Aisyah Aqilah || TERBIT

By nrasya_

2M 214K 76.4K

GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak men... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06 : Arsyi ngambek
bagian 07 : kucing baru
bagian 08 : Rich Aunty
bagian 09 : Irt
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29 [Bagai api dalam sekam]
bagian 30 : menenangkan diri
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
epilog
Ekstra part
Ekstra part bagian 2
VOTE COVER
harga novel Aisyah Aqilah
SPIN OFF AISYAH AQILAH

bagian 39

34.7K 3.6K 1.3K
By nrasya_

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
[Alahumma salli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama sallaita 'ala Ibrahima wa barik 'ala Muhammad kama barakta 'ala ali Ibrahim fil-'alamin, innaka hamidun majid.]

.....

"Hadiah terbaik adalah apa yang kamu miliki dan takdir terbaik adalah apa yang kamu jalani."

****

Jam tiga pagi, Gus Ilham terbangun kala Aisyah, istrinya terus saja bergerak gelisah dalam dekapannya. Yang membuatnya pun, berhenti memejamkan matanya.

"Kenapa sayang?" Tanya Gus Ilham menyalakan lampu tidur yang berada diatas nakas.

"Aisyah benci hidup ini..." Tiba-tiba saja Aisyah terisak keras.

Gus Ilham terdiam. Ia yakin istrinya terjaga sepanjang malam dan terus saja menangis. Mata wanita itu sampai sebab.

"Siapa yang menyuruh kamu mencintai hidup Aisyah. Cukup cintai Allah, hidup kita akan indah." Ucap Gus Ilham. Membuat Aisyah semakin terisak.

Gus Ilham menghela nafas. Ia bangkit mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap Aisyah yang meringkuk, menutup wajahnya dengan selimut. "Kamu kenapa, hm?"

"Atau aku ada salah sama kamu?" Aisyah menggeleng.

"Terus kenapa sayang? Bilang ya, kalau ada yang menganggu kamu."

"Aisyah kangen bunda..."

Gus Ilham menghela nafas untuk kesekian kalinya. "Yaudah, kamu tidur dulu ya, jam  tujuh, kita coba telpon bunda."

"Apa bunda mau angkat? Bukannya dia marah sama kita berdua??" Tanya Aisyah menghapus sisa air matanya. Ia benar-benar merindukan sosok bundanya. Jika Aisyah sedang hamil besar seperti sekarang, bundanya akan selalu mengirimkan ia berbagai jenis daster dan banyak cemilan. Sama seperti kala itu mengandung Arsya dan Arsyi.

"Nanti di coba. Kamu tidur dulu Aisyah. Nggak kasian sama badan kamu? Nggak kasian juga sama anak kita, hm?"

"Aisyah nggak bisa tidur mas, Aisyah kepikiran bunda terus!"

Gus Ilham membawa tubuh Aisyah ke dalam dekapannya. Ia memeluk sang istri sambil mengusap punggungnya dengan lembut.

"Aisyah takut, bunda bakalan benci Aisyah..."

"Nggak ada orang tua yang bisa membenci anaknya. Begitu pun sebaliknya, nggak akan ada anak yang bisa membenci orang tuanya."

"Aisyah takut..."

Gus Ilham semakin merapatkan tubuh Aisyah ke dalam dekapannya. Biarlah bajunya basah akibat tangisan sang istri.

****

Gus Ilham sudah sibuk menelpon kedua orang tua Aisyah, yang tak kunjung diangkat. Sedangkan sang istri pergi ke kamar anak-anaknya, membantu mereka, bersiap pergi ke pesantren Gus Iksan.

Seperti rencana kemarin, hari ini memang mereka berangkat ke pesantren Gus Iksan. Yang akan mengadakan acara tujuh bulanan istrinya.

"Mas Ilham!" Dari arah pintu Aisyah dan anak-anak datang.

"Mas Ilham!" Ucap Arsyi mengikuti ucapan sang umi. Membuat Arsya menjitak kepala kembarnya.

"Nggak sopan, masa Aci Panggil abah, kayak gitu," tegur anak laki-laki itu.

"Afwan," ucap Arsyi menunduk seperti melakukan ruku.

"Gimana mas, udah ada respon dari bunda atau papa?" Tanya Aisyah.

Gus Ilham menatap istrinya. "Belum sayang. Sabar ya, nanti kita coba hubungi lagi."

