Best Scandal

By desiariaa

1.8K 233 23

Ada sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tr... More

Scandal - 1
Scandal - 2
Scandal - 3
Scandal - 4
Scandal - 5
Scandal - 6
Scandal - 7
Scandal - 8
Scandal - 9
Scandal - 10
Scandal - 11
Scandal - 12
Scandal - 13
Scandal - 14
Scandal - 15
Scandal - 16
Scandal - 17
Scandal - 18
Scandal - 19
Scandal - 20
Scandal - 21
Scandal - 22
Scandal - 23
Scandal - 24
Scandal - 25
Scandal - 26
Scandal - 27
Scandal - 28
Scandal - 29
Scandal - 30
Scandal - 31
Scandal - 32
Scandal - 33
Scandal - 34
Scandal - 35
Scandal - 36
Scandal - 37
Scandal - 38
Untitled Part 39
Scandal - 40
Scandal - 41
Scandal - 42
Scandal - 43
Scandal - 44
Scandal - 45
Scandal - 46
Scandal - 47
Scandal - 48
Scandal - 49
Scandal - 50
Scandal - 51
Scandal - 52
Scandal - 53
Scandal - 54
Scandal - 55
Scandal - 56
Scandal - 57
Scandal - 58
Scandal - 59
Scandal - 60
Scandal - 61
Scandal - 62
Scandal - 63
Scandal - 65
Scandal - 66
Scandal - 67
Scandal - 68
Scandal - 69
Scandal - 70

Scandal - 64

9 1 0
By desiariaa

Di depan ruang rapat yang letaknya di gedung B lantai 2, Ribi beserta mantan anggota BEST lainnya tengah menunggu dengan resah. Hari ini adalah hari sidang keputusan River untuk skandalnya di masa lalu. Sekaligus menjadi sidang terakhir bagi kasus terakhir mantan anggota BEST. Jadi, selain ditunggu oleh Ribi dan yang lain, seluruh siswa di SMA Tribe juga menantikannya. Vonis apakah yang akan River terima? Apakah River akan terbukti bersalah dan benar-benar dinyatakan sebagai pembunuh temannya sendiri saat SMP? Jika benar, maka kasus ini selanjutnya akan diserahkan ke pihak kepolisian oleh pihak sekolah. Setidaknya pihak sekolah sudah memberikan sebuah kebaikan dengan tidak langsung membawa masalah ini ke polisi. Tapi diselesaikan dulu secara personal. Baru jika memang bersalah, silakan akan diproses sesuai hukum yang berlaku tanpa perlu membawa-bawa SMA Tribe.

"Lo yakin mau ikutan pindah sekolah kalo River juga pindah, Bi?" tanya Sakaris pada Ribi.

Ribi mengangguk tanpa ragu. "Tapi kemaren River bilang, 'See you Monday'. Gue nggak tau maksudnya gimana."

"Nggak bisa aku bayangin kita tanpa River." Sana mendadak lesu hanya dengan membayangkan itu.

"Nggak! Nggak! Gue yakin Kak River yang kita kenal bukan seorang pembunuh! Kalo emang iya, pasti dari awal Kak River nggak mungkin bisa sekolah di sini!" seru Ikky yakin.

"Ya elah, kayak gitu mah gampang asal lo berduit, Ky. Bokapnya River tajir." Ujar Kiel sambil bersiul santai.

Ribi langsung meliriknya kesal. Tapi ia tidak bisa menyalahkan apa yang Kiel katakan sih. Karena memang itu yang dilakukan oleh orang tua River.

Saat berita itu tersebar luas di SMP, nama River sontak jadi bahan pembicaraan. River bahkan sampai dihujat. Yang dulunya dipuja-puja, jadi tak ada artinya. Belum lagi keluarga Enzo juga melakukan tuntutan kepadanya. Namun karena saat itu River masih SMP ditambah dengan papanya yang punya kuasa, semua permasalahan itu bisa teratasi. Namun bayarannya cukup mahal. River keluar dari SMP Dasadarma.

Keluarnya River dari SMP Dasadarma begitu mendadak dan tanpa kabar apa-apa. Termasuk pada Denver yang membabi buta hingga melukai tangan kanannya yang berharga karena Denver yang marah dan percaya bahwa River yang telah membunuh River. Juga Ribi.

Saat itu Ribi benar-benar terkejut sekaligus makin terpukul. Pertama, ia ditinggal mati Enzo. Kedua, River ikut pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.

