Aisyah Aqilah || TERBIT

By nrasya_

2.1M 219K 76.6K

GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak men... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06 : Arsyi ngambek
bagian 07 : kucing baru
bagian 08 : Rich Aunty
bagian 09 : Irt
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29 [Bagai api dalam sekam]
bagian 30 : menenangkan diri
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
epilog
Ekstra part
Ekstra part bagian 2
VOTE COVER
harga novel Aisyah Aqilah
SPIN OFF AISYAH AQILAH

bagian 41

36.3K 3.6K 1.7K
By nrasya_


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Demi Allah yang maha perkasa. Saya tidak ridho istri saya di lihat kalian semua. Tidak usah memuji dia cantik. Istri saya tidak kurang pujian dari suaminya."

—Ilham Syakir Vernando.

******

Happy reading.

Gus Ilham turun kebawah, setelah menemani kedua anaknya, sampai tidur. Dari atas tangga, ia melihat banyak orang dibawah sana. Jelas, karena keluarga besar Hilya datang dari Kaira.

Kaki Gus Ilham sampai ke lantai bawah, matanya langsung tertuju pada istrinya, Aisyah, yang berada di tengah-tengah kerumunan para perempuan. Mereka terlihat akrab mengobrol.

Kemudian matanya melirik kearah, dimana ada abi dan Gus Iksan serta para kumpulan laki-laki. Gus Ilham melihat banyak pasang mata diantara mereka diam-diam menatap Aisyah istrinya. Tentu saja Gus Ilham dibuat kesal.

"Demi Allah, saya nggak ridho wajah kamu di lihat orang lain Aisyah." Gumam Gus Ilham mengepal tangannya.

Pria itu melangkah, ikut bergabung pada kelompok laki-laki. "Assalamualaikum, kiyai." Gus Ilham menunduk, menyalami tangan dari abah Hilya.

"Waalaikumsalam. Apa kabar Gus Ilham?"

"Alhamdulillah, ana baik, kiyai."

Gus Ilham duduk diantara kakak dari pada Hilya. Tentu saja Gus Ilham sengaja duduk di situ karena suatu hal yang penting.

"Akhwat yang dekat dari kak Hilya, siapa?" Bisik salah seorang pria yang berada tepat di samping Gus Ilham.

Sang empu yang dibisik menyenggol lengan pria lain. "Istri nya Gus Ilham, itu."

"Iya, istri saya. Cantik ya?" Tanya Gus Ilham tiba-tiba bersahut. Membuat kedua pria yang berunding sontak mendongak menatap Gus Ilham.

Mereka melirik Aisyah yang tertawa bersama para perempuan lainnya.

"Demi Allah yang maha perkasa. Saya tidak ridho istri saya di lihat kalian." ujar Gus membuat semua orang disana menoleh pada nya.

Pria itu mengeles. "Kita cuma memuji kok, Gus. Kita juga sadar diri kalau mau dia."

"Alhamdulillah, istri saya tidak kurang pujian dari suaminya. Dan tidak butuh lagi pujian dari orang lain. Dan saya mohon jangan menatap dia lagi."

"Tau kan, sahabat nabi Sa'ad bin ubadah?" Tanya Gus Ilham.

"Oh, yang kisahnya kalau ada yang berduaan atau bercanda dengan istrinya, dia tidak takut memukul dengan pedang?" Jawab salah satu dari mereka.

Gus Ilham mengangguk. "Saya juga bisa seperti itu, kalau saja ada yang berani menatap istri saya terang-terangan."

"Nggak percaya? Silakan liat kembali istri saya." Semua orang saling menatap satu sama lain. Mereka semua menggeleng pelan, tak ada yang lagi berani menatap Aisyah.

Gus Iksan bahkan sampai dibuat takjub oleh adiknya ini, teguran halus yang tajam. Logistik. "Bi, Ilham ikut pintar, gen dari siapa sih? Perasaan tuh anak nggak ada bodoh-bodohnya?" Bisik Gus Iksan pada abi Syakir.