Aisyah menghela nafas berat. "Tuh kan, beneran marah..."

"Atau gini aja, habis wisuda tahfiz kamu, kita sewan ke sana?"

Aisyah mengangguk lemah. "Yaudah."

Gus Ilham tersenyum tipis, memeluk tubuh Aisyah yang tinggi nya hanya sebatas dengan dadanya saja. "Pernah dengar kalimat keren?"

"Banyak, Aisyah sering baca di aplikasi burung."

"Ada lagi, mau dengar?" Tawar Gus Ilham dan Aisyah mengangguk. "Arsya Arsyi! Sini nak!"

Arsya dan Arsyi langsung mendekati kedua orang tuanya. Anak-anak itu turut memeluk tubuh Aisyah. Walaupun cuma kaki saja yang bisa mereka peluk.

"Hadiah terbaik adalah apa yang kamu miliki saat ini. Dan takdir terbaik adalah apa yang sedang kamu jalani." Ucap Gus Ilham.

Aisyah terheru, orang tuanya benar-benar tidak salah memilihkan nya jodoh. Sosok pria yang selalu menyejukkan hati dikala ia sedang tersesat pada rasa yang tidak sabaran. Sosok Gus Ilham yang kadang lembut, kadang datar, kadang keras seperti batu dan kadang pula menenangkan seperti hujan di malam hari.

"Mas Ilham?"

"Hm?"

"Ana uhibbuka fillah."

Gus Ilham menyegir, sudah lama ia tak mendengar kalimat cinta ini. Dan ini kali pertama Aisyah mengatakan lebih dulu padanya.

"Kok nggak di balas, mas?" Tanya Aisyah saat suaminya hanya diam.

"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu." Jawab Gus Ilham menatap nanar Aisyah.

"Enak ya jadi orang dewasa," ucap Arsya menatap Arsyi yang masih sama-sama setia memeluk Aisyah.

"Iya, Aci jadi nda cabar jadi dewasa. Pasti acik, kayak umi cama abah, bahagia terus kan?" Arsyi terbayang dewasa seindah itu dalam imajinasinya.

"Mau ciuman?" Bisik Gus Ilham agar kedua anaknya tidak mendengar.

"Aisyah lagi sesak," Ungkap Aisyah. Sedari pagi ia terus merasa sesak.

"Kok bisa?" Tanya Gus Ilham khawatir.

"Aisyah cari di google, katanya aman aman aja. Kalau hamil besar memang sering sesak."

Gus Ilham melepas pelukannya menatap wajah istrinya. "Beneran, apa perlu ke dokter?"

"Nggak usah mas, bukannya Aisyah juga gini, waktu Arsya Arsya dalam perut?"

Gus Ilham menghela nafas dan mengangguk singkat. "Yaudah, Arsya Arsyi main di luar sana."

"Siap abah!" Kedua pun melangkah keluar dari kamar.

Lalu Gus Ilham beralih pada istrinya. "Mau di mandiin atau mandi sendiri?"

"Mandi sendiri!" Jawab Aisyah cepat. Ia segera menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Gus Ilham tertawa sambil menggeleng pelan.

*****

Aisyah kini sudah siap dengan gamis hitamnya. Gus Ilham selalu memberi pesan padanya. Saat hendak keluar dengan nya atau bepergian sendiri, wajib bagi Aisyah memakai pakai berwarna hitam saja.

Aisyah tau, suaminya menyuruh seperti itu, karena tak ingin istrinya menjadi pusat perhatian. Warna hitam sendiri dipilih Allah dan rasulullah sebagai lambang kemuliaan. Karena hitam tidak akan mengandung syawat atas kaum laki-laki.

Hajar aswad berwarna hitam, kain ka'bah berwarna hitam. Hitam memiliki keistimewaan sendiri bagi wanita. Tak anyar bagi Aisyah mengenakan warna hitam, karena ia tau suaminya mau menjaganya dari pandangannya dari syawat laki-laki.

Saat hendak memakai cadar yang senadan dengan pakaian nya. Aisyah kembali merasa sesak.

"Mas!"

"Hm?" Gus Ilham masuk membawa segelas susu untuk Aisyah.

"Aisyah kayaknya nggak usah pergi deh."

Gus mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

"Aisyah nggak bisa pakai cadar. Aisyah sesak."

Gus Ilham terdiam menatap wajah Aisyah yang pucat. "Tetap pergi. Kamu nggak perlu pakai cadar."