Saat Ribi meminta ketiga temannya untuk melakukan taruhan memperebutkan Azula, ia sudah percaya jika River tidak akan meloloskan permintaannya begitu saja. Sebab Ribi tau, River bukan tipikal cowok yang suka mempermainkan perempuan. Terlebih Ribi juga tau, sejak masuk SMP, dirinyalah cewek yang paling dekat dan selalu berada di samping River. Makanya, keikutsertaan River dalam taruhan itu sebetulnya hanya formalitas saja. Jadi tidak heran jika River kalah dari Enzo yang begitu serius sampai kebablasan menyukai Azula.

Meski demikian, Ribi masih sedikit merasakan khawatir kalau-kalau River juga akan serius terlibat dalam taruhan itu. Karena biar pun secara langsung Ribi tidak pernah mengungkapkan perasaannya bahwa sesungguhnya sejak ia, River, Denver dan Enzo berteman, sejujurnya Ribi sudah menaruh hati pada River. Di saat yang bersamaan, Denver juga pernah sekali menembak Ribi, namun Ribi tolak. Dengan alasan menjaga pertemanan itulah, Ribi terpaksa menyimpan perasaannya pada River. Agar Denver tidak perlu merasakan sakit hati yang kedua kali. Walaupun pada akhirnya tetap gagal. Beberapa kali Denver sering cemburu melihat kedekatan River dan Ribi. Denver bahkan pernah dibuat jengkel dan mogok bicara karena mereka berdua.

Waktu pun berlalu, dengan membiarkan Ribi menjalani hari dengan hatinya yang kandas akibat ditinggal River tanpa penjelasan apa pun. Entah apa yang ada di pikiran River sampai-sampai tega berbuat seperti itu padanya. Padahal tanpa perlu River jelaskan panjang lebar, Ribi pasti akan mempercayai apapun yang akan River katakan. Ribi percaya River tidak akan mungkin membunuh temannya sendiri. Apalagi Enzo ini adalah orang yang paling dekat dengan River setelah Ribi. Tidak mungkinnya lagi, River membunuh Enzo demi Azula yang tak lama setelah perginya River, Azula juga keluar dari SMP Dasadarma dan hijrah ke London.

Ribi dan Denver pun saat itu menjadi 2 dari 4 remaja yang sebelumnya bersama dan seharusnya masih bersama lulus dari SMP Dasadarma. Keduanya memutuskan untuk melanjutkan ke SMA yang berbeda dengan alasan masing-masing.

Denver karena alasan temannya, masuk ke SMA Soesilo. Sedangkan Ribi karena paksaan orang tua, masuk ke SMA Tribe. Namun siapa sangka, karena paksaan orang tua itu, Ribi justru kembali dipertemukan dengan River. Dalam hati kecilnya, Ribi senang sekaligus bersyukur. River yang ia lihat terlihat baik-baik saja. Artinya, River telah menjalani kehidupan yang baik.

Namun tak bisa Ribi pungkiri, pertemuanya dengan River kali pertama setelah terpisah terasa sangat lain. Mereka sudah bukan mereka yang dulu lagi. Pergi tanpa kata-kata dan nihilnya kabar selama terpisah, apa yang bisa diharapkan dari pertemuan kembali setelahnya? Kembali seperti dulu lagi? Jelas mustahil! Semua terasa asing. Baik orang, maupun perasaan.

Di mata Ribi, River adalah orang yang berbeda. Karena itu, Ribi pun memutuskan untuk tidak akan bersikap seperti Ribi yang dulu. Dengan mengesampingkan rasa sakit yang masih terasa, Ribi akan menjadi Ribi yang baru untuk River.

Terdengar suara pintu terbuka. Perhatian ke-9 anak itu segera tertuju ke arah suara itu. Dengan nafas tertahan, mereka sudah tidak sabar menanti kabar apa yang akan mereka dengar setelah pintu benar-benar terbuka.

Muncul mama River keluar dari ruang meeting dengan wajah lelah. Hal itu tentu saja membuat ke-9 anak yang sudah menantinya lama langsung terkejut. Mereka akan—

"RIVER AKAN MELANJUTKAN PENDIDIKANNYA DI SMA TRIBE SAMPAI DIA SENDIRI YANG MEMUTUSKAN UNTUK PINDAH!" seru mama River senang bukan main.

Yang tadinya terkejut karena akan mendengar kabar buruk, selajutnya langsung dikejutkan dengan kabar baik.

"Maksud Tante, River—"

"IYA, SAYANG! RIVER NGGAK AKAN KEMANA-MANA! RIVER TERBUKTI NGGAK BERSALAH!" Sebelum Ribi selesai dengan kata-katanya, mama River langsung memeluk Ribi.