"Ya abi, lah. Nggak liat abi mu ini pintar banget?" Ujar Abi Syakir.

"Kalau Iksan ikut siapa sifatnya?"

Abi Syakir mengedikkan bahunya acu. "Nggak ada tuh."

Saat semua laki-laki ini, asik mengobrol. Salah seorang wanita datang membawa minuman untuk mereka. Gus Ilham sempat melirik perempuan itu, hanya lirikkan kecil. Tidak lebih.

"Silahkan di minun semuanya." Ucap wanita itu, sebelum beranjak pergi.

Gus Ilham lalu mengalihkan pandangannya pada Aisyah, yang ternyata sedari tadi memperhatikan dirinya. Gus Ilham tersenyum pada Aisyah, namun Aisyah memalingkan wajahnya. Wanita itu beranjak, meminta izin untuk naik keatas.

Gus Ilham terus mengikuti kemana Aisyah pergi. Sampai di atas tangga, Aisyah menoleh, menatap suaminya dengan tajam. Ia menunjuk matanya dengan dua jarinya, kemudian beralih kearah sang suami.

Gus Ilham mengernyit bingung. Mengapa istrinya sinis padanya. Apa karena— ah! Gus Ilham rasanya  ingin teriak detik itu juga.

"Ham!" Panggil abi Syakir.

"Ya?" Tanya Gus Ilham baru sadar.

"Kenapa nggak di minum, teh nya?"

Gus Ilham memijat pangkal hidungnya, tamat lah riwayat nya, Aisyah ngambek.

"Anu abi, Ilham mau naik keatas dulu. Kasian Arsya Arsyi. Kalau begitu, semuanya, saya pamit ke atas dulu, ya." Gus Ilham beranjak. Sialnya saat bergerak tanpa hati-hati, ia menabrak kaki Gus Iksan membuat Gus Ilham terjatuh kelantai.

Bruk!

"Astagfirullah! Ilham!" Umi Maryam sigap menghampiri anaknya.

Gus Ilham bangkit, mengusap wajahnya dengan kasar. Sedangkan disisi lain. Abi Syakir, Gus Iksan dan yang lain tertawa, terbahak-bahak, melihat Ilham jatuh.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya umi Maryam, hanya wanita itu saja yang khawatir padanya.

Gus Ilham berusaha tersenyum pada umi uminya,  ia menggosok lutut nya yang terbentur.

"Hati-hati dong, Ilham..." kata umi Maryam mengusap kepala anak. Ibu tetaplah ibu, mau sebesar apapun anaknya, ia akan selalu menjadi malaikat pelindung nya. Sosok yang selalu khawatir saat anaknya terluka.

Gus Ilham mengangguk, walaupun ia sedikit malu, ralat sangat malu lebih tepatnya. Umi Maryam membantu Gus Ilham berdiri.

"Ilham mau naik keatas, umi." Ucap gus Ilham menatap mata umi Maryam.

"Umi bantu jalan?" Tawar Umi Maryam.

"Nggak usah, lagian cuma tersungkur, nggak sampai luka parah kok." Sahut abi Syakir. Umi Maryam langsung memberi tatapan horor.

"Iya umi, Ilham nggak apa-apa. Biar Ilham istirahat diatas, aja," Ucapnya, kemudian melangkah naik keatas kamar. Apes memang dia malam ini, sudah istrinya marah, terjatuh ke lantai pula.

Gus Ilham masuk ke kamar, langsung diberi tatapan tak suka dari Aisyah.

"Semua cowok sama aja!" Sindir Aisyah.

Gus Ilham menghela nafas panjang. Berjalan dengan pelan pada istrinya.

"Bilang apa tadi?" Tanya Gus Ilham.

"Semua cowok sama aja!" Pekik Aisyah.