"Hah?" Aisyah melotot.

"Nggak apa-apa sayang, sunnah kan, memakai cadar. Tidak masalah kalau harus di lepas. Kecuali jilbab."

"T–tapi mas, kamu gimana?"

Gus Ilham menaikkan sebelah alisnya. "Aku kenapa?"

"Kamu nanti..." Aisyah menunduk.

Gus Ilham menggeleng, mengusap kelapa Aisyah. "Nggak apa-apa sayang. Kasian kamu kan, kalau sesak harus pakai cadar."

"Nanti orang-orang bilang apa ya, kalau Aisyah lepas cadar?" Cicit Aisyah.

Gus Ilham tertawa, salah satu sifat manusia itu, takut akan penilaian orang lain. "Kenapa harus peduli? Kita ya kita. Biar orang menilai kita tetap berjalan."

Aisyah mengangguk. "Oke Aisyah nggak usah pakai cadar. Mas—"

"ABAH!!!" Terdengar desas-desus dibawah rumah, membuat suami istri ini menghela nafas.

"Kamu aja yang tangani," ucap Aisyah mendorong suaminya keluar dari kamar.

****

"Heh! Arsya! Kenapa di dorong adeknya," tegur Gus Ilham sambil berjalan cepat menuruni tangga.

"Aci gigit kucing Aca abah!" Ucap anak itu membela dirinya.

Gus Ilham telah tiba dihadapan mereka. "Arsyi kenapa gigit kucing?"

"Aci gemes, lucu banget abah!" Saking gemesnya Arsyi, kembali anak itu mencubit pipi anak kucingnya.

"Aci!" Tegur Arsya merampas paksa anak kucing itu dari genggaman kembarannya.

Bukan merasa bersalah, Arsyi malah terkekeh geli. "Kunti bogel!"

"Heh!" Tegur Gus Ilham mendengar ucapan anaknya. "Siapa yang ajarin!?"

"Dengar dari hapenya umi!"

Gus Ilham menepuk jidatnya seyara mengucapkan istighfar. "Jangan ngomong itu lagi, awas abah dengar ngomong gitu, abah potong lidahnya."

"Takutttt!" Arsyi berlari naik keatas tangga, menghapiri Aisyah yang hendak turun.

"Jangan lari-lari," tegur Aisyah menangkap tubuh Arsyi.

"Abah mau potong lidahnya, Aci." Adu anak itu.

Aisyah turun bersama anak perempuan nya, langsung menghadap dihadapan Gus Ilham. Aisyah berkacak pinggang, memperlihatkan wajah garang nya.

"Siapa yang mau potong lidahnya Arsyi!"

Gus Ilham tertawa ngakak. "Ampunnn yang mulia!" Katanya sambil menundukkan badannya.

Aisyah tertawa, menatap sang putri dan meminta kepuasan anaknya. "Gimana, Ci?"

"Yaudah Aci maafin!"

"Memangnya kenapa sih, kamu mau potong lidahnya?"

"Kamu main sosmed?" Tanya Gus Ilham, membuat Aisyah menggaruk tungkuknya, salah tingkah.

"Iyaa, hehe..."

"Tadi Arsyi bilang apa, kasi dengar umi Aisyah," titah Gus Ilham.

Arsyi menggeleng. "Nda mau, nanti abah potong lidah Aci."

"Kunti bogel!" Sahut Arsya menjawab. Gus Ilham melotot menatap anaknya dengan wajah mengerikan.

"Eh, maaf abah! Aca kecoplotan!"

Gus Ilham menghela nafas, kembali menatap istrinya, meminta pertanggung jawaban. Sedangkan Aisyah sudah meringis pelan.

"Maaf, mas. Lain kali Aisyah nggak nonton yang aneh di depan anak-anak."

Gus Ilham mengangguk. "Kenapa wajah kamu pucat?"

"Hah?" Aisyah memegang wajahnya. "Aisyah nggak pakai lipstik."

"Kenapa? Bukannya lipstik kamu ada banyak?"

"Aisyah risih. Apalagi lagi nggak pakai cadar."

"Iya ya, kenapa umi nda pakai penutup ninja?" Tanya Arsya sadar ada yang berbeda dari uminya.

"Umi sesak nafas, Ca. Makanya nggak pakai cadar dulu." Jawab Gus Ilham memberi pengertian pada anaknya.

"Nda dosa ya?"