Bersamaan dengan itu, River keluar dari ruangan. Langsung saja ia dihamburi pelukan Ikky, Seven dan Sakaris serta Sana bersamaan. Mereka tak kalah senang mendapat kabar terbaru sekaligus terbaik dari River.

"Gue tau lo nggak bakal ngecewain kita, Ver." Kata Seven tersenyum bangga pada adik kelasnya.

"Thanks." Ucap River kalem.

"Yah, Ribi nggak jadi sendirian dong. Padahal udah gue tandain." Ujar Kiel yang langsung ditabok oleh Sakaris.

"Ya, lagian mana ada sih, pembunuh yang dibiarin keluyuran bebas?" ujar Gangga.

"Selamat ya, Ver. Ikut seneng gue." ucap Marin tulus.

River mendengus. Sebab baru pertama kali ini Marin bicara setulus ini padanya. Perhatian River selanjutnya jelas tertuju pada Ribi yang sudah senyam senyum sendiri. Kalau saja tidak sedang berada di sekolah, sedang tidak ada teman-temannya dan ibunya, sudah pasti River akan berlari kepadanya dan memeluknya erat.

"Gue pikir anggota BEST bakal berkurang." Kata Topan sambil mencengkeram kepala River.

River melirik lalu menepis tangan Topan yang ada di kepalanya. "BEST bisa berkurang kalo tiga anggotanya udah lulus."

"Duh, River. Mama nggak bisa lama-lama di sini. Mama harus cepetan pergi." Mama River menginterupsi.

"Tante buru-buru mau kemana emang?" tanya Ribi.

"Habis ini Tante harus ke sekolah Hunter." Jawab mama River sambil tersenyum kecut.

Ribi hanya mengangguk-angguk. Pasti karena kasus yang itu ya?

"Udah ya, semuanya. Tante pamit! Tolong jagain anak Tante baik-baik ya!" mama River pun pamit dari River dan teman-temannya.

"Siap, Tante!" sahut Sakaris cepat.

"Dah, Tante!" seru Ikky.

"Nyokap lo rame ya? Asyik. Nggak kayak anaknya." sindir Kiel sambil menyenggol lengan River, namun River acuh.

"Hunter itu siapa, Ver?" Sana yang tadi sempat mendengar mama River menyebut nama itu, segera bertanya.

"Kakak gue."

"Eh? Lo punya kakak, Kak?" Ikky kaget. Sebab ia kira River adalah anak semata wayang di keluarganya.

River hanya menggumam sambil memandangi punggung ibunya yang sudah menjauh.

"Jadi gimana ceritanya lo bisa buktiin kalo tuduhan itu salah?" pertanyaan Seven membuat siapa pun yang mendengar ikut memperhatikan River dengan penuh minat dan penasaran.

**

Malam Minggu, tepat setengah jam setelah River pulang dari hotel Ribi, River sudah tiba di sebuah café untuk menemui seseorang yang sebelumnya mengiriminya chat dan mengajaknya untuk bertemu. Orang itu adalah orang yang sudah River tunggu-tunggu cukup lama. Tak lain ia adalah Quina.

Masih ingat Quina kan? Gadis sekaligus anggota OSIS dari SMA Persada, yang juga ikut serta dalam program kolaborasi Gerakan Menanam Padi. Nah, sejak saat itu, Quina sudah tertarik dengan River karena apalagi kalau bukan paras River yang tampan. Pada saat project itu dilaksanakan, beberapa kali bahkan Quina berani menunjukkan keberaniannya mendekati cowok yang tidak sebanyak Kiel saat berbicara itu.

River adalah tipikal pengejar, bukan yang suka dikejar. Jadi ketika ia ingin, maka ia yang akan mengejar dan memperjuangkan sang gadis yang ia suka. Bukannya malah ia senang saat dirinya dikejar oleh gadis. Makanya tidak heran jika Quina ia abaikan begitu saja.

Namun pada suatu kesempatan, tepatnya saat gala dinner paska project kolaborasi BEST X OSIS SMA Persada selesai, tanpa sengaja River yang masih didekati oleh Quina, mendengar sebuah nama yang tidak asing terucap dari bibir Quina.

"Barusan lo teleponan sama siapa?" tanya River to the point.

Tentu saja Quina terkejut. Ia salah sangka, mengira River memperhatikan dirinya tengah menelepon seseorang. Padahal asilnya River tanpa sengaja mendengarnya. "Lo denger?"

