Zayna

By nitulfah

3.4K 232 104

SEBELUM BACA ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DAHULU:>📌 DILARANG KERAS PLAGIAT!! 📌 note: kemungkinan akan di revisi... More

‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 1 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Tom and Jerry-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 2 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Rival Baru-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 3 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Secerca Rasa? -
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 4 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Kok Sikapnya Beda Ya? -
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 5 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Bully-ing-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 6 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Terpaksa-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 7 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Merasa Bersalah-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 8 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Sayang?-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 10 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Maaf, Zay-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 11 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Hancur-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 12 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Rindu? -
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 13 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Kembali-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 14 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Perjodohan-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 15 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Menuju Halal-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 16 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Resepsi-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 17 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Kehidupan Baru-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 18 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Roti Pembawa Masalah-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 19 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Tiada Hari Tanpa Gelud-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 20 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Lembaran Baru-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 21 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Permintaan Mertua-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 22 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Malam Penting-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 23 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Manja-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 24 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Telur Gagal-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 25 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Kucing Ganteng-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 26 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Takut Kehilangan-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 27 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Healing-
‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 28 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Lo Jahat Zay-

‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 9 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Kenyataan Pahit-

91 7 1
By nitulfah

"Sus! suster! "

Viona berteriak saat dirinya menginjak lantai rumah sakit, cewek itu terus berjalan menyusuri koridor rumah sakit seraya memapah tubuh Zayyan.

Tidak lama kemudian, dua orang perawat datang menghampirinya, dengan mendorong sebuah brankar.

"Bantuin saya, sus. "

Viona membaringkan tubuh Zayyan keatas brankar, dengan bantuan dari dua perawat tadi.

Setelah posisi Zayyan sudah benar, mereka bergegas mendorong brankar tersebut, suara decitan brankar pun menggema di koridor itu.

"Zayyan, lo harus kuat, gue gak mau lo sampai kenapa-kenapa!" ucap Viona, dengan air mata yang sudah terjun kembali

Brankar yang membawa tubuh Zayyan pun memasuki ruang UGD, awalnya, Viona ingin ikut masuk, namun di tahan oleh salah satu perawat medis.

"Kak, silahkan tunggu di luar ya, biar kami yang menangani pasien. "

"Saya mohon, berikan yang terbaik ya, sus. "

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. "

Setelah mengatakan itu, pintu ruangan UGD ditutup dengan rapat, Viona memandangi ruangan itu seraya berdoa di dalam hatinya, untuk keselamatan Zayyan, sungguh ia benar-benar cemas akan kondisi cowok itu.

Viona menghapus jejak air matanya, ia berjalan pergi meninggalkan rumah sakit untuk menemui sekaligus meminta tolong pada seseorang.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Viona sampai di alamat tujuan, ia berjalan kearah pintu rumah di depannya lalu mengetuknya.

"Assalamu'alaikum."

Terdengar suara langkah kaki seseorang dari dalam sana, tidak lama kemudian pintu rumah tersebut terbuka lebar, menampakkan seseorang yang sangat dekat dengan Viona.

"Viona?! "

"Klara." Viona menghamburkan tubuhnya ke pelukan sangat sahabat, ia menangis terisak dalam dekapannya

Klara melepas pelukan mereka, ia memandang Viona dari bawah keatas, ia begitu terkejut dengan penampilan sahabatnya itu.

Baju sekolah yang kotor, tidak rapi sama sekali, mata yang sembab dan rambut yang sangat acak-acakan, terlihat begitu berantakan.

"Lo kenapa bisa kayak gini, Vio?! " tanya Klara khawatir

"G-gue habis di culik, " lirih Viona, dengan isakannya

"Hah?! "

"G-gimana kejadiannya?! cerita sama gue, " pinta Klara

Viona menarik napas dalam lalu menghembuskan nya, ia mulai menceritakan kronologi bagaimana dirinya di culik, kejadian miris yang menimpa Zayyan, hingga dirinya bisa sampai sini, iya menceritakan semuanya secara detail.

Klara yang mendengar itu pun, langsung menutup mulutnya terkejut, ia tidak menyangka kejadian seperti ini menimpa sahabatnya.

"Tapi lo gak papa kan?! "

Viona menggeleng, "Gue gak papa, tapi Zayyan-dia, " ucapan Viona terhenti, ia kembali terisak mengingat keadaan cowok itu

Klara menarik tubuh Viona kedalam dekapannya, ia mengusap punggu sahabatnya lembut, mencoba menenangkan Viona, ia bisa merasakan apa yang Viona rasakan saat ini.

