Shooting Star | Chenle [TAMAT]

By ice_coke

2K 442 1.4K

"Kamu seperti bintang jatuh, membawa harapan dan juga kebahagiaan. Terima kasih, Can, sudah menjadi manusia b... More

1. Sebuah Interaksi
2. Khawatir
3. Salah Paham
4. Dia Datang
5. Women Like Roses
6. Sejelas Ini
7. Ayo Sama Gue
8. Lo Siapanya?
9. Mulai Sibuk
10. Belajar Dari Novel
12. Ternyata Tidak Mudah
13. Dua Orang Manis
14. Saingan
15. Perhatian Besar
16. Mulai Saat Ini Dirayakan
17. Ekspektasinya Hancur
18. Berhadapan Dengan Durinya
19. Don't Give Space
20. Belum Dianggap
21. Hidupmu Sempurna
22. Ayo Baikan
23. Friendzone atau HTS?
24. Akhirnya Tahu
25. My SWOT
PENGUMUMAN
TELAH TERBIT ✨ OPEN PRE-ORDER
PEMESANAN DI TOKO BUKU ONLINE

11. Seimbang

63 15 44
By ice_coke

***

Cinta mengangkat kardus berisi snack ketela yang sudah dikemasi dengan gambar menarik menuju bagasi mobil. Candra di belakangnya langsung membawa dua kardus menunggu giliran.

"Ini sudah semua?"

"Udah."

"Ini kamu ngemasinya sendiri?"

"Dibantu Mama. Mana sanggup gue sendiri," jawab Candra menutup bagasi mobil. "Lo tunggu di mobil, gue mau masuk dulu ambil tas."

"Mama kamu ada? Aku mau pamitan sekalian."

Candra menggeleng. "Mama udah berangkat pagi tadi. Lo masuk mobil sana."

Akhirnya Cinta mengangguk patuh, berjalan masuk dan duduk di kursi samping kemudi. Tak lama Candra menyusul masuk, ia meletakkan tas selempang kecil ke kotak penyimpanan di belakang kopling. Lalu memberikan kotak bekal kepada Cinta.

"Ambil."

"Ini apa?"

"Sandwich, kita gak sempet makan siang. Makan aja, nyokap gue yang buatin tadi pagi. Udah gue hangatin lagi."

Cinta mendengarkan seraya membuka kotak itu, dari potongan segi tiga itu ia bisa melihat daging asap, irisan tomat, telur rebus, dan bawang bombai.

"Jangan diliatin mulu, makan," interupsi Candra yang melirik.

"Terima kasih." Sambil mengangguk, Cinta mengambil potongan sandwich itu, setelah merapalkan doa ia memakannya. Mengunyah roti isi itu dengan senyuman mengembang bahagia.

Selain saus tomat, ternyata ada mayonaise yang sudah dicampur dengan nori yang telah dipotong kecil-kecil. Terlampau kreatif untuk ukuran roti isi rumahan.

"Tante Gina chef yang hebat, ini enak banget," ungkap Cinta sambil mengunyah pelan untuk merasakan kenikmatan yang sangat nyaman di lidah.

Mendengar itu, Candra tersenyum. Apalagi ketika melihat wajah bahagia Cinta di sampingnya.

"Nanti disampein pujiannya," tanggap Candra.

Gadis itu mengangguk dan melanjutkan makan, ia tak akan melewatkan tiap rasa pada roti isi itu.

Sekarang mereka akan pergi ke Peduli Dengar, sebuah panti asuhan khusus untuk anak-anak tuna rungu  wicara. Pemiliknya sudah setuju untuk ikut berkolaborasi dengan pengiklanan makanan ini. Selain karena pendapatan yang dijual setengahnya akan disumbangkan kepada mereka, ini juga untuk pemberdayaan masyarakat yang harus mulai mengenal dan belajar tentang orang-orang berkebutuhan khusus.

Saat mereka sampai di sana, Cinta turun lebih dulu untuk bertemu pemilik panti asuhan. Sementara Candra izin untuk memakan sandwich di mobil.

Tak berapa lama Cinta kembali. "Can, anak-anak udah dikumpulin di aula. Kameranya mana? Aku siapin dulu," ujar gadis itu yang ada di luar mobil.

Candra memberikan kamera dan standingnya kepada Cinta setelah memasukkan potongan terakhir roti di tangannya ke mulut.

"Kardusnya biar gue yang bawa."

"Gak mau dibantu?"

"Gak usah, lo masuk sana," usir Candra  sembari membuka pintu, tangannya ia kibas-kibaskan menyuruh pergi.

Candra terkekeh saat melihat ekspresi kesal Cinta yang merenggut sebelum pergi tadi. Mungkin dulu gadis itu akan melakukannya sendiri, tetapi sekarang Candra tidak akan membiarkannya.

