Shooting Star | Chenle [TAMAT]

By ice_coke

2.2K 470 1.4K

"Kamu seperti bintang jatuh, membawa harapan dan juga kebahagiaan. Terima kasih, Can, sudah menjadi manusia b... More

1. Sebuah Interaksi
2. Khawatir
3. Salah Paham
4. Dia Datang
5. Women Like Roses
7. Ayo Sama Gue
8. Lo Siapanya?
9. Mulai Sibuk
10. Belajar Dari Novel
11. Seimbang
12. Ternyata Tidak Mudah
13. Dua Orang Manis
14. Saingan
15. Perhatian Besar
16. Mulai Saat Ini Dirayakan
17. Ekspektasinya Hancur
18. Berhadapan Dengan Durinya
19. Don't Give Space
20. Belum Dianggap
21. Hidupmu Sempurna
22. Ayo Baikan
23. Friendzone atau HTS?
24. Akhirnya Tahu
25. My SWOT
PENGUMUMAN
TELAH TERBIT โœจ OPEN PRE-ORDER
PEMESANAN DI TOKO BUKU ONLINE

6. Sejelas Ini

99 23 88
By ice_coke

***


Jempol Candra segera menggulir cepat setelah melihat base kampus yang membicarakannya. Risi dipotret diam-diam dan menjadi berita seperti ini. Ia tak suka mendapatkan perhatian lebih hanya karena kacamata dan kemeja hitamnya. Bahkan, dengan jelas seseorang bernama Naura itu meminta nomornya.

Sembari membuang napas panjang, ia memasukkan ponsel ke tasnya. Berjalan memasuki ruang 3.01 yang sering menjadi tempatnya mendapatkan mata kuliah.

"Cieee, cogan Manajemen dateng," kekeh Edo yang menjabat sebagai PK¹ Manajemen A ketika Candra baru melangkah masuk.

"Apaan anjir?" ketus Candra tak suka.

"Galaknya ...."

"Ya elo gak jelas!" balas pemuda itu cepat. Kemudian duduk di kursi kosong yang ia mau.

Suara pintu terdengar keras, mengundang perhatian apalagi wajah dari orang itu benar-benar hampir membuat membuat penghuni kelas terkejut.

"Fin! Wajah lo kenapa lagi?" tanya Daisy, mata gadis itu melebar.

Mendengar itu Candra turut memperhatikan dengan baik, pipi sebelah kiri gadis itu kebiruan. Matanya juga tampak lelah.

"Lo ngehajar siapa lagi kali ini?" tanya Eka, penasaran. Cowok berkaca mata itu menyincingkan mata ketika Fina duduk di kursi sampingnya.

"Ada, biasa ... cowok-cowok yang sama," jawab Fina merapikan kancing kemejanya.

"Masih aja? Apa mereka gak jerah gangguin lo?" Daisy menghampiri Fina, seraya membawa pouch berisi alat make up karena transparan. "Gue tutupi pakai cussion kayak biasanya sini," decak Daisy kemudian yang dijawab anggukan oleh Fina.

Candra terdiam, ia baru tahu hal ini, tetapi kenapa teman-temannya seolah sudah terbiasa? Ia ingin bertanya, tetapi memilih diam sambil menatap Daisy yang mulai fokus memberikan sesuatu pada wajah Fina.

Mungkin awalnya karena Candra tidak pernah mau tahu, sehingga ia seakan baru tahu saat ini.

"Eh bentar, Sy." Badan Fina menoleh ke belakang. "Jak! Manajemen Bisnis kosong, kan, hari ini?"

Yang dipanggil mengangguk sambil mengacungkan jempol. "Kan gue udah bilang di grup tadi," ujar pemuda itu.

"Gue cuma mastiin aja, soalnya hari ini temen gue tuker shift. Jadi gue gantiin dia pagi ini, tapi izin dateng telat."

Mendengar itu, alis Candra naik satu. Dugaannya tentang Fina yang bekerja sepertinya benar.

"Aman," jawab Jaki.

"Gue juga jadi ikut bokap karena Manajemen Bisnis kosong, hehe," cengir Daisy.

"Jak! Nanti mabar yok di warkop belakang," ajak Eka.

"Gass!"

Tak lama, Cinta masuk sambil membawa kertas folio yang diletakkan di meja depan, khusus untuk dosen. Hari ini gadis itu memakai sweater berwarna abu-abu, rambutnya tetap diikat membuat Candra kini menopangkan kepala memperhatikan.

"Pak Fahri ada, Cin?" tanya Edo.

