaskan bahwa Sherren mengidap penyakit Leukimia.

Raja terlebih dahulu menghampiri Sherren dan memeluknya dengan erat, saat di rasa Sherren menangis dalam diam.

"i-ini gak mungkin kan Sher?" tanya Arga yang masih shock dan tak percaya akan hasil medis tersebut.

Sherren tak menjawab, ia menangis semakin keras karena perasaan takut kembali mendatanginya, Raja merengkuh Sherren dengan tubuh besarnya semakin erat namun lembut agar Sherren merasa nyaman.

satu yang Raja rasakan, bahwa kini perasaan takut kehilangan kembali mampu membuatnya tak karuan.

Arga tak percaya, ia sudah meneteskan air matanya tat kala kenyataan pahit menghantam kembali dirinya.

Jaxson menunduk mengepalkan kedua tangannya menahan perasaan sedih yang kembali ia rasakan setelah terakhir kali ia kehilangan neneknya untuk selamanya namun ini lebih dari itu.

Elang menatap kosong kearah kertas medis yang sudah teronggok di lantai, ia menatap Sherren sendu dan berkaca-kaca.

begitupun dengan Bagas dan Cakra yang diam mematung dengan mata mereka yang merah siap menangis.

"se-sejak kapan Sher?" tanya Jaxson parau yang kini mendekati Sherren.

Sherren mencoba menenangkan dirinya, di rasa sedikit tenang akhirnya Sherren melepaskan pelukannya dengan Raja setelah itu melihat wajah keenam laki-laki yang sangat berarti di hidupnya.

"a-aku g-gak tau" balas Sherren parau, yang memang dirinya sendiri pun bingung harus menjawab bagaimana.

"Sher kenapa gak cerita sama kita dari awal hm?" tanya Cakra lembut menatap Sherren perhatian.

Sherren menatap Cakra, ia tersenyum lembut dan dengan halus menjawab pertanyaan Cakra.

"tadinya aku mikir kalau siapapun gak berhak tau, tap-" ucapan Sherren harus terpotong oleh Elang yang kini berbicara kepada nya begitu tajam.

"sampai lo mati, siapapun gak berhak tau gitu?!" ucap Elang penuh emosi namun matanya telah berkaca-kaca.

"ELANG!" teriak Raja emosi tak terima dengan perkataan yang Elang lontarkan.

Sherren kembali menangis tanpa suara, ia mengaku bahwa pemikiran nya itu salah.

awalnya Sherren berpikir bahwa siapapun tak berhak tau selain dirinya dengan Tuhan, karena bagaimanapun ia tak sanggup harus membuat keenam laki-laki tersebut terbebani atau mungkin menjauh saat mendengar fakta tentangnya.

Sherren pun sempat berpikir bahwa ia sanggup menghadapi nya sendiri, namun semakin lama ia semakin lemah, ia butuh penguat, ia butuh sandaran, ia juga butuh kata-kata penyemangat untuk dirinya tetap hidup.

"aku salah Lang, aku salah" ucap Sherren menatap Elang menyesal dengan air mata mengucur deras.

Elang semakin tak sanggup, perlahan rasa sakit muncul di hatinya, ia pun menangkup wajah cantik Sherren yang sedikit pucat.

"aku yang salah Sher, maaf gak seharusnya aku bentak kamu untuk kedua kalinya" ucap Elang pelan dengan sedikit terisak.

Sherren melepaskan tangan Elang dari wajahnya, ia dengan lembut menatap keenam laki-laki yang kini berada di depannya.

dapat Sherren lihat, mata mereka merah dan penuh air mata, ia tak menyangka bahwa Keenam laki-laki tersebut tak menjauhinya dan justru mereka menangisinya.

"waktu itu sering mimisan, rambut aku juga sedikit demi sedikit mulai rontok, tubuh aku tiba-tiba jadi lemas, makan aku juga kadang keganggu gara-gara rasa mual yang aku alamin" jelas Sherren mengingat beberapa gejala yang sangat menggangu kehidupan nya.

"aku juga dari awal udah curiga kalau semua yang aku rasain bukan sakit biasa, aku coba buat positif thinking tapi lama-kelamaan semua yang aku rasain semakin parah" ucap Sherren terhenti sebentar hanya untuk menenangkan dirinya.

Keenam laki-laki itu, kini mendengar kan dengan seksama tanpa berniat memotong perkataan Sherren sedikit pun, hati mereka pun sama sesaknya saat bayang terlintas di benak mereka saat Sherren tersiksa sendirian tanpa siapapun yang tahu.

"akhirnya aku mutusin buat pergi ke rumah sakit dan sengaja aku gak ngasih tau kalian karena aku gak mau ngerepotin apalagi ngebuat kalian khawatir, setelah pemeriksaan aku harus nunggu lagi buat nerima hasil dari lab, aku juga mikir kalau sakit yang aku derita bukan sakit biasa."

"sampai akhirnya hasil lab keluar dan aku di nyatain mengidap leukimia... aku masih gak mau ngasih tau siapapun, aku mikir kalau aku bisa ngadepin semuanya sendiri, tapi ternyata aku lemah, aku gak sanggup" ucapan Sherren mampu membuat keenam laki-laki tersebut meneteskan air mata.