Gus Ilham menggeleng. "Enggak dong, cadar hukumnya sunnah, boleh di pakai boleh juga di lepas. Kecuali jilbab, nah kalau itu nggak boleh." Gus Ilham menatap bergantian anak-anaknya.

"Oh!" Mereka berdua mengangguk.

"Udah siap semua?" Tanya Gus Ilham menatap Aisyah.

Aisyah mengangguk. Mereka semua pun berjalan keluar menuju mobil dan akan berangkat ke pesantren yang dipimpin oleh Gus Iksan, kakak dari Gus Ilham.

*****

Mobil Gus Ilham telah sampai ke lokasi tujuan. Pria itu lihai memarkirkan mobilnya dengan tertib. Setelah selesai semua orang-orang di dalamnya keluar.

Aisyah sejenak menghela nafas panjang, bagaimana pun, Aisyah tidak terlalu menyukai keramaian. Apalagi ia tak lagi memakai cadar.

"Ayok." Ajak Gus Ilham membukakan pintu mobil Aisyah.

Aisyah segera turun. Baju nya, begitu panjang, menyapa tanah. "Bajunya terlalu panjang deh, bahaya kalau nggak sengaja kena najis." Aisyah menatap suaminya meminta pendapat.

"Udah bagus kok."

"Tapi mas, kalau nggak sengaja kena najis gimana?"

"Jadi penjelasan gini Syah,"

"Dari seorang ibu putra Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

'‘Sesungguhnya aku adalah seorang perempuan yang biasa memanjangkan (ukuran) pakaianku dan (kadang-kadang) aku berjalan di tempat kotor?"

Jawab Ummu Salamah, bahwa Nabi pernah bersabda, “Tanah selanjutnya menjadi pembersihnya" (HR. Ibnu Majah, Imam Malik dan Tirmidzi. Hadits shahih).

Aisyah mengangguk. "Masyaallah. Agama islam itu simpel, semua mudah kalau kita mengerti hukum dan tujuannya."

Gus Ilham mengangguk. "Bagi muslimah yang memakai gamis panjang dan menyapu tanah hukumnya ma'fu asalkan panjang juntaian kain yang menyapu tanah tidak lebih dari satu jengkal. Dan pakaiannya boleh digunakan untuk sholat."

Aisyah tersenyum lega, ia tidak takut gamisnya menyentuh tanah lagi. Keduanya pun berjalan masuk ke ndalem. Sedangkan anak-anaknya sudah lebih dulu berjalan.

"Assalamualaikum!" Salam Arsya dan Arsyi.

"Nenek! Kakek!" Pekik Arsya dan Arsyi berhambur diperlukan kakek dan neneknya.

"Aci udah ciram bunga nenek," ucap Arsyi

Umi Maryam mengangguk. "Makasih sayang."

"Sama-sama nenek!"

"Adek Ucup!" Arsya berlalu menghampiri sang sepupu yang sudah pandai berjalan.

"Akak!" Pekik Yusuf memeluk tubuh Arsya.

Gus Iksan, Hilya dan Sakinah keluar. Menyambut kedua anak-anak yang meramaikan suasana yang tadinya sunyi.

"Abah?" Arsyi terkesima melihat penampilan baru dari Gus Iksan, sang paman yang baru saja potong rambut, benar-benar tampak seperti abahnya dan dua kali lipat awat muda nya.

"Hayolo, om ganteng kan, kalah mah, abah mu," Gus Iksan merentangkan kedua tangannya memberi arahan pada Arsyi agar memeluk nya.

Suatu keajaiban, Arsyi seakan benar-benar terhipnotis, ia berjalan memeluk tubuh pamannya. Hal itu pun di lihat langsung oleh Gus Ilham dan Aisyah yang baru saja tiba di ndalem.

"Loh?" Aisyah mengernyit heran.

"Om Ican, ganteng. Mirip abah Aci," ucap Arsyi tertawa.

"Onichan?" Tanya gus Iksan salah mendengar ucapan Arsyi.

"Om Iksan, maksudnya." Abu Syakir membenahi.

"Alah nih bocah, semua aja namanya diubah. Nama adeknya di ubah jadi Ucup sekarang nama abah juga kamu ubah jadi onichan."

Arsyi tertawa, semakin bermanja-manja pada paman nya, namun sayangnya ada anak laki-laki yang cemburu melihat. Ya, siapa lagi kalau bukan Yusuf. Bayi yang baru berusia satu tahun dan akan sebentar lagi menjadi abang, cemburu melihat abahnya  berada di pelukan orang lain. Bocah itu, melepas tangan Arsya dari tubuhnya, melangkah menghampiri Arsyi dan abahnya.