"Pak Fahri gak bisa masuk sekarang, tapi kita ada tugas. Jadi nanti masuknya waktu jam Manajemen Bisnis, kan, kosong."

"Hah?" tanya Edo memastikan.

"Pak Fahri ambil jam Manajemen Bisnis," jelas Cinta.

"Kok bisa?!" Itu suara Daisy.

"Ya karena aku nawarin ke Pak Fahri. Jadi daripada kita gak dapat kelas Pak Abdi, mending beliau masuk jam itu, kan? Lagipula Pak Fahri kosong juga," jawab Cinta santai. Lalu ia membuka ponsel dan berikutnya grup kelas menerima pesan Cinta berupa soal yang diberikan oleh Pak Fahri. "Itu soalnya. Ini kertas buat ngerjain soalnya."

Suara gerutuan terdengar jelas di telinga Candra. Entah dari sisi kanan ataupun kiri, keduanya membicarakan Cinta.

"Kok lo buat keputusan sendiri gitu?" tanya Fina.

"Keputusan sendiri gimana?" tanya Cinta tidak mengerti.

"Yang lo lakuin sekarang itu keputusan lo sendiri!" bentak Fina yang kemudian berdiri. "Kenapa lo gak diskusi dulu sama kita?" tanya Fina dengan marah.

"Bener! Lo egois, Cin! Cuma elo yang kayak gini!" tuding Daisy membenarkan Fina. "Biasanya kalau ada dosen yang mau ambil jam atau pindah jam, PJMK² selalu diskusi dulu sama anak kelas, tapi elo enggak!" Gadis berambut panjang itu kini emosi, dia maju ke depan menghampiri Cinta. "Lo kebiasaan ambil keputusan sendiri!"

Candra bisa merasakan ketegangan yang terjadi. Daisy jelas berada di sisi Fina, sementara Cinta sendiri.

"Apa salahnya, sih? Aku cuma mau memanfaatkan waktu." Masih dengan wajah tak merasa bersalah Cinta membela diri.

"Tapi cara lo salah, Cin!" Kini Edo ikut turun. Sebagai PK kini ia harus meluruskan semuanya agar gadis di depan sana sadar. "Lo keterlaluan, ini gak pertama kalinya lo gini. Udah berkali-kali dan gue udah bilang kalau ada apa-apa, diskusi dulu sama anak kelas. Apa penjelasan gue gak jelas? Yang lain aja gitu, kenapa lo seakan jalan sendiri?!" tanya Edo meninggikan suara.

Tangan Candra mengepal. Ia tak bisa melihat Cinta diserang dari berbagai arah seperti ini. Meskipun ia tahu bagaimana perasaan yang lain dan mengakui jika Cinta salah, tetapi ia tak tega melihat gadis itu.

Mungkin ini yang menyebabkan yang lain tidak menyukai Cinta. Hal-hal seperti ini memang sering terjadi, tetapi Candra sama sekali tak menghiraukan karena bukan urusannya. Namun, saat ia mulai merasakan sesuatu pada Cinta semua terlihat jelas. Bagaimana cara teman-teman kelasnya memandang gadis itu penuh kekesalan, bagaimana mereka mencibir gadis itu yang egois. Semua terlihat jelas.

"Do ... bisa gak kalau ngomong sama cewek lembut sedikit?" Candra bersuara, membuat semua melihat ke arahnya tak percaya.

Satu-satunya orang yang berada di sisi Cinta, Candra akan memastikan jika gadis itu tidak sendirian.

"Kesalahan dia sejelas ini, Can!" teriak Edo.

"Candra, jangan bela aku, kamu gak perlu ikut campur," ujar Cinta.

Candra menoleh tak beraksi apa pun.

"Sok kuat lo! Dasar gak tau diri! Emang lo bisa hidup di dunia ini sendirian sampai gak butuh pertolongan?" decak Daisy kini melipat tangan sambil tersenyum miring.

"Aku-"

"Apa? Lo mau ngomong kalau kita semua gak menghargai orang tua kita yang ngebiayain kuliah? Lo mau ngomong gitu lagi, hah?" sahut Fina seolah hafal dengan apa yang akan dikatakan Cinta.

Candra menggeret kursi keras, membuat semua orang terkejut dengan aksi pemuda itu. Ia berjalan menuju gadis yang kini menunduk di depan. Helaan napasnya terdengar kasar, semua temannya tampak was-was dengan aksi yang mungkin datang secara tak terduga dari pemuda itu.