"Siapa?" cecar River.

Kening Quina mengerut, "Kenapa lo kayaknya tertarik sama orang yang barusan gue telepon?"

"Jawab, siapa?" cecar River sembari memajukan langkahnya ke arah Quina.

Quina melebarkan kedua mata. Tidak percaya River akan mendekatinya seperti ini hanya untuk mencari jawaban siapa orang yang barusan ia telepon. Sebenarnya senang sih, karena ini kali pertama ia berada dalam jarak sedekat ini dengan River. Tetapi entah kenapa ia lebih merasa takut karena saat ini River terlihat menyeramkan. "Sepupu gue. Azula."

Itu adalah awal mula River sedikit merubah sikapnya kepada Quina. Quina yang semula selalu ia abaikan, mendadak jadi sering River hubungi. Lagi-lagi, harusnya Quina senang. Namun yang Quina rasakan malah kesal sekaligus kecewa. Karena satu-satunya alasan River mendekatinya bukan karena River membalas perasaannya. Tetapi karena Azula!

River menginginkan sesuatu dari Azula. Apa itu? Bukti rekaman kejadian 2 tahun lalu. Tepat saat Enzo terjatuh dari atap sekolah. River tau saat itu Azula merekam seluruh kejadian itu. Karena itu, River mendesak Azula untuk memberikan rekaman itu kepadanya.

Ternyata susah bagi River untuk mendesak Azula. Selain karena saat ini Azula masih tinggal di London, Azula juga selalu menghindarinya, bahkan memblokir semua sosial media milik River. Azula bilang, ia sudah tidak mau mengingat peristiwa kelam itu. Bahkan ia sudah melupakannya sejak saat itu.

Akhirnya River mengambil jalan lain, yaitu menggunakan Quina sebagai bidaknya. Seperti yang sudah dijelaskan, tentu saja Quina kesal sekaligus kecewa. Bukan ini yang Quina inginkan. Quina menginginkan perasaan River seutuhnya!

"Gue nggak mau bantu lo buat dapetin rekaman itu."

"Oh." Satu alis River terangkat.

"Lo cari cara lain aja, Ver, buat dapetin itu. Jangan manfaatin gue. Apalagi permainin perasaan gue." saat itu Quina sempat menangis.

"Jadi lo ngerasa gue udah mainin perasaan lo?"

Wajah Quina terangkat, menatap River tidak percaya. Jelas-jelas River mendekatinya hanya agar Quina mampu membantunya mendapatkan rekaman dari Azula. "Lo nggak sadar?"

"Dari awal gue nggak pernah bawa-bawa perasaan. Jadi kalo lo ngerasa gue udah mainin perasaan lo, itu salah lo sendiri."

"Ver?" kedua mata Quina melebar. Terkejut bukan main.

River beranjak dari duduknya. Ia berdiri sembari menatap Quina dengan tatapan datar. "Thanks buat kontribusi lo sejauh ini." katanya kemudian ia pun berbalik badan dan pergi.

Bodohnya Quina, ditinggal seperti itu, malah membuat hatinya makin sakit. Padahal itu adalah pilihannya, itu adalah kemauannya.

Tak begitu lama setelah itu, ponsel River kembali mendapat notifikasi dari Quina yang kembali menghubunginya dengan membawa kabar:

Azula mau ngomong sama lo.

Bagaimana River tidak terkejut. Padahal saat itu Quina sendiri yang bilang kalau ia sudah tidak mau membantu River membujuk Azula. Namun tanpa angin, tanpa hujan, Quina memberikan sebuah berita cukup besar.

Sat set, River dan Quina akhirnya bertemu kembali setelah cukup lama tak bertemu. Sialnya Quina, perasaan gundah Quina mendadak membaik setelah melihat kembali sosok cowok itu. Tak bisa dipungkiri, biar kata ia hanya dimanfaatkan oleh River, namun ia senang bisa bertemu dan dekat dengan cowok itu.

"Apa katanya?" tanya Quina setelah River selesai berbicara dengan Azula di telepon.

"Dia bakal ngirim file-nya ke lo." Jawab River sambil mengembalikan ponsel ke Quina.

Quina hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Kenapa lo mau bantuin gue lagi?" tembak River.

Sontak Quina terkejut. Tidak menyangka ia akan mendapat pertanyaan dari seorang cowok yang setahun lebih muda darinya itu. "Nggak boleh kalo gue bantuin cowok yang gue suka?"

"Bukannya itu bikin lo sakit?"