"AAAAA!" Arsyi memekik keras saat jilbabnya di tarik.

"Abah!" Pekik Yusuf menarik Arsyi dari dekapan abahnya.

"Eh!" Aisyah menahan tubuh Arsyi saat hendak membalas kejahatan sepupuhnya.

"Kunti bogel!" Pekik Arsyi.

"Astaghfirullah!" Semua beristifar.

*****

Di dalam ndalem. Semua berkumpul setelah keributan sempat terjadi antara anak-anak mereka.

"Aisyah lepas cadar?" Tanya Hilya baru sadar akan penampilan Aisyah.

Aisyah menunduk. "Iya kak, Aisyah sering sesak. Makanya lepas cadar dulu."

"Sesak lagi?" Tanya umi Maryam. Aisyah mengangguk. "Iya umi."

"Kaki kamu juga bengkak?"

Aisyah menggeleng. "Nggak, cuma yang bengkak badan Aisyah. Hehe."

Hilya dan Umi Maryam tertawa. "Walaupun badannya bengkak, masih cantik kok."

"Pantesan Gus Ilham jadi bahan omongan orang. Kirain si Ilham bawa santrinya ke sini."

"Memang santri ku," ucap Gus Ilham. "Iyakan?" Tanyanya pada sang istri. Aisyah mengangguk pelan, ia sedikit malu ditatap oleh suaminya.

"Aduh, Aisyah malu-malu begitu pipinya merah." Ledek Gus Iksan membuat Aisyah semakin malu.

Gus Ilham mencubit pinggang abangnya itu. "Nggak usah liatin Aisyah."

"Iyaaaa." Gus Iksan menoleh pada abahnya. "Bucin banget dia, bah," bisik Gus Iksan, membuat abi Syakir menghela nafas. Anak nya yang satu ini, sangat suka julid ke saudara sendiri.

"Coba deh, San. Kamu beli kaca, kayaknya  uang mu nggak abis beli kaca baru, atau pakai yang lama saja."

Gus Iksan berdecak pelan. Ia tertawa. "Abi belain si Ilham. Karena sifat Bucin Ilham dari abi, yakan?"

"Ilham, ini Iksan bilangin kamu bucin," adu abi Syakir.

Gus Ilham menatap kesal kearah abangnya itu. "Dia kali yang bucin. Kak Hilya perlu tau kelakuan dia. Masa jam dua belas malam, di Chat Ilham cuma mau bilang istrinya cantik. Habis itu kirim pap, foto dia cium pipi kak Hilya."

"Dih, anak sama bapak sama aja. Tukang ngadu. Untung Iksan anak umi. Iyakan umi?"

Umi Maryam mengangguk. Mengusap kepala Gus Iksan. Hal itu dilihat langsung pada anak-anak.

"Onichan, lucuk!" Ucap Arsya.








*****

Mari ucapkan Alhamdulillah setelah membaca part ini sampai habis. Jangan lupa vote dan komen yang banyak. 

Senang nggak minggu ini update dua kali? Semoga vote makin banyak ya.

Kalau vote naik dan sering komen di setiap partnya. Aku bakalan up dua kali seminggu.

Spam next yang banyak. 

Follow  akun tiktok @ig.wattpadasya
                            Instagram @wattpadasya

See you next part, Assalamualaikum.
01 oktober 2023

Continue Reading

You'll Also Like

5.7K 1.3K 28
Bagaimana jadinya seorang pemuda shaleh dan alim di ajak berpacaran oleh seorang mahasiswi cantik yang sedang KKN di kampung nya? ~~~~ "Mau kah kamu...
515K 41.9K 26
Romansa - Religi "Saya akan berikan kamu empat pilihan, Zivanna. Pertama, kamu harus menikah dengan saya. Kedua, saya menikah dengan kamu. Ketiga, ka...
1.6K 153 28
Bagi olif mengenal gafril- kakel ngeselin sekaligus ketos di sekolah nation school itu hal tersialnya. Selalu membuatnya kesal, ditamabah selalu memb...
5.8M 692K 59
Bisa pesan di toko shopee. "Storebooks07" Selain dari toko itu, BAJAKAN đź“Ś Farhan habibi adalah seorang ustadz bagi seorang gadis mungil yang bernam...