Seraya membawa tiga tumpukan kardus berisi makanan ringan, Candra masuk ke dalam. Pemuda itu mengucapkan salam pada beberapa pengurus. Lalu ia juga tersenyum ke anak-anak yang melambaikan tangan padanya. Harus melalui beberapa belokan untuk sampai ke aula, ia sampai dipandu oleh wanita berkerudung.

Sampai akhirnya ia menangkap sosok Cinta sedang berbicara dengan seseorang. Seseorang itu menatap Candra ketika ia memasuki aula, yang membuat Cinta ikut menoleh ke belakang.

"Taruh sini, Can," ujar Cinta menunjuk tempat yang dimaksud.

"Ini teman saya, Pak. Namanya Candra," kata Cinta memperkenalkan Candra pada pria berkumis tebal dengan rambut sudah beruban.

"Assalamualaikum, Pak." Candra mencium tangan Pak Hengki. Ini pertama kalinya Candra ke sini, karena Cinta yang mengurus kesepakatan dan persetujuan dengan pihak Peduli Dengar.

"Walaikumsalam. Kalian bisa mulai sekarang, anak-anak sudah siap," ujar Pak Hengki menunjuk sekitar sepuluh anak yang duduk di lantai putih itu.

"Iya, Pak." Cinta mengangguk. Lalu menoleh ke Candra. "Can, kamu mulai rekam aja. Sesuai narasi aku dulu yang bicara di depan kamera sama mereka. Nanti kamu masuk sambil bawa produknya."

Pemuda itu mengangguk patuh, ia berjalan ke belakang kamera. Memosisikan tangkapan agar hasilnya bagus. Setelah kefokusan dan cahaya diatur, tangan Candra naik ke atas, menghitung mundur dengan jarinya.

"Sekarang kita ada di Peduli Dengar bersama adik-adik manis di belakang saya," ujar Cinta ceria lalu bergeser agar tangkapan para anak kecil di sana terlihat.

Kemudian gadis itu sedikit membelakangi kamera di sudut, menghadap anak-anak sambil berkata, "Adik-adik, tolong sapa para audiens ke kamera ya!"

Mata Candra melebar, gadis itu berkata seraya menggerakkan tangan merangkai bahasa isyarat. Ia tak pernah tahu Cinta bisa melakukanya. Ia mengira jika Cinta akan berkomunikasi dengan mereka dibantu oleh pengurus, nyatanya tidak. Dengan lancar gadis itu berkomunikasi tanpa bantuan siapa pun. Lagi dan lagi, gadis itu tak ada habis-habisnya membuat Candra  semakin kagum. Kini dengan suara cerianya dia memandu anak-anak melambaikan tangan.

Kaki Candra mundur, kini ia tak lagi melihat melalui kamera. Melainkan langsung dengan mata. Bibirnya perlahan membentuk senyuman, matanya yang menatap kagum seolah tak mau melepaskan pandangan.

Kini Candra bisa melihat begitu istimewanya Cinta. Selain berambisi dan memiliki cita-cita yang luar biasa, mengerti bahasa isyarat seakan menjadi nilai tambah yang begitu tinggi.

Gue tau Andra itu perfect ya, tapi dia juga harus memantaskan diri buat Intan.

Kata-kata Renata dan Aqila kembali terngiang di pikiran. Tampaknya Candra mengerti dengan jelas kenapa mengejar cinta seseorang tak hanya bermodal perasaan, tetapi juga harus memantaskan diri untuk orang itu. Jika dipikirkan kembali, apa yang telah Candra miliki sekarang?

Belum ada, pekerjaan saja ia belum punya. Prestasi saat masih sekolah dari SD sampai SMA juga belum pernah ia dapatkan. Ia belum memiliki pencapaian yang membanggakan selama ini. Jika dibandingkan dengan Cinta, sepertinya ia kalah jauh. Walau terbatas finansial gadis itu mampu mendapatkan penghargaan dari kemenangan lomba yang diikuti.

Ia sama sekali belum seimbang untuk Cinta. Ia belum pantas untuk mendapatkan gadis itu dengan dirinya yang sekarang.

"Sekarang Kakak Candra akan membagikan kalian semua makanan!"

Mendengar namanya disebut Candra langsung tersadar. Ia buru-buru mengambil kardus dan membagikan isinya.

"Nah, pada kemasan ini, kami juga memasang gambar bahasa isyarat untuk edukasi lebih mengenal teman dengar." Cinta maju sedikit ke depan, memperlihat kemasan lebih dekat.

Lalu seorang anak laki-laki turut mendekat. Anak itu menggerakkan tangan berbicara secara isyarat.