Gus Ilham menggeleng. "Tidaklah mungkin Nabi Muhammad sama seperti abu lahab. Nabi Musa sama seperti fir'aun. Dan nabi Ibrahim sama seperti Namrud."

"Memangnya kamu pernah memiliki banyak hubungan dengan laki-laki lain, sampai bilang semua cowok sama saja?" Tanya gus Ilham. "Pernah kamu coba berhubung sama semua laki-laki, Aisyah?"

Aisyah bungkam. Ia benar-benar di buat bungkam oleh suaminya ini. Apa kata dunia, ras terkuat di bumi di buat bungkam oleh Gus Ilham.

Beberapa saat menjadi hening. Sampai akhirnya Gus Ilham menghela nafas. Mau bagaimana pun, perempuan tetap perempuan. Tak ingin kalah. Gus Ilham memang mampu membuat Aisyah bungkam. Tapi dengan diam nya perempuan membuat Gus Ilham frustasi.

Gus Ilham berjongkok dihadapan Aisyah. Ia menggenggam dan mencium telapak tangan serta punggung tangan istrinya.

"Kenapa-kenapa?" Tanya Gus Ilham. "Coba cerita, aku salahnya dimana?

"Aku klasifikasi sekarang."

"Aku nggak mau, gara-gara ini. Kita berantem dan nggak saling bicara. Aku nggak mau kamu diami aku, Syah."

Aisyah memukul bahu suaminya. "Ngapain lirik-lirik perempuan lain?" Tanyanya dengan galak.

"Nggak sengaja," jawab Gus Ilham.

"Nggak percaya. Emang mata kamu ini, mata keranjang. Liat cewek cantik aja di lirik terus. Kurangnya Aisyah dimana sih? Cantik ia, bodi juga bagus, aku kasi anak dua juga iya, bentar lagi malah nambah malahan. Tiap kamu minta apa pun, Aisyah kasi, sampai pagi pun Aisyah siapa. Kesal banyak sama cowok kayak kamu!"

Gus Ilham tersenyum. "Udah, atau masih mau di tambah?"

"Sok manis, sok asik!" Sarkas Aisyah.

"So cute!" Sambung Gus Ilham pelan.

Aisyah meraih tangan suaminya, kemudian ia menggigit dengan keras. Gus Ilham memekik pelan.

"Ish! Gitu ada ngeluh!"

"Astaghfirullah! Sakit ini Syah, coba aku yang gigit kamu?"

"Nanti kalau anak-anak dengar gimana?" Bentak Aisyah kesal, ia menghempaskan tangan suaminya.

Gus Ilham menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ia lalu bangkit,  duduk di samping Aisyah. "Habis acara kak Hilya, kita usg ya?"

"Malas ah!"

"Kenapa?"

"Perut Aisyah di pegang-pegang."

"Ya masa, tangan kamu di pegang sayang?" Tanya Gus Ilham sambil tertawa riang.

Aisyah menatap. "Jagung kamu naik turun, kalau lagi ketawa."

"Jagung?" Gus Ilham mengernyit bingung.

"Ini." Tunjuk Aisyah pada leher yang menonjol.

Gus Ilham memejamkan matanya. "Jakun!" Tekan Gus Ilham berusaha untuk sabar.

Aisyah tertawa. "Kalau perempuan ada jakun nggak ya?"

"Iya lah sayang, semua manusia punya jakun."

"Tapi kenapa perempuan nggak kelihatan kayak punya kamu?" Tanya Aisyah mengelus-elus jakun suaminya.

Gus Ilham menahan tangan nakal istrinya.  "Fungsi jakun ini melindungi pita suara. Yang di sebut laring."

"Owalah Aisyah baru ingat."

"Makanya, kalau sekolah itu, jangan simpan tas, keluar kelas."

"Dih sok tau, waktu Aisyah sekolah, rajin tuh," balas Aisyah tak mau kalah.

"Alah, mau aku lihatkan catatan bk kamu, hm?"