"Lo yang sabar Vio, gue yakin Zayyan gak akan kenapa-kenapa, dia cowok kuat, " ucap Klara, menyakinkan Viona

Viona menggeleng pelan, "Ini semua salah gue, Zayyan celaka gara-gara gue ra, dia masuk rumah sakit karena gue. "

Klara melepas pelukannya, ia menangkup pipi Viona dengan keduanya tangannya. "Jangan menyalahkan diri lo sendiri, Viona, gue tahu, lo juga gak akan mau hal ini menimpa Zayyan. "

"Tapi gue-"

"Sssttt, mending sekarang lo masuk dan bersihin badan lo, biar gue kabarin Zain, " potong Klara

Viona hanya mengangguk nurut, Klara menuntun Viona berjalan masuk kedalam rumahnya, dalam hatinya, Viona bersyukur karena tidak terlalu jauh di bawa oleh penculik itu.

Setelah memastikan Viona masuk kedalam kamar mandi, Klara melangkah kearah meja belajarnya, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas sana.

Klara mulai mencari nama seseorang di layar ponselnya, mencoba menghubungi Zain.

"Hallo, Zen, " sapa Klara, ketika sudah terhubung

"Hallo, ada apa? " balas Zain, to the point

"Gue mau ngabarin lo, sekarang Zayyan ada di rumah sakit 'cahaya pelita' deket komplek gue. "

"Hah, di rumah sakit?! dia kenapa, " tanya Zain, terdengar panik

"Jadi, kemarin Zayyan sama Viona di culik, kondisi Zayyan lemah akibat baku hantam sama penculiknya, kata Viona dia di masukkan UGD karena tak sadarka diri, " jelas Klara

"Astagfirullah, " lirih Zain pelan, namun masih bisa Klara dengar

"Sekarang, Viona di mana? "

"Dia aman di rumah gue. "

"Oke, gue kabarin orang tuanya Zayyan dan lo antar Viona pulang kerumahnya. "

"Iya, Zen. "

"Thanks infonya-Klara."

Klara terdiam sejenak. "Iya, sama-sama. "

Tut!

Zain mematikan sambungan telepon nya, entah kenapa, Klara merasakan darahnya berdesir hangat ketika Zain menyebut namanya tadi, cewek itu sudah tersenyum sedari tadi, salah tingkah.

"Gemes banget sih, oppa gue, " gumam Klara, sambil senyum-senyum tidak jelas. Lama-lama otaknya bisa sengklek karena cinta.

ˏˋ°•*⁀➷

Setelah dua hari meliburkan diri, kini Viona kembali masuk sekolah seperti biasa.Viona berjalan bersama Klara, yang tidak sengaja bertemu di parkiran tadi.

Di setiap jalan, tidak henti-hentinya Klara melontarkan pertanyaan pada Viona, entah itu tentang keadaan nya, tugas sekolah yang di kirimkannya, atau sekedar menanyakan sudah sarapan apa belum,Viona hanya menjawab semua pertanyaan itu dengan penuh kesabaran.

"Eh, stop! "

Seru seseorang dari arah belakangan berhasil menghentikan langkah keduanya, mereka menolehkan kepalanya, mendapati Meysa yang berjalan kearah mereka.

Meysa berhenti tepat di depan mereka, ia melirik Viona tidak bersahabat sama sekali, ia bersedekah dada, menatap Viona rendah dari bawah keatas.

"Masih berani, lo nunjukin muka setelah membuat Zayyan celaka? " ucap Meysa sengit

Memang kabar Zayyan masuk rumah sakit sudah tersebar luas, dan isu nya ini semua karena Viona, entah siapa yang membuat kabar itu sampai viral seperti ini, padahal Klara maupun Zain beserta sahabat lainnya tidak ada yang membocorkan hal itu.

"Lo apa-apaan sih Mey, dateng-dateng ngomong seenaknya, " timpal Klara judes

Meysa hanya melirik Klara acuh. "Kenapa diam? merasa bersalah? "

"Sorry Mey, gue nggak bermaksud bikin Zayyan celaka-"

"Heh, lo tahu nggak sih, gara-gara lo, sekarang Zayyan kritis! " potong Meysa membentak

Viona melebarkan bola matanya terkejut, jantungnya berdetak kencang, bahkan keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya, perasaannya sangat tidak karuan, Zayyan kritis?! Sungguh, ia tidak menyangka hal ini terjadi.

"Z-zayyan, Zayyan kritis? " beo Viona masih Shock

"Lo sendiri malah nggak tahu? " Meysa menggelengkan kepalanya sembari terkekeh,"Cewek macam apa yang Zayyan perjuangin ini, kondisinya saja malah gak tau, bahkan lebih memikirkan dirinya sendiri dari pada dia?!"