Sherren menyeka air mata yang kembali luruh, tangan kurus miliknya mulai mengusap rambutnya sedikit kencang namun masih lembut.

dengan hati yang sesak, Sherren menunjukkan gumpalan rambut rontok miliknya yang kini berada di telapak tangannya.

"aku diam-diam ngejalanin kemoterapi, a-aku minta maaf karena rambut yang selalu kalian usap sedikit demi sedikit mulai rontok" ucap Sherren miris dan meremat rambut nya yang masih dalam genggamannya.

keenam laki-laki tersebut tak mampu menahan perasaan sakit yang teramat memenuhi relung hati serta jiwa mereka.

"kemungkinan aku hidup itu kecil, a-aku takut.. aku belum siap ninggalin dunia ini... aku belum siap ninggalin kalian sebelum kalian bahagia" ucap Sherren yang membuat Arga merengkuh tubuh Sherren.

"kamu bakal terus hidup, kamu gak boleh ninggalin aku, kamu gak boleh ninggalin kita Sher... kita bakal bahagia kalau ada kamu..." ucap Arga tak mampu menahan isak tangisnya.

kelima laki-laki lainnya, ikut memeluk tubuh Sherren dengan lembut agar Sherren tak terhimpit, mereka berpelukan saat tau salah satu dari mereka sedang berjuang.

Sherren merasakan kehangatan, ia menangis haru tanpa suara saat dirasa Jaxson dkk tak menjauhinya, ia beruntung memiliki mereka di hidupnya.

"tolong... tolong untuk tetap hidup demi kamu sendiri... demi kita juga Sher.." ucap Jaxson lirih dengan air mata terus mengalir.

"jangan pernah nyerah Sher... kalau kamu nyerah hidup aku udah gak berarti lagi..." ucap Elang parau.

"kamu gak sendirian Sher, kamu masih punya kita" ucap Bagas sendu.

-----------------------------------------------

Pukul. 18.39 PM.

"gue udah transfer uangnya, gak mau tau besok lo segera lakuin rencananya" ucap Adel kepada Xavier yang kini berdiri di depannya.

"bagus, lo gak perlu nyuruh gue bitch" ucap Xavier kesal akan Adel yang seakan-akan ia lah bosnya.

"lo gak perlu ngatain gue, udah untung gue ngeluarin uang banyak cuman buat kepuasan lo" ucap Adel sewot.

"bukan cuman gue, lo juga puas kan karena rasa dendam lo selama bertahun-tahun bakal terbalas kan" ucap Xavier dingin.

"serah gue, pokoknya setelah lo berhasil dapetin dia, lo harus bawa dia sejauh mungkin, kalau enggak gue yang bakal bawa dia sejauh mungkin sampai orang-orang gak nemuin dia seumur hidup" ucapan Adel mampu membuat Xavier emosi.

PLAKK

"ANJING, PERGI LO DARI SINI BANGSAT!!" Teriak Xavier emosi saat mengerti arah ucapan Adel.

Adel sudah takut, tanpa banyak kata ia pergi keluar dari markas Malvolia yang diisi orang-orang bejat.

"hai cantik" goda Farel saat Adel melewati nya begitu saja dengan tangan memegang pipi sebelah kanannya.

Adel menghiraukannya, ia berjalan cepat setelah itu memasuki mobilnya melaju dengan cepat membelah jalanan kota.

sementara itu Xavier masih dalam emosi nya, ia dengan bringas membanting beberapa botol kosong sampai dirasa sedikit tenang ia pun mulai berhenti.

"anjing banget tuh cewek, liat aja gue bakal bikin perhitungan" ucap Xavier dan mendesis tajam.

"kenapa?" tanya Agam karena saat ia masuk ruangan milik Xavier sudah berantakan penuh pecahan beling.

"besok lakuin rencananya, setelah itu tinggalin dan pergi sejauh mungkin" ucap Xavier tak ingin di bantah.

"lo sendiri gimana?" tanya Haris dengan menatap Xavier penasaran.

"gue bakal bawa dia sejauh mungkin, kalian cukup ngejalanin aja dan balasin dendam yang kalian punya, setelah itu pergi ke tempat aman tanpa ninggalin jejak sedikit pun" jelas Xavier yang diangguki teman-temannya.

"jam berapa?" tanya David.

"kalian lakuin pas pulang sekolah, biar mereka lengah, selebihnya biar gue yang turun tangan langsung" ucap Xavier dengan seringai nakalnya saat sedikit lagi tujuannya tercapai.














Next??

btw niatnya kalau book ini udah tamat, book nya bakal aku terbitin.

menurut kalian giman?

kalau ada kesalahan kata atau typo mohon tandain 😉

janlup vote+Komen 💗
makasih 💗😘

Continue Reading

You'll Also Like

335K 30.5K 82
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
885K 61.5K 49
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
573K 59.1K 63
Cessa dibuat kalang kabut usai menyadari keanehan menimpa dirinya. Alih-alih mati usai jatuh dari lantai jpo, Cessa malah memasuki tubuh anak balita...
1.1M 85K 83
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...