Quina mendengus. "Sejak kapan lo peduli soal gue?"

River pun terdiam beberapa saat. "Kalo lo udah nerima file-nya, tolong kabarin gue."

Dan tepat di malam minggu kemarin, setelah River menunggu cukup lama sampai ia sendiri kesal dan nyaris putus asa, akhirnya Quina memberikan file rekaman itu kepada River sekaligus mengucapkan salam perpisahan. Quina sadar, 'hubungannya' dengan River akan benar-benar berakhir jika file ini sudah sampai di tangan River. Sebab setelah ini, River sudah tidak membutuhkan dirinya lagi.

**

"Oh, jadi Quina... Cewek yang kata nyokap lo pernah nyariin lo ke rumah. Quina juga cewek yang waktu itu pernah gue liat keluar dari minimarket terus pulang semobil sama lo. Dan karena Quina juga lo ninggalin gue sendirian pas malem minggu. Oh. Gitu. Pantesan ya, mukanya kayak nggak asing. Ternyata dia anak OSIS Persada. Oh. Oke. Oke. Hm. Kayaknya kalian deket ya? Sering ketemu berdua. Sering ngabarin satu sama lain. Hm. Hubungan kalian kayaknya bukan sekedar simbiosis parasitisme deh, lebih tepatnya adalah mutualisme sih. Hm." Bagaimana Ribi tidak jengkel mendengar cerita itu dari River. Sampai-sampai mata tajamnya tak lepas dari River.

Sana yang ada di sampingnya segera mengelus-elus punggungnya. Ia tidak mau Ribi sampai lepas kendali karena cemburu setelah mendengar semua cerita River tentang Quina dan Azula. "Bi, River kayak gitu demi membersihkan nama baiknya, Bi. Demi kebaikannya. Dan demi kebaikan kita semua juga."

"Ya, betul! Demikian! Baik sekali ya!" sewot Ribi masih saja kesal.

Kiel yang melihatnya, tak bisa untuk tidak terkekeh, "Butuh pelampiasan nggak nih? Kalo butuh, gue siap jadi pelampiasan lo, Bi."

"Kak, udah dong! Kan udah berlalu juga. Yang pentingnya lagi nih, Kak River nggak jadi di-DO! Kak River bisa masih bareng sama kita-kita di sini." Ikky ikut menenangkan Ribi.

"Sabar ya, Bi." Kalau ini Gangga yang menepuk bahu Ribi.

Ribi berdecak. Mau dihibur atau bagaimana, sekalinya kesal, ia masih tetap kesal.

Sementara River hanya menghembuskan nafasnya panjang. "Ini sebabnya gue nggak mau cerita apa-apa sama kalian."

"Oh. Gitu. Oke, oke, oke. Mau main rahasia-rahasiaan? Hm?" malah Ribi makin kesal begitu River berbicara seperti itu.

Lagi-lagi River menghembuskan nafas. Kemudian ia pun melangkah menghampiri Ribi. Ia raih tangan gadis itu. Ia genggam. "Gue sama Ribi duluan." Pamitnya kemudian sambil membawa gadis yang bibirnya manyun itu pergi.

Sakaris pun terkekeh begitu pasangan itu keluar dari marbest. "Mereka tuh pasangan lucu ya? Pas awal-awal Ribi tuh jaim, sekarang keliatan banget dia paling bucin. Untung aja dapetnya cowok kayak River yang sabar."

"Namanya juga cewek." Sambung Gangga.

"Cassie juga gitu nggak?"

Mendengar nama Cassie, Kiel segera berdehem sekeras mungkin. Sontak membuat Sakaris terkekeh kembali. Diikuti ke-7 mantan anggota BEST lainnya.

"Mungkin sesekali kita bisa bawa pasangan masing-masing kalo kita kumpul begini."

Perkataan Seven membuat tawa ke-6 temannya mendadak terhenti. Ke-6 temannya ditambah dengan Kiel bersamaan menoleh cepat menatap ketua kharismatik mereka itu.

"Lo bilang 'kita', Kak?" tanya Topan.

"Emang lo udah jadian sama siapa, Bang?" imbuh Kiel.

"Jangan-jangan..." suara Sana menggantung.

Seven tidak menjawab. Ia hanya tersenyum simpul.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 142K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
668K 78.2K 10
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
6.2M 264K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
111K 14.8K 45
masa lalu yang tak usai. old title "TREASURE FAMILY" start: 26 Maret 2023 end: 29 Juni 2023 bxb! Mpreg! homophobic dni☺️