Skakmat Aisyah hanya mampu menyengir. Ia baru sadar suaminya adalah guru bknya. Mana bisa ia berbohong.

"Jangan sampai deh, Arsya atau Arsyi ngikut kamu, suka kabur-kaburan." Gus Ilham menghela nafas seraya istighfar. Semoga saja doanya terkabul. Gus Ilham benar-benar tidak mau anak-anak seperti Aisyah yang nakal.

"Aamiin." Sahut Aisyah. "Sebagai ibu yang baik, Aisyah setuju ucapan kamu. Demi masa depan anak-anak yang baik. Jangan kayak Aisyah yang nakal, jadi harus berujung nikah muda."

Gus Ilham terangkat, ia kurang suka dengan ucapan istrinya barusan. "Sampai sekarang belum ikhlas nikah sama aku."

Aisyah menggaruk tungkuknya. "Ya gimana ya, kalau nikah sama kamu mah, syukur.  Cuma kenapa harus nikah muda... Aisyah kan–" Aisyah menghentikan ucapannya, lalu melirik kearah suaminya yang terlihat tak bersahabat. Aisyah sadar ucapan mungkin menyakitkan bagi suaminya.

"Iya Aisyah ikhlas lahir batin. Mungkin Allah. Sudah kasih takdir Aisyah seperti ini."

"Seperti ini? Nikah muda?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah memalingkan wajahnya. Ia tak ingin melawan ataupun berbicara pada Gus Ilham, jika nada bicara suaminya mulai dingin. Menakutkan.

"Aisyah pengen tidur." Ucap wanita itu pelan. Ia mengambil posisi di samping Arsya.

Gus Ilham menghela nafas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian Gus Ilham bangkit mengunci pintu kamar, agar tak ada yang bisa masuk.

Gus Ilham melangkah menuju ranjang dan mengambil posisi tidur di samping Arsyi. Melihat itu, Aisyah menengur.

"Mas, jangan tidur di samping Arsyi, anak nya ngga suka tidur di tengah-tengah."

Gus Ilham keras kepala, "ngga apa-apa. Sama abahnya masa nggak suka." Gus Ilham tetap kekeuh merebahkan tubuhnya disana, sambil memeluk tubuh putrinya.

"HUAA CEMPET!!" Tuh kan, belum ada tiga detik abahnya berbaring di sana. Sang anak sudah menyalakan alarm nya.

"Eh, ini abah kok." Ucap Gus Ilham, berusaha menjinakkan anaknya.

"Nda mau, Aci cempit!" Anak itu mulai memberontak.

"Aaaa panas!"

Gus Ilham mengubah posisinya menjadi duduk. Dan benar saja, anak nya kembali tenang. Terpaksa Gus Ilham pindah ke sampai Aisyah.

Aisyah tersenyum. "Terpaksa banget muka nya,"

Gus Ilham hanya bergumam singkat. Ia merebahkan tubuhnya, lalu memeluk tubuh Aisyah.

"Aduhhh, jangan di cubit." Tegur Aisyah.

****

Keesokan paginya, Arsyi si gadis kecil super aktif itu, turun ke bawah setelah mandi. Anak itu mengernyit bingung, saat kakinya mencapai lantai bawah yang ramai.

Heran, kenapa banyak sekali orang-orang dengan wajah asing. Padahal kemarin cuma hanya dia Arsya, Sakinah, dan Yusuf, anak-anak yang berada di sini. Kenapa sekarang begitu banyak.

"Siapa ya?" Gumam anak itu. Celingak-celinguk.

"Arsyi!" Panggil umi Maryam.

Arsyi melompat kegirangan, mendapati neneknya membawa kue di tangannya. "Buat Aci ya, nenek?" Tanya anak itu melihat kue tersebut, dengan mata yang berbinar-binar.

"Bukan, buat tamu."

Arsyi cemberut. "Aci minta satu, boleh?"

"Boleh." Umi Maryam memberi satu potong kue pada sang cucu. Dengan senang hati Arsyi menerima sambil tersenyum sumringah.