"Benar sekali kata Ardin, kita harus membeli produk ini untuk saling mengenal lebih dekat," balas Cinta yang mengerti.

Ardin kembali menggerakkan tangan, wajah Cinta tersenyum antusias melihatnya sambil mengangguk-angguk.

"Wah terima kasih Ardin. Kata Ardin, dia akan mempromosikan makanan ini ke sekolahnya juga."  Cinta mengusap kepala ana itu. "Ardin keren! Ardin bisa jadi marketing yang handal saat besar."

Ardin mengangguk semangat, anak itu berteriak antusias dengan bahagia, lalu berlari menuju teman-temannya.

Setelah selesai merekam, kini mereka berbaur dengan anak-anak. Candra tak banyak bicara, ia hanya mengikuti alur yang dibuat anak-anak itu. Dengan menurut ia juga mau dijadikan kuda-kudaan.

Cinta tertawa melihatnya. Bahkan, gadis itu memotret Candra sambil memamerkan kepada anak lain. Melihat dirinya dijadikan objek tertawa, Candra menurunkan anak kecil dari punggungnya. Lalu beranjak mendekati Cinta.

Anak kecil di samping Cinta menggerakkan tangan, membicarakan sesuatu yang tak Candra mengerti.

"Iya, Kak Candra sekarang marah. Kamu sembunyi di belakang Kakak," titah Cinta sambil menggerakkan tangannya.

Anak itu lekas bersembunyi. Membuat Candra kini tersenyum jahil.

"Baa!!" teriak Candra sambil merentangkan tangan seolah akan menangkap anak kecil di belakang Cinta.

Namun, karena itu dilakukan di depan Cinta, gadis itu melotot sempurna. Melihat Candra tersenyum lebar dengan mata menyipit membuatnya tersipu dan spontan membuang wajah. Dengan gerakan cepat Candra berlari ke sisi gadis itu, menangkap anak itu cepat, lalu menggelitikinya.

Tanpa suara, anak itu tertawa kegelian. Cinta tiba-tiba saja bergabung untuk menggelitiki. Hingga tanpa sadar Candra yang tersingkir dari sana. Menyisakan Cinta dan anak itu yang keasyikan sendiri.

Melihat Interaksi itu Candra tersenyum.

Dia adalah manusia berhati malaikat yang gue temui di dunia. Cahayanya terlalu terang, sampai menembus dada, menggetarkan jantung untuk berdebar lebih keras dari biasanya. Ini bukan naksir atau suka, gue udah jatuh cinta sama lo. Gue akan berusaha memantaskan diri, tunggu gue, Cin.

Raut wajah Candra berubah panik ketika ekspresi Cinta berubah kesakitan.

Tidak sengaja tertendang atau bagaimana, tiba-tiba Cinta memegangi perutnya sebelah kiri. Gadis itu merintih, membuat Candra mendekat.

"Lo kenapa?"

"Bentar ... aduh, nyeri," ringis Cinta.

"Kena sesuatu?" tanya Candra memastikan.

Cinta menggeleng, masih meringis sambil terus memegangi perutnya.

"Cin? Gue bingung harus apa," ujar Candra cemas.

"Gak apa-apa. Ini kayaknya ... karena aku masuk masa PMS. Tanggal aku haid ... makin dekat," ucap Cinta yang terjeda-jeda.

"Gue harus ngapain terus?"

"Diem, jangan berisik!" sentak Cinta yang tak sengaja kini menutup mulut Candra dengan tangan.

Pemuda itu terdiam takut, lalu mengangguk patuh saat disentak oleh Cinta.

Lain kali Candra harus mencari tahu,  apa itu PMS dan apa  itu masa haid untuk menghadapi Cinta yang tiba-tiba berubah menakutkan.

TBC

TERIMA KASIH SUDA MEMBACA, SALAM HANGAT, ICE COKE 🐱

Continue Reading

You'll Also Like

1K 94 21
"Kalau akhirnya lo yang jatuh lebih dulu, lo harus pergi sejauh-jauhnya dari hidup gue." "Deal." Hanan, seorang asisten dosen di salah satu prodi s...
12.8K 1.7K 21
Love can hurt, but love can heal too #1 -seunghee #4-jaeho
7.1K 1K 21
[SELESAI] SENYAWA - melalui siaran radio, 4 pemuda dengan karakter yang berbeda ingin menyampaikan kepada pendengar, bahwa hidup adalah perjalanan pa...
02 : 00 By erika

Short Story

170K 36.7K 20
let me be your 2 am thoughts. 𝓳𝓲𝓶𝓭𝓸𝓸𝓷𝓰𝓲𝓮, 𝓮𝓼𝓽. '¹⁸