Viona menitikkan air matanya, sungguh ia tidak tahu akan hal ini, karena memang tidak ada yang memberitahu nya, mau menjenguk pun kemarin kondisinya sempat drop.

Viona menggeleng pelan. "G-gue, gue bener-bener gak tau, " lirihnya pelan, bahkan pandangannya mulai kosong, pikirannya di penuhi oleh Zayyan.

"Lo bisa? gak usah ngomongin soal itu! " bentak Klara emosi

"Nggak usah ngomong? eh, Zayyan kritis! KRITIS!! dan ini semua gara-gara temen lo ini! " bentak Meysa, menunjuk wajah Viona

"Gue perhatiin, akhir-akhir ini Zayyan selalu dalam bahaya, dan itu ketika sama lo! "

"Gue saranin sama lo ya, jauhi Zayyan, kalo perlu pergi jauh-jauh dari kehidupannya, lo itu cuma pembawa sial, Viona! " sarkas Meysa

"Cukup, Meysa! lo gak berhak menyalahkan Viona, ini semua murni kecelakaan! " sahut Klara naik pitam

Meysa tertawa hambar. "Kalo kemarin Zayyan gak bareng Viona, pasti sekarang dia baik-baik aja! "

Pasangan Viona terus memandang kebawah, dengan tatapan kosong, ia sama sekali tidak menggubris perdebatan yang di lakukan Klara dan Meysa, raganya memang masih di sini, namun pikirannya sudah melayang jauh, ia sangat mencemaskan Zayyan.

"Lo-Viona! "

Ucapan Klara terhenti, ketika tiba-tiba Viona berlari pergi meninggalkan merekan berdua begitu saja.

"Lo liat, dia malah lari dari masalah. "

"Mulut lo bener-bener gak bisa di jaga ya, " ujar Klara sebelum melenggang pergi, mengejar Viona

ˏˋ°•*⁀➷

Viona terus berlari menyusuri koridor, tujuannya hanya satu, kelas 12 Ips 2.

Cewek itu menghentikan langkahnya kala melihat orang yang di carinya sedang berdiri di depan pintu kelas, kakinya melangkah pelan mendekati orang itu.

Cowok yang sekarang berada di hadapan Viona pun menoleh. "Viona, ada apa? "

Viona menatap orang itu lekat-lekat."Jawab pertanyaan gue, apa benar Zayyan kritis? "

Cowok itu terdiam, ia sudah menduga, sepintar-pintarnya ia menyembunyikan hal itu, pasti Viona akan mengetahui nya juga.

"JAWAB GUE ZEN, APA BENER ZAYYAN KRITIS?! " bentak Viona, mengguncang tubuh Zain.

Zain memejamkan kedua matanya. "Iya, itu benar. "

DEGH!

Jantung Viona seakan berhenti, sebelumnya ia berharap berita yang di ucapkan Meysa salah, namun, saat dirinya mendengar langsung dari Zain, hatinya hancur.

Tangan Viona merosot lemas dari kedua bahu Zain, tatapannya kosong, ia menangis deras di depan cowok itu.

"Kenapa lo nggak ngasih tau gue soal itu, Zen, kenapa? " lirih Viona pelan

Zain menatap Viona iba. "Gue gak mau bikin lo khawatir. "

Viona menatap Zain, dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya. "Dengan tindakan lo kayak gini, bikin gue semakin merasa bersalah!"

"LO BIKIN GUE SEAKAN MENJADI ORANG TERJAHAT DI SINI, ZEN!! " bentak Viona, perasaannya sangat sulit di jelaskan

"Lo bikin gue seakan nggak peduli sama Zayyan, Zen, " lirih Viona menelan

Sungguh hatinya begitu hancur, benar-benar hancur, cowok yang ternyata di cintainya, kini terbaring kritis di rumah sakit, dan itu karena dirinya, lebih parahnya lagi, ia tidak mengetahui hal itu, tidak ada seorang pun yang mau memberinya kabar, bahkan sahabatnya sendiri.