"Maaci nenek. Sayang nenek Yayam."

Umi Maryam menggeleng pelan. Cucunya  ini benar-benar hebat, gampang sekali mengganti nama orang. "Iya sama-sama."

"Nenek, umi cama abah Aci, ada di mana?"

"Ada di taman. Buruan kesana. Umi sama abah kamu lagi pacaran."

"ACA!! AYO CEPETAN!!"

"Astaghfirullah Arsyi, suaranya." Tegur umi Maryam.

"Iya sabar, Aci..." suara halus itu, datang dari atas tangga. Arsyi turun kebawah sambil terus tersenyum. Umi Maryam tersenyum. Kenapa cucu perempuan nya ini, tidak selembut kembarannya.

"Selamat pagi nenek!" Sapa Arsya. "Wah, ada kue, Aca boleh minta satu?"

"Nda ucah, kita bagi dua aja kue Aci. Kue punya nenek, buat tamu." Arsyi membagi dua kuenya, sebagian kue di berikan pada saudara kembarnya.

"Masyaallah, masih kecil sudah pandai berbagi." Ujar salah seorang tamu yang sudah sedari tadi memperhatikan Arsyi.

"Ayo, kita pergi cama umi."

"Aci udah tau, umi sama abah ada dimana?"

Arsyi mengangguk. "Iya. Ada di taman. Aci pergi dulu ya, nenek. Dadah!"

Umi Maryam mengangguk. Kemudian kedua anak itu berjalan bersama menuju taman.

"UMI!" Arsya dan Arsyi berlari ke arah kedua orang tua mereka yang sedang bersantai di taman.

"Ini hape umi, bunyi terus." Arsya menyerahkan telepon genggam milik uminya.

"Oh ya?" Aisyah tersenyum, mengusap kepala putranya.

"Dari tadi bunyi terus umi, bunyi kayak gimana Aci?" Tanya Arsya.

"Kiwkie cukriuk mprocuk!" Tiru Aisyah benar-benar mirip.

"Astaghfirullah…" Gus Ilham menghela nafas.

Sedang Aisyah melirik takut ke arah suaminya. Gus Ilham menggeleng pelan. "Sini hp nya, biar abah pegang."
Gus Ilham memasukan ke dalam saku baju benda pipih itu.

"Yaaaa. Mas, masa hapenya diambil lagi sih?" Aisyah memelas.

"Kenapa? Ada yang salah? Bukannya kamu lagi menghafal?" Cecar nya. "Hape nggak baik, jadi aku simpan sementara. Arsya sama Arsyi juga jangan pernah main hape atau sentuh hape. Ingat?"

"Siap abah!"

Gus Ilham mengangguk puas. "Bagus."








***********

Mari ucapkan Alhamdulillah setelah membaca part ini sampai habis. Jangan lupa vote dan komen yang banyak.

Akhirnya bisa update lagi.

Jangan lupa vote dan komen di setiap partnya.

Untuk part ini aku kasi vote 2,5k dan komen 3k. Baru update lagi.

Spam next yang banyak >>>

See you next part, Assalamualaikum
Jumat 13 Oktober 2023

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 821 46
⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ HELP ME TO GET 3k READERS and 900 VOTES ‘Happy Reading! Aletta Nadira. Remaja cantik yang selalu ingin terlihat bahagia da...
10K 2.6K 44
Muhammad fajar alkhafi seorang Gus tampan di suatu pondok pesantren Nurul Azmi, bukan hanya seorang Gus tetapi dia juga seorang ketua geng motor yang...
Bed Mate By Ainiileni

General Fiction

546K 18.4K 45
Andai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya...
HiLal By ul

Spiritual

339K 18.5K 26
[Terbit dan lengkap. Versi cetak tersedia di shopee galeriteorikata] "Sekali lagi kamu nabrak, saya nikahin kamu!" Hilmi menyukai Laila. Laila juga m...