Setelah di depan, Candra mengambil kertas folio. Ia mendekati teman-temannya di barisan depan. Membagikan kertas itu satu-persatu.

"Lo ngapain?" tanya Edo.

"Debat gak buat tugasnya selesai, jangan buang-buang waktu," ucap Candra sambil menatap Edo, Fina, dan Daisy tajam. "Setelah ngerjain ini, terserah kalian mau cabut atau lanjut kelas."

"Dia salah anjing! Kalau gini dia ngerugiin kita!" Fina masih tak mau diam.

"Gue tau dia salah, tapi ini resiko kalian. Ini konsekuensi karena kalian kuliah, apa pun kesibukan kalian kalau kalian memutuskan kuliah, artinya kalian udah siap dengan manajemen waktu. Lagi pula, jam yang Cinta ambil untuk kelas Pak Fahri gak keluar dari jam di hari ini." Jelas Candra yang sudah berkeliling memberikan kertas.

"Lo ngebela dia? Lo pacarnya?" tanya Fina mulai naik pitam sampai menuding Cinta.

"Gue harus jadi pacarnya dulu buat ngebela dia?" tanya Candra menoleh pada Fina.

"Lo sebelumnya gak gini, Can. Lo selalu netral, tapi kenapa tiba-tiba lo ada di pihak dia?" tanya Daisy tidak habis pikir.

"Gue bakal netral lagi kalau kalian seimbang. Satu lawan tiga, emang itu seimbang? Iya ... gue tau dia salah, tapi kalian nyerang dia rame-rame," kata Candra.

"Dia udah biasa kayak gini, dia udah berulangkali ngelakuin hal yang ngebuat kita marah. Kita marah rame-rame sama dia bukan cuma kali ini, Can. Dan apa yang terjadi? Dia ngelakuin lagi dan lagi. Seakan-akan protesan kita masuk telinga kanan keluar dari kiri. Emang lo gak capek?" tanya Edo sembari mengingat dan menahan diri untuk tidak meledak. "Oh ... lo gak pernah capek, karena lo gak pernah peduli tentang ini. Lo selalu pulang dulu tanpa tahu apa yang terjadi setelahnya," cibir Edo kini terkekeh meremehkan.

"Terus lo ngapain sekarang?" tanya Fina menyambung perkataan Edo. "Kenapa lo tiba-tiba peduli sama dia?"

Beralih ke Cinta, gadis itu masih diam di tempat. Memandang gadis itu, ia tak tahu jika Cinta sebermasalah ini di kelas. Ketika tatapan mereka bertemu, Candra berkata, "Lo gak mau minta maaf sama mereka?"

Mata bulat Cinta menatap Candra. Wajah serius Candra membuat gadis itu menjadi sedikit terguncang, padahal sedari tadi terlihat tenang.

"Aku ...." Suara Cinta bergetar, matanya tak fokus. "Aku ...." Tak sempat menyelesaikan kata, Cinta berlari keluar kelas.

Candra terkejut bukan main, badannya tergerak cepat untuk mengejar, tetapi Jaki yang ada di belakangnya menahan.

"Lo sesuka itu sama Cinta?" tanya Jaki berbisik, membuat Candra langsung menoleh. "Perasaan lo keliatan jelas."

"Lo bisa liat sejelas ini, tapi kenapa dia enggak?" ujar Candra tak sadar.

"Enggak liat sama pura-pura gak liat beda," kata Jaki.

Candra melepaskan pegangan Jaki di tangannya. Kemudian berjalan ke depan kelas sekali lagi, ia menghadap teman-temannya.

"Gue minta maaf atas sikap Cinta ke kalian, gue janji ini bakal jadi yang terakhir," ujar pemuda itu lalu membungkuk pada semuanya.

Semuanya langsung terdiam. Rasanya canggung melihat Candra meminta maaf.

Wah ... lo udah sedalam apa sama dia, Can? Ngeri juga cara lo memperlakukan dia, batin Jaki.

TBC

[1] PK : Perwakilan Kelas tugasnya mirip dengan ketua kelas
[2] PJMK : Penanggung Jawab Mata Kuliah, seseorang yang berkomunikasi dengan dosen mata kuliah mewakili kelas.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 72.8K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
02 : 00 By erika

Short Story

170K 36.7K 20
let me be your 2 am thoughts. ๐“ณ๐“ฒ๐“ถ๐“ญ๐“ธ๐“ธ๐“ท๐“ฐ๐“ฒ๐“ฎ, ๐“ฎ๐“ผ๐“ฝ. 'ยนโธ
1.2M 9.9K 22
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1M 110K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...