"Tidak sepenting itukah gue? Sampai nggak ada yang mau memberitahu tentang kondisi Zayyan? "

"Bukan begitu Viona, gue minta maaf, gue salah nyembunyiin ini dari lo, " sanggah Zain

Viona menggeleng, ia tersenyum miris. "Lo nggak salah Zen, gue sadar, gara-gara gue Zayyan jadi kayak gini, andai waktu itu Zayyan nggak nolong gue, mungkin dia nggak akan kenapa-kenapa, harusnya gue yang sekarang berada di posisi Zayyan, bukan dia, " lirih Viona, dengan tatapan kosong

"Viona, " panggil Zain pelan, ia merasa sangat bersalah karena merahasiakan hal besar ini

"Gue nggak pantes untuk dia, gue hanya bisa bikin dia celaka, " lanjut Viona

"Lo salah Viona, justru lo penyemangat di setiap hari-harinya, " ucap Zain membenarkan

Viona menggeleng. "Lo salah, Zen. "

Setelah mengatakannya itu, Viona langsung melenggang pergi begitu saja, perasaannya hancur berkeping-keping, ia hanya ingin menyendiri, dunia ini sangatlha kejam, kenapa harus Zayyan, kenapa bukan dirinya saja yang sekarang kritis?

Klara berlari menghampiri Zain yang masih berdiri di tempatnya. "Zen, Viona mana?! "

"Dia baru aja pergi, Viona sangat terpukul dengan kabar ini, lebih baik, beri dia waktu untuk sendiri, " balas Zain tenang

Klara menghela napasnya pelan, keduanya menatap punggung Viona yang mulai menjauh. " Lo bener, Zen. "

ˏˋ°•*⁀➷

Semenjak pulang dari sekolah, Viona sama sekali belum keluar kamarnya, entah kenapa, dirinya hanya ingin mengurung diri di ruangan itu.

Pintu kamar Viona terbuka lebar, menyadarkan cewek itu yang sedang melamun, Viona menolehkan kepalanya, terlihat sosok bundanya yang berjalan kearahnya dengan membawa nampan berisi makanan dan segelas susu.

Salwa meletakkan nampan tersebut di atas makasih, setelahnya, ia mendudukkan tubuhnya tepat di samping Viona yang sedari tadi duduk di pinggiran ranjang.

"Sayang, kamu makan dulu ya, dari tadi siang kamu belum makan loh, " ujar Salwa lembut

Viona menggelengkan kepalanya pelan. "Vio, gak nafsu, bun. "

"Kenapa? ada masalah? coba cerita sama bunda, " pinta Salwa, mengusap bahu Viona dengan lembut

Viona bergumam, ia bingung harus menjawab apa. "Vio.... Vio... "

"Kenapa, sayang? "

Viona menatap Salwa, yang juga sedang menatapnya, menunggu dirinya untuk berbicara. "Apa boleh, Viona pindah sekolah, bun? "

Salwa mengerutkan keningnya, mendengar penuturan putrinya yang tiba-tiba ingin pindah dari sekolahnya. "Kenapa tiba-tiba pengen pindah sekolah, sayang?ada masalah di sana? "

"Nggak bun, Vio cuma pengen pindah aja, pengen cari suasana baru. "

"Tapi, apa nggak nanggung, kan sebentar lagi kamu lulus. "

Viona terdiam. "Tapi, Viona pengen pindah bun. "

Salwa menghela napasnya pelan. "Kamu sudah tahu mau pindah kemana, hm? "

Viona terlihat sedang berpikir, kemana ia akan pindah? "Emmm, ke Jogja, gimana bun?"

"Jogja? " beo Salwa. "Apa nggak kejauhan? "

Viona menggeleng. "Nggak papa bun, lagipun di sana kan ada pakde sam bukde, Viona bisa tinggal di tempat mereka. "

"Kamu sudah pikirin ini matang-matang? "

"Sudah, bun. "

Salwa tersenyum. "Yasudah, nanti bunda bicarain ini sama ayah, ya. "

"Makasih bunda! " seru Viona, ia memeluk erat sang bunda

Salwa ikut membalas pelukan putrinya itu dan mengusap kepala Viona lembut. "Sama-sama, sayang. "

Salwa melepas pelukan mereka. "Sekarang, kamu makan ya, bunda nggak mau kamu sakit. "

Viona mengangguk. "Iya bun, nanti Viona makan kok. "

Salwa tersenyum, lalu mengusap kepala Viona. "Kalo gitu, bunda tinggal dulu ya, " ucap Salwa, yang di angguki oleh Viona

Setelah sangat bunda benar-benar keluar dari kamarnya, senyum yang tadinya menghiasi wajah Viona, perlahan memudar, berganti dengan raut kesedihan, matanya kembali menatap keluar jendela kamarnya.

Langit hitam pekat, yang di taburi banyaknya bintang terlihat begitu indah di matanya.

"Semoga keputusan gue ini, adalah yang terbaik, " gumam Viona, dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan

ˏˋ°•*⁀➷

MAKASIH BUAT YANG MAU BACA GUYS:)

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

804K 41.5K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
708K 55.5K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
4.4